ABU THALIB SEORANG MUKMIN

ABU THALIB SEORANG MUKMIN 0%

ABU THALIB SEORANG MUKMIN pengarang:
Kategori: Tokoh-tokoh Islam
Halaman: 6

  • Mulai
  • Sebelumnya
  • 6 /
  • Selanjutnya
  • Selesai
  •  
  • Pengunjung: 8229 / Download: 3340
Ukuran Ukuran Ukuran
ABU THALIB SEORANG MUKMIN

ABU THALIB SEORANG MUKMIN

pengarang:
Indonesia
ABU THALIB SEORANG MUKMIN ABU THALIB SEORANG MUKMIN



1
IBRAHIM BAPAK TAUHID UMAT MANUSIA

DAFTAR ISI
KECINTAAN KEPADA KELUARGA NABI

Menyakiti Keluarga Nabi Sama Seperti Menyakiti Allah Dan Rasul-Nya

Membenci Mereka Adalah Munafik

Siapa Yang Mengkafirkan Abu Thalib ra?

SIAPA ABU THALIB?

BUKTI ISLAM ABU THALIB

Kesaksian Dengan Ucapan

Mendengar Tanda kenabian Nabi Dari Seorang Rahib

Menunjukkan Dengan Tindakan (Akhlak Mulia)

Hadis-hadis Iman Abu Thalib as

Kewafatan Abu Thalib

Hadis-hadis Iman Abu Thalib as

Kewafatan Abu Thalib

SYA'IR-SYA'IR DALAM MEMUJI KELUARGA RASULULLAH SAWW


2
IBRAHIM BAPAK TAUHID UMAT MANUSIA

KECINTAAN KEPADA KELUARGA NABI


Menyakiti Keluarga Nabi Sama Seperti Menyakiti Allah Dan Rasul-Nya
" Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah akan melaknatinya (mengutuknya) d idunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan (Q.S. 33:57) ".

" Dan orang-orang yang menyakiti Rasulullah itu, bagi mereka azab yang pedih (Q.S. 9:61)"

Diriwayatkan dari al-Thabrani dan al-Baihaqi, bahawa anak perempuan Abu Lahab (saudara sepupu Nabi Saww ) yang bernama Subai'ah yang telah masuk Islam datang ke Madinah sebagai salah seorang Muhajirin, seseorang berkata kepadanya : " Tidak cukup hijrahmu ke sini, sedangkan kamu anak perempuan kayu bakar neraka" (menunjuk surah al-Lahab). Maka dari ucapan itu, menyebabkan hatinya luka dan melaporkannya pada Rasulullah Saww. Selepas mendengar ucapan itu, Baginda Saww menjadi murka, kemudian beliau naik ke mimbar dan bersabda :

"Apa urusan suatu kaum menyakitiku, baik dalam nasabku (salasilahku) maupun sanak kerabatku. Barang siapa menyakiti nasabku serta sanak kerabatku, maka dia telah menyakitiku dan barang siapa yang menyakitiku, maka dia menyakiti Allah SWT."

Ibnu Asakir meriwayatkan dari Imam Ali a.s. bahawasanya Rasulullah Saww bersabda :

" Barang siapa yang menyakiti sehujung rambut dariku maka dia telah menyakitiku dan barang siapa yang menyakitiku berarti dia telah menyakiti Allah SWT ". Dengan demikian jelaslah bahawa siapa yang menyakiti Abu Thalib bererti menyakiti Rasulullah Saww beserta cucu-cucu beliau pada setiap masa. Rasulullah saw bersabda :" Janganlah kamu menyakiti orang yang masih hidup dengan mencela orang yang telah mati ".

cSa'ad bin Manshur dalam kitab Sunannya meriwayatkan dari Sa'id bin Jubair tentang Firman Allah SWT (Q.S; 42,23) :

" Katakanlah (wahai Muhammad): Aku tidak meminta dari kamu sesuatu upah pun atas seruanku kecuali kasih sayang terhadap keluarga (Ahlul Bait )".

Dia berkata: yang dimaksud keluarga dalam ayat itu adalah keluarga Rasulullah Saww.

( Hadis ini disebutkan juga oleh al-Muhib al-Thabari dalam Dzkhair al-Uqbah ha.9, Dia mengatakan hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu al-Sirri, dikutib pula oleh al-Imam al-Hafid Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakar al-Suyuthi dalam kitab Ihyaul Maiyit Bifadhailil Ahlil Bait hadis no 1 dan dalam kitab tafsir al-Dur al-Mantsur ketika menafsirkan ayat al-Mawaddah :42,43 )

Imam Ahmad dalam kitab Musnadnya Juz 4 hal.210 hadis no.177 meriwayatkan:
Abbas, pakcik Nabi Saww masuk menemui Rasulullah Saww, lalu berkata: " Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami (Bani Hasyim) keluar dan melihat orang-orang Quraisy berbincang-bincang lalu jika mereka melihat kami mereka diam ". Mendengar hal itu Rasulullah Saww marah dan menitiskan airmata kemudian bersabda : " Demi Allah tiada masuk keimanan ke hati seseorang sehingga mereka mencintai kamu (keluarga nabi Saww) kerana Allah dan demi hubungan keluarga denganku " (hadis serupa diriwayatkan pula oleh al-Turmudzi, al-Suyuthi, al-Muttaqi al-Hindi, al-Nasa'i, al-Hakim dan al-Tabrizi).


