KHOTBAH 191 Dikenal sebagai al-Khuthbah al-Qâshi'ah (Khotbah Penghinaan)
Terdiri dari pelecehan terhadap iblis atas kesombongannya dan penolakannya untuk tunduk kepada Adam (as), dan karena ia merupakan yang pertama yang menunjukkan pembangkangan dan bertindak melalui kesombongan; ini merupakan suatu peringatan kepada manusia yang melangkah di jalan iblis. Segala puji bagi Allah yang memakai busana Kehormatan dan Kemuliaan dan telah memilihnya bagi Diri-Nya Sendiri ketimbang bagi makhluk-Nya. la telah membuat jubah kebesaran itu tak terjangkau dan tak halal bagi selain-Nya. la telah memilihnya bagi Diri-Nya Sendiri Yang Mahabesar dan telah melemparkan kutukan kepada yang hendak menyaingi-Nya dalam hal ini.
Ujian Allah pada Kesombongan Iblis
Kemudian la menguji para malaikat-Nya sehubungan dengan sifat-sifat ini, untuk membedakan mereka yang sederhana dan yang sombong. Allah yang mengetahui segala yang tersembunyi dalam hati dan segala yang di alam ghaib, berkata,
'Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah, dan apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)-Ku, maka hendaklah kamu tersungkur dengan sujud kepadanya. Lalu seluruh malaikat itu sujud semuanya, kecuali iblis.' (QS. 38:71-74).
Kesombongan menghalanginya. Akibatnya, ia merasa sombong atas Adam karena asal penciptaannya, dan membanggakan diri kepada Adam karena asal kejadiannya. Maka musuh Allah itu adalah pemimpin orang-orang yang menyombongkan diri, dan pelopor kesombongan. lalah yang meletakkan fondasi pengelompokan, bertengkar dengan Allah tentang jubah kebesaran, menggunakan busana takabur dan menanggalkan baju kesederhanaan. Tidakkah Anda lihat betapa Allah merendahkannya dan menghinanya karena ia berlagak tinggi? la mencampakkannya di dunia ini dan menyediakan baginya api yang bernyala di akhirat.
Apabila Allah menhendaki untuk menciptakan Adam dari cahaya yang sinarnya akan menyilaukan mata, yang gagahnya akan mengherankan akal dan baunya akan menahan napas, la dapat berbuat demikian; dan apabila Ia telah berbuat demikian, manusia akan menunduk kepadanya dalam kerendahan dan percobaan kepada malaikat melaluinya akan menjadi lebih mudah. Tetapi Allah Yang Mahasuci mencoba makhluk-makhluk-Nya melalui hal-hal yang hakikatnya tidak mereka ketahui, untuk membedakan (baik dan buruk) bagi mereka melalui ujian itu, dan untuk membuang kesombongan dari mereka dan menjauhkan mereka dari kesombongan dan kagum-diri.
Anda harus mengambil pelajaran dari apa yang dilakukan Allah terhadap iblis, yakni la menihilkan amal perbuatannya yang agung dalam waktu lama karena kesombongan sejenak, walaupun iblis telah menyembah Allah selama enam ribu tahun—apakah menurut perhitungan dunia ini atau dunia yang akan datang, tidak diketahui. Siapakah sekarang yang akan selamat dengan berbuat durhaka seperti itu? Tak ada sama sekali. Allah tak mungkin membiarkan seorang manusia masuk surga apabila ia berbuat hal yang sama yang untuk itu la mengeluarkan seorang penghuni langit darinya. Perintah-Nya kepada penghuni langit dan bumi adalah sama. Tak ada persahabatan antara Allah dan individu mana pun dari ciptaan-Nya sampai memberikan kepadanya izin untuk suatu hal yang tidak disukai yang telah ditetapkan-Nya sebagai haram bagi seluruh dunia.
Peringatan terhadap Iblis
Oleh karena itu, hendaklah Anda takut jangan sampai iblis menulari Anda dengan penyakit ini, atau menyesatkan Anda melalui seruannya, atau maju (menyerang) Anda dengan orang berkuda dan pasukan pejalan kakinya, karena, demi hidup saya, ia telah memasang panah pada busur untuk Anda, telah menarik busur dengan kuatnya, dan telah membidik Anda dari posisi yang dekat, dan,
"la (iblis) berkata, 'Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan merekasemuanya.'" (QS. 15:39)
Walaupun iblis telah mengatakan demikian hanya dengan menerka-nerka tentang masa depan yang ghaib, dan dengan dugaan-dugaan yang salah, namun putra-putra kesombongan, saudara-saudara kepongahan, dan pasukan berkuda kebanggaan dan intoleransi menyatakan dia sebagai yang benar, sedemikian rupa sehingga orang-orang yang pendurhaka di antara Anda sekalian menunduk kepadanya, dan keserakahannya atas Anda beroleh kekuatan, dan apa yang dahulunya merupakan rahasia tersembunyi berubah menjadi kenyataan yang terang, ia menebarkan kekuatan penuhnya atas Anda dan maju dengan pasukannya menghadapi Anda.
Kemudian mereka mendorong Anda ke dalam liang kehinaan, melemparkan Anda ke dalam badai pembantaian, dan memijak-mijak Anda, melukai Anda dengan menusuk mata Anda dengan lembing, memotong tenggorokan Anda, merobek lobang hidung Anda, mematahkan anggota badan Anda, dan mengambil Anda dengan tali kendali ke api yang telah tersedia. Dengan demikian ia menjadi lebih merugikan bagi agama Anda dan pemicu api (kejahatan) yang lebih besar tentang urusan duniawi Anda ketimbang musuh-musuh yang terhadapnya Anda menunjukkan perlawanan yang terbuka dan yang terhadapnya Anda memajukan pasukan Anda.
Anda harus mengerahkan segala kemampuan dan usaha Anda untuk melawan dia (iblis) karena, demi Allah, ia membangga-banggakan diri terhadap asal Anda (asal Adam), mempertanyakan kedudukan Anda dan meremehkan asal usul Anda. la maju kepada Anda dengan tentaranya, dan membawa pasukan infantrinya ke jalan Anda. Mereka memburu Anda dari setiap tempat, dan mereka mengenai Anda pada setiap sendi jari. Anda sama sekali tak mampu membela diri, tak dapat pula Anda memukul balik mereka dengan tekad bagaimanapun. Anda berada dalam ketebalan nista, lingkaran kesempitan, lapangan maut dan jalan kesusahan.
Karena itu Anda harus memadamkan api kesombongan dan nyala kepicikan yang tersembunyi dalam hati Anda. Kesombongan ini hanya dalam hati seorang Muslim dengan perbuatan iblis, kesombongannya, kejahatannya dan bisikan-bisikannya: Bangunlah jiwa Anda untuk menjunjung kesederhanaan, memijak-mijak rasa bangga-diri dan melepaskan kesombongan dari tengkuk Anda. Ambillah kerendahan hati sebagai senjata untuk menghadapi musuh Anda, iblis dan pasukannya. Pastilah ia mempunyai pejuang, penolong, infantri dan tentara berkuda dari setiap kaum. Jangan menjadi seperti dia yang berpura-pura unggul atas putra-putra ibunya sendiri tanpa suatu kekhususan yang diberikan kepadanya oleh Allah kecuali rasa cembuni yang diciptakan oleh rasa kebesaran dalam dirinya dan api kemarahan yang dinyalakan oleh kesombongan dalam hatinya, setelah itu Allah memberikan penyesalan kepadanya dan membuatnya bertanggung jawab bagi dosa dari semua pembunuh hingga ke Hari Pengadilan.
Peringatan terhadap Kesombongan
Berhati-hatilah! Anda berusaha dengan susah payah dalam kedurhakaan dan menciptakan kejahatan di muka bumi dalam melawan AUah secara terang-terangan dan menantang kaum mukmin tentang pertempuran. (Hendaklah Anda takut kepada) Allah! Allah! dalam merasa bangga akan kesombongan Anda dan menyombongkan kejahilan, karena inilah akar permusuhan dan rancangan iblis yang dengan itu ia telah menipu manusia-manusia zaman dahulu dan masa-masa yang telah berlalu, dengan hasil bahwa mereka jatuh ke dalam kegelapan jahilnya dan lobang kesesatannya, menyerah kepada dorongannya dan menerima kepemimpinannya. Dalam hal ini hati semua orang serupa, dan zaman-zaman berlalu, satu demi satu, dalam cara yang sama, dan ada kesombongan yang dengan itu dada terbebat.
Peringatan terhadap Menaati Pemimpin dan Sesepuh yang Sombong
Berhati-hatilah! Berhati-hatilah menaati para pemimpin dan orang tua yang merasa bangga akan hasil capaiannya dan membangga-banggakan nasabnya. Mereka melemparkan (tanggung jawab atas) hal-hal pada Allah dan bertengkar dengan Allah dalam apa yang la perbuat dengan mereka, menandingi keputusan-Nya dan membantah nikmat-nikmat-Nya. Sesungguhnya mereka adalah fondasi utama pembangkangan, tiang-tiang pokok kejahatan, dan pedang kesombongan jahiliah tentang nenek moyang. Karena itu, takwalah kepada Allah, dan jangan pula cemburu atas nikmat-Nya atas Anda,
[1] dan janganlah Anda menaati orang-orang yang mengaku (Islam) yang air kotornya Anda minum bersama air Anda yang bersih, yang penyakitnya Anda campur dengan kesehatan Anda dan yang kebatilan-kebatilannya Anda izinkan masuk ke dalam urusan-urusan Anda yang hak.
Mereka adalah fondasi kemungkaran dan barisan kedurhakaan. Iblis telah membuat mereka menjadi pembawa kesesatan dan (menjadikan mereka) tentara dengan siapa ia menyerang manusia. Mereka adalah juru takwil yang melalui mereka ia berbicara untuk mencuri pikiran Anda, memasuki mata Anda dan meniup ke dalarh telinga Anda. Secara ini ia membuat Anda menjadi mangsa panahnya, menjadi tanah pijakan langkah kakinya dan sumber kekuatan tangannya. Ambillah pelajaran dari hal bagaimana ia membawa kemurkaan Allah, pelanggaran, pembalasan dan hukuman atas orang-orang yang sombong di antara manusia. Ambillah pelajaran dari keterbaringan mereka pada pipi mereka dan jatuh pada sisi mereka, dan carilah pertolongan Allah dari bahaya kesombongan, sebagaimana Anda memohon perlindungan dari bencana.
Kerendahan Hati Nabi
Sungguh, apabila Allah akan mengizinkan seseorang untuk bergelimang dalam kebanggaan, la akan mengizinkannya kepada para nabi pilihan dan para wali-Nya. Tetapi Allah Yang Mahasuci tidak menyukai kesombongan bagi mereka, dan la menyukai kesederhanaan bagi Karena itu merela meletakkan pipi mereka ke tanah, menggosok waja mereka dengan debu, menundukkan diri bagi kaum mukmin dan tetap sebagai orang yang rendah. Allah menguji mereka dengan lapar, menimpakan kepada mereka kesulitan, menguji mereka dengan rasa takut, dan menyulitkan mereka dengan kesukaran. Oleh karena itu, janganlah mandang kekayaan dan keturunan sebagai tolok ukur keridaan dan kebencian Allah, karena Anda tak mengetahui kemungkinan dari kejahatan dan ujian dalam masa kaya dan berkuasa sebagaimana Allah Yang Mahasuci dan Mahatinggi telah berkata,
"Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa) Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenamya mereka tidak sadar." (QS. 23:55-56)
Sungguh, Allah Yang Mahasuci raenguji makhluk-makhluk-Nya yang sombong akan diri mereka sendiri melalui orang-orang yang dicintai-Nya yang rendah di mata mereka.
Ketika Musa putra 'lmran mendatangi Fir'aun bersama saudaranya Harun dengan memakai baju bulu domba (yang kasar) dan memegang tongkat di tangan mereka, mereka menjamin dia tetap menguasai negaranya dan keberlanjutan kehormatannya apabila ia menyerah; tetapi ia (Fir'aun) berkata, "Tidakkah Anda heran akan dua orang ini menjamin kelanjutan kehormatan saya dan tetap menguasai negara saya padahal Anda melihat kemiskinan dan kerendahan mereka? Kalau tidak, mengapa mereka tidak memakai kalung emas di pergelangan mereka?" la berkata demikian dengan merasa bangga akan emasnya dan harta yang dikumpulkannya, dan memandang bulu domba dan pakaian darinya sebagai bukan apa-apa.
Ketika Allah Yang Mahasuci mengutus para rasul-Nya, apabila la menginginkan untuk membukakan bagi mereka perbendaharaan dan tambang emas dan (mengelilingi mereka dengan) taman-taman yang bertanaman dan mengumpulkan di sekitar mereka burung-burung dari langit dan binatang-binatang dari bumi, la dapat berbuat demikian. Apabila la telah berbuat demikian, maka tidak akan ada ujian, tidak ada balasan dan tidak ada kabar (tentang urusan dunia akhirat). Orang-orang yang menerima (risalah-Nya) tak dapat diberi balasan yang disebabkan karena adanya ujian, dan kaum mukmin tak akan patut mendapatkan ganjaran atas amal baik, dan semua kata-kata ini tak akan mempertahankan maknanya.[2] Tetapi Allah Yang Mahasuci membuat para rasul-Nya kukuh dalam tekad mereka dan memberikan kepada mereka kelemahan dalam penglihatan seperti yang dilihat dengan mata, bersama dengan kepuasan yang memenuhi hati dan mata sebagai akibat tidak adanya kerisauan dan dengan kebutuhan yang memedihkan mata dan telinga.
Apabila para rasul mempunyai wewenang yang tak dapat diserang, atau kehormatan yang dapat dirusak, atau wilayah ke arah mana leher-leher akan berpaling dan pelana tunggangan dapat dipasang, akan sangat mudah bagi manusia untuk mencari pelajaran dan sangat sulit untuk merasa sombong. Mereka akan terpaksa menerima keimanan karena takut yang dirasakan oleh mereka, atau kecenderungan akan menarik mereka, dan niat mereka semua akan sama walaupun tindakan mereka berbeda. Oleh karena itu, Allah Yang Mahasuci menetapkan bahwa manusia harus mengikuti para rasul-Nya, mengakui kitab-kitab-Nya, tetap merendah di hadapan wajah-Nya, menaati perintah-Nya dan menerima ketaatan kepada-Nya dengan tulus di mana tak boleh ada setitik pun dari sesuatu lainnya; dan karena ujian dan cobaan itu lebih keras maka ganjaran dan balasannya pun lebih besar.
Ka'bah
Tidakkah Anda melihat bahwa Allah Yang Mahasuci telah menguji di antara orang-orang yang datang ke sini, dimulai dengan Adam, hingga kepada yang terakbir di dunia ini dengan batu yang tidak memberikan suatu keuntungan ataupun kerugian, yang tidak melihat ataupun mendengar. la membuat batu-batu itu menjadi rumah-Nya yang suci dan la jadikan suatu andalan bagi manusia. la menempatkannya di bagian bumi yang paling kasar berbatu, dan di tanah tinggi yang di atasnya paling sedikit tanah, di antara lembah-lembah yang paling sempit di antara bukit-bukit yang kasar, lapangan pasir lembut, sumber dari air yang sedikit dan penduduk yang bertebaran, di mana tak ada unta maupun kuda ataupun sapi dan biri-biri dapat hidup makmur.
Kemudian la memerintahkan kepada Adam dan putra-putranya untuk memalingkan perhatian mereka ke arahnya. Dengan jalan ini ia menjadi pusat perjalanan mereka dalam mencari padang rumput dan tempat pertemuan hewan-hewan pengangkutnya, sehingga jiwa manusia bergegas ke arahnya dari berbagai gurun jauh yang tak berair, lembah-lembah yang dalam dan rendah dan pulau-pulau yang bertebaran di laut. Mereka menggoncangkan bahu mereka dalam kerendahannya, mengucapkan ikrar bahwa mereka telah mendengar panggilan-Nya, maju dengan kaki yang cepat, dan rambut yang kusut dan wajah berdebu. Mereka melemparkan penggalan-penggalan kain ke punggungnya, mereka melumuri keindahan wajahnya dengan meninggalkan rambut tak berpangkas, sebagai suatu ujian besar, cobaan yang keras, cobaan terang, dan penghalusan yang sangat. Allah telah menjadikannya sarana kepada rahmat-Nya dan pendekatan kepada surga-Nya.
Apabila Allah Yang Mahasuci telah menempatkan Rumah Suci-Nya dan tanda-tanda besar-Nya di antara perkebunan, sungai-sungai, lapangan yang lembut dan rata, pepohonan yang banyak, buah-buahan yang melimpah, penduduk yang padat, taman-taman yang subur, tanah-tanah yang hijau, lapangan-lapangan yang diairi, kebun buah-buahan yang berkembang, dan jalan-jalan yang ramai, jumlah imbalan akan berkurang karena ringannya ujian. Apabila fondasi di atas mana rumah itu didirikan dan batu yang dengannya (rumahj itu ditinggikan terdiri dari permata hijau dan batu merah delima, dan di sana ada kecerahan dan sinar cahaya, maka hal-hal ini akan mengurangi tindakan dari keraguan di dalam hati, akan sudah menghilangkan efek dari kegiatan iblis dari hati, dan akan menghentikan meluapnya rasa waswas pada manusia. Tetapi Allah menguji hamba-hamba-Nya dengan berbagai kesulitan, menghendaki mereka melakukan ibadah melalui kesulitan dan melibatkan mereka dalam kesusahan, semuanya untuk menarik keluar kesombongan dari hati mereka, untuk memukimkan kerendahan hati dalam jiwa mereka dan metnbuat semua ini suatu pintu terbuka bagi nikmat-nikmat-Nya dan sarana yang mudah bagi keampunan-Nya (atas dosa-dosa mereka).
Peringatan terhadap Pendurhakaan dan Kelaliman
(Takutlah kepada) Allah! Allah! akan akibat akhir pendurhakaan (di dunia akhirat), dan dari hasil buruk kesombongan, karena ia merupakan perangkap besar iblis dan tipuan besarnya yang memasuki hati manusia seperti racun yang mematikan. la tak pernah menjadi sia-sia, tidak salah terhadap siapa pun—baik yang terpelajar karena pengetahuannya, baik orang miskin dalam busana gombalnya.[3] Inilah hal yang terhadapnya Allah telah melindungi makhluk-makhluk-Nya yang beriman dengan sarana doa, sedekah, dan menanggung kesulitan berpuasa di hari-hari di mana hal itu telah diwajibkan, untuk memberikan kepada anggota-anggota badannya kedamaian, untuk melemparkan takut dalam mata mereka, untuk membuat jiwa mereka merendah, memberikan kepada hati mereka kesederhanaan dan untuk menyingkirkan kesombongan dari mereka. Semua ini tercapai melalui penutupan pipi mereka yang halus dengan debu dalatn kerendahan, dan mengempiskan perut mereka sampai mencapai punggungnya karena puasa dengan jalan kerendahan (di hadapan Allah), di samping memberikan segala macam hasil bumi kepada para fakir miskin dengan sarana sedekah.
Lihatlah apa yang ada dalam perbuatan-perbuatan ini dengan mengekang wajah kesombongan dan menekan jejak-jejak kepongahan. Saya melemparkan pandangan dan melihat bahwa tak seorang di dunia, kecuali Anda, merasa sombong atas apa saja tanpa suatu sebab yang mungkin muncul pada orang bodoh, atau nalar yang mungkin melekat pada pikiran orang tolol, karena Anda merasakan kesombongan atas sesuatu yang untuk itu tak ada alasan yang dapat dipilih, tak ada pula suatu dasar.