Membenci Mereka Adalah Munafik
Ibnu Adi dalam kitab al-Kamil meriwayatkan dari Abu Sa'id al-Khudri, dia berkata bahawa Rasulullah Saww bersabda: " Barang siapa yang membenci kami Ahlul Bait (Nabi dan keluarganya) maka ia adalah munafik. "(at-Athabrani dalam Dzakair, Ahmad dalam al-Manaqib, al-Syuthi dalam al-Dur al-Mantsur dan dalam Ihyaul Mayyit).

al-Thabrani dalam kitab al-Awsath dari Ibnu Umar, dia berkata: Akhir ucapan Rasulullah Saww sebelum wafat adalah: "Perlakukan aku setelah sepeninggalanku dengan bersikap baik kepada Ahlul Baitku." (Ibnu Hajar dalam al-Shawaiq). al-Khatib dalam tarikhnya meriwayatkan dari 'Ali as bersabda : " Syafa'at (pertolongan di akhirat kelak) ku (hanya) teruntuk orang yang mencintai Ahlul Baitku. (Imam Jalaluddin al-Syuthi dalam Ihyaul Maiyit) .

al-Dailami meriwayatkan dari Abu Sa'id, dia berkata bahawa Rasulullah Saww bersabda : " Keras kemurkaan Allah terhadap orang yang mengganguku dengan menggangu itrahku ". (al-Suyuthi dalam Ihyaul Maiyit, dikutib juga oleh al-Manawi dalam Faidh al-Qadir, dan juga oleh Abu Nu'aim).




Siapa Yang Mengkafirkan Abu Thalib ra?
Sebenarnya pandangan tentang kafirnya Abu Thalib adalah hasil rekaan politik Bani Umaiyah di bawah program Abu Sufyan, seseorang yang memusuhi Nabi Saww sepanjang hidupnya, memeluk Islam kerana terpaksa dalam pembebasan Makkah, kemudian dilanjutkan oleh puteranya Muawiyah, seorang yang diberi gelaran oleh Nabi Saww sebagai " kelompok angkara murka ", yang meracuni cucu Nabi Saww, Imam Hasan ibn 'Ali a.s. Dalam kitab Wafiyat al-A'yan Ibnu Khalliqan menuturkan cerita Imam Nasa-i (penyusun kitab hadis sunna al-Nasa-i), bahawasanya sewaktu Nasa-i memasuki kota Damaskus, dia didesak orang untuk meriwayatkan keutamaan Muawiyah, kata Nasa-i: " Aku tidak menemukan keutamaan Muawiyah kecuali sabda Rasul tentang dirinya - semoga Allah tidak mengenyangkan perutnya". Selanjutnya dilanjutkan oleh Yazid anak Muawiyah si pembunuh Husein ibn 'Ali as cucu Nabi Muhammad Saww di padang Karbala bersama 72 keluarga dan sahabatnya. Muawiyah yang sebagian Ulama Ahli Sunnah telah mengkategorikannya sebagai sahabat Nabi Saww, telah memerintahkan pelaknatan terhadap Imam 'Ali bin Abi Thalib as di hampir tujuh puluh ribu mimbar umat Islam dan dilanjutkan oleh anak cucu-cucu Bani Umaiyah selama 90 tahun. Ia berlangsung sehinggalah sampai zaman Umar bin Abdul Azizi. Ibnu Abil Hadid menyebutkan Muawiyah membentuk sebuah lembaga yang bertugas mencetak hadis-hadis palsu dalam berbagai segi terutama yang menyangkut keluarga Nabi Saww, lembaga tersebut beranggotakan beberapa orang sahabat dan Tabi'in (sahabatnya sahabat) di antaranya " Amr ibn al-Ash, Mughirah ibn Syu'bah dan Urwah ibn Zubair).

Sebagai contoh Ibnu Abil Hadid menyebutkan hadis ciptaan tersebut :

" Diriwayatkan oleh al-Zuhri bahawa : Urwah ibn Zubair menyampaikan sebuah hadis dari Aisyah. ia berkata : Ketika aku bersama Nabi Saww, maka datanglah Abbas (pakcik Nabi Saww) dan 'Ali bin Abi Thalib dan Nabi Saww berkata padaku : " Wahai Aisyah kedua orang itu akan mati tidak di atas dasar agamaku (kafir)".

Inil adalah kebohongan besar tak mungkin Rasul Saww bersabda seperti itu yang benar Rasul Saww bersabda seperti yang termaktub dalam kitab : Ahlul Bait wa Huququhum hal.123, di situ diterangkan: Dari Jami' ibn Umar seorang wanita bertanya pada Aisyah tentang Imam 'Ali as, lalu Aisyah menjawab : " Anda bertanya kepadaku tentang seorang yang demi Allah SWT, aku sendiri belum pernah mengetahui ada orang yang paling dicintai Rasulullah Saww selain Ali, dan di bumi ini tidak ada wanita yang paling dicintai puteri Nabi Saww, iaitu ( Sayyidah Fatimah Az-Zahra a.s isteri Imam Ali a.s).

al-Hakim dalam kitab al-Mustadrak, al-Suyuthi dalam kitab al-Jami ash-Shaghir dan juga al-Thabrani dalam kitab al-Kabir dari Ibnu Abbas, Rasulullah Saww bersabda : " Aku adalah kota ilmu dan 'Ali adalah pintunya, Maka barangsiapa ingin mendapat Ilmu, hendaknya dia mendatangi pintunya ". Imam Ahmad bin Muhammad ash-Shadiq al-Maghribi berdasarkan hadis ini telah membuat kitab khusus yang diberi judul : " Fathul Malik al'Aliy bishihati hadis Babul Madinatil Ilmi 'Ali " yang membuktikan ke shahihan hadis tersebut.

Jadi berbalik kita kepada kisah Abu Thalib ra. Benar, sekitar kurang lebih 9 hadis yang mengkafirkan Abu Thalib. Tetapi sebagai mana yg telah disampaikan jalur-jalur hadis tersebut penuh dengan keraguan ditambah dengan ruwat (perawi) hadis tersebut yang lemah dan tidak boleh diterima. Diantaranya:

1- Salah seorang perawi hadis dari kalangan sahabat adalah Abu Hurairah. Para sejarawan Islam sepakat mengatakan dia masuk Islam pada perang Khaibar, tahun ke-7 Hijriyah. Jadi bagaimana dia boleh meriwayatkan hadis tersebut?


3
IBRAHIM BAPAK TAUHID UMAT MANUSIA

SIAPA ABU THALIB?
Nama aslinya adalah Abdul Manaf, sedangkan nama Abu Thalib adalah nama 'kunyah' (panggilan) yang berasal dari nama putera pertamanya iaitu Thalib. Abu bererti ayah. Abu Thalib adalah pakcik dan ayah asuh Rasulullah Saww, dia mengasuh Nabi Saww dengan jiwa raganya. Ketika Nabi Saww berdakwah dan mendapat rintangan dan halangan, Abu Thaliblah yang membelanya dan dengan tegar berkata:

" Kamu tidak akan dapat menyentuh Muhammad sebelum kamu menguburkanku ".

Ketika Nabi Saww dan pengikutnya dipulaukan di sebuah lembah, Abu Thalib mendampingi Nabi Saww dengan setia. Ketika dia melihat 'Ali solat di belakang Rasulullah Saww, iaitu ketika beliau mahu meninggal dunia, dia berwasiat kepada keluarganya untuk selalu berada di belakang Nabi Saww dan membelanya dalam dakwahnya.


BUKTI ISLAM ABU THALIB

Kesaksian Dengan Ucapan
Selain beliau merupakan benteng dan tempat bernaung Rasulullah saww daripada segala ancaman musyrikin Mekah, beliau juga telah menerima dan melaksanakan amanat dari ayahnya Abdul Mutthalib untuk mengasuh Nabi Saww dan dia telah melaksanakan amanat tersebut dengan baik. Nabi Saww adalah sebaik-baik asuhan dan Abu Thalib adalah sebaik-baik pengasuh. Beliau mengetahui akan kenabian Muhammad Saww jauh sebelum Nabi Saww diutus oleh Allah SWT, sebagai Rasul di atas dunia ini. Dia menyebutkan hal tersebut ketika berpidato dalam pernikahan Nabi Saww dengan Sayyidah Khadijah sa. Abu Thalib berkata :

" Segala Puji bagi Allah yang telah menjadikan kita semua sebahagian anak cucu Ibrahim dan Ismail, dan menjadikan kita semua berasal dari Bani Ma'ad dan Mudhar dan menjadikan kita orang yang bertanggungjawab menjaga rumah-Nya (ka'bah) sebagai tempat haji pemimpin-pemimpin manusia. Ketahuilah bahawa anak buah saya ini adalah Muhammad ibn Abdullah yang tidak boleh dibandingkan dengan lelaki-lelaki manapun kecuali pasti dia lebih tinggi kemuliaannya, keutamaan dan akalnya. Dia (Muhammad), demi Allah, setelah ini akan mendatangkan dengan sesuatu khabar besar dan akan menghadapi tentangan yang serta tanah haram yang aman damai, dan menjadikan kita semua sebagai berat".

Kata-kata beliau ini, jelas menunjukkan bahawa Abu Thalib adalah seorang pemyembah Allah, seorang yang beragama dengan agama datuknya Ibrahim dan Ismail a.s. bagi Abu Thalib tidak susah untuk mengenal siapa itu Muhammad ibn Abdullah kerana beliau telah melihat ciri-ciri kenabian itu terpancar dari cahaya wujud Rasulullah saww.


Mendengar Tanda kenabian Nabi Dari Seorang Rahib
Pada saat Abu Thalib bermusafir ke Syam, sedang di waktu itu Nabi Saww masih berusia 9 tahun dan bersama dengan Abu Thalib ketika itu. Dalam perjalanan itu, mereka bertemu dengan seorang rahib Nasrani bernama Buhairah yang mengetahui tanda-tanda kenabian yang terdapat pada Nabi Saww dan memberitahukan pada Abu Thalib berita tersebut. Kemudian beliau menyuruhnya membawa Rasulullah Saww pulang kembali ke Mekah karena takut akan gangguan orang Yahudi. Lantas dari itu Abu Thalib membawa Nabi Saww pulang ke Mekah, kerana takut ancaman tersebut.