Tentang iblis, ia merasa sombong terhadap Adam karena asal-usulnya, dan mengejeknya tentang penciptaannya, ketika ia berkata, "Saya dari api sedang engkau (hanya) dari lempung." Dalam cara yang sama, orang kaya di antara kalangan yang makmur telah merasakan kesombongan karena kekayaan mereka, seperti firman (Allah),
"Dan mereka berkata, 'Kami telah banyak mempunyai harta dan anak-anak, dan kami tidak akan diazab.'" (QS. 34:35)
Kegairahan dan Akhlak yang Menarik, Kedudukan yang Terhormat, dan Mengambil Kegairahan dan Akhlak yang Menarik, Kedudukan yang Terhormat, Mengambil Pelajaran dari Masa Lalu Kalau Anda tak dapat mengelakkan kebanggaan, hendaklah kebanggaan itu dalam hal-hal yang sifatnya baik, amal perbuatan yang terpuji dan hal-hal yang mengagumkan, yang dengan itu para keluarga Arab yang mulia menunjukkan dirinya, seperti akhlak yang menarik, pikiran yang mulia, sikap yang terhormat dan perilaku yang baik. Anda juga harus menunjukkan kebanggaan (hanya) dalam kebiasaan yang terpuji seperti perlindungan kepada tetangga, pemenuhan janji, ketaatan kepada yang baik, perlawanan kepada yang sombong, mengulurkan kedermawanan kepada orang lain, berpantang mendurhaka, menjauh dari pertumpahan darah, berlaku adil kepada manusia, menekan kemarahan, dan menghindari kekacauan di bumi. Anda pun harus takut akan bencana yang menimpa manusia sebelum Anda karena perbuatan mungkar mereka dan perbuatan-perbuatan mereka yang tercela. Ingatlah, dalam keadaan baik atau buruk, apa yang terjadi pada mereka, dan berhati-hatilah agar Anda tidak menjadi seperti mereka.
Setelah Anda memikirkan kondisi-kondisi manusia ini, tautkanlah diri Anda pada segala yang dengan itu kedudukan mereka menjadi terhormat, yang karena itu musuh-musuh (selalu) menjauh dari mereka, yang melalui itu keamanan tersebar atas mereka, yang dengan alasan itu kekayaan menunduk kepada mereka, dan sebagai hasilnya kemuliaan menghuhungkan dirinya dengan tali mereka. Hal-hal ini ialah berpantang dari perpecahan, bersiteguh pada persatuan, saling menyeru kepadanya dan saling menasihati tentang hal itu. Anda harus menjauhi segala sesuatu yang mematahkan tulang punggung mereka dan melemahkan kekuatan mereka, seperti dengki di dalam hati, kebencian di dada, berpaling (dari saling menolong) dan menahan tangan dari membantu orang lain.
Pikirkanlah tentang keadaan orang-orang di kalangan kaum mukmin yang telah berlalu sebelum Anda. Betapa besar kesusahan dan ujian yang mereka alami! Bukankah mereka orang yang paling berbeban berat dan dalam keadaan yang paling genting di seluruh dunia? Para Fir'aun mengambil mereka sebagai budak. Mereka (para Fir'aun itu) menimpakan kepada mereka hukuman yang paling buruk dan penderitaan yang paling pahit. Mereka terus-menerus dalam keadaan terhina yang membinasakan dan ketundukan yang keras. Mereka tidak mendapatkan jalan untuk melepaskan diri dan tak ada jalan perlindungan. Hingga, ketika Allah Yang Mahasuci melihat bahwa mereka sedang menanggung kesukaran karena cinta kepada-Nya dan memikul kesusahan karena takwa kepada-Nya, la memberikan kelepasan dari kesusahan dan cobaan itu. Maka la mengubah kehinaan mereka menjadi kemuliaan, dan takut menjadi aman. Akibatnya, mereka menjadi raja-raja penguasa dan pemimpin-pemimpin yang mencolok, dan nikmat Allah atas mereka mencapai batas-batas di mana keinginan mereka tidak sampai.
Lihatlah bagaimana mereka ketika mereka dalam kelompok-kelompoknya, pandangan mereka sepakat, hati mereka sederhana, tangan-tangan mereka saling menolong, pedang mereka diniatkan untuk saling membantu, mata mereka tajam dan tujuan mereka sama. Tidakkah mereka menjadi majikan dari penjuru-penjuru bumi dan penguasa atas leher semua yang di dunia? Sesudah itu, lihat pula apa yang terjadi pada mereka menjelang akhir ketika perpecahan menyusul mereka, persatuan menjadi retak, dan perbedaan antara kata-kata mereka dan hati mereka. Mereka berpecah-pecah menjadi kelompok-kelompok dan bertebaran dan saling berperang di antara sesamanya. Kemudian Allah mengambil dari mereka busana kehormatan-Nya dan merebut dari mereka kemakmuran yang dihasilkan oleh nikmat-nikmat-Nya. Hanya riwayat mereka yang tertinggal di antara Anda untuk menunjuki orang-orang yang dapat memperoleh pelajaran dari mereka.
Anda harus mengambil pelajaran dari nasib keturunan Ismâ'îl, anak-anak Ishâq dan anak-anak Isrâ'îl. Betapa sama urusan mereka dan betapa akrab contoh-contoh mereka. Sehubungan dengan detail-detail perpecahan dan ketidaksatuannya, ingatlah hari-hari ketika para Khosru Persia dan Kaisar Roma telah menjadi majikan-majikannya.[4] Mereka (para penakluk) mengeluarkan mereka dari padang-padang rumput tanah mereka, sungai-sungai 'Iraq dan kesuburan dunia, ke arah hutan-hutan berduri, jalan-jalan angin (panas) dan kesukaran dalam rezeki. Secara ini mereka (para penakluk) mengubah mereka menjadi sekadar penggembala unta. Rumah-rumah mereka adalah yang terburuk di dunia dan tempat tinggal mereka paling terlanda kekeringan. Tak ada satu suara ke arah mana mereka dapat berpaling untuk perlindungan, tak ada naungan kasih sayang yang pada kekuatannya mereka dapat meletakkan amanat.
Keadaan mereka penuh kesusahan. Tangan mereka bertebaran. Mayoritas mereka terpecah belah. Meteka dalam kecemasan besar dan di bawah lapisan-lapisan kejahilan. Mereka menguburkan anak-anak perempuannya, menyembah berhala, mengabaikan kekeluargaan dan melaksanakan perampokan.
Sekarang, lihatlah berbagai nikmat Allah atas mereka; la mengutus kepada mereka seorang nabi yang membuat mereka membaiatkan ketaatan mereka kepadanya dan membuat mereka bersatu atas seruannya. (Lihatlah) betapa nikmat (Allah) membentangkan sayap nikmatnya ke atas mereka dan mengalirkan bagi mereka sungai-sungai nikmatnya, dan seluruh masyarakat menjadi terbungkus oleh kemakmuran yang penuh bahagia. Sebagai akibatnya, mereka terselam di bawah kenikmatannya dan menikmati kehidupannya yang subur. Urusan mereka diselesaikan di bawah lindungan penguasa yang kuat, dan keadaan memberikan kepada mereka kemuliaan yang melimpah, dan semua hal menjadi mudah bagi mereka di bawah bantuan negara yang kuat. Mereka menjadi penguasa dunia dan raja-raja dari (berbagai) bagian bumi. Mereka menjadi majikan dari orang-orang yang dahulunya adalah majikan mereka, dan mulai mengeluarkan perintah-perintah atas orang-orang yang dahulu memerintah mereka. Mereka begitu kuat sehingga lembing mereka tidak perlu diuji lagi dan senjata mereka tidak bercela.
Mengutuk Kaumnya
Hati-hatilah! Anda telah menggoyang tangan Anda menjadi longgar dari tali ketaatan, dan memecahkan benteng Ilahi di sekitar Anda (dengan mengandalkan) aturan-aturan jahiliah. Sungguh, adalah hikmat besar Allah Yang Mahasuci, bahwa la telah melahirkan di kalangan jamaah umat ini persatuan melalui tali kasih sayang yang dalam naungannya mereka berjalan dan bemaung. Itu suatu rahmat yang nilai-nya tak disadari oleh siapa pun di seluruh dunia, karena hal itu lebih berharga dari setiap harga dan lebih tinggi dari setiap kekayaan.
Hendaklah Anda ketahui bahwa Anda telah kembali lagi kepada kedudukan Arab Badui setelah Anda berhijrah (ke Islam), dan telah menjadi partai-partai yang berselisih setelah dahulu bersatu. Anda tidak memiliki sesuatu tentang Islam selain namanya, dan tidak mengetahui keimanan selain pamerannya. Anda katakan, "Api pun jadilah, tetapi tidak kedudukan memalukan," seakan-akan Anda akan menjatuhkan Islam pada wajahnya untuk dapat menghinakan kemuliaannya dan memutuskan baiatnya (bagi persaudaraan) yang diberikan Allah kepada Anda sebagai amanat suci pada bumi-Nya dan (sumber) kedamaian di antara manusia. Yakinlah bahwa apabila Anda cenderung kepada sesuatu selain Islam, orang kafir akan memerangi Anda. Maka tak akan ada lagi Jibril dan Mika'il, tak ada Muhajirin dan Anshar untuk menolong Anda, tetapi hanya ada gemerincing pedang, sampai Allah menyelesaikan urusan bagi Anda.
Sungguh, ada contoh-contoh sebelum Anda tentang kemurkaan Allah, hukuman, hari-hari siksaan dan kejadian. Oleh karena itu, jangan mengabaikan janji-janji-Nya, jangan mengabaikan hukuman-Nya, mengentengkan kemurkaan-Nya dan tidak mengharapkan kegarangan-Nya, karena Allah Yang Mahasuci tidak mengutuk zaman-zaman lalu kecuali karena mereka telah meninggalkan (kewajiban) untuk menyuruh orang berbuat baik dan mencegah mereka berbuat buruk. Sesungguhnya Allah mengutuk orang-orang bodoh karena melakukan perbuatan dosa, dan orang bijaksana karena melepaskan diri dari mencegah orang berbuat kemungkaran. Hati-hatilah! Anda telah memutuskan rantai Islam, telah melanggar batas-batasnya, dan telah menghancurkan perintah-perintahnya.
Kedudukan Tinggi Amirul Mukminin dan Perbuatan Islam yang Menakjubkan
Hati-hatilah! Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada saya untuk memerangi mereka yang memberontak atau membuat kekacauan di bumi. Mengenai para pelanggar baiat, saya telah memerangi mereka; mengenai para penyeleweng dari kebenaran, saya telah melancarkan perang suci terhadap mereka; dan mengenai orang-orang yang telah keluar dari agama, saya telah menempatkan mereka dalam kehinaan (yang parah).[5]
Mengenai iblis di lobang, ia pun telah saya tanggulangi melalui pekikan keras, yang dengan itu jeritan hatinya dan goncangan dadanya juga kedengaran.[6] Hanya sebagian kecil dari pemberontak yang tertinggal. Apabila Allah memberikan kepada saya satu kesempatan lagi atas mereka, saya akan menumpas mereka kecuali sedikit sisa yang mungkin tinggal bertebaran di pinggiran-pinggiran kota.
Bahkan ketika saya masih anak-anak, saya telah merendahkan dada para lelaki Arab (yang kenamaan), dan mematahkan ujung tanduk (yakni mengalahkan para kepala) suku Rabi'ah dan Mudhar. Pastilah Anda tahu akan kekerabatan saya yang dekat dan hubungan saya yang khusus dengan Rasulullah (saw). Ketika saya masih kanak-kanak, beliau mengasuh saya. Beliau biasa menekankan saya ke dada beliau dan membaringkan saya di sisi beliau di tempat tidur beliau, mendekatkan tubuh beliau kepada saya dan membuat saya mencium bau beliau. Beliau biasa mengunyah sesuatu kemudian menyuapi saya dengannya. Beliau tidak mendapatkan kebohongan dalam pembicaraan saya, tak ada pula kelemahan dalam suatu tindakan saya.
Sejak waktu penyapihannya, Allah telah menempatkan seorang malaikat yang kuat bersama beliau untuk membawa beliau sepanjang jalan akhlak yang luhur dan perilaku yang baik, siang dan malam, sementara saya biasa mengikuti beliau seperti seekor anak unta mengikuti jejak kaki induknya. Setiap hari beliau menunjukkan kepada saya beberapa dari akhlaknya yang mulia dan memerintahkan saya untuk mengikutinya seperti panji. Setiap tahun beliau pergi menyendiri ke bukit Hira', di mana saya melihat beliau tetapi tak seorang pun lainnya melihat beliau. Di hari-hari itu Islam tidak teidapat di rumah mana pun selain rumah Rasulullah (saw) dan Khadijah, sementara saya adalah orang ketiga dari keduanya. Saya biasa melihat dan memperhatikan sinar cahaya dari wahyu dan risalah Ilahi, dan benghirup napas kenabian.
Ketika wahyu turun kepada Nabi Allah (saw), saya mendengar bunyi keluhan iblis. Saya berkata, "Wahai Rasulullah, keluhan apakah itu?" dan beliau menjawab, "Ini iblis yang telah kehilangan segala harapan untuk disembah. Ya, 'Ali, Anda melihat apa yang saya lihat dan Anda mendengar apa yang saya dengar, kecuali bahwa Anda bukan nabi; tetapi Anda adalah seorang wazir dan sesungguhnya Anda pada (jalan) kebajikan."
Saya bersama beliau ketika sekelompok orang Quraisy datang seraya berkata kepada beliau, "Hai, Muhammad, Anda telah membuat suatu pengakuan besar yang tak ada dari nenek moyang kalangan famili Anda telah melakukannya. Kami meminta kepada Anda satu hal; apabila Anda memberi jawaban atasnya kepada kami, kami akan mempercayai bahwa Anda adalah seorang nabi dan rasul; tetapi, apabila Anda tak dapat (memenuhinya), kami akan tahu bahwa Anda seorang penyihir dan pembohong."
Rasulullah berkata, "Apa yang Anda minta?" Mereka berkata, "Suruhlah pohon ini berpindah bagi kami, bahkan dengan akar-akamya, dan berhenti di hadapan Anda." Nabi menjawab, "Apabila Allah melakukannya untuk Anda, apakah Anda akan percaya dan memberi kesaksian atas kebenaran itu?" Mereka berkata, "Ya." Maka beliau berkata, "Saya akan menunjukkan kepada Anda apa yang Anda kehendaki, tetapi saya tahu bahwa Anda tak akan tunduk kepada kebajikan, dan ada di antara Anda sekalian orang-orang yang akan dilemparkan ke dalam lobang dan orang-orang yang akan membentuk partai-partai (melawan saya)." Kemudian Nabi Suci berkata, "Hai pohon, apabila Anda beriman kepada Allah dan Hari Pengadilan, dan mengetahui bahwa saya adalah Rasul Allah, datanglah dengan akar-akar Anda dan berdirilah di hadapan saya atas izin Allah." Derni Dia yang mengutus beliau dengan kebenaran, pohon itu berpindah sendiri dengan dengungan besar dan kepakan seperti kepakan sayap burung, sampai ia berhenti di hadapan Rasulullah, sementara beberapa rantingnya menurun sampai ke bahu saya, dan saya berada di sisi kanan Nabi Suci.
Ketika orang-orang itu melihatnya, mereka berkata dengan bangga dan sombong, "Sekarang Anda perintahkanlah separuhnya datang kepada Anda sedang yang separuhnya lagi tinggal (di tempatnya)." Nabi memerintahkan pohon itu untuk berlaku seperti itu. Kemudian setengah dari pohon itu maju kepada beliau secara yang mencengangkan dan dengan dengungan yang lebih keras, hampir menyentuh Rasulullah. Kemudian mereka berkata, dengan tidak beriman dan secara memberontak, "Suruhlah yang setengah itu kembali (berpadu) kepada sesamanya dan menjadi seperti semula." Nabi memerintahkannya dan pohon itu pun kembali. Lalu saya berkata, "Ya Rasulullah, saya yang pertama beriman kepada Anda dan mengakui bahwa pohon itu telah melakukan apa yang baru saja telah dilakukannya dengan perintah Allah Yang Mahamulia, sebagai saksi atas Kenabian Anda dan untuk meninggikan kata Anda. Atasnya semua orang itu berteriak, "Malah seorang penyihir, seorang perabohong; itu sihir yang menakjubkan, ia sangat mahir dalam hal itu. Hanya lelaki seperti ini (sambil menunjuk kepada saya) dapat berdiri sebagai saksi kepada Anda dalam urusan Anda." Sungguh, saya termasuk kepada kelompok manusia yang ddak mempedulikan ejekan siapa pun dalam urusan mengenai Allah. Wajah mereka adalah wajah orang benar dan ucapan mereka adalah ucapan orang berkebajikan. Mereka berjaga di waktu malam (dalam ibadat kepada Allah) dan menjadi menara (petunjuk) di siang hari. Mereka berpegang teguh pada tali Al-Qur'an, menghidupkan sunah-sunah Allah dan Rasul-Nya. Mereka tidak menyombong dan tidak bergelimang dalam mengagumi diri, tidak menyeleweng dan tidak membuat bencana. Hati mereka berada di surga, sedang tubuh mereka sibuk beramal. •
[1] Maksudnya ialah, "Anda tak boleh menciptakan kondisi yang memungkinkan Anda kehilangan nikmat Allah, seperti orang cemburu yang bertujuan merugikan orang yang dicemburuinya".
[2] Maksudnya, apabila keimanan diterima karena paksaan, karena keterpesonaan dan ketakutan, dan ibadat dilakukan karena pengaruh kekuasaan dan wewenang, maka hal itu bukanlah iman dalam pengertian yang sesungguhnya dan bukan pula ibadat dalam ruhnya yang sejati. Karena iman adalah kesaksian batin dan keyakinan hati. Keyakinan yang ditimbulkan oleh kekuatan luar dan paksaan hanya bersifat lahiriah tetapi tidak terasa di hati. Demikian pula, ibadah adalah pengakuan terbuka tentang ketundukan dan kehambaan seseorang. Ibadah yang kosong dari rasa pengabdian atau rasa pembaktian dan yang hanya dilakukan karena wewenang atau takut, tak dapat dipandang sebagai ibadah yang sejati. Oleh karena itu keimanan dan ibadah seperti itu tidak menghadirkan maknanya yang benar.
[3] Alasan bagi pengkhususan orang terpelajar dan orang miskin ialah bahwa orang terpelajar mempunyai cahaya pengetahuan untuk membimbingnya, sedang orang miskin tak mudah berlaku demikian karena keadaan tak mengizinkannya. Walaupun demikian, orang kaya maupun orang miskin jatuh ke dalam tipuannya. Maka bagaimana orang jahil dapat menyelamatkan diri dari cengkeramannya, membela diri dan melawannya?
Tidak! Sesungguhnya manusia pemberontak!
Karena dia mengira dirinya tidak memerlukan!
[4] Apabila dipandang sekilas timbul dan jatuhnya peritiwa-peristiwa dan kejadian orang-orang di zaman dahulu, kenyataan akan bersinar seperti siang bahwa timbul dan jatuhnya komunitas-komunitas bukanlah hasil keberuntungan atau kebetulan; sebagian besarnya dipengaruhi oleh amal perbuatan mereka. Dan jenis apa pun amal dan perbuatan itu, akibat dan konsekuensinya sesuai dengan itu. Karena itu, riwayat dan peristiwa orang zaman dahulu secara terbuka mencerminkan bahwa hasil penindasan dan perbuatan mungkar selalu merupakan keruntuhan dan kehancuran, sedang akibat perbuatan bajik dan kehidupan damai selalu merupakan keberuntungan dan keberhasilan. Karena waktu dan manusia tidak menjadi soal, apabila kondisi yang sama muncul lagi dan tindakan itu diulangi lagi, hasil yang sama akan timbul sebagaimana telah muncul dalam rangkaian keadaan sebelumnya, karena terjadinya akibat perbuatan baik atau buruk adalah pasti sebagaimana watak dan efek dari segala sesuatu. Apabila tidak demikian, maka tak mungkin menghidupkan harapan dalam pikiran kaum tertindas dengan menyajikan kepada mereka peristiwa-peristiwa di waktu lalu dan efek-efeknya, tak dapat pula para zalim dan tiran diperingatkan tentang akibat buruk dari perbuatan mereka atas dasar bahwa hal yang sama akan terjadi sekarang sebagaimana telab terjadi sebelumnya. Tetapi, universalitasnya sebab akibat itulah yang membuat peristiwa masa lalu sebagai obyek pelajaran bagi orang yang akan datang. Sekaitan dengan itu, tujuan Amirul Mukminin adalah untuk membangkitkan pemikiran dan pertimbangan, dan menyebutkan berbagai pengalaman Banî Isma'îl, Banî Ishâq, Banî Isrâ'îl, dan penderitaan mereka di tangan para raja Persia dan Romawi.