Menunjukkan Dengan Tindakan (Akhlak Mulia)
Dengan bukti ini juga menunjukkan Abu Thalib tahu bahawa Muhammad adalah Rasulullah Saww. Maka itu penghormatannya kepada Rasulullah Saww amat tinggi berbanding yang lain. Sebagai contoh, jika Abu Thalib hendak makan bersama keluarganya, beliau selalu berkata: bersabarlah kamu menunggu hingga Muhammad datang, kemudian Nabi Saww datang serta makan bersama mereka hingga mereka menjadi kenyang. Dan di antara adab mulia Abu Thalib kepada Nabi Saww, bahawa dia tidak makan melainkan Muhammad Saww makan dahulu kemudian barulah dia makan dan kemudian ahli keluarganya yang lain. Abu Thalib berkata kepada Nabi Saww: " Sesungguhnya Engkau adalah orang yang di berkati Tuhan ".

Setiap kali Nabi akan tidur, Abu Thalib akan membentangkan selimutnya di mana sahaja Nabi Saww tidur. Beberapa saat setelah baginda Saww tertidur, dia akan membangunkan beliau Saww lagi dan kemudian memerintahkan sebagian anak-anaknya untuk tidur di tempat Rasulullah Saww , sementara untuk Rasulullah akan dibentangkan selimut di tempat yang lain agar Nabi Saww tidur di sana. Semua ini dilakukkan oleh Abu Thalib demi keselamatan Nabi Saww.

Ya Allah! mereka menyangka Engkau tidak memberi hidayah kepada orang yang telah mengorbankan segala sisa hidupnya dalam membela nabi-MU, seorang yang teramat tinggi cintanya kepada sang kekasih-MU.

Ya Allah! sungguh prasangkaku baik kepada-Mu, tak mungkin Engkau tidak memberi iman kepadanya. Ya Allah Yang Maha Pemurah! dan Engkau amat jauh dari prasangka buruk ini. Ya Allah! apakah mungkin umat Nabi-Mu akan menerima syafa'at daripadanya, sedang lidah-lidah mereka tiada kering dari mengkafirkan pakcik kesayangannya. Ya Allah! Engkau adalah Tuhan Yang Maha Adil dan Engkau akan menghukum siapa saja yang menyakiti Nabi-Mu dan keluarganya.


Hadis-hadis Iman Abu Thalib as
Kini tibalah saatnya untuk kami ketengahkan hadis-hadis tentang Mukminnya Abu Thalib, namun untuk menjaga keringkasan buku ini, kami hanya mengutip sebagian sahaja.

1- Dari Ibnu Adi yang diriwayatkan dari Anas ibn Malik, dia berkata; " Pada suatu saat Abu Thalib sakit dan Rasulullah Saww menjenguknya, maka dia berkata; " Wahai anak sudaraku, berdoalah kamu kepada Allah agar Ia berkenan menyembuhkan sakitku ini ", dan Rasulullah pun berdoa: Ya Allah, ...sembuhkanlah pakcik hamba ", maka seketika itu juga dia berdiri dan sembuh seakan dia lepas dari belenggu ".

Apakah mungkin Rasulullah berdoa untuk orang yang kafir ?, apakah mungkin orang kafir memohon doa daripada Rasulullah Saww? Apakah mungkin orang yang menyaksikan mukjizat yang demikian lantas tidak mahu beriman?. Perkaranya kembali pada logika orang yang waras.

2- Diriwayatkan oleh Bukhari dari Aqil bin Abu Thalib, diterangkan bahawa orang-orang Quraisy berkata kepada Abu Thalib: " Sesungguhnya anak saudaramu ini telah menyakiti kami ", maka Abu Thalib berkata kepada Nabi Muhammad Saww : " Sesungguhnya mereka Bani pakcikmu, menuduh kamu menyakiti mereka ". Nabi menjawab : " Jika seandainya kamu (wahai kaum Quraisy) meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku untuk aku tinggalkan perkara ini, sehingga Allah menampakannya atau aku hancur kerananya, niscaya aku tidak akan meninggalkannya sama sekali ".

Dari itu kedua mata beliau mencucurkan air mata karena menangis, maka berkatalah Abu Thalib kepada Nabi Saww: " Wahai anak saudaraku, katakalah apa yang kamu suka, demi Allah aku tidak akan pernah menyerahkanmu kepada mereka selamanya ". Dia juga berkata kepada orang-orang Quraisy, " Demi Allah, sesungguhnya anak saudaraku tidak berdusta. "

Kami bertanya, apakah kata-kata dan pembelaan demikian ini dapat dilakukan oleh orang kafir, yang agamanya sendiri dicela habis-habisan oleh Nabi Saww ? Kalau yang demikian ini dikatakan tidak beriman, lalu yang bagaimana yang beriman?

3- Dari al-Khatib al-Baghdadi dari Imam Jaa'far ash-Shadiq yang sanadnya sampai pada Imam 'Ali as berkata: aku mendengar Abu Thalib berkata, " Telah bersabda kepadaku, dan dia (Muhammad) demi Allah adalah orang yang paling jujur, Abu Thalib berkata selanjutnya: " Aku bertanya kepada Muhammad, Wahai Muhammad, dengan apa kamu diutus (Allah) ? " baginda Saww menjawab: " Dengan silaturrahmi, mendirikan solat, serta mengeluarkan zakat."

al-Khatib al-Baghdadi adalah seorang ulama besar dan beliau menerima hadis yang diriwayatkan oleh Abi Thalib, jika Abu Thalib bukan mukmin maka tentu hadisnya tidak akan diterima, demikian juga Imam 'Ali dan Imam ash-Shadiq dan lain-lain lagi. Penelitian akan isi kandung hadis ini menunjukkan Abu Thalib adalah seorang mukmin.

4- Dari al-Khitab, yang bersambung sanadnya, pada Abi Rafik maula ummu Hanik binti Abi Thalib bahawasannya dia mendengar Abu Thalib berkata: "Telah berbicara kepadaku Muhammad anak saudaraku, bahawanya Allah memerintahkannya agar menyambung tali silaturrahmi, menyembah Allah serta tidak boleh menyembah selain-Nya (tidak menyekutukan-Nya) ". Kemudian Abu Thalib berkata: " Dan Abu Thalib berkata pula: " Aku mendengar anak saudaraku berkata: " Bersyukurlah, tentu anda akan dilimpahi rezeki dan janganlah kufur, nescaya anda akan disiksa ".

Apakah ada tanda-tanda beliau seorang kafir dalam hadis di atas?, wahai saudaraku, anda dianugerah akal dan kemampuan berfikir, gunakanlah ianya sebaik mungkin sebelum ianya ditarik balik semasa usia tuamu. Dan pergunakanlah ia, jangan seperti domba yang digiring oleh gembala. Selama 14 Abad umat Muhammad telah ditipu oleh propaganda Bani Umaiyyah, sampai bila mereka mampu mengakhirinya.

5- Dari Ibnu Sa'ad al-Khatib dan Ibnu Asakir dari Amru ibn Sa'id, bahawasanya Abu Thalib berkata : " Suatu saat aku bersama anak saudaraku (Muhammad) di dalam perjalanan (safar), kemudian aku merasa dahaga dan aku beritahukan kepadanya serta ketika itu aku tidak melihat sesuatu bersamanya, Abu Thalib selanjutnya berkata, kemudian dia (Muhammad) membengkokkan pangkal pahanya dan menginjakkan tumitnya diatas bumi, maka pakcikku minumlah !", maka aku minum".

Ini adalah mukjizat Nabi Saww dan disaksikan oleh Abu Thalib, yang meminum air mukjizat, adakah orang kafir dapat meminum air al-Kautsar ?. Berkata a-Imam al-Arifbillah al-Alamah Assayyid Muhammad ibn Rasul al-Barzanji: " Jika Abu Thalib tidak bertauhid kepada Allah, maka Allah tidak akan memberikannya rezeki dengan air yang memancar untuk Nabi Saww yang air tersebut lebih utama dengan air al-Kautsar serta lebih mulia dari air zamzam.

6- Dari Ibnu Sa'id yang diriwayatkan dari Abdillah Ibn Shaghir al-Udzri bahawasanya Abu Thalib ketika menjelang ajalnya dia memanggil Bani Abdul Mutthalib seraya berkata: " Tidak pernah akan putus-putusnya kamu dengan kebaikan yang kamu dengar dari Muhammad dan kamu mengikuti perintahnya, maka dari itu, ikutilah dia, serta bantulah dia tentu kamu akan mendapat petunjuk ". Jauh sekali anggapan mereka, dia tahu bahawa sesungguhnya petunjuk itu di dalam mengikuti baginda Saww.

Dia menyuruh orang lain agar mengikutinya, apakah mungkin dia sendiri meninggalkannya?. Sekali lagi hanya akal yang waras yang boleh menentukannya.

7- Dari al-Hafidz (penghafal hadis lebih dari 100, 000 hadis) Ibn Hajar dari 'Ali Ibn Abi Thalib a.s bahawasanya ketika 'Ali memeluk Islam, Abu Thalib berkata kepadanya: " Tetaplah engkau bersama anak pakcikmu ! ".

Pertanyaan apa yang mampu ditanyakan terhadap seorang ayah yang menyuruh anaknya memeluk Islam, sedangkan dia sendirian dikatakan bukan Islam, adakah hal itu masuk akal ?.

Dari al-Hafidz Ibn Hajar yang riwayatnya sampai pada Imran bin Husein, bahawasanya Abu Thalib : bersolatlah kamu bersama anak pakcikmu, maka dia Jaa'far melaksanakan solat bersama Nabi Muhammad Saww, seperti juga dia melaksanakannya bersama 'Ali bin Abu Thalib. Sekiranya Abu Thalib tak percaya akan agama Muhammad, tentu dia tidak akan rela kedua putranya solat bersama Nabi Muhammad Saww, sebab permusuhan yang timbul karena seorang penyair berkata: " Tiap permusuhan bisa diharapkan berakhirnya, kecuali permusuhan dengan yang lain dalam masalah agama ".

8- Dari al-Hafidz Abu Nu'aim yang meriwayatkan sampai kepada Ibnu Abbas, bahawasannya dia berkata : " Abu Thalib adalah orang yang paling mencintai Nabi Saww, dengan kecintaan yang amat sangat (Hubban Syadidan) tidak pernah dia mencintai anak-anaknya melebihi kecintaannya kepada Nabi Saww. Oleh karena itu dia tidak tidur kecuali bersamanya (Rasulullah Saww).