Keturunan Ismâ'il (as), putra sulung Nabi Ibrâhîm (as), dinamakan Banî Ismâ’il sedang keturunan putra bungsunya Ishâq dinamakan BanT Ishâq, yang kemudian terus terpecah-pecah menjadi berbagai suku dan beroleh berbagai nama. Asal tempat kediaman mereka ialah Kanaan di Palestina, di mana Ibrâhîm (as) menetap setelah hijrahnya dari dataran sekitar Efrat dan Tigris. Putranya IsmS'fl | menetap di Hijaz, di mana Ibrâhîm meninggalkannya bersama ibunya Hajar. Ismâ’il (as) kawin dengan Sayyidah binti Mudhadh, wanita suku Jurhum yang juga menduduki daerah itu. Keturunan Isma'Tl muncul dari Sayyidah dan kemu-dian tersebar ke seluruh dunia. Ishâq (as) tetap tinggal di Kanaan. Putranya, Ya'qub (as) (Isrâ'îl) yang kawin dengan Liya, putri saudara ibu Ishâq (as), dan setelah matinya Liya ia kawin dengan saudara istrinya. Keduanya melahirkan keturunan yang dikenal sebagai BanT Isra'il. Salah seorang putranya ialah Yûsuf (as) yang sampai ke Mesir melalui suatu insiden; setelah menjadi budak dan dipenjarakan, akhirnya Yûsuf (as) menjadi orang yang berkuasa di Mesir. Setelah perubahan ini, ia memanggil seluruh kerabatnya dan dengan demikian Mesir menjadi tempat kediaman Banî Isrâ'îl. Selama beberapa waktu mereka tinggal di sana dan menjalani kehidupan yang terhormat, tetapi kemudian penduduk setempat mulai memandang mereka dengan muak dan benci dan menjadikan mereka sasaran segala macam kelaliman, sampai membunuh putra-putra mereka dan menawan kaum wanitanya sebagai budak. Akibatnya, tekad dan keberanian mereka terinjak-injak, dan semangat kemerdekaan mereka ditaklukkah sama sekali. Akhirnya keadaan berubah dan masa kesukaran mereka berakhir, setelah diperbudak selama empat ratus tahun, ketika Allah mengutus Mûsa (as) untuk membebaskan mereka dari penindasan Fir'aun. Musa (as) berangkat dengan mereka meninggalkan Mesir, tetapi untuk menghancurkan Fir'aun Allah mengarahkan mereka ke sungai Nil, yang di depan mereka banjir besar dan di belakangnya pasukan besar Fir'aun sedang mengejar. Ini sangat membingungkan mereka, tetapi Allah memerintahkan Musa untuk memasuki sungai itu tanpa takut. Ketika Mûsa (as) maju, muncul di sungai itu jalan untuk dilewati. Mûsa menyeberangi sungai itu bersama Banî Isra'il sementara Fir'aun menyusulnya dari belakang. Ketika Fir'aun melihat mereka melewatinya, ia pun maju dengan tentaranya. Tetapi ketika mereka sampai di tengah, air yang tenang itu bergerak melanda Fir'aun dan tentaranya dengan gelombangnya dan menghabisi mereka. Tentang hal ini Al-Qur'an mengatakan,
"Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari (Fir'aun) dan pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya, mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Tuhanmu." (QS. 2:49)
Setelah meninggalkan Mesir, ketika mereka memasuki negeri Palestina, mereka mendirikan negara sendiri lalu mulai hidup dalam kemerdekaan, dan Allah mengubah kerendahan dan kehinaan mereka menjadi kebesaran dan kemuliaan, pemerintahan dan kekuasaan. Sehubungan dengan ini, Allah berfirman,
"Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bagian timur bumi dan bagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya. Dan telah sempumalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bant Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir'aun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka." (QS. 7:137)
Ketika naik tahta kekuasaan dan beroleh kemakmuran dan kesejahteraan, Banî Isra'fl melupakan segala penderitaan dan kehinaannya di masa perbudakan. Ketimbang bersyukur kepada Allah atas nikmat yang diberikanNya, mereka mendustakan-Nya dan memberontak. Mereka mengumbar hawa nafsu dan perilaku buruk serta berbuat bencana dan kemungkaran sampai ke puncaknya, menghalalkan hal-hal yang haram dan mengharamkan hal-hal yang halal dengan dalih-dalih yang batil, dan melanggar para nabi yang berusaha berdakwah dan memperbaiki mereka atas perintah Allah, bahkan membunuh mereka. Sebagai akibat alami dari kegiatan mungkarnya, mereka tertimpa hukuman. Akibatnya, Nebukadnezar yang berkuasa di Babilonia, 'Iraq, sekitar 600 SM, menyerbu Suriah dan Palestina lalu membunuh 70.000 orang Bant Isra'il dengan pedangnya yang haus darah, menghancurkan kota-kotanya dan menggiring para tawanannya seperti biri-biri ke dalam jurang kenistaan dengan menjadikannya budak. Walaupun setelah ke runtuhan ini nampaknya tak ada jalan bagi mereka untuk mendapatkan kembali kedudukan dan kekuasaannya, namun alam masih memberikan kepada mereka kesempatan lagi. Ketika Nebukadnezar mati dan kekuasaan jatuh kepada Belsyazar, ia melakukan segala macam penindasan kepada rakyat. Karena muak atas kelalimannya, mereka memberi kabar kepada Raja Persia bahwa mereka tak sabar lagi menanggung kelaliman penguasanya dan memintanya supaya menyelamatkan mereka dari penindasan Belsyazar. Cyrus Agung, raja Persiayang adil, menyambut pennohonan mereka, dan dengan kerjasama penduduk setempat ia menggulingkan pemerintahan itu. Belenggu Banî Isra'il dilepaskan dan mereka diizinkan pulang ke Palestina. Demikianlah, setelah penindasan selama tujuh puluh tahun, mereka kembali ke Palestina dan mendirikan lagi pemerintahan di sana.
Apabila mereka telah mengambil pelajaran dari pengalamannya maka mercka tidak akan melakukan kemungkaran yang seperti dulu lagi, yang mengakibatkan mereka diperbudak. Tetapi sikap mental komunitas itu sedemikian sehingga bilamana mereka mencapai kemakmuran dan kemerdekaan karena keprihatinan, mereka tenggelam lagi dalam mabuk kekayaan dan foya-foya, mengejek hukum-hukum agama, menghina para nabi, bahkan membunuh mereka. Atas permintaan buah hatinya, raja mereka Herodes memenggal kepala Nabi Yahya dan menyuguhkannya kepada kekasihnya itu. Tak ada di antara mereka yang mengangkat suara protes. Demikianlah kekasaran dan kekejian mereka ketika muncul Nabi 'lsa. la melarang mereka berbuat mungkar dan menyuruh mereka mengerjakan kebaikan, tetapi mereka pun menentangnya dan memberikan berbagai kesukaran kepadanya, bahkan mencoba membunuhnya, namun Allah menggagalkan rencana mereka dan menyelamatkan 'lsa. Ketika pembangkangan mereka mencapai tahap ini dan kemampuan mereka untuk menerima petunjuk telah terhapus habis, nasib menentukan untuk menghancurkan mereka dan mengatur persiapan bagi pembasmian mereka. Penguasa Roma, Vespasianus, mengirim putranya Titus untuk menyerang Suriah dan mengepung Yerusalem, menghancurkan rumah-rumah dan merusak dinding kanisah mereka. Akibatnya, ribuan penduduknya meninggalkan kampung halaman dan bertebaran di luar negeri, sementara ribuan lainnya mati kelaparan, dan yang tertinggal dibunuh. Kebanyakan dari mereka tinggal di Hijaz; tetapi, karena menentang Nabi Muhammad (saw), persatuan mereka terganggu sedemikian rupa sehingga mereka tak dapat lagi menduduki tempat kehormatan dan tak dapat beroleh kehidupan terhormat sebagai ganti kehinaan dan kenistaan.
Demikian pula, penguasa Persia melakukan serangan serius ke Arabia dan menundukkan penduduknya. Raja Persia, Syapûr, yang baru berusia enam belas tahun membawa empat ribu pejuang dan menyerang orang Arab yang tinggal di perbatasan Persia, kemudian maju ke Bahrain, Qathif dan menghancurkan Banî Tamîm, Banî Bakr ibn Wa'il dan Banî 'Abd al-Qais, dan memotong bahu 70.000 orang Arab, yang setelah itu beroleh julukan Dzul-Aktaf ("pembahu"). la memaksa orang Arab tinggal di kemah-kemah yang dibangun dengan rambut, harus memelihara rambut panjang, memakai pakaian putih dan menunggang kuda tanpa pelana. Kemudian ia menempatkan 12.000 orang dari mereka di Isfahan dan kota-kota lain di Persia di wilayah sekitar 'Iraq dan Suriah. Secara ini ia menggiring penduduk tempat-tempat itu dari tanah subur ke belantara gersang yang tak mempunyai kemudahan hidup maupun sarana rezeki. Lama kaum itu menjadi korban penindasan orang lain karena perpecahan mereka. Akhiraya Allah mengutus Nabi dan mengangkat mereka dari kehinaan ke puncak kemakmuran dan kemuliaan.
[5] Amirul Mukminin 'Ali, Abû Ayyub al-Anshari, Jabir ibn 'Abdullah al-Anshari, 'Abdullah ibn Mas'ud, 'Ammar ibn Yasir, Abfl Sa'id al-Khudri, dan 'Abdullah ibn 'Abbas meriwayatkan bahwa Nabi telah memerintahkan 'Ali ibn Abi Thalib untuk memerangi orang-orang pelanggar baiat (nâkitsûn), penyeleweng dari kebenaran (qâsithûn), dan orang-orang yang meninggalkan agama (mâriqûn). (Mustadrak, III, h. 139; al-Isti'ab, III, h. 1117; Usd al-Ghdbah, III, h. 32-33; ad-Durr al-Mantsur, VI, h. 18; al-Khasha'ish al-Kubrâ, II, h. 138; Majma' az-Zawa'id, V, h. 186 dan VI, h. 235 dan VII, h. 238; Kanz al-'Ummâl, VI, h. 72, 82, 88, 155, 215, 319, 391, 392; Tarikh Baghdâd, VIII, h. 340, h. 186-187; Tarikh Ibn Katsîr, VII, h. 304-306; ar-Riyâdh an-Nâdhirah, II, h. 240; Syarh al-Mawâhib al-Laduniyyah, III, h. 316-317; Mawadhdhah al-Auham, I, h. 386.) Ibn Abil Hadid mengatakan, "Telah dibuktikan (dengan periwayatan yang benar) dari Nabi bahwa beliau berkata kepada 'Ali,
'Anda akan memerangi para pelanggar janji, para penyeleweng dari kebenaran, dan orang-orang yang meninggalkan agama.'"
Pelanggar janji adalah kaum Jamal, karena melanggar baiat mereka kepadanya. Penyeleweng dari kebenaran adalah orang Suriah (Syam) di Shiffin. Orang yang meninggalkan agama adalah kaum Khariji. Tentang ketiga kelompok ini Allah berfirman,
"Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barangsiapa melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri...." (QS. 48:10)
(Tentang kelompok yang kedua) Allah berfirman,
"Adapun orang-omg yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka mejadi kayu api bagi neraka jahanam." (QS. 72:15)
Mengenai kelompok yang ketiga, Ibn Abil Hadid merujuk hadis berikut: Bukhari, ash-Shahih, IV, h. 166-167; Muslim, ash-Shahih, m, h. 109-117; Tarmidzi, al-Jami' al-Shahih, IV, h. 481; Ibn Majah, as-Sunan, I, h. h. 59-62; an-Nasa'i, as-Sunan, II, h. 65-66; Malik ibn Anas, d-Muwaththa', h. 204-205; ad-Daraquthni, as-Sunan, III, h. 131-132; ad-Darimî, as-Sunan, II, h. 133; Abû Dawûd, as-Sunan, IV, h. 241-246; al-Hakim, al-Mustadrak, II, h. 145-154 dan IV, h. 531; Ahmad ibn Hanbal, al-Musnad, I, h. 88, 140, 147, dan III, h. 56, 65; dan al-Baihaqi, as-Sunan al-Kubrâ, VIII, h. 170-171. Semuanya telah meriwayatkan melalui sekelompok sahabat Nabi bahwa beliau berkata tentang Dzul Khuwaishirah (julukan Dzuts-Tsudayyah Hurqûs ibn Zuhair at-Tamimi, pemimpin kaum Khariji).
"Dari keturunan orang ini akan muncul orang yang membaca Al-Qur'an tetapi tidak sampai melewati kerongkongan mereka; mereka akan membunuh para pengikut Islam dan akan membiarkan pemuja berhala. Mereka akan memandang sekilas melalui ajaran Islam sama tergesa-gesanya seperti panah melewati mangsanya. Apabila saya sampai mendapatkan mereka, saya akan membunuh mereka seperti kaum 'Ad."
Kemudian Ibn Abil Hadid melanjutkan,
"Ini suatu tanda kenabian (Nabi Muhammad saw) dan ramalannya tentang pengetahuan rahasia." (Syarh Nahjul Balâghah, XIII, h. 183)
[6] Dengan "iblis di lobang", rujukannya ialah Dzuts-Tsudayyah (yang nama lengkapnya telah disebutkan dalam catatan nomor 5 di atas, yang terbunuh di Nahrawan oleh sambaran kilat dari langit, dan tak ada orang lagi yang perlu metnbunuhnya dengan pedang. Nabi telah meramalkan kematiannya. Oleh karena itu, setelah menumpas kaum Khariji di Nahrawan, Amirul Mukminin keluar mencari, tetapi tidak menemukan mayatnya di mana-mana. Sementara itu, ar-Rayyan ibn Shabirah melihat sekitar empat puluh atau lima pupuh mayat di dalam lobang di tepi terusan. Ketika mayat-mayat itu dikeluarkan, mayat Dzuts-Tsudayyah juga terdapat di antara mereka. la dinamai Dzuts-Tsudayyah karena sebongkok daging di bahunya. Ketika Amirul Mukminin melihat mayatnya, ia berkata, "Allah Maha-besar, tidak saya berkata bohong, tidak pula saya dibohongi." (Ibn Abil Hadid, Syarh Nahjul Balâghah, XIII, h. 183-184; ath-Thabari, I, h. 3383-3384; Ibn Atsir, III, h. 348).
21
Nahjul Balaghah
KHOTBAH 192 Ini berhubungan dengan sahabat Amirul Mukminin yang bernama Hammam[1] yang taat beribadah, yang berkata kepadanya, "Ya Amirul Mukminin, gambarkan kepada saya tentang orang takwa sehingga seakan-akan saya melihatnya." Amirul Mukminin mengelak jawabannya seraya berkata, "Hai Hammam, bertakwalah kepada Allah dan laksanakanlah amal saleh karena "sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar." (QS. 16:126) Hammam tak puas dengan itu dan mendesaknya untuk berbicara. Atasnya Amirul Mukminin memuji Allah dan memuliakan-Nya seraya memohon salawat-Nya atas Nabi, lalu berkata:
Kemudian daripada itu, Allah Yang Mahasuci dan Mahamulia menciptakan (semua) ciptaan. la menciptakan mereka tanpa suatu keperluan akan ketaatan mereka atau supaya selamat dari perbuatan dosa mereka, karena dosa dari seseorang yang berbuat dosa tidak merugikan Dia dan tidak pula ketaatan seseorang yang menaati-Nya raenguntungkan-Nya. la telah membagi-bagikan di antara mereka rezeki mereka dan telah menetapkan bagi mereka kedudukan mereka di dunia.
Maka, orang yang takwa di dalamnya adalah orang yang mulia. Bicara mereka langsung ke tujuan, pakaian mereka sederhana, gaya mereka merendah. Mereka menutup mata mereka terhadap apa yang telah diharamkan Allah kepada mereka, dan mereka menempatkan telinga mereka kepada pengetahuan yang berguna bagi mereka. Mereka tinggal di waktu ujian seakan-akan mereka berada dalam kesenangan. Apabila tidak ada tenggang karena kegairahan (mereka) bagi ganjaran dan ketakutan mereka akan siksaan. Keagungan Pencipta duduk di dalam hatinya sehingga segala sesuatu selainnya nampak kecil di matanya. Maka bagi raereka surga adalah seakan-akan mereka lihat dan sedang mereka nikmati kesenangannya. Bagi mereka neraka adalah seakan-akan mereka lihat dan sedang mereka tanggung siksanya.
Hati mereka sedih, mereka terlindung dari kemungkaran, badan mereka kurus, keperluan mereka sedikit, dan jiwa mereka suci. Mereka menanggung (kesukaran) untuk sementara waktu singkat, dan sebagai akibatnya mereka mendapat kesenangan untuk waktu panjang. Itu perniagaan yang menguntungkan yang dimudahkan Allah bagi mereka. Dunia bertujuan kepada mereka, tetapi mereka tidak bertujuan kepada dunia. la menangkap mereka tetapi mereka membebaskan diri darinya dengan tebusan.
Di malam hari mereka berdiri di kakinya sambil membaca bagian-bagian dari Al-Qur'an dan membacakannya dengan cara yang terukur dengan baik, menciptakan melaluinya rasa sedih bagi mereka sendiri, yang dengan itu mereka mencari pengobatan bagi sakit mereka. Apabila mereka menemukan suatu ayat yang menimbulkan gairah (untuk surga) mereka mengikutinya dengan ingin sekali mendapatkannya dan ruh mereka berpaling kepadanya dengan gairah, dan mereka merasa seakan-akan (surga) itu berada di hadapannya. Dan bilamana mereka menemukan ayat yang mengandung ketakutan (kepada neraka), mereka membungkukkan telinga hatinya kepadanya, dan merasa seakan-akan bunyi neraka dan jeritannya mencapai telinga mereka. Mereka membungkukkan diri dah punggung mereka, bersujud pada dahinya, telapak tangan mereka, lutut mereka dan jari kaki mereka, dan memohon kepada Allah Yang Mahamulia untuk keselamatan mereka. Di siang hari mereka tabah, terpelajar, bajik dan takwa. Takut (kepada Allah) telah membuat mereka kurus seperti panah. Apabila seseorang melihat mereka ia akan percaya bahwa mereka sakit, walaupun mereka tidak sakit, dan ia akan mengatakan bahwa mereka telah menjadi gila. Nyatanya, keprihatinan besar telah membuat mereka "gila".
Mereka tidak puas dengan amal baik mereka yang sedikit, dan tidak memandang perbuatan besar mereka sebagai besar. Mereka selalu menyalahkan dirinya sendiri dan takut akan perbuatan mereka. Bilamana kepada seseorang di antara mereka dikatakan dengan menyanjung, ia berkata, "Saya lebih tahu tentang diri saya ketimbang orang lain, dan Tuhan saya lebih mengenal saya daripada siapa pun. Ya Allah, jangan memperlakukan saya seperti apa yang mereka katakan, dan jadikanlah kiranya saya waktu (hidup) yang telah ditentukan bagi masing-masing, jiwa mereka tidak akan tinggal dalam jasad mereka walaupun hanya sekejap mata, karena kegairahan (mereka) bagi ganjaran dan ketakutan mereka akan siksaan. Keagungan Pencipta duduk di dalam hatinya sehingga segala sesuatu selainnya nampak kecil di matanya. Maka bagi mereka surga adalah seakan-akan mereka lihat dan sedang mereka nikmati kesenangannya. Bagi mereka neraka adalah seakan-akan mereka lihat dan sedang mereka tanggung siksanya.
Hati mereka sedih, mereka terlindung dari kemungkaran, badan mereka kurus, keperluan mereka sedikit, dan jiwa mereka suci. Mereka menanggung (kesukaran) untuk sementara waktu singkat, dan sebagai akibatnya mereka mendapat kesenangan untuk waktu panjang. Itu perniagaan yang menguntungkan yang dimudahkan Allah bagi mereka. Dunia bertujuan kepada mereka, tetapi mereka tidak bertujuan kepada dunia. la menangkap mereka tetapi mereka membebaskan diri darinya dengan tebusan.
Di malam hari mereka berdiri di kakinya sambil membaca bagian-bagian dari Al-Qur'an dan membacakannya dengan cara yang terukur dengan baik, menciptakan melaluinya rasa sedih bagi mereka sendiri, yang dengan itu mereka mencari pengobatan bagi sakit mereka. Apabila mereka menemukan suatu ayat yang menimbulkan gairah (untuk surga) mereka mengikutinya dengan ingin sekali mendapatkannya dan ruh mereka berpaling kepadanya dengan gairah, dan mereka merasa seakan-akan (surga) itu berada di hadapannya. Dan bilamana mereka menemukan ayat yang mengandung ketakutan (kepada neraka), mereka membungkukkan telinga hatinya kepadanya, dan merasa seakan-akan bunyi neraka dan jeritannya mencapai telinga mereka. Mereka membungkukkan diri dari punggung mereka, bersujud pada dahinya, telapak tangan mereka, lutut mereka dan jari kaki mereka, dan memohon kepada Allah Yang Mahamulia untuk keselamatan mereka. Di siang hari mereka tabah, terpelajar, bajik dan takwa. Takut (kepada Allah) telah membuat mereka kurus seperti panah. Apabila seseorang melihat mereka ia akan percaya bahwa mereka sakit, walaupun mereka tidak sakit, dan ia akan mengatakan bahwa mereka telah menjadi gila. Nyatanya, keprihatinan besar telah membuat mereka "gila".
Mereka tidak puas dengan amal baik mereka yang sedikit, dan tidak memandang perbuatan besar mereka sebagai besar. Mereka selalu menyalahkan dirinya sendiri dan takut akan perbuatan mereka. Bilamana kepada seseorang di antara mereka dikatakan dengan menyanjung, ia berkata, "Saya lebih tahu tentang diri saya ketimbang orang lain, dan Tuhan saya lebih mengenal saya daripada siapa pun. Ya Allah, jangan memperlakukan saya seperti apa yang mereka katakan, dan jadikanlah kiranya saya lebih baik dari apa yang mereka pikirkan tentang saya, dan ampunilah saya (atas kekurangan) yang tidak mereka ketahui."
Keistimewaan seseorang di antara mereka ialah bahwa Anda akan melihat dia mempunyai kekuatan dalam agama, tekad berbareng dengan kelenturan, iman dengan keyakinan, gairah dalam (mencari) ilmu pengetahuan dalam kesabaran, sederhana dalam kekayaan, khusyuk dalam ibadah, syukur dalam kelaparan, sabar dalam kesulitan, keinginan pada yang halal, keridaan akan petunjuk, dan kebencian atas keserakahan. la melaksanakan amal kebajikan, tetapi masih merasa takut. Di sore hari ia cemas bersyukur (kepada Allah). Di pagi hari ia cemas untuk mengingat (Allah). la melewati malam dalam ketakutan dan bangkit di pagi hari dalam kegembiraan—takut kalau-kalau malam dilewati dalam kelupaan, dan gembira atas nikmat dan rahmat yang diterimanya. Apabila dirinya me-nolak untuk bersabar atas sesuatu yang tidak disukainya, ia tidak mem-berikan permohonannya atas apa yang disukainya. Kesejukan terletak pada apa yang akan berlangsung selama-lamanya, sedang dari hal-hal (duniawi) yang tidak langgeng ia menjauh. la menyalurkan pengetahuan dengan sabar, dan berbicara dengan amal perbuatan.
Anda akan melihat harapan-harapannya sederhana, kekurangannya sedikit, hatinya takwa, ruhnya puas, makanannya sedikit dan sederhana, hawa nafsunya mati dan marahnya tertekan. Hanya kebaikan yang diharapkan dari dia. Kejahatan dari dia tak harus ditakuti. Bahkan apabila ia ter-dapat di antara orang-orang yang lupa (kepada Allah), ia tethitung di antara orang-orang yang ingat (kepada Allah), tetapi apabila sedang di antara orang-orang yang ingat ia tidak termasuk di antara orang yang lupa. la memaafkan orang yang lalim kepadanya, dan ia memberi kepada orang yang berbuat aniaya kepadanya. la berlaku baik kepada orang yang berlaku buruk kepadanya.
Pembicaraan tak sopan jauh dari dia, ucapannya lembut, kejahatannya tak ada, kebajikannya selalu hadir, kebaikannya ke depan, kejahatan memalingkan wajahnya (dari dia). la bermartabat dalam bencana, sabar dalam kesusahan, syukur dalam kelapangan. la tidak berlaku berlebihan atas orang yang dibencinya, dan tidak berbuat dosa demi orang yang ia cintai. la mengakui kebenaran sebelum bukti diberikan untuk menentangnya. la tidak menyalahgunakan apa yang diamanatkan kepadanya, dan tidak melupakan apa yang dituntut untuk diingat. la tidak memanggil orang dengan nama-nama bumk, ia tidak menyebabkan kerugian kepada tetangganya, ia tidak merasa senang atas musibah orang lain, ia tidak memasuki kebatilan dan tidak keluar dari yang benar.
Apabila ia diam, diamnya tidak menyusahakannya, apabila ia tertawa ia tidak mengangkat suaranya, dan apabila ia disalahi ia bersabar sampai Allah membalas atas namanya. Dirinya sendiri dalam kesusahan karena dia, sedang orang lain berada dalam kelapangan karena dia. la menempat-kan dirinya dalam kesukaran demi kehidupannya di akhirat, dan membuat orang merasa aman dari dia. Menjauhnya dia dari orang lain adalah dengan zuhud dan penyucian, dan kedekatannya kepada orang kepada siapa ia dekat adalah dengan kelembutan dan kasih sayang. Menjauhnya dia bukan dengan cara sombong atau merasa besar, tidak pula kedekatannya melalui tipuan dan kicuhan.
Diriwayatkan bahwa Hammam terpesona dalam-dalam lalu meninggal. Kemudian Amirul Mukninin berkata, "Sesungguhnya, demi Allah, saya telah mengkhawatirkan hal ini tentang dia." Kemudian beliau menambahkan, "Nasihat yang efektif menghasilkan efek semacam itu pada pikiran yang mau menerima." Seseorang[2] berkata kepadanya, "Hai Amirul Mukminin, bagaimana maka Anda tidak menerima efek semacam itu?" Amrul Mukminin menjawab, "Celaka bagimu. Untuk kematian ada saat tertentu yang tak dapat dilewati, dan (ada) suatu penyebab yang tidak berubah. Sekarang lihatlah, jangan sekali-kali kaulangi pembicaraan semacam itu, yang telah diletakkan iblis pada lidahmu." •
[1] Menurut Ibn Abil Hadid, yang dimaksud ialah Hammam ibn Syuraih, sedang menurut al-'Allamah al-Majlisi ialah Hammam ibn 'Ubadah.
[2] Orang itu ialah 'Abdullah ibn al-Kawwâ', seorang pemuka kaum Khariji dan lawan besar Amirul Mukminin.
KHOTBAH 193 Salah seorang Kharijt, al-Burj ibn Mus-hir ath-Thâ'î mengangkat slogan, "La hukma illâ lillâh" sedemikian rupa sehingga Amirul Mukminin mendengarnya. Ketika mendengarnya, ia berkata:
Diamlah, semoga Allah membuat Anda menjadi buruk, wahai Anda yang bergigi patah. Sesungguhnya, demi Allah, bilamana kebenaran terwujud, saat itu kepribadian Anda lemah dan suara Anda terdiam. Tetapi bilamana kebatilan mulai berteriak dengan keras, Anda muncul lagi seperti terompet seorang anak. •
KHOTBAH 194 Pujian kepada Allah, Nasihat tentang Takwa kepada Allah dan Rincian tentang Hari Pengadilan
Segala puji bagi Allah yang telah menunjukkan efek-efek sedemikian rupa tentang wewenangnya dan kesucian dari kemuliaan-Nya melalui keajaiban-keajaiban dari kekuasaan-Nya sehingga mereka menyilaukan biji mata dan mencegah pikiran menilai hakikat dari sifat-sifat-Nya. Saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dengan keimanan, kepastian, ketulusan dan keyakinan. Saya juga bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan rasul-Nya yang diutus-Nya ketika tanda-tanda petunjuk telah dihapus dan jalan agama telah sepi. Maka beliau membentangkan kebenaran, memberi nasihat kepada manusia, memberi petunjuk kepada kebajikan dan memerintahkan mereka untuk menjadi sederhana. Semoga Allah memberi salawat dan salam kepada beliau dan keturunannya.
Ketahuilah, wahai para hamba Allah, bahwa la tidak menciptakan Anda dengan sia-sia dan tidak membiarkan Anda. la mengetahui luasnya nikmat-Nya dan besarnya karunia-Nya kepada Anda. Karena itu mintalah kepada-Nya keberhasilan dan tercapainya tujuan. Memohonlah ke hadapan-Nya dan carilah kemurahan-Nya. Tak ada tirai yang menyembunyikan Anda dari Dia, tak ada pintu yang tertutup di hadapan Anda terhadap Dia. la ada pada setiap tempat, pada setiap saat dan pada setiap keadaan. la bersama setiap manusia dan jin. Memberi tidak menimbulkan suatu kekurangan pada-Nya. Memberi hadiah tidak menyebabkan pengurangan pada-Nya. Seorang pengemis tak dapat menghabiskan Dia, dan membayar (kepada orang lain) tidak dapat menyebabkan la kehabisan.
Satu orang tak dapat memalingkan perhatian-Nya dari orang lain, satu suara tidak menghalangi Oia dari suara lain, dan satu pemberian nikmat tidak mencegah-Nya dari menolak nikmat yang lain. Marah tidak mencegahnya dari belas kasihan, belas kasihan tidak mencegahnya dari menghukum; ketersembunyian-Nya tidak menyembunyikan maujud-Nya, dan maujud-Nya tidak mencegah-Nya dari ketersembunyian-Nya. la dekat dan sekaligus jauh. la tinggi dan pada saat yang sama juga rendah. la maujud dan juga tersembunyi. la tersembunyi namun termasyhur. la meminjamkan tetapi tidak dipinjami apa pun. la tidak menciptakan ciptaan setelah merancang, tidak pula la mengambil bantuan mereka karena lelah.
Saya nasihati Anda, wahai para hamba Allah, untuk bertakwa kepada Allah, karena (nasihat) itu adalah kendali dan tiang (agama). Berpegang-teguhlah pada pokok-pokoknya yang menonjol, peganglah terus hakikat-hakikataya. Itu akan membawa Anda ke tempat kediaman yang lapang, tempat-tempat kesenangan, benteng-benteng keamanan dan rumah-rumah kemuliaan pada Hari (Pengadilan) itu, "Hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak," (QS. 14:42) ketika akan ada kegelapan di mana-mana, ketika kelompok-kelompok kecil unta hamil sepuluh bulan akan diberi izin untuk merumput dengan bebas, dan ketika sangkakala ditiup, kemudian setiap yang hidup akan mati, setiap suara akan menjadi bisu, gunung-gunung yang tinggi dan batu-batu yang keras akan runtuh (berkeping-keping) sehingga batu-batunya yang keras akan berubah menjadi pasir yang bergerak, dan dasar-dasarnya akan menjadi rata. (Pada hari itu) tidak akan ada perantara untuk tnengantarai dan tidak ada keluarga untuk menjauhkan (kesusahan), dan tak ada dalih yang dapat diperoleh. •
KHOTBAH 195 Keadaan Dunia pada Waktu Pengangkatan Kenabian, Fananya Dunia ini dan Keadaan Penghuninya
Allah mengutus Nabi ketika tidak ada tanda petunjuk, tak ada obor yang metnberikan cahaya, dan tak ada jalan yang terang.
Saya nasihati Anda, wahai para hamba Allah, untuk bertakwa kepada Allah, dan saya peringatkan kepada Anda tentang dunia ini yang adalah rumah dari mana perpisahan tak terelakkan, dan suatu tempat kegelisahan. Orang yang tinggal di dalamnya harus berpisah, dan orang yang tinggal di sini harus meninggalkannya. la melayang dengan manusianya seperti kapal yang diombang-ambingkan oleh angin keras kesana kemari. Sebagian dari mereka tenggelam dan mati, sementara sebagian melarikan diri di permukaan gelombang di mana angin mendorong mereka dengan arusnya dan membawa mereka ke dalam bahaya (bagi) mereka. Maka, segala yang tenggelam tak dapat dipulihkan, dan semua yang melarikan diri sedang berada dalam perjalanan menuju kehancuran.
Wahai para hamba Allah, mestinya Anda ketahui sekarang bahwa Anda harus melaksanakan amal (baik), karena (sekarang) lidah Anda bebas, tubuh Anda sehat, anggota badan Anda mempunyai gerakan, tempat datang perginya Anda luas dan jalan untuk Anda berlari lebar, sebelum kehilangan kesempatan atau mendekatnya kematian. Ambillah mendekatnya kematian sebagai suatu kenyataan yang telah berlaku dan jangan berpikir bahwa ia baru akan datang (sesudah ini). •
KHOTBAH 196 Ketertautan Amirul Mukminin kepada Nabi Pelaksanaan Upacara Penguburan Beliau
Para sahabat Muhammad (saw) yang merupakan penjaga (risalah Ilahi) mengetahui bahwa sama sekali saya tidak pemah membangkang kepada Allah atau Rasul-Nya (saw),[1] dan berkat keberanian yang dengan itu Allab memuliakan saya,[2] saya mendukungnya dengan hidup saya, pada kesempatan-kesempatan di mana bahkan orang gagah berani berpaling dan kaki-kaki tinggal di belakang (ketimbang maju ke depan).
Ketika Nabi (saw) wafat, kepala beliau berada di dada saya, dan napas beliau (yang terakhir) meniup pada tangan saya dan saya menyalurkannya ke wajah saya. Saya memandikan jenazah beliau (saw), dan para malaikat membantu saya. Rumah dan halaman penuh dengan mereka. Satu partai dari mereka sedang turun dan yang lain sedang naik. Telinga saya terus menangkap suara-suara dengungan ketika mereka memohonkan salawat Allah atas beliau, sampai kami memakamkan beliau ke dalam kubur. Maka siapakah yang mungkin mempunyai hak yang lebih besar pada beliau ketimbang saya selama hidupnya dan setelah wafatnya? Oleh karena itu, bergantunglah pada kecerdasan Anda dan jadikanlah niat-niat Anda suci dalam memerangi musuh-musuh Anda, karena saya bersumpah demi Dia yang tiada tuhan selain Dia, bahwa saya berada pada jalan kebenaran dan bahwa mereka (musuh) berada di jalan batil yang menyesatkan. Anda mendengar apa yang saya katakan, dan saya memohon keampunan Allah atas diri saya dan diri Anda. •
[1] lbn Abil Hadid menulis (dalam Syarh Nahjul Balâghah, X, h. 180-183), kata-kata Amirul Mukminin bahwa tak pernah ia melanggar perintah Nabi adalah semacam sindiran kepada orang-orang yang tak merasa ragu-ragu menolak perintah Nabi, dan kadang-kadang bahkan menghalanginya. Misalnya, di masa perdamaian Hudaibiyah, Nabi setuju untuk membicarakan perdamaian dengan kaum kafir Quraisy. Salah seorang sahabat beliau menjadi demikian berang sehingga ia mengungkapkan keraguan tentang kenabian beliau, yang atasnya Abu Bakar berkata,
"Celaka bagimu! Teruslah berpegang pada beliau. Pastilah beliau Rasul Allah dan la tidak akan meruntuhkannya."
Kata pendahulu sumpah itu, inna, dan kata penekan, lam, yang digunakan di sini untuk menciptakan keyakinan tentang kenabian menunjukkan bahwa orang yang dialamati kata-kata itu telah menyimpang lebih jauh dari sekadar ragu-ragu, karena kata-kata penekanan ini hanya digunakan bila tahap penolakan telah tercapai. Namun, apabila keimanan menuntut tidak adanya keraguan, hadimya keraguan haruslah menyiratkan makna cacat dalam keimanan, sebagaimana dikatakan dalam firman Allah,
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah.orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu ...." (QS. 49:15)
Seperti itu pula, ketika Nabi bermaksud melakukan salat jenazah 'Ubay ibn Salûl, sahabat itu juga berkata kepada beliau, "Bagaimana maka Anda bermaksud, memohonkan keampunan bagi pemimpin para munafik?" Dan ia bahkan menarik untuk menjauhkan Nabi dengan memegang baju beliau. Kemudian Nabi sampai mengatakan, "Tak ada tindakan saya yang di luar perintah Allah." Sama seperti itu, perintah Nabi untuk menyertai pasukan Usamah ibn Zaid juga diabaikan. Yang terbesar dari semua pembangkangan ini diperlihatkan sehubungan dengan niat Nabi untuk menuliskan wasiat beliau; tuduhan besar dilakukan terhadap Nabi, yang membuktikan tidak hadirnya iman dalam perintah syariat, dan menciptakan keraguan atas setiap perintah tentang apakah hal itu berdasarkan wahyu Ilahi atau na'udzu billâh, hanya akibat kelainan mental.
[2] Siapa yang dapat menyangkal bahwa singa Allah yang selalu berjaya, 'Ali ibn Abi Thalib (as), menjadi perisai Nabi dalam setiap saat gawat dan melaksanakan kewajiban melindungi beliau dengan sikap berani dan gagah perkasa yang dikamniakan Allah kepadanya? Kesempatan pertama baginya untuk mempetaruhkan nyawanya adalah ketika kaum kafir Quraisy memutuskan untuk membunuh Nabi, dan 'Ali tidur di tempat tidur beliau sementara dikepung oleh musuh yang mengancam dengan pedang, yang dengan itu musuh tidak berhasil mencapai tujuannya. Kemudian, dalam pertempuran-pertempuran di mana musuh menyerang Nabi secara bersama-sama, dan di mana bahkan kaki para pahlawan kenamaan tak dapat berdiri kukuh, Amirul Mukminin tetap tabah dengan panji Islam di tangannya. Ibn 'Abdil Barr dan al-Hakim menulis tentang itu,
"Ibn 'Abbas berkata bahwa 'Ali mempunyai empat keutamaan yang tidak dipunyai siapa pun lainnya. Pertama, ia orang pertama di antara Arab dan non-Arab yang salat bersama Rasulullah. Kedua, ia selalu memegang panji Islam dalam setiap pertempuran. Ketiga, ketika orang-orang melarikan diri dari Nabi, 'Ali tetap bersama beliau. Dan keempat, ialah yang memandikan jenazah Nabi dan meletakkannya dalam kuburnya'." (al-hti'ab, III, h. 1090; al-Mustadrak 'alâ ash-Shahihain, III, h. 111)
Suatu kajian tentang jihad yang dilakukan di masa Nabi tidak meninggalkan keragu-raguan bahwa, kecuali dalam pertempuran Tabuk di mana Amirul Mukminin tidak ikut serta, semua pertempuran menyaksikan keperkasaannya dan semua keberhasilan adalah karena keberaniannya. Dalam Perang Badr tujuh puluh kafir terbunuh, setengah darinya tewas oleh pedang 'Ali. Di Perang Uhud, ketika kemenangan berubah menjadi kekalahan sebagai akibat kaum Muslim menyibukkan diri dalam mengumpul harta rampasan, dan melarikan diri di bawah serangan mendadak oleh musuh, Amirul Mukminin tetap tabah, dengan memandang jihad sebagai kewajiban agamawi, dan menunjukkan keperkasaan yang demikian hebat dalam mendukung dan membela Nabi, sehingga Nabi dan malaikat pun mengakuinya. Lagi, dalam Perang Khandaq (parit), Nabi disertai tiga ribu mujahid, tetapi tak seorang pun berani menghadapi 'Amr ibn 'Abdawadd. Akhirnya Amirul Mukminin membunuhnya dan menyelamatkan kaum Muslim dari kehinaan. Dalam Perang Hunain, kaum Muslim bangga karena jumlah mereka sepuluh ribu orang sedang kaum kafir hanya empat ribu, tetapi di sini pun mereka meloncat berebut harta rampasan, yang mengakibatkan kaum kafir beroleh kesempatan dan menyerbu mereka. Kaiena bingung oleh serangan mendadak ini, kaum Muslim melarikan diri sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an,
"Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukmin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikit pun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai berai." (QS. 9:25)
Pada kesempatan ini Amirul Mukminin bersiteguh seperti batu karang, dan pada akhirnya kemenangan tercapai dengan pertolongan Allah.
KHOTBAH 197 Sifat Allah yang Mahatahu
Allah mengetahui teriakan hewan-hewan di hutan, dosa orang yang ter-pencil, gerakan ikan-ikan di laut yang dalam dan meluapnya air oleh angin badai. Saya bersaksi bahwa Muhammad adalah pilihan Allah, pembawa wahyu-Nya dan rasul dari rahmat-Nya.
Keuntungan Takwa kepada Allah
Kemudian daripada itu, saya nasihati Anda untuk bertakwa kepada Allah, Yang menciptakan Anda untuk pertama kalinya; kepada-Nya tempat kembali Anda, pada-Nya terletak keberhasilan tujuan Anda, dan pada-Nya berakhir (semua) hasrat Anda, kepada-Nya mengarah jalan Anda yang benar dan la adalah tujuan takwa Anda (untuk mencari perlindungan). Sesungguhnya takwa kepada Allah adalah obat bagi hati Anda, penglihatan bagi kebutaan jiwa Anda, penyembuhan bagi sakit tubuh Anda, pelurus keburukan dada Anda, penyuci kecemaran pikiran Anda, cahaya dari kegelapan mata Anda, hiburan bagi ketakutan hati Anda, dan kecerahan bagi suramnya kejahilan Anda.
Oleh karena itu, jadikanlah ketaatan kepada Allah jalan hidup Anda, dan bukan sekadar busana luar Anda; jadikan itu kebiasaan batin Anda ketimbang hanya kebiasaan lahiriah, cukup halus untuk masuk melalui rusuk-rusuk Anda (sampai ke hati), pemandu bagi semua urusan Anda, tempat pengairan bagi turunnya Anda (pada Hari Pengadilan), perantara untuk mencapai tujuan-tujuan Anda, tempat perlindungan pada hari ketakutan Anda, lampu pada bagian dalam kubur Anda, sahabat bagi kesepi-an Anda yang panjang, dan keselamatan dari kesulitan tempat kediaman Anda. Sesungguhnya, ketaatan kepada Allah adalah suatu perlindungan terhadap petaka yang mengelilingi, bahaya-bahaya yang diperkirakan dan nyala api yang bernyala-nyala.
Oleh karena itu, maka barangsiapa memelihara takwa kepada Allah, kekacauan menjauh dari dia setelah mendekat, urusan menjadi manis setelah pahitnya, gelombang (kesusahan) mundur dari dia setelah mengerubutinya, kesukaran menjadi mudah baginya setelah terjadi, kemurahan menghujan lebat atasnya setelah kekeringan, rahmat membungkuk kepadanya setelah enggan, nikmat-nikmat (Allah) meloncat kepadanya setelah dikeringkannya, dan berkat turun kepadanya dalam curahan setelah jarang. Maka bertakwalah kepada Allah yang memberi manfaat kepada Anda dengan nasihat-Nya yang baik, berdakwah kepada Anda melalui Rasul-Nya, dan memberi Anda dengan nikmat-nikmat-Nya. Berbaktilah Anda dalam ibadah, dan bebaskan diri Anda dari hutang kewajiban menaati Allah.
Tentang Islam
Islam ini adalah agama yang telah dipilih Allah sendiri, mengembangkannya di hadapan mata-Nya sendiri, memilihnya sebagai yang terbaik antara ciptaan-Nya, memapankan tiang-tiangnya pada cinta-Nya. La telah merendahkan agama-agama lain dengan memberikan kemuliaan kepadanya. la telah merendahkan semua umat di hadapan keluhurannya; la telah merendahkan musuh-musuhnya dengan kebaikan-Nya, dan membuat lawan-lawannya kesepian dengan memberikan kepadanya dukungan-Nya. la telah meremukkan pilar-pilar kesesatan dengan tiang-tiang sokogurunya. la memuaskan orang yang haus dengan waduk airnya, dan memenuhi waduk-waduk melalui orang-orang yang menimba airnya.
la membuat Islam sedemikian sehingga bagian-bagian yang membentuknya tak mungkin patah, hubungannya tak mungkin berpisah, konstruksinya tak mungkin runtuh, sokogurunya tak mungkin lapuk, tumbuhannya tak mungkin tercabut, waktunya tak mungkin berakhir, hukum-hukumnya tak mungkin kadaluwarsa, sayap-sayapnya tak mungkin terpotong, bagian-bagiannya tak mungkin menjadi sempit, kemudahannya tak mungkin menjadi kesulitan, kejelasannya tak mungkin dipengaruhi kesuraman, jalan-jalannya yang luas tak mempunyai kesempitan, lampu-lampunya tak kenal padam, dan manisnya tak mengandung kepahitan.
la terdiri dari sokoguru-sokoguru yang basisnya telah dipancangkan Allah dalam kebenaran, dan fondasinya la kuatkan, dan sumber-sumber yang sungainya selalu penuh air, dan lampu-lampu yang nyalanya penuh cahaya dan mercusuar-mercusuar yang dengan pertolongannya para musafir mendapatkan petunjuk, dan tanda-tanda yang melaluinya terdapat suatu jalan yang sampai ke jalan-jalan besar dan tempat-tempat pengairan yang menyediakan air bagi orang-orang yang datang kepadanya. Allah telah menempatkan dalam Islam puncak keridaan-Nya, puncak tiang-tiang-Nya, dan kemenonjolan dari ketaatan kepada-Nya. Karena itu, di hadapan Allah sokoguru-sokogurunya kuat, konstruksinya tinggi, bukti-buktinya cerah, apinya menyala, wewenangnya kuat, mercusuamya tinggi dan kehancurannya sukar. Oleh karena itu Anda harus menghormatinya, meng-ikutinya, memenuhi kewajiban-kewajibannya dan memberikan kepadanya kedudukan yang sesuai baginya.
Tentang Nabi
Kemudian Allah Yang Mahasuci mengutus Muhammad (saw) dengan Kebenaran di suatu saat ketika kehancuran dunia sudah hampir dan kehidupan akhirat sudah dekat, ketika kecerahannya sedang berubah menjadi suram setelah bercahaya, telah menyusahkan bagi para penghuninya, permukaannya telah menjadi kasar, dan kebusukannya telah mendekat. Itulah saat dunia dalam kepayahan dari kehidupannya pada mendekatnya tanda-tanda (kebusukan), keruntuhan penghuninya, pemutusan hubungan-hubungannya, terseraknya urasan-urasannya, busuknya tanda-tandanya, terbongkarnya urusan-urusan rahasianya, dan menyingkatnya panjangnya. Allah telah menugaskan beliau untuk menyampaikan risalah-Nya dan (suatu sarana) kehormatan bagi umatnya, suatu masa berkembang bagi manusia di hari-hari itu, suatu sumber martabat bagi para pendukung dan kehormatan bagi para penolongnya.
Tentang Al-Qur'an Suci
Kemudian Allah mengirimkan kepada beliau Kitab sebagai cahaya yang nyalanya tak dapat dipadamkan, suatu lampu yang sinarnya tidak mati, suatu laut yang dalamnya tak dapat diduga, suatu jalan yang arahnya tidak menyesatkan, sinar yang cahayanya tidak menjadi gelap, pemisah (baik dan buruk) yang hujahnya tidak melemah, penjelas yang fondasi-fondasinya tak dapat dibongkar, suatu obat yang tidak meninggalkan kekhawatiran terhadap penyakit, suatu kehormatan yahg pendukung-pendukungnya tidak dikalahkan, dan suatu kebenaran yang para penolongnya tidak ditinggalkan. Oleh karena itu, ia merupakan tambang iman dan pusatnya, sumber pengetahuan dan samudranya, kebun keadilan dan kolam-kolam airnya, batu fondasi Islam dan bangunannya, lembah kebenaran dan lapangan-lapangannya, samudra yang tak dapat dikeringkan oleh orang-orang yang menimba air, suatu tempat pengairan yang tak dapat dihabiskan oleh orang-orang yang datang untuk mengambil air, suatu perhentian kercta yang dalam bergerak kepadanya para musafir tidak akan kehilangan jalan, panji-panji yang tak ada pelangkah gagal melihatnya dan tanah tinggi yang orang-orang yang mendekatinya tak dapat mengatasinya.
Allah telah menjadikannya pemuas haus orang yang berilmu, kembang bagi hati ulama, jalan raya bagi jalan-jalan orang saleh, obat yang setelah itu tak ada lagi sakit, sinar cahaya di mana tak ada kegelapan, tali yang pegangannya kuat, kubu yang puncaknya tak teratasi, kehormatan bagi orang yang mencintainya, suatu kedamaian bagi orang yang memasukinya, petunjuk bagi orang yang mengikutinya, dalih bagi orang yang menempuhnya, hujah bagi mereka yang berhujah dengannya, pembawa beban bagi orang yang memikulnya, kereta bagi orang yang mengamalkannya, panji bagi orang yang mencari jalan, perisai bagi orang yang mempersenjatai diri (terhadap kesesatan), pengetahuan bagi orang yang mendengarkan dengan cermat, riwayat yang pantas bagi orang yang meriwayatkannya, dan keputusan terakhk bagi orang yang menetapkan keputusan. •
KHOTBAH 198 Mengandung nasihat yang diberikan oleh Amirul Mukminin kepada para sahabatnya
Tentang Shalat
Wajibkan diri Anda sendiri dengan Shalat dan tetaplah teguh atasnya; lakukanlah Shalat sebanyak mungkin dan carilah kedekatan (kepada Allah) melaluinya, karena "Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya". (QS. 4:103) Tidakkah Anda mendengar jawaban orang-orang neraka ketika mereka ditanyai, "Apakah yang memasukkan kamu ke dalam saqar (neraka)?" Mereka menjawab, "Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat." (QS. 74:42-43) Sungguh, shalat menjatuhkan dosa-dosa seperti jatuhnya daun-daun (pepohonan), dan menyingkirkannya seperti tali disingkirkan dari leher hewan ternak. Rasfllullah (saw) mengibaratkannya dengan air (mandi) panas yang terdapat di pintu (rumah) seseorang yang mandi di dalamnya lima kali sehari. Maka adakah suatu kotoran tertinggal padanya?
Kewajibannya diakui oleh orang-orang mukmin yang tiada perhiasan dari kekayaan dan tiada sejuknya mata yang dihasilkan oleh anak-anak dapat memalingkannya darinya. Allah Yang Mahasuci berkata,
"Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan shalat, dan (dari) membayarkan zakat...." (QS. 24:37)
Bahkan setelah mendapat jaminan akan surga, Rasulullah (saw) berusaha keres untuk shalat karena perintah Allah Yang Mahasuci.
"Dan perintahkanlah keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya." (QS. 20:132)
Kemudian Nabi Allah menyuruh para pengikut beliau untuk mengerjakan shalat dan berusaha untuk itu.
Tentang Zakat
Kemudian, zakat telah ditetapkan bersama Shalat sebagai suatu pengorbanan (untuk disampaikan) oleh umat Islam. Barangsiapa membayarnya dengan kesucian rohaninya, ia (zakat) merupakan penyuci baginya dan suatu perlindungan dan perisai teihadap api (neraka). Karena itu maka tak ada orang (yang tnembayarkannya) akan merasa tertaut padanya sesudahnya, dan tidak pula merasa sedih atasnya. Barangsiapa membayarnya tanpa niat menyucikan hatinya, ia mengharapkan darinya lebih banyak dari yang pantas atasnya. Tentulah ia tak mengenal sunah, ia tidak diberi izin untuk itu, tindakannya sia-sia, dan penyesalannya berlebih-lebihan.
Pemenuhan Amanat
Kemudian, mengenai pemenuhan amanat, barangsiapa tidak memberi perhatian padanya akan kecewa. (Amanat) itu ditempatkan di hadapan langit-langit yang kuat, bumi-bumi yang luas dan gunung-gunung yang tinggi, tetapi tak ada darinya yang ternyata lebih kuat, lebih luas dan lebih tinggi daripadanya. Apabila ada sesuatu yang tak dapat didekati karena ketinggian, keluasan, kekuasan atau kekuatan, mereka tak dapat didekati, tetapi mereka merasa takut akan akibat buruk (dari kegagalan menyampaikan amanat) dan melihat bahwa wujud yang lebih lemah tidak menyadarinya, dan itulah manusia.
"Sesungguhnya manusia itu canat lalim dan amat bodoh". (QS. 33:72)
Sungguh, Allah Yang Mahasuci dan Mahatinggi, tak ada sesuatu yang tersembunyi dari-Nya tentang apa saja yang dilakukan manusia di malam atau siang harinya. la mengetahui semua detail-detail, dan pengetahuan-Nya meliputinya. Anggota badan Anda adalah saksi, organ-organ tubuh Anda merupakan tentara (melawan) diri Anda sendiri, batin Anda melayani-Nya sebagai mata (untuk mengawasi dosa-dosa Andaj dan kesendirian Anda terbuka kepada-Nya. •
KHOTBAH 199 Khianat dan Pengkhianatan Mu'awiyah dan Nasib Orang-orang yang Bersalah Mengadakan Komplotan
Demi Allah,[1] Mu'awiah tidak lebih cerdik dari saya, tetapi ia menipu dan melakukan perbuatan jahat. Sekiranya saya tidak benci akan penipuan maka tentulah saya menjadi paling cerdik dari semua manusia. Tetapi setiap penipuan adalah dosa dan setiap dosa adalah pendurhakaan (kepada Allah), dan setiap orang penipu akan mempunyai sebuah panji yang dengan itu ia akan dikenal pada Hari Pengadilan. Demi Allah, saya tak dapat dilalaikan oleh siasat, tak dapat pula saya dikalahkan oleh kesulitan. •
[1] Orang-orang yang jahil akan agama dan akhlak, bebas dari ikatan hukum agama dan tidak menyadari konsepsi hukuman dan ganjaran, tidak mendapatkan hampanya dalih untuk mencapai tujuan mereka. Mereka dapat beroleh jalan keberhasilan fana pada setiap tahapan; tetapi bilamana dikte kemanusiaan, atau Islam, atau batas-batas yang diletakkan oleh etika dan hukum agama menjadi penghalang, kesempatan untuk merancang dan mendapatkan sarana menjadi lebih sempit, dan kemungkinan bertindak menjadi terbatas. Pengaruh dan kekuasaan Mu'awiyah adalah akibat rekayasa dan cara-cara yang tidak mengenal halangan dan rintangan tentang apa yang halal dan haram, tidak pula ia takut akan Hari Pengadilan. Sebagaimana dikatakan oleh 'Allamah ar-Raghib al-Ishfahani ketika berbicara tentang watak, 'Tujuannya selalu adalah untuk mencapai maksudnya, halal atau haram. la tidak peduli akan agama dan tak pernah memikirkan hukuman Ilahi. Maka, untuk memelihara kekuasaannya ia menempuh jalan berbohong dan mengada-adakan cerita rekaan, melaksanakan segala macam tipuan dan rekayasa. Ketika merasa bahwa ia tak mungkin beriiasil tanpa melibatkan Amirul Mukminin dalam peperangan, ia menghasut Thalhah dan Zubair untuk melawannya. Ketika merasa tak mungkin mencapai keberhasilan dengan cara itu, ia menghasut orang Suriah dan menimbulkan perang saudara, Perang Shiffin. Dan ketika posisi pemberontak itu telah diketahui dengan gugurnya 'Ammar ibn Yasir, ia segera mengatakan bahwa 'Ali bertanggung jawab atas gugurnya 'Ammar karena dia yang membawanya ke medan pertempuran; dan pada kesempatan lain ia menafsirkan kata-kata 'pihak pendurhaka' dalam hadis Nabi itu sebagai 'pihak pembalas dendam' dengan maksud untuk membenarkan bahwa 'Ammar dibunuh oleh kelompok yang mencari pembalasan atas terbunuhnya 'Utsman, padahal bagian berikut dari ucapan Nabi, yakni ‘ia hendak menyeru mereka ke surga sementara mereka menyerunya ke neraka' tidak meninggalkan ruang untuk penafsiran lain. Ketika tak tertinggal harapan kemenangan bahkan dengan siasat licik itu, ia merekayasa untuk mengangkat mashaf Al-Qur'an di ujung tombak, walaupun dalam pandangannya Al-Qur'an maupun perintah-perintahnya tidak berarti apa-apa. Apabila ia sungguh-sungguh bertujuan mengambil keputusan dari Al-Qur'an, mestinya ia mengajukan tuntutan itu sebelum dimulainya pertempuran, dan ketika diketahuinya bahwa keputusan itu telah diperoleh 'Amr ibn 'Ash, dengan menipu Abû Musa al-Asy'ari, dan bahwa hal itu bahkan sama sekali tidak mempunyai hubungan dengan Al-Qur'an, ia tak seharusnya menerimanya dan mestinya ia menghukum 'Amr ibn 'Ash atas kelicikan itu, atau sekurang-kurangnya memperingatkan dan mencelanya. Tetapi sebaliknya, kinerjanya dihargai dan sebagai hadiahnya ia dijadikan Gubernur Mesir."
Berlawanan dengan ini, perilaku Amirul Mukminin merupakan teladan tinggi tentang syariat dan etika. la terus mengikuti tuntutan kebenaran dan kesalehan, sekalipun dalam situasi sulit, dan tidak membiarkan kehidupannya yang suci dinodai tipuan dan kelicikan. Apabila ia mau, ia dapat menghadapi kelicikan dengan kelicikan, dan kegiatan Mu'awiah yang aib dapat dijawab dengan tindakan yang serupa. Misalnya, ketika ia menempatkan penjaga di Sungai Efrat dan menghalangi pasokan air kepada Amirul Mukminin. Kemudian, ketika Amirul Mukminin merebut posisi itu, pasokan air dapat saja diputuskannya dari mereka pula atas dasar untuk melakukan pembalasan. Tetapi Amirul Mukminin tak pemah menodai tangannya dengan tindakan tak manusiawi semacam itu, yang tidak dibenarkaa oleh hukum atau kode etik, walaupun pada umumnya orang memandang tindakan semacam itu terhadap musuh adalah sah dan menamakan karakter bermuka dua semacam itu untuk mencapai keberhasilan suatu gaya kebijakan dan kemampuan memerintah. Tetapi Amirul Mukminin tak pernah berpikir untuk memperkuat kekuasaannya dengan tipuan atau perilaku bermuka dua dalam keadaan bagaimanapun. Maka, ketika orang menasihatinya untuk mempertahankan para pejabat di masa 'Utsman dalam jabatannya dan agar berlaku ramah terhadap Thalhah dan Zubair dengan menempatkan mereka sebagai Gubernur Kflfah dan Bashrah, dan menggunakan kecakapan Mu'awiqah dalam pemerintahan dengan memberikan kepadanya jabatan Gubernur Suriah, Amirul Mukminin menolak nasihat itu dan lebih menyukai perintah hukum agama di atas keperluan duniawi, dan menyatakan secara terbuka tentang Mu'awiqah sebagai berikut,
"Apabila saya mempertahankan Mu'awiah atas apa yang telah diambilnya maka saya akan tennasuk "yang mengambil orang-orang yang menyesatkan itu sebagai penolong" (QS. 18:51). Orang-orang yang melihat keberhasilan lahiriah tidak peduli untuk mempertimbangkan dengan sarana apa keberhasilan itu dicapai. Mereka mendukung siapa saja yang mereka lihat berhasil dengan sarana kelicikan dan tipuan, dan memandangnya sebagai cakap memerintah, cerdas, ahli politik, berpikiran cemerlang dan sebagainya, sementara orang yang tidak menggunakan cara-cara licik dan tipuan karena terpaut pada perintah-perintah Islam dan ajaran Ilahi dan lebih menyukai kegagalan ketimbang berhasil melalui cara-cara batil, dipandang sebagai tak mengenal politik dan berwawasan lemah. Mereka tidak merasa perlu untuk memikirkan kesulitan dan rintangan apa yang berada di jalan seseorang yang berpegang pada prinsip dan hukum yang mencegahnya terus maju walaupun telah mendekati keberhasilan.
KHOTBAH 200 Tak Boleh Takut akan Jarangnya Orang yang Melangkah di Jalan yang Benar
Wahai manusia, janganlah heran akan kecilnya jumlah orang yang mengikuti jalan yang benar, karena manusia hanya berdesak-desakan di sekitar meja (dunia ini) yang makanannya sedikit tetapi yang lapar tak kenal puas.
Wahai manusia, sesungguhnya apa yang mengumpulkan manusia bersama-sama (dalam kategori) adalah kesesuaian (mereka pada yang baik dan yang buruk) dan ketidaksepakatan (mereka), karena hanya satu orang yang membunuh unta Tsamûd[1] tetapi Allah menangkap semua dalam hukuman karena mereka semua bergabung bersama-sama dengan ikut sertanya diam-diam dalam persetujuan mereka atasnya. Maka Allah Yang Mahasuci berfirman,
"Kemudian mereka membunuhnya, lalu mereka menjadi menyesai "(QS. 26:157)
Kemudian tanah mereka melongsor tenggelam (ke dalam bumi) seperti paku bajak membedah tanah lembek yang belum dibajak. Wahai manusia, orang yang melangkah di jalan (petunjuk) yang jelas akan mencapai mata air, dan barangsiapa meninggalkannya tersesat ke dalam gurun yang tak berair. •
[1] Tsamûd di Arabia kuno, suatu suku atau kelompok suku, nampaknya menonjol dari sekitar abad keempat sebelum tarikh Miladiah sampai pertengahan abad ketujuh. Tempat tinggal dan tanah air mereka terletak di suatu tempat di jalan antara Hijaz dan Suriah yang dinamakan Lembah (Wâdî) al-Qurâ, dan menyandang nama (Al-Qurâ) ini karena terdiri dari beberapa kota. Allah mengutus Nabi Shâleh untuk membimbing dan memimpin mereka, berkhotbah kepada mereka sebagaimana diriwayatkan Allah dalam Al-Qur'an, surah al-A'râf, 7:73-79 dan surah al-Qamar, 54:23-31.
"Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamûd saudara mereka Shâleh. la berkata, 'Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Tuhanmu. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah, danjanganlah kamu mengganggunya, dengan gangguan apa pun, maka kamu ditimpa siksaan yang pedih'.
Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum 'Ad dan memberikan tempat bagimu di bumi.
Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan.
Pemuka-pemuka yang menyombongkan diri di antara kaumnya berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah yang telah beriman di antara mereka, 'Tahukah kamu bahwa Shâleh diutus (menjadi rasul) oleh Tuhannya?' Mereka menjawab, 'Sesungguhnya kami beriman kepada wahyu, yang Shâleh diutus untuk menyampaikannya'.
Orang-orang yang menyombongkan diri berkata, 'Sesungguhnya kami adalah orang yang tidak percaya kepada apa yang kamu imani itu.'
Kemudian mereka sembelih unta betina itu, dan mereka berlaku angkuh terhadap perintah Tuhan. Dan mereka berkata, 'Hai Shâleh, datangkanlah apa yang kamu ancamkan itu kepada kami, jika (betul) kamu termasuk orang-orang yang diutus (Allah).'
Karena itu mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat tinggal mereka.
Maka Shâleh meninggalkan mereka seraya berkata, 'Hai kaumku, sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu amanat Tuhanku, dan aku telah memberi nasihat kepadamu, tetapi kamu tidak menyukai orang-orang yang memberi nasihat'." (QS. 7:73-79)
"Kaum Tsamûd pun telah mendustakan ancaman-ancaman (itu).
Mereka berkata, 'Bagaimana kita akan mengikuti saja seorang manusia (biasa) di antara kita? Sebenarnya kalau kita begitu (maka kita) benar-benar berada dalam keadaan sesat dan gila.
Apakah wahyu itu diturunkan kepadanya di antara kita? Sebenamya dia adalah seorang yang amat pendusta lagi sombong.'
Kelak mereka akan mengetahui siapakah yang sebenamya amat pendusta lagi sombong.
Sesungguhnya Kami akan mengirimkan unta betina sebagai cobaan bagi mereka, maka tunggulah (tindakan) mereka dan bersabarlah.
Dan beritakanlah kepada mereka bahwa sesungguhnya air itu terbagi antara mereka (dengan unta betina itu); tiap-tiap giliran minum dihadiri (oleh yang punya giliran).
Maka mereka memanggil kawannya, lalu kawannya menangkap (unta itu) dan membunuhnya.
Alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku.
Sesungguhnya Kami menimpakan atas mereka satu suara yang keras mengguntur, makajadilah mereka seperti rumput-rumput kering (yang dikumpulkan oleh) yang punya kandang binatang." (QS. 54:23-31)
22
Nahjul Balaghah
KHOTBAH 201 Dikatakan Amirul Mukminin pada Waktu Pemakaman Sayyidatun-Nisâ' Fâthimah as Sementara Menujukannya kepada Nabi di Makam Beliau
Nabi Allah, salam bagi Anda dari saya dan dari putri Anda yang telah datang kepada Anda dan telah bersegera untuk menemui Anda. Ya Nabi Allah, kesabaran saya atas (kepergian putri) pilihan Anda telah habis, dan ketabahan saya telah melemah, kecuali bahwa saya mempunyai dasar untuk hiburan dalam menanggung kesulitan besar dan peristiwa menyayat hati dari perpisahan dengan Anda. Saya meletakkan Anda ke dalam makam Anda ketika napas Anda yang terakhir telah berlalu (sementara kepala Anda) di antara leher dan dada saya.
"Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali." (QS. 2:156)
Sekarang amanat telah dikembalikan dan apa yang telah diberikan telah diambil kembali. Tentang kesedihan saya, (kesedihan) itu tak mengenal batas, dan tentang malam-malam saya, (malam-malam) itu tetap sukar dibawa tidur hingga Allah memilih bagi saya rumah di mana Anda tinggal sekarang.
Sungguh, putri Anda akan mengabarkan kepada Anda tentang pergabungan umat Anda untuk menindasnya.[1] Anda tanyakan kepadanya dengan rinci dan perolehlah semua kabar tentang keadaannya. Ini telah terjadi ketika belum panjang waktu yang terentang, dan ingatan kepada Anda belum menghilang. Salam saya kepada Anda berdua, salam dari orang yang terlanda kesedihan, bukan orang yang muak dan benci; karena, apabila saya pergi jauh bukanlah itu karena letih (akan Anda), dan apabila saya tinggal bukanlah itu karena kurang percaya akan apa yang dijanjikan Allah kepada orang-orang yang sabar. •
[1] Perlakuan terhadap putri Nabi setelah wafatnya beliau amat pedih dan menyakitkan. Walaupun Sayyidatun-Nisâ' (as) itu hanya hidup beberapa bulan sesudah wafatnya Nabi, waktu yang singkat itu menyimpan riwayat panjang penderitaan dan petaka baginya. Sehubungan dengan ini pandangan pertama yang menerpa mata ialah bahwa pengaturan bagi upacara pemakaman Nabi belum berakhir, pertarungan untuk kekuasaan sudah dimulai di Saqifah Bani Sa'idah. Perbuatan mereka meninggalkan mayat Nabi tentulah menyakitkan hati Sayyidatun-Nisâ' Fâthimah yang sedang amat berdukacita. la melihat bahwa orang-orang yang telah mengaku cinta dan terpaut (pada Nabi) di masa hidup beliau, sekarang sedang asyik dalam rekayasa mereka untuk kekuasaan. Ketimbang menghibur putri tunggalnya, mereka bahkan tak tahu kapan mayat Nabi dimandikan dan kapan beliau dimakamkan. Dan cara mereka mengucapkan bela sungkawa kepadanya ialah dengan berkerumun di rumahnya dengan bahan bakar dan berusaha untuk mendapatkan baiat dengan paksa dengan segala pertunjukan penindasan, paksaan dan kekerasan. Semua perbuatan berlebihan ini bermaksud menghapus kedudukan terhormat rumah ini agar tidak mendapatkan kembali martabat yang hilang itu pada kesempatan mana pun. Sekaitan dengan tujuan itu, untuk menghancurkan kedudukan ekonominya, tuntutannya atas kebun Fadak ditolak dengan mengatakannya sebagai palsu, yang akibatnya Sayyidatun-Nisâ' Fâthimah (as) membuat wasiat menjelang mati bahwa tak boleh ada di antara mereka nanti menghadiri pemakamannya.
KHOTBAH 202 Fananya Dunia dan Pentingnya Menyediakan Bekal bagi Kehidupan Akhirat
Wahai manusia, sesungguhnya dunia ini adalah suatu lintasan, sedang dunia akhirat adalah tempat kediaman yang kekal. Maka ambillah dari lintasan itu (apa yang dapat Anda ambil). Jangan Anda robek tirai Anda di hadapan Dia yang mengetahui rahasia-rahasia Anda. Jauhkan dari dunia ini hati Anda sebelum tubuh Anda pergi darinya, karena di sini Anda diuji, sedang Anda diciptakan untuk dunia yang akan datang. Ketika seseorang mati, orang bertanya (harta) apa yang telah ditinggalkannya, sementara malaikat beitanya (amal baik) apa yang telah dikirimkannya ke depan. Semoga Allah memberkati Anda; kirimkan sesuatu ke depan, itu akan menjadi pinjaman bagi Anda, dan janganlah tinggalkan semuanya di belakang, karena hal itu akan menjadi beban bagi Anda. •
KHOTBAH 203 Dikatakan Amirul Mukminin kepada Para Sahabatnya Secara Umum, Memperingatkan Mereka tentang Bahaya Hari Pengadilan
Semoga Allah menaruh belas kasihan kepada Anda sekalian! Berbekallah Anda untuk perjalanan itu karena panggilan untuk berangkat telah dimaklumkan. Anggaplah tinggalnya Anda di dunia sebagai sangat singkat, dan kembalilah (kepada Allah) dengan bekal yang terbaik yang ada pada Anda, karena sesungguhnya di hadapan Anda terletak suatu lembah yang sukar ditempuh dan tempat-tempat penginapan yang penuh ketakutan dan bahaya. Anda harus mencapainya dan tinggal di sana. Dan ketahuilah bahwa mata kematian sedang mendekati Anda. Seakan-akan Anda (sudah) berada dalam cengkeramannya dan ia telah menyerang Anda. Urusan sulit dan bahaya yang menyusahkan telah melumatkan Anda ke dalamnya. Oleh karena itu, Anda harus memutuskan semua ketertautan terhadap dunia ini dan membantu diri Anda sendiri dengan bekal berupa takwa kepada Allah.
Sayid Radhî berkata: Sebagian dari ucapan ini telah dikutip sebelumnya melalui riwayat lain. •
KHOTBAH 204 Setelah membai’at kepada Amirul Mukminin, Thalhah dan Zubair mengeluh kepadanya bahwa ia tidak meminta pendapat mereka atau meminta bantuan mereka dalam urusan (negara). Amirul Mukminin menjawab:
Anda berdua tidak menyukai urusan kecil dan mengesampimgkan urusan besar. Dapatkah Anda mengatakan sesuatu di mana Anda mempunyai hak yang saya rampas dari Anda atau saham yang merupakan bagian Anda dan saya jauhkan dari Anda, atau seorang Muslim yang telah meletakkan suatu pengaduan di hadapan saya dan saya tak mampu menyelesaikannya atau tidak mengetahuinya, atau melakukan kesalahan tentang itu?
Demi Allah, saya tidak mempunyai keinginan atas kekhalifahan dan tidak pula menaruh perhatian atas pemerintahan, tetapi Anda sendiri yang mengundang saya dan menyediakan saya untuk itu. Ketika kekhalifahan datang kepada saya, saya teius memandang pada Kitab Allah dan semua yang telah ditetapkan Allah di dalamnya bagi kita, dan semua yang telah la perintahkan kita untuk mengambil keputusan menurutnya; dan saya mengikutinya, dan juga mengamalkan setiap yang telah ditetapkan Nabi SAWW. Dalam hal ini saya tidak memerlukan nasihat Anda atau nasihat seseorang lain, dan tidak ada pula suatu perintah yang tentang itu saya tidak tahu sehingga saya harus meminta nasihat Anda atau seorang saudara Muslim saya. Apabila saya demikian (memerlukan) maka saya tak akan berpaling dari Anda atau orang lain.
Mengenai rujukan Anda kepada masalah persamaan (dalam pembagian dari baitul mal), ini suatu urusan di mana saya tidak mengambil keputusan menurut pendapat saya sendiri, dan tidak pula saya berbuat demikian dengan sesuka hati saya. Tetapi saya dapati, dan Anda pun (tentu telah) mendapati bahwa apa saja yang dibawa Nabi SAWW telah final. Oleh karena itu saya merasa tidak perlu berpaling kepada Anda tentang bagian yang telah ditetapkan oleh Allah dan di mana keputusan-Nya telah dilakukan. Karena itu, demi Allah, dalam hal ini Anda berdua atau siapa pun lainnya tidak dapat beroleh sikap pilih kasih dari saya. Semoga Allah mempertahankan hati kita dalam kesalehan, dan semoga la mengaruniai kami dan Anda kesabaran.
Amirul Mukminin menambahkan: Semoga Allah mengasihi orang yang bila ia melihat kebenaran ia mendukungnya, bila ia melihat yang salah ia menolaknya, dan menolong kebenaran tnelawan yang salah. •
KHOTBAH 205 Dalam Perang Shiffîn Amirul Mukminin mendengar beberapa dari anak buahnya sedang mencerca orang Suriah, lalu ia berkata:
Saya tak suka Anda memulai mencerca mereka, tetapi bila Anda menggambarkan perbuatan mereka dan menceritakan situasi mereka, itu akan merupakan cara berbicara yang lebih baik dan cara berhujah yang lebih meyakinkan. Ketimbang mencerca mereka, Anda harus mengatakan, "Ya Allah! Selamatkan darah kami dan darah mereka, adakan perdamaian antara kami dan mereka, dan pimpinlah mereka keluar dari kesesatan mereka sehingga orang yang tak tahu akan kebenaran dapat mengetahui-nya, dan orang yang cendemng kepada peridurhakaan dan pembetontakan dapat berpaling darinya." •
KHOTBAH 206 Dalam Perang Shiffîn Amirul Mukminin melihat Imam Hasan maju dengan cepat untuk berjuang, lalu ia berkata:
Tahanlah orang muda ini atas nama saya agar ia tidak menyebabkan keruntuhan saya, karena saya tidak ingin untuk mengirimkan kedua orang ini (Hasan dan Husain) kepada kematian, jangan sampai garis ketuiunan Nabh (saw) terputus oleh kematiannya.
Sayid Radhî mencatat: Kata-kata Amirul Mukminin "amliku 'anni hadzal ghulâm” (yakni, Tahanlah orang muda ini atas nama saya) merupakan bentuk ungkapan yang tertinggi dan paling fasih. •
KHOTBAH 207 Ketika para sahabat Amirul Mukminin mengungkapkan rasa tak suka tentang sikapnya mengenai Arbitrasi,[1] ia berkata:
Wahai manusia, urusan antara saya dan Anda berjalan sebagaimana yang saya inginkan, sampai peperangan meletihkan Anda. Demi Allah, hal itu telah memenangkan sebagian di antara Anda sekalian dan membiarkan yang lain-lainnya, dan telah selengkapnya melemahkan musuh Anda. Sampai kemarin saya memberi perintah, tetapi sekarang saya diberi perintah, dan sampai kemarin saya mencegah orang (dari berbuat salah), tetapi hari ini saya yang dicegah. Sekarang Anda telah menunjukkan kesukaan Anda untuk hidup di dunia ini, dan bukan bagi saya untuk membawa Anda kepada apa yang tidak Anda sukai. •
[1] Ketika pasukan-pasukan Suriah yang masih hidup kehilangan pijakan dan siap untuk melarikan diri dari medan pertempuran, Mu'awiah mengubah seluruh fase pertempuran dengan menggunakan Al-Qur'an sebagai siasat, dan berhasil menciptakan perpecahan di kalangan orang 'Iraq. Walaupun Amirul Mukminin berusaha menasihati, mereka tidak bersedia melangkah maju, melainkan mendesak untuk menghentikan peperangan. Amirul Mukminin pun terpaksa menyetujui arbitrasi. Sebagian dari orang-orang itu sesungguhnya telah terkicuh dan percaya bahwa mereka sedang diminta untuk berpegang pada Al-Qur'an, tetapi ada pula orang-orang yang telah letih dengan pertempuran yang berkepanjangan dan telah hilang keberaniannya. Ketika mendapat kesempatan yang baik untuk menghentikan peperangan, mereka berteriak hingga parau untuk menangguhkannya. Ada orang lain yang telah menyertai Amirul Mukminin karena wewenang duniawinya, tetapi tidak mendukungnya dalam hati dan tidak pula bertujuan untuk mencapai kemenangan baginya. Ada sebagian orang yang mengandung harapan pada Mu'awiah, dan telah mulai melekatkan harapan padanya untuk ini, sementara ada pula orang yang sejak semula bersekutu dengannya. Dalam keadaan seperti itu, dan dengan tentara jenis ini, sesungguhnya hanyalah karena kecakapan politik dan kompetensi Amirul Mukminin dalam kontrol militer dan pemerintahan maka ia dapat melaksanakan peperangan hingga tahap itu. Dan sekiranya Mu'awiah tidak mengambil tipuan itu, tak ada keraguan akan kemenangan Amirul Mukminin, karena kekuatan militer pasukan Suriah telah habis dan kekalahan sedang mengincarnya. Dalam hal ini Ibn Abil Hadid berkata,
"Malik al-Asytar telah sampai kepada Mu'awiah dan mencengkeram lehernya. Seluruh kekuatan orang Suriah sudah dihancurkan. Gerakan mereka hanya seperti gerakan sisa-sisa ekor kadal yang terbunuh, tetapi ekor itu terus meloncat ke kanan dan ke kiri. (Syarh Nahjul Balâghah, II, h. 30-31)
KHOTBAH 208 Amirul Mukminin pergi menjenguk kesehatan sahabatnya al-'Ala' ibn Ziyad al-Hâritsî dan ketika ia melihat besarnya rumahnya ia berkata:
Apa yang akan Anda lakukan dengan rumah besar di dunia ini, padahal Anda lebih memerlukan rumah ini di dunia akhirat. Apabila Anda hendak membawanya ke akhirat, Anda dapat menerima di dalamnya tamu-tamu dan bersikap menghormati persaudaraan dan menjalankan semua kewajiban (Anda) menurut pertambahan besarnya. Dengan jalan ini Anda akan mampu membawanya ke akhirat.
Al-'Alâ' berkata kepadanya: Ya Amirul Mukminin, saya hendak mengaduh kepada Anda tentang saudara saya, 'Ashim ibn Ziyad.
Amirul Mukminin bertanya: Ada apa dengan dia?
Al-'Alâ' berkata: la memakai baju bulu domba (kasar) dan menjauhkan dirinya dari dunia.
Amirul Mukminin berkata: Hadapkan dia kepada saya.
Ketika ia tiba, Amirul Mukminin berkata: Wahai musuh diri Anda sendiri. Sungguh iblis telah menyesatkan Anda. Apakah Anda tidak merasa kasihan kepada istri dan anak-anak Anda? Apakah Anda percaya bahwa apabila Anda memakai pakaian yang dihalalkan Allah bagi Anda maka la tidak akan menyukai Anda? Anda terlalu tak penting bagi Allah untuk itu.
la berkata: Ya Amirul Mukminin, Anda pun memakai pakaian kasar dan memakan makanan kasar.
Kemudian ia menjawab: Celakalah Anda, saya tidak seperti Anda. Sesungguhnya Allah Yang Mahatinggi telah mewajibkan pada pemimpin yang sesungguhnya supaya mereka memelihara diri pada tingkat rakyat yang rendah sehingga orang miskin tidak menangis karena kemiskinannya.[1] •
[1] Sejak zaman dahulu kala kepertapaan dan meninggalkan hubungan dengan urusan duniawi telah dipandang sebagai suatu sarana untuk penyucian rohani dan penting bagi karakter. Orang-orang yang ingin menjalani kehidupan pertapa dan meditasi biasa meninggalkan kota untuk ke hutan dan gua-gua di gunung dan tinggal di sana sambil memusatkan perhatian kepada Tuhan sesuai dengan konsepsi mereka sendiri. Mereka makan apabila kebetulan ada musafir lewat atau apabila penduduk di sekitar memberikan makanan kepada mereka; apabila tidak maka mereka berpuas diri dengan memakan buah-buahan hutan dan air sungai, dan demikianlah mereka menjalani kehidupannya. Ibadah semacam ini dimulai secara terpaksa karena penindasan dan kekerasan para penguasa. Orang-orang tertentu meninggalkan rumahnya untuk mengelakkan cengkeraman penguasa lalim, ber-sembunyi di hutan atau gua di gunung dan menyibukkan diri dalam ibadah dan pengabdian kepada Allah. Kemudian, kepertapaan yang terpaksa itu beroleh bentuk sukarela dan orang mengundurkan diri ke gua-gua atas kehendak mereka sendiri. Dengan demikian maka menjadi lumrah bahwa barangsiapa yang hendak mengembangkan rohaninya harus menyingkir ke suatu sudut setelah memutuskan diri dari ikatan duniawi. Metode ini tetap menjadi mode selama berabad-abad, dan hingga kini pun masih ada jejak-jejak perIbadahan secara ini di kalangan kaum Hindu, Buddha dan Kristen.
Namun, pandangan moderat Islam tidak sesuai dengan hidup kebiharaan dan kepertapaan. Untuk mencapai perkembangan rohani, Islam tidak menolak kenikmatan dan keberhasilan duniawi, tidak pula Islam membenarkan bahwa seoiang Muslim harus meninggalkan rumahnya dan sesama manusia lalu menyibukkan diri dalam perIbadahan formal sambil bersembunyi di suatu sudut. Konsepsi peribadahan Islam tidak terbatas pada beberapa upacara tertentu; Islam memandang perolehan rezeki melalui cara yang halal, saling bersimpati dan berperilaku baik, dan bekerjasama serta saling membantu merupakan unsur-unsur ibadah yang penting. Apabila seseorang mengabaikan hak-hak dan kewajiban duniawi, dan tidak memenuhi tanggung jawabnya kepada istri dan anak-anaknya, tidak berusaha untuk memperoleh rezeki, melainkan sepanjang waktu tinggal dalam meditasi, ia menghancurkan kehidupannya dan tidak memenuhi tujuan hidup. Apabila ini tujuannya, apakah perlunya la menciptakan dan mengisi dunia dengan manusia padahal telah ada suatu golongan makhluk, seperti malaikat, yang sepanjang waktu terikat dalam perIbadahan dan pemujaan.
Alam telah membuat manusia berdiri di simpang jalan di mana jalan tengah meiupakan pusat bimbingan. Apabila ia menyimpang dari titik moderasi ini walau sedikit, yang ada di hadapannya ialah kesesatan. Menempufa jalan tengah itu tidak boleh membungkuk kepada dunia ini sampai mengabaikan kehidupan akhirat, dan tak boleh pula ia berpantang dari dunia ini sehingga tidak berhubungan dengan segala yang ada di dalamnya, mengurung diri di suatu sudut dan meninggalkan segala sesuatu lainnya. Karena Allah menciptakan manusia di dunia maka manusia harus mengikuti tata kehidupan di dunia ini, dan ikut mengambil bagian dalam kesenangan yang dianugerahkan Allah dalam batas-batas moderat. Makan minum dan penggunaan hal-hal yang dihalalkan Allah tidak bertentangan dengan ibadah kepada Allah; Allah menciptakan semua itu justru supaya manusia memanfaatkannya. Itulah sebabnya maka orang-orang pilihan Allah hidup di dunia ini bersama orang lain dan makan dan minum seperti orang lain. Mereka tidak merasa perlu untuk memalingkan wajah dari manusia dunia, dan tidak lari ke hutan atau gua di gunung sebagai tempat tinggalnya, atau hidup di tempat-tempat terpencil. Mereka mengingat Allah, tidak terjerat pada urusan duniawi, dan tidak melupakan kematian walaupun ada kesenangan hidup.
Kehidupan pertapa kadang-kadang menimbulkan keburukan yang meruntuhkan kehidupan akhirat maupun dunia ini, dan orang yang hidup semacam itu merupakan gambaran yang sesungguhnya tentang "orang yang merugi di dunia maupun akhirat". Bilamana dorongan alami tidak dipenuhi secara halal dan sah, pikiran berpaling kepada pusat gagasan buruk dan tak berdaya melaksanakan ibadah dengan damai dan konsentrasi. Dan kadang-kadang hawa nafsu begitu mengatasi si pertapa, mematahkan semua ikatan moralnya sampai ia mengabdikan diri untuk memenuhinya, dan sebagai akibatnya ia jatuh ke jurang kehancuran yang tak memungkinkannya melepaskan diri. Itulah sebabnya maka hukum agama memberikan kedudukan yang lebih besar pada Ibadah yang dilakukan oleh orang yang berkeluarga, karena ia lebih dapat melaksanakan kedamaian mental dan konsentrasi dalam amal Ibadah.
Orang-orang yang memakai jubah sufi dan menggembar-gemborkan kebesaran rohaninya, terputus dari jalan Islam dan tak mengetahui ajarannya yang luas. Mereka disesatkan oleh iblis, dan dengan bersandar pada konsepsi-konsepsi mereka sendiri, mereka melangkah di jalan batil. Pada akhirnya kesesatannya menjadi demikian parah sampai mereka memandang para pemimpinnya sebagai orang yang telah mencapai tingkat yang demikian tinggi sehingga kata-kata mereka adalah kata Allah dan tindakan mereka tindakan Allah. Kadang-kadang mereka memandang dirinya di luar segala batas hukum agama dan memandang segala perbuatan mungkar sebagai halal bagi mereka. Prinsip-prinsipnya disebut ath-Tharîqah (jalan untuk mencapai persatuan dengan Allah) dan pengikut kultus ini dikenal sebagai para sufi. Pertama-tama Abû Hâsyim al-Kûfî dan asy-Syâmî mengambil julukan itu. la keturunan Bani Umayyah dan fatalis (yang percaya bahwa manusia terpaksa berbuat sebagaimana telah ditakdirkan Allah). Alasan pemberian nama ini kepadanya adalah.karena ia memakai jubah dari wol kasar untuk berbuat pamer tentang kepertapaannya dan takwanya kepada Allah. Kemudian julukan itu menjadi umum, dan berbagai alasan diajukan sebagai basis nama itu. Misalnya, salah satu dasarnya ialah bahwa Sufi mengandung tiga huruf, Shâd, Wau dan Fâ. Shâd berarti shabr (sabar), shidq (benar), shafâ (suci hati); Wau berarti wudd (cinta), wird (wirid, pengulangan asma Allah), dan wafd (ke-setiaan kepada Allah); dan Fâberarti fard(keesaan), faqr (kemiskinan) dan fanâ' (keterserapan ke dalam Diri Allah). Pandangan yang kedua ialah bahwa kata itu berasal dari ash-Shuffah yang merupakan emperan di sisi Mesjid Nabi yang beratap daun kurma. Orang-orang yang tinggal di sana disebut ashhâbush-shuffah (penghuni emperan). Pendapat ketiga, istilah itu berasal dari nama leluhur dari suatu suku Arab, Shflfah, yang melaksanakan kewajiban untuk melayani para jamaah dan Ka'bah, dan dengan rujukan kepada hubungannya dengan suku ini, maka kaum ini disebut Shûfî. Kelompok ini terbagi dalam berbagai sekte. Tetapi sekte utamanya hanya tujuh:
1) Al-Wahdatiyyah: Sekte ini mempercayai keesaan segala eksistensi. Menurut kepercayaannya, segala sesuatu dari dunia ini adalah Tuhan (Allah) sehingga mereka memberikan kedudukan seperti Tuhan pada segala sesuatu, termasuk kotoran. Mereka menyerupakan Allah dengan sungai dan ombak yang datang darinya, dan berhujah bahwa ombak yang kadang timbul dan kadang turun tidak mempunyai eksistensi sendiri terlepas dari sungai itu; eksistensi ombak-ombak itu adalah eksistensi sungai itu. Oleh karena itu, tak ada yang dapat dipisahkan dari eksistensinya sendiri.
2) Al-Ittihâdiyyah: Penganutnya percaya bahwa mereka telah bersatu dengan Allah, dan Allah telah bersatu dengan mereka. Mereka menyerupakan Allah dengan api dan mereka sendiri adalah besi yang berada di api dan mendapatkan bentuk dan sifatnya.
3) Al-Hulûliyyah: Mereka percaya bahwa Allah mengambil bentuk dari orang-orang yang mengaku mengetahui-Nya dan orang-orang yang sempurna, dan tubuh mereka adalah tempat tinggalnya. Secara ini mereka nampak pada lahirnya sebagai manusia tetapi sebenarnya mereka adalah Allah.
4) Al-Wâshiliyyah: Para penganut sekte ini memandang dirinya telah berpadu dengan Allah. Menurut kepercayaan mereka hukum syariat merupakan sarana bagi perkembangan kepribadian dan karakter manusia, dan apabila diri manusia telah berpadu dengan Allah maka tak diperlukan lagi penyempurnaan atau perkembangan. Akibatnya, bagi para "wâshliyyîn", ibadah adalah perbuatan sia-sia, karena mereka berpendapat bahwa apabila kebenaran dan realitas telah tercapai maka syariat tidak ada perlunya lagi. Karena itu mereka boleh berbuat apa saja dan tak dapat diganggu gugat.
5) Al-Zarrâqiyyah: Sekte ini menganggap musik vokal dan instrumental sebagai ibadah, dan mendapatkan kegembiraan duniawi ini melalui pertunjukan kepertapaan sambil mengemis dari rumah ke rumah. Mereka selalu sibuk meriwayatkan cerita yang dibuat-buat tentang perbuatan keramat dari para pemimpinnya untuk mempesona dan menakut-nakuti orang.
6) Al-'Usysyaqiyyah (pencinta): Sekte ini berteori bahwa yang lahiriah adalah sarana untuk mencapai realitas. Maksudnya, cinta duniawi adalah sarana untuk mencapai cinta Allah. Yakni, untuk mencapai tahap kekasih Allah maka perlulah menaruh cinta pada suatu keindahan manusiawi.
Tetapi cinta yang mereka anggap cinta bagi Allah hanyalah hasil dari kelainan mental yang melaluinya si pencinta cenderung kepada seorang individu dengan seluruh perhatiannya dan tujuan akhirnya ialah beroleh akses kepada yang dicintai. Cinta ini dapat menjuruskan orang ke jalan kejahatan atau keburukan, tetapi tak ada hubungannya dengan cinta kepada Allah.
Seorang penyair Persia mengatakan: "Kebenaran fakta adalah bahwa cinta duniawi ibarat jin, dan jin tak dapat memberikan petunjuk kepada Anda."
7) Al-Talqîniyyah (tempat pertemuan): Menurut sekte ini, membaca buku-buku agama dan keilmuan sama sekali haram. Sebaliknya, kedudukan yang dicapai dengan sesaat usaha spiritual para Sufi tak dapat dicapai dengan membaca buku selama tujuh puluh tahun.
Menurut para ulama Syi'ah, semua sekte itu berada di jalan batil dan telah keluar dari Islam. Dalam hubungan ini, banyak ucapan para imam telah diriwayatkan. Dalam Khotbah di atas juga Amirul Mukminin memandang pemutusan 'Ashim ibn Ziyâd dari dunia ini sebagai kejahatan iblis, dan ia memperingatkannya dengan keras supaya tidak menempuh jalan itu. (Untuk kajian lebih lanjut, lihat Syarh Nahjul Balâghah oleh al-Hajj Habîbullah al-Khû`î, XIII, h. 132-471; XIV, h. 2-22.)
KHOTBAH 209 Amirul Mukminin pergi menjenguk kesehatan sahabatnya al-'Ala' ibn Ziyad al-Hâritsî dan ketika ia melihat besarnya rumahnya ia berkata:
Apa yang akan Anda lakukan dengan rumah besar di dunia ini, padahal Anda lebih memerlukan rumah ini di dunia akhirat. Apabila Anda hendak membawanya ke akhirat, Anda dapat menerima di dalamnya tamu-tamu dan bersikap menghormati persaudaraan dan menjalankan semua kewajiban (Anda) menurut pertambahan besarnya. Dengan jalan ini Anda akan mampu membawanya ke akhirat.
Al-'Alâ' berkata kepadanya: Ya Amirul Mukminin, saya hendak mengaduh kepada Anda tentang saudara saya, 'Ashim ibn Ziyad.
Amirul Mukminin bertanya: Ada apa dengan dia?
Al-'Alâ' berkata: la memakai baju bulu domba (kasar) dan menjauhkan dirinya dari dunia.
Amirul Mukminin berkata: Hadapkan dia kepada saya.
Ketika ia tiba, Amirul Mukminin berkata: Wahai musuh diri Anda sendiri. Sungguh iblis telah menyesatkan Anda. Apakah Anda tidak merasa kasihan kepada istri dan anak-anak Anda? Apakah Anda percaya bahwa apabila Anda memakai pakaian yang dihalalkan Allah bagi Anda maka la tidak akan menyukai Anda? Anda terlalu tak penting bagi Allah untuk itu.
la berkata: Ya Amirul Mukminin, Anda pun memakai pakaian kasar dan memakan makanan kasar.
Kemudian ia menjawab: Celakalah Anda, saya tidak seperti Anda. Sesungguhnya Allah Yang Mahatinggi telah mewajibkan pada pemimpin yang sesungguhnya supaya mereka memelihara diri pada tingkat rakyat yang rendah sehingga orang miskin tidak menangis karena kemiskinannya.[1] •
[1] Sejak zaman dahulu kala kepertapaan dan meninggalkan hubungan dengan urusan duniawi telah dipandang sebagai suatu sarana untuk penyucian rohani dan penting bagi karakter. Orang-orang yang ingin menjalani kehidupan pertapa dan meditasi biasa meninggalkan kota untuk ke hutan dan gua-gua di gunung dan tinggal di sana sambil memusatkan perhatian kepada Tuhan sesuai dengan konsepsi mereka sendiri. Mereka makan apabila kebetulan ada musafir lewat atau apabila penduduk di sekitar memberikan makanan kepada mereka; apabila tidak maka mereka berpuas diri dengan memakan buah-buahan hutan dan air sungai, dan demikianlah mereka menjalani kehidupannya. Ibadah semacam ini dimulai secara terpaksa karena penindasan dan kekerasan para penguasa. Orang-orang tertentu meninggalkan rumahnya untuk mengelakkan cengkeraman penguasa lalim, ber-sembunyi di hutan atau gua di gunung dan menyibukkan diri dalam ibadah dan pengabdian kepada Allah. Kemudian, kepertapaan yang terpaksa itu beroleh bentuk sukarela dan orang mengundurkan diri ke gua-gua atas kehendak mereka sendiri. Dengan demikian maka menjadi lumrah bahwa barangsiapa yang hendak mengembangkan rohaninya harus menyingkir ke suatu sudut setelah memutuskan diri dari ikatan duniawi. Metode ini tetap menjadi mode selama berabad-abad, dan hingga kini pun masih ada jejak-jejak perIbadahan secara ini di kalangan kaum Hindu, Buddha dan Kristen.
Namun, pandangan moderat Islam tidak sesuai dengan hidup kebiharaan dan kepertapaan. Untuk mencapai perkembangan rohani, Islam tidak menolak kenikmatan dan keberhasilan duniawi, tidak pula Islam membenarkan bahwa seoiang Muslim harus meninggalkan rumahnya dan sesama manusia lalu menyibukkan diri dalam perIbadahan formal sambil bersembunyi di suatu sudut. Konsepsi peribadahan Islam tidak terbatas pada beberapa upacara tertentu; Islam memandang perolehan rezeki melalui cara yang halal, saling bersimpati dan berperilaku baik, dan bekerjasama serta saling membantu merupakan unsur-unsur ibadah yang penting. Apabila seseorang mengabaikan hak-hak dan kewajiban duniawi, dan tidak memenuhi tanggung jawabnya kepada istri dan anak-anaknya, tidak berusaha untuk memperoleh rezeki, melainkan sepanjang waktu tinggal dalam meditasi, ia menghancurkan kehidupannya dan tidak memenuhi tujuan hidup. Apabila ini tujuannya, apakah perlunya la menciptakan dan mengisi dunia dengan manusia padahal telah ada suatu golongan makhluk, seperti malaikat, yang sepanjang waktu terikat dalam perIbadahan dan pemujaan.
Alam telah membuat manusia berdiri di simpang jalan di mana jalan tengah meiupakan pusat bimbingan. Apabila ia menyimpang dari titik moderasi ini walau sedikit, yang ada di hadapannya ialah kesesatan. Menempufa jalan tengah itu tidak boleh membungkuk kepada dunia ini sampai mengabaikan kehidupan akhirat, dan tak boleh pula ia berpantang dari dunia ini sehingga tidak berhubungan dengan segala yang ada di dalamnya, mengurung diri di suatu sudut dan meninggalkan segala sesuatu lainnya. Karena Allah menciptakan manusia di dunia maka manusia harus mengikuti tata kehidupan di dunia ini, dan ikut mengambil bagian dalam kesenangan yang dianugerahkan Allah dalam batas-batas moderat. Makan minum dan penggunaan hal-hal yang dihalalkan Allah tidak bertentangan dengan ibadah kepada Allah; Allah menciptakan semua itu justru supaya manusia memanfaatkannya. Itulah sebabnya maka orang-orang pilihan Allah hidup di dunia ini bersama orang lain dan makan dan minum seperti orang lain. Mereka tidak merasa perlu untuk memalingkan wajah dari manusia dunia, dan tidak lari ke hutan atau gua di gunung sebagai tempat tinggalnya, atau hidup di tempat-tempat terpencil. Mereka mengingat Allah, tidak terjerat pada urusan duniawi, dan tidak melupakan kematian walaupun ada kesenangan hidup.
Kehidupan pertapa kadang-kadang menimbulkan keburukan yang meruntuhkan kehidupan akhirat maupun dunia ini, dan orang yang hidup semacam itu merupakan gambaran yang sesungguhnya tentang "orang yang merugi di dunia maupun akhirat". Bilamana dorongan alami tidak dipenuhi secara halal dan sah, pikiran berpaling kepada pusat gagasan buruk dan tak berdaya melaksanakan ibadah dengan damai dan konsentrasi. Dan kadang-kadang hawa nafsu begitu mengatasi si pertapa, mematahkan semua ikatan moralnya sampai ia mengabdikan diri untuk memenuhinya, dan sebagai akibatnya ia jatuh ke jurang kehancuran yang tak memungkinkannya melepaskan diri. Itulah sebabnya maka hukum agama memberikan kedudukan yang lebih besar pada Ibadah yang dilakukan oleh orang yang berkeluarga, karena ia lebih dapat melaksanakan kedamaian mental dan konsentrasi dalam amal Ibadah.
Orang-orang yang memakai jubah sufi dan menggembar-gemborkan kebesaran rohaninya, terputus dari jalan Islam dan tak mengetahui ajarannya yang luas. Mereka disesatkan oleh iblis, dan dengan bersandar pada konsepsi-konsepsi mereka sendiri, mereka melangkah di jalan batil. Pada akhirnya kesesatannya menjadi demikian parah sampai mereka memandang para pemimpinnya sebagai orang yang telah mencapai tingkat yang demikian tinggi sehingga kata-kata mereka adalah kata Allah dan tindakan mereka tindakan Allah. Kadang-kadang mereka memandang dirinya di luar segala batas hukum agama dan memandang segala perbuatan mungkar sebagai halal bagi mereka. Prinsip-prinsipnya disebut ath-Tharîqah (jalan untuk mencapai persatuan dengan Allah) dan pengikut kultus ini dikenal sebagai para sufi. Pertama-tama Abû Hâsyim al-Kûfî dan asy-Syâmî mengambil julukan itu. la keturunan Bani Umayyah dan fatalis (yang percaya bahwa manusia terpaksa berbuat sebagaimana telah ditakdirkan Allah). Alasan pemberian nama ini kepadanya adalah.karena ia memakai jubah dari wol kasar untuk berbuat pamer tentang kepertapaannya dan takwanya kepada Allah. Kemudian julukan itu menjadi umum, dan berbagai alasan diajukan sebagai basis nama itu. Misalnya, salah satu dasarnya ialah bahwa Sufi mengandung tiga huruf, Shâd, Wau dan Fâ. Shâd berarti shabr (sabar), shidq (benar), shafâ (suci hati); Wau berarti wudd (cinta), wird (wirid, pengulangan asma Allah), dan wafd (ke-setiaan kepada Allah); dan Fâberarti fard(keesaan), faqr (kemiskinan) dan fanâ' (keterserapan ke dalam Diri Allah). Pandangan yang kedua ialah bahwa kata itu berasal dari ash-Shuffah yang merupakan emperan di sisi Mesjid Nabi yang beratap daun kurma. Orang-orang yang tinggal di sana disebut ashhâbush-shuffah (penghuni emperan). Pendapat ketiga, istilah itu berasal dari nama leluhur dari suatu suku Arab, Shflfah, yang melaksanakan kewajiban untuk melayani para jamaah dan Ka'bah, dan dengan rujukan kepada hubungannya dengan suku ini, maka kaum ini disebut Shûfî. Kelompok ini terbagi dalam berbagai sekte. Tetapi sekte utamanya hanya tujuh:
1) Al-Wahdatiyyah: Sekte ini mempercayai keesaan segala eksistensi. Menurut kepercayaannya, segala sesuatu dari dunia ini adalah Tuhan (Allah) sehingga mereka memberikan kedudukan seperti Tuhan pada segala sesuatu, termasuk kotoran. Mereka menyerupakan Allah dengan sungai dan ombak yang datang darinya, dan berhujah bahwa ombak yang kadang timbul dan kadang turun tidak mempunyai eksistensi sendiri terlepas dari sungai itu; eksistensi ombak-ombak itu adalah eksistensi sungai itu. Oleh karena itu, tak ada yang dapat dipisahkan dari eksistensinya sendiri.
2) Al-Ittihâdiyyah: Penganutnya percaya bahwa mereka telah bersatu dengan Allah, dan Allah telah bersatu dengan mereka. Mereka menyerupakan Allah dengan api dan mereka sendiri adalah besi yang berada di api dan mendapatkan bentuk dan sifatnya.
3) Al-Hulûliyyah: Mereka percaya bahwa Allah mengambil bentuk dari orang-orang yang mengaku mengetahui-Nya dan orang-orang yang sempurna, dan tubuh mereka adalah tempat tinggalnya. Secara ini mereka nampak pada lahirnya sebagai manusia tetapi sebenarnya mereka adalah Allah.
4) Al-Wâshiliyyah: Para penganut sekte ini memandang dirinya telah berpadu dengan Allah. Menurut kepercayaan mereka hukum syariat merupakan sarana bagi perkembangan kepribadian dan karakter manusia, dan apabila diri manusia telah berpadu dengan Allah maka tak diperlukan lagi penyempurnaan atau perkembangan. Akibatnya, bagi para "wâshliyyîn", ibadah adalah perbuatan sia-sia, karena mereka berpendapat bahwa apabila kebenaran dan realitas telah tercapai maka syariat tidak ada perlunya lagi. Karena itu mereka boleh berbuat apa saja dan tak dapat diganggu gugat.
5) Al-Zarrâqiyyah: Sekte ini menganggap musik vokal dan instrumental sebagai ibadah, dan mendapatkan kegembiraan duniawi ini melalui pertunjukan kepertapaan sambil mengemis dari rumah ke rumah. Mereka selalu sibuk meriwayatkan cerita yang dibuat-buat tentang perbuatan keramat dari para pemimpinnya untuk mempesona dan menakut-nakuti orang.
6) Al-'Usysyaqiyyah (pencinta): Sekte ini berteori bahwa yang lahiriah adalah sarana untuk mencapai realitas. Maksudnya, cinta duniawi adalah sarana untuk mencapai cinta Allah. Yakni, untuk mencapai tahap kekasih Allah maka perlulah menaruh cinta pada suatu keindahan manusiawi.
Tetapi cinta yang mereka anggap cinta bagi Allah hanyalah hasil dari kelainan mental yang melaluinya si pencinta cenderung kepada seorang individu dengan seluruh perhatiannya dan tujuan akhirnya ialah beroleh akses kepada yang dicintai. Cinta ini dapat menjuruskan orang ke jalan kejahatan atau keburukan, tetapi tak ada hubungannya dengan cinta kepada Allah.
Seorang penyair Persia mengatakan: "Kebenaran fakta adalah bahwa cinta duniawi ibarat jin, dan jin tak dapat memberikan petunjuk kepada Anda."
7) Al-Talqîniyyah (tempat pertemuan): Menurut sekte ini, membaca buku-buku agama dan keilmuan sama sekali haram. Sebaliknya, kedudukan yang dicapai dengan sesaat usaha spiritual para Sufi tak dapat dicapai dengan membaca buku selama tujuh puluh tahun.
Menurut para ulama Syi'ah, semua sekte itu berada di jalan batil dan telah keluar dari Islam. Dalam hubungan ini, banyak ucapan para imam telah diriwayatkan. Dalam Khotbah di atas juga Amirul Mukminin memandang pemutusan 'Ashim ibn Ziyâd dari dunia ini sebagai kejahatan iblis, dan ia memperingatkannya dengan keras supaya tidak menempuh jalan itu. (Untuk kajian lebih lanjut, lihat Syarh Nahjul Balâghah oleh al-Hajj Habîbullah al-Khû`î, XIII, h. 132-471; XIV, h. 2-22.)
KHOTBAH 210 Kebesaran Allah dan Penciptaan Alam Semesta
Adalah melalui kekuatan dari kebesaran Allah dan kekuasaan-Nya yang halus untuk pembaruan maka la membuat bumi yang kering dan padat dari air samudra yang dalam tak terukur, kompak dan bergaya. Kemudian la membuat darinya lapisan-lapisan dan memisah-misahkannya menjadi tujuh langit setelah mereka dipadukan bersama-sama. Dengan demikian, maka mereka menjadi diam atas perintah-Nya dan berhenti pada batas yang ditetapkan-Nya. la membuat bumi demikian rupa sehingga ia dipikul olcjj^ air yang biru dalam, yang mengelilingi dan tergantung yang taat kepada perintah-Nya dan telah menyerah kepada kebesaran pesona-Nya sementara mengalirnya terhenti karena takut kepada-Nya.
la juga menciptakan bukit-bukit yang tinggi, karang-karang dan batu serta gunung-gunung yang tinggi. la menempatkannya pada tempatnya masing-masing dan membuatnya tetap demikian. Puncak-puncaknya bangkit ke udara sedang akar-akarnya tinggal di air. Secara demikian ia bangkitkan gunung-gunung di atas lapangan-lapangan dan menetapkan fondasi-fondasinya dalam bentangan yang luas di mana saja mereka berdiri. la membuat puncak-puncaknya tinggi dan membuat badan-badannya besar. la membuatnya sebagai tiang-tiang bagi bumi dan menetapkannya di situ seperti pasak-pasak. Akibatnya bumi menjadi diam; apabila tidak, (maka) ia mungkin melengkung dengan penghuninya atau tenggelam ke dalam dengan bebannya, atau bergeser dari kedudukannya.
Karena itu, Mahasuci Dia yang menghentikannya setelah mengalirnya air-airnya dan memadatkannya setelah keadaan berair dari sisi-sisinya. Secara ini la membuatnya buaian dari makhluk-makhluk-Nya dan menyebarkannya bagi mereka dalam bentuk lantai di atas lautan dalam yang berdiam dan tidak bergerak, dan menetap dan tidak mengalir. Angin yang keras menggerakkannya di sana sini dan awan menarik air darinya.
"Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut (kepada Tuhannya)." (QS. 79:26) •
KHOTBAH 211 Tentang Orang-orang yang Berlepas Diri dari Mendukung yang Benar
Ya Tuhanku! Barangsiapa mendengar ucapan kami yang adil dan yang mencari kemakmuran agama dan kehidupan duniawi dan tidak mencari bencana, tetapi menolaknya setelah mendengamya, maka pastilah ia berpaling dari menolong-Mu dan menolak dari menguatkan agama-Mu. Kami menjadikan Engkau saksi atas dia, dan Engkau yang terbesar dari semua saksi; dan kami membuat semua yang menghuni bumi-Mu dan langit-Mu saksi atas dia. Setelah itu, hanya Engkau saja yang dapat membuat kami tidak memerlukan dukungannya dan menanyainya atas dosanya. •
KHOTBAH 212 Kemuliaan Allah dan Kenangan kepada Nabi
Segala puji bagi Allah yang di atas segala keserupaan dengan makhluk-makhluk-Nya, di atas kata-kata dari para pengggambar, yang menunjukkan keajaiban pengelolaan-Nya bagi para pelihat, yang tersembunyi dari khayalan para pemikir karena kebesaran dari keagungan-Nya, yang mempunyai pengetahuan tanpa memperolehnya, menambahkannya atau menarik darinya (dari seseorang), dan Yang pengatur segala urusan tanpa merenung atau berpikir. la sedemikian sehingga gelap tidak mengenai-Nya, tidak pula la mencari cahaya dari kecerahan; malam tidak menyusul-Nya, tidak pula siang melewati-Nya (sehingga mempengaruhi-Nya dengan suatu cara). Pengertian-Nya (tentang segala sesuatu) tidak melalui mata, dan pengetahuan-Nya tidak tergantung pada pemberitahuan.
Sebagian dari Khotbah yang Sama Tentang nabi
Allah mengutus Nabi dengan cahaya, dan memberikan kepadanya keutamaan tertinggi dalam pilihan. Melalui beliau Allah mempersatukan orang-orang yang terpecah-pecah, mengalahkan yang kuat, mengatasi kesulitan-kesulitan dan meratakan tanah yang kasar, dan dengan demikian menyingkirkan kesesatan dari kanan dan kiri. •
KHOTBAH 213 Mulianya Keturunan Nabi
Saya bersaksi bahwa la adil dan berbuat adil. la wasit Yang memutuskan (antara yang benar dan salah). Saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya, Rasul-Nya dan Kepala dari semua hamba-Nya. Bilamana Allah membagi-bagi garis keturunan, la menempatkan beliau pada yang lebih baik, dan oleh karena itu tak ada orang mungkar yang turut memiliki bersama beliau, dan tiada pula seorang keji menjadi mitra beliau.
Hati-hatilah! Sesungguhnya Allah Yang Mahasuci telah menyediakan bagi kebajikan orang-orang yang sesuai atasnya, bagi kebenaran tiang-tiang (yang mendukungnya), dan bagi ketaatan perlindungan (terhadap penyelewengan). Dalam setiap urusan ketaatan Anda akan mendapatkan pertolongan Allah Yang Mahasuci yang akan berbicara melalui lidah dan memberikan keteguhan pada hati. Itu cukup bagi orang-orang yang mencari kecukupan, dan obat bagi orang-orang yang mencari pengobatan.
Ciri-ciri Orang Bajik yang Petunjuknya Harus Diikuti
Ketahuilah, sesungguhnya hamba-hamba Allah yang memelihara pengetahuan-Nya, memberikan perlindungan pada hal-hal yang dikehendaki-Nya untuk dilindungi, dan membuat sumber-Nya mengalir (bagi manfaat orang lain). Mereka saling berhubungan dengan bersahabat dan saling bertemu dengan kasih sayang. Mereka meminum air dari cangkir yang memuaskan haus dan kembali dari tempat pengairan dengan penuh kepuasan. Salah paham tidak mengenai mereka dan gunjingan tidak beroleh pijakan pada mereka. Secara ini Allah telah mengikat watak mereka dengan perilaku yang baik. Karena ini mereka saling mencintai dan saling menemui. Mereka telah menjadi unggul, seperti benih yang terpilih dengan mengambil sebagian dan membuang sebagian. Pemilihan ini telah membedakan mereka dan proses pemilihan telah menyucikan mereka.
Oleh karena itu, manusia harus mendapatkan kemuliaan dengan mengambil sifat-sifat ini. la harus takut akan Hari Kiamat sebelum (hari) itu tiba, dan ia harus menilai singkatnya kehidupannya dan singkatnya waktu di tempat tinggalnya yang hanya akan berlangsung selama persinggahan ke tempatnya yang berikut. Oleh karena itu ia harus berbuat sesuatu untuk perpindahannya dan untuk tahapan berikut dari perpisahannya. Diberkatilah orang yang mempunyai hati yang bajik, yang mengikuti orang yang me-mandunya, menolak dia yang membawa kepada keruntuhan, menangkap jalan keamanan dengan pertolongan orang yang memberikan kepadanya cahaya (petunjuk) dan dengan menaati pemimpin yang memerintahnya, bergegas kepada petunjuk sebelum pintu-pintunya tertutup, membuka pintu taubat dan menyingkirkan (noda) dosa. Sesungguhnya ia telah ditempatkan pada jalan yang benar dan memandunya ke jalan yang lurus. •
KHOTBAH 214 Doa yang Sering Dibaca Amirul Mukminin
Segala puji bagi Allah yang telah membuat aku sedemikian sehingga aku belum mati dan tidak sakit, tidak pula nadiku ditulari penyakit, tidak aku diangkat karena tindakan burukku, tidak pula tanpa keturunan, tiada aku meninggalkan agamaku, tidak aku merasa asing dengan imanku, tidak pula kecerdasanku terpengaruh, tidak pula aku dihukum dengan hukuman orang-orang sebelumku. Aku adalah seorang budak milik-Mu, aku telah bersalah karena melampaui batas atas diriku sendiri. Engkau telah mencurahkan pembelaan-Mu atas diriku dan aku tidak mempunyai pembelaan (di hadapan-Mu). Aku tidak mempunyai kekuasaan untuk mengambil kecuali apa yang Kauberikan kepadaku, dan aku tak dapat mengelak kecuali apa yang Engkau selamatkan aku darinya.
Ya Tuhanku! Aku mencari perlindungan-Mu dari menjadi miskin padahal Engkau kaya, dari tersesat padahal (ada) petunjuk-Mu, dari teraniaya dalam kerajaan-Mu dan dari terhina padahal wewenang terletak pada-Mu.
Ya Tuhanku! Jadikanlah kiranya ruhku yang pertama dari sesuatu yang baik yang Kauambil dariku, dan amanat yang pertama dari nikmat-nikmat-Mu yang diamanatkan kepadaku.
Ya Tuhaku! Kami memohon perlindungan dari berpaling dari perintah-Mu atau mendurhaka terhadap agama-Mu, atau terpimpin oleh hawa nafsu kami sebagai ganti petunjuk yang datang dari-Mu. •
23
Nahjul Balaghah
KHOTBAH 215 Diucapkan pada Pertempuran Shiffin
Hak Timbal Balik antara Penguasa dan Rakyat
Kemudian daripada itu, Allah Yang Mahasuci, dengan menempatkan saya atas urusan Anda, telah menciptakan hak saya atas Anda, dan Anda pun mempunyai hak atas diri saya, sebagimana saya mempunyai hak atas Anda. Suatu hak adalah sangat luas dalam uraian tetapi sangat sempit dalam kesesuaian tindakan. la tidak menambahkan bagi seseorang kecuali apabila ia menambahkan terhadapnya pula, dan hak tidak menambah terhadap seseorang kecuali apabila ia menambah bagi (keuntungan)nya. Apabila ada suatu hak yang hanya menguntungkan bagi seseorang tanpa hak (sehubungan dengan itu) terhadap dirinya, adalah itu semata-mata bagi Allah Yang Mahasuci, dan bukan bagi makhluk-makhluk-Nya, karena (berdasarkan) kekuasaan-Nya atas makhluk-makhluk-Nya dan keadilan yang menembusi seluruh ketetapan-Nya. Sesungguhnya la Yang Mahasuci telah menciptakan hak-Nya atas makhluk bahwa mereka harus menyembah-Nya, dan telah menetapkan bagi Diri-Nya (kewajiban) atas ganjaran bagi mereka yang sama dengan beberapa kali imbalan sebagai tanda rahmat-Nya dan kemurahan yang la sanggupi.
Kemudian, dari hak-hak-Nya la Yang Mahasuci menciptakan hak-hak tertentu bagi orang-orang tertentu atas yang lain-lainnya. la membuatnya sedemikian rupa sehingga sebanding antara satu sama lainnya. Beberapa dari hak-hak ini menimbulkan hak-hak lain. Beberapa hak adalah sedemikian rupa sehingga mereka tidak menambah kecuali dengan yang lain-lainnya. Yang paling besar dari semua hak-hak yang telah diwajibkan Allah Yang Mahasuci ialah hak penguasa atas yang dikuasai dan hak yang dikuasai atas penguasa. Ini kewajiban yang telah ditetapkan Allah Yang Mahasuci atas satu sama lainnya. la telah menjadikannya basis bagi saling kasih sayang mereka, dan suatu kemuliaan bagi agama mereka. Sebagai akibatnya, yang dikuasai tak mungkin makmur apabila penguasanya tidak sehat, sedang para penguasa tak akan sehat kecuali rakyatnya tabah.
Apabila rakyat memenuhi hak-hak penguasa dan penguasa memenuhi hak-hak rakyat, maka hak beroleh kedudukan terhormat di antara mereka, jalan agama menjadi mapan, tanda-tanda keadilan menjadi tetap dan sunah beroleh jalan.
Dengan jalan ini waktu akan membaik, kelanjutan pemerintahan akan diharapkan, dan tujuan-tujuan musuh akan digagalkan. Tetapi, apabrla rakyat menguasai si penguasa, atau penguasa menindas rakyat, maka perselisihan muncul pada setiap kata, tanda-tanda penindasan muncul, bencana memasuki agama, dan jalan sunah ditinggalkan. Kemudian orang bertindak berdasarkan hawa nafsu, perintah (agama) disingkirkan, penyakit rohani menjadi banyak, dan tak ada ragu-ragu dalam mengabaikan hak-hak besar sekalipun, tidak pula dalam melakukan kesalahan-kesalahan besar. Dalam keadaan semacam itu, orang bajik dihinakan sementara orang jahat dihormati, dan ada azab yang pedih dari Allah Yang Mahasuci kepada manusia.
Oleh karena itu, Anda harus saling menasihati (untuk memenuhi kewajiban Anda) dan bekerjasama. Bagaimanapun luar biasa hasrat seseorang untuk mendapatkan keridaan Allah, dan betapapun ia sepenuhnya berusaha untuk itu, ia tak dapat melaksanakan (kewajiban bagi) ketaatannya kepada Allah Yang Mahasuci sebagaimana yang sesungguhnya hak bagi-Nya, dan adalah suatu hak Allah yang wajib atas manusia bahwa mereka harus saling menasihati sekuat kemampuan mereka, dan bekerjasama untuk menegakkan kebenaran di antara mereka. Tak ada orang, betapa besar pun kedudukannya dalam urusan kebenaran, dan betapa maju pun keutamaannya dalam agama, yang berada di luar batas kerjasama sehubungan dengan kewajiban-kewajiban yang diletakkan padanya oleh Allah. Lagi, tak ada orang, betapapun kecilnya ia dipandang oleh orang lain, dan betapa