9- Diriwayatkan dalam kitab Asna al-Matalib fi najati Abu Thalib oleh Assayid al-Alamah al-Arifbillah, Ahmad bin Sayyid Zaini Dahlan Mufti mazhab Syafi'i di Mekah pada zamannya: " Sekarang orang-orang Quraisy dapat menyakitiku dengan sesuatu yang tidak pernah terjadi selama Abu Thalib hidup ". Tidaklah orang-orang Quraisy memperoleh sesuatu yang aku tidak senangi (menyakitiku) hingga Abu Thalib wafat ". Dan setelah beliau melihat orang-orang Quraisy berlumba-lumba untuk menyakitinya, baginda Saww bersabda: " Hai pakcikku, alangkah cepatnya apa yang aku peroleh setelah engkau wafat ". Ketika Fatimah binti Asad (isteri Abi Thalib) wafat, Nabi Saww menyembahyangkannya, turun sendiri ke liang lahat, menyelimuti dengan baju beliau dan berbaring sejenak di samping jenazahnya, beberapa sahabat bertanya kehairanan, maka Nabi Saww menjawab: " Tak seorang pun sesudah Abu Thalib yang ku patuhi selain dia (Fatimah binti Asad).


4
IBRAHIM BAPAK TAUHID UMAT MANUSIA

Kewafatan Abu Thalib
Abu Thalib dan Sayyidah Khadijah isteri Nabi Saww wafat dalam tahun yang sama, oleh karena itu tahun tersebut Nabi Saww menyebutnya sebagai Aamul Huzn iaitu tahun dukacita. Jika Abu Thalib seorang kafir patutkah kematiannya disedihkan. Dan apakah patut Nabi berkasih mesra dengan orang kafir, dengan berpandangan bahawa Abu Thalib kafir sama dengan menuduh Allah menyerahkan pemeliharaan Nabi Saww, pada seorang kafir dan membiarkan berhubungan cinta-mencintai dan kasih-mengasihi yang teramat sangat padahal dalam al-Quran disebutkan: " Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka(QS;48,29). Dan di ayat yang lain Allah berfirman: " Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menetang Allah dan Rasul-Nya. Sekalipun orang itu bapak-bapak, atau anak-anak saudara-saudara atupun keluarga mereka".(QS;58,29)

Seandainya kami tidak khuatir anda menjadi jemu, maka akan kami sebutkan hadis yang lainnya, kini untuk memperkuat argumentasi di atas akan kami ketengahkan disini sya'ir-sya'ir Abu Thalib:

" Saya benar-benar tahu bahawa agama Muhammad adalah paling baiknya agama di dunia ini. "

Di sya'ir yang lain beliau berkata: " Adakah kamu tidak tahu, bahawa kami telah mengikuti diri Muahmmad sebagai Rasul seperti Musa yang telah dijelaskan pada kitab-kitab ".

Semaklah sya'ir beliau ini, bahawa beliau juga beriman pada Nabi-Nabi yang lain seperti Nabi Musa a.s, dan ketika Rahib Buhairah berkata padanya beliau juga mengimani akan kenabian Isa a.s , sungguh Abu Thalib adalah orang ilmuan yang ahli kitab-kitab sebelumnya.

Dalam sya'ir yang lain:

" Dan sesungguhnya kasih sayang dari seluruh hamba datang kepadanya (Muhammad). Dan tiada kebaikan dengan kasih sayang lebih dari apa yang telah Allah SWT khususkan kepadanya. "

" Demi Tuhan rumah (Ka'bah) ini, tidak kami akan serahkan Ahmad (Muhammad) kepada bencana dari terkaman masa dan malapetaka. "

" Mereka (kaum Quraisy) mencemarkan namanya untuk melemahkannya. Maka pemilik Arsy (Allah) adalah dipuji (Mahmud) sedangkan dia terpuji (Muhammad). "

" Demi Allah, mereka tidak akan sampai kepadamu dengan kekuatannya. Hingga Aku terbaring di atas tanah. Maka sampaikanlah urusanmu secara terang-terangan apa yang telah diperintahkan tanpa mengindahkan mereka. Dan berilah kabar gembira sehingga menyenangkan dirimu. Dan engkau mengajakku dan aku tahu bahawa engkau adalah jujur dan benar. Engkau benar dan aku mempercayai. Aku tahu bahawa agama Muhammad adalah paling baiknya agama di dunia ini . Dan sebilah pedang meminta siraman air hujan dengan wajahnya, terhadap pertolongan anak yatim sebagai pencegahan dari muslim yg berpura-pura. Kehancuran jadi tersembunyi dari Bani Hasyim (keluargaya Nabi Saww), maka mereka disisinya (Muhammad) tetap dalam bahagia dan berada dalam keutamaan. "

" Sepanjang umur aku telah tuangkan rasa cinta kepada Ahmad.

Dan aku menyayanginya dengan kasih sayang tak terputus.

Mereka sudah tahu bahawa anak yatim tidak berbohong.

Dan tidak pula berkata dengan ucapan yang bathil.

Maka siapakah sepertinya di antara manusia hai orang yang berfikir.

Jika dibanding pemimpinpun dia lebih unggul.

Lemah lembut, bijaksana, cerdik lagi tidak gelabah, santun serta tidak pernah lalai.

Ahmad bagi kami merupakan pangkal, yang memendekkan derajat yang berlebihan.

Dengan sabar aku mengurusnya, melindungi serta menepiskan darinya semua gangguan. "


Kiranya cukup, apa yang kami ketengahkan dari sya'ir-sya'ir Abu Thalib yang membuktikan bahawa beliau adalah seorang Mukmin dan telah menolong dan membela Nabi Saww, maka beliau termasuk orang-orang yang beruntung.

" Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Quran) mereka itulah orang-orang yang beruntung". (QS; 7;15)

Sesungguhnya Abu Thalib adalah orang yang telah mempercayainya, memuliakannya serta menolongnya, sehingga dia menentang orang-orang Quraisy. Dan ini telah disepakati oleh seluruh sejarawan. Sebuah hadis Nabi Saww menyebutkan : " Saya (Nabi Saww) dan pengawal yatim, kedudukannya disisi Allah SWT bagaikan jari tengah dengan jari telunjuk ". Siapakah sebaik-baik yatim? Dan siapakah sebaik-baik pengasuh yatim itu?, Bukankah Abu Thalib mengasuh Nabi Saww dari usia 8 tahun sampai 51 tahun.

Dalam Tarikh Ya'qubi jilid II hal. 28 disebutkan :

" Ketika Rasul SAW diberi tahu tentang wafatnya Abu Thalib, beliau tampak sangat sedih, beliau datang menghampiri jenazah Abu Thalib dan mengusap-usap pipi kanannya 4 kali dan pipi kiri 3 kali. Kemudian beliau berucap : " Pakcik, engkau memelihara diriku sejak kecil, mengasuhku sebagai anak yatim dan memjagaku di saat aku sudah besar. Kerana aku, Allah SWT melimpahkan kebajikan bagimu ". Baginda lalu berjalan perlahan-lahan lalu berkata : " Berkat silaturrahmimu Allah SWT melimpahkan kebajikan bagimu pakcik. "

Dalam buku Siratun Nabi Saww yang ditulis oleh Ibnu Hisyam, jilid I hal.252-253 disebutkan: Abu Thalib meninggal dunia tanpa ada kafir Quraisy di sekitarnya dan mengucapkan dua kalimat syahadah yang didengar oleh Abbas bin Abdul Mutthalib. Demikian pula dalam buku Abu Thalib mukmin Quraisy oleh Syeikh Abdullah al-Khanaizy diterangkan : bahawa Abu Thalib mengucapkan kalimat Syahadah diriwayatkan oleh Abu Bakar, yang dikutib oleh pengarang tersebut dari buku Sarah Nahjul balaghah III hal.312, Syekh Abthah hal.71nAl-Ghadir VII hal.370 & 401, Al-A'Yan XXXIX hal.136.

Abu Dzar al-Ghifari seorang sahabat Nabi Saww yang sangat dicintai Nabi Saww bersumpah menyatakan, bahawa wafatnya Abu Thalib sebagai seorang mukmin (al-Ghadir Vii hal.397).

Diriwayatkan dari Imam Ali ar-Ridha dari ayahnya Imam Musa al-Kadzim, riwayat ini bersambung sampai pada Imam 'Ali bin Abi Thalib dan beliau mendengar dari Nabi Saww, bahawa : " Bila tak percaya akan Imannya Abu Thalib maka tempatnya di neraka ". (An-Nahjul III hal.311, Al-Hujjah hal.16, Al-Ghadir VII hal.381 & 396, Mu'janul Qubur hal.189, Al-A'Yan XXXIX hal.136, As-Shawa'iq dll). Abbas berkata ; " Imannya Abu Thalib seperti imannya Ashabul Kahfi. "

Boleh jadi sebagian para sahabat tidak mengetahui secara terang-terangan akan keimanan Abu Thalib. Penyembunyian Iman Abu Thalib sebagai pemuka Bani Hasyim terhadap kafir Quraisy merupakan strategi, siasah dan taktik untuk menjaga dan membela Islam pada awal kebangkitannya yang masih sangat rawan itu sangat membantu tegaknya agama Allah SWT.

Penyembunyian Iman itu Banyak dilakukan ummat sebelum Islam sebagaimana banyak kita jumpa dalam al-Quran, seperti Ashabul Kahfi (pemuda penghuni gua), Asiah istri Fir'aun yang beriman pada Nabi Musa a.s dan melindungi, memelihara dan membela Nabi Musa a.s, juga seorang laki-laki dalam kaumnya Fir'aun yang beriman dan membela pada Nabi Musa a.s.

Lihat al-Quran; 40:28 berbunyi : " Dan seorang laki-laki yang beriman di antara pengikut-pengikut (kaum) Fir'aun yang menyembunyikan imannya berkata: "Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki (Musa) kerana dia menyatakan" : " Tuhanku adalah Allah padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu. Dan jika dia seorang pendusta maka dialah yang menanggung dosanya itu, dan jika dia seorang yang benar nescaya sebagian (bencana) yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu. Sesungguhnya Allah SWT, tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta . "

Jadi menyembunyikan iman terhadap musuh-musuh Allah tidaklah dilarang dalam Islam. Ada suatu riwayat di zaman Rasulullah Saww, demikian ketika orang-orang kafir berhasil menangkap Bilal, Khabab, Salim. Shuhaib dan Ammar bin Yasir serta ibu bapanya, mereka digilir disiksa dan dibunuh sampai giliran Ammar, melihat keadaan yang demikian Ammar berjihad untuk menuruti kemahuan mereka dengan lisan dan dalam keadaan terpaksa. Lalu diberitahukan kepada Nabi Saww bahawa Ammar telah menjadi kafir, namun baginda Nabi Saww menjawab: " Sekali lagi tidak, Ammar dipenuhi oleh iman dari ujung rambutnya sampai keujung kaki, imannya telah menyatu dengan darah dagingnya ". Kemudian Ammar datang menghadap Rasulullah Saww sambil menangis, lalu Rasulullah Saww mengusap kedua matanya seraya berkata: " Jika mereka mengulangi perbuatannya, maka ulangi pula apa yang telah engkau ucapkan. " Kemudian turunlah ayat (QS; 16;106) sebagai membenarkan tindakan Ammar oleh Allah SWT dengan berfirman: " Barang siapa yang kafir kepada Allah SWT sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (tidak berdosa), akan tetapi orang-orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah SWT menimpahnya dan baginya azab yang besar. "

Imam Muhammad bin Husein Mushalla al-Hanafi (yang bermazhab Hanafi) dia menyebut dalam komentar terhadap kitab Syihabul Akhbar karya Muhammad ibn Salamah bahawa: " Barangsiapa yang mencela Abu Thalib hukumnya adalah kafir ". Sebagian ulama dari Mazhab Maliki berpandangan yang sama seperti Ali al-Ajhuri dan at-Tulsamany, mereka ini berkata orang yang mencela Abu Thalib (mengkafirkan) sama dengan mencela Nabi Saww dan akan menyakiti beliau, maka jika demikian dia telah kafir, sedang orang kafir itu halal dibunuh. Begitu pula ulama besar Abu Thahir yang berpendapat bahawa barangsiapa yang mencela Abu Thalib hukumannya adalah kafir.

Kesimpulannya, bahawa siapapun yang cuba-cuba menyakiti Rasulullah Saww adalah kafir dan harus diperangi (dibunuh), jika tidak bertaubat. Sedang menurut mazhab Maliki harus dibunuh walau telah taubat. Imam al-Barzanji dalam pembelaan terhadap Abu Thalib, bahawa sebagian besar dari para ulama, para sufiah dan para aulia' yang telah mencapai tingkat 'Kasyaf', seperti al-Qurthubi, as-Subki, asy-Sya'rani dan lain-lain. Mereka sepakat bahawa Abu Thalib selamat dari siksa abadi, kata mereka : " Ini adalah keyakinan kami dan akan mempertanggungjawabkannya dihadapan Allah SWT kelak. "

Akhirnya mungkin masih ada kalangan yang tanya, bukankah sebagian besar orang masih menganggap Abu Thalib kafir, jawabnya : "Banyaknya yang beranggapan bukan jaminan suatu kebenaran. "

" Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang di muka bumi ini, nescaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah SWT. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti prasangka belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah SWT) (QS;6:115).

Semoga kita dijadikan sebagian golongan yang mencintai dan mengasihi sepenuh jiwa ruh dan jasad kepada Nabi Muhammad Saww dan Ahlul Baitnya yang telah disucikan dari segala noda dan nista serta para sahabatnya yang berjihad bersamanya yang setia mengikutinya sampai akhir hayatnya.

Sesungguhnya taufiq dan hidayah hanyalah dari Allah SWT, kepada-Nya kami berserah diri dan kepada-Nya kami akan kembali.


5
IBRAHIM BAPAK TAUHID UMAT MANUSIA

SYA'IR-SYA'IR DALAM MEMUJI KELUARGA RASULULLAH SAWW
Dalam salah satu sya'ir Syafi'i, beliau berkata :

"Wahai Keluarga Rasulullah

Kecintaan kepadamu

Allah wajibkan atas kami

Dalam Al-Quran yang diturunkan

Cukuplah tanda kebesaranmu

Tidak sah solat tanpa selawat padamu"

(maksud selawat : Allahumma Shalli 'ala Muhammad wa ali Muhammad)


Abu Hanifah (pendiri mazhab Hanafi) dalam sya'irnya:

" Kecintaan Yahudi kepada keluarga Musa nyata

Dan bantuan mereka kepada keturunan saudaranya jelas

Pemimpin mereka dari keturunan Harun lebih utama

Kepadanya mereka mengikut dan bagi setiap kaum ada penuntun

Begitu juga Nasrani sangat memuliakan dengan penuh cinta

Kepada Al-Masih dengan menuju perbuatan kebajikan

Namun jika seorang Muslim membantu keluarga Ahmad (Muhammad)

Maka mereka bunuh dan mereka sebut kafir

Inilah penyakit yang sulit disembuhkan, yang telah menyesatkan akal

Orang-orang kota dan orang-orang desa, mereka tidak menjaga

Hak Muhammad dalam urusan keluarganya

dan Allah Maha Menyaksikan. "


Zamakhsyari dalam sya'irnya berkata:

" Beruntung anjing karena mencintai Ashabul kahfi

Mana mungkin aku celaka karena mencintai keluarga Nabi Saww"


Abu Hasyim Isma'il bin Muhammad al-Humairi dalam salah satu sya'ir yang mengharap syafa'at nabinya Saww, berkata:

" Salam sejahtera kepada keluarga dan kerabat Rasul

Ketika burung-burung merpati beterbangan

Bukankah mereka itu kumpulan bintang gemerlapan di langit

Petunjuk-petunjuk agung tak diragukan

Dengan mereka itulah aku di Syurga, aku bercengkerama

Mereka itu adalah lima tetanggaku, Salam sejahtera ".


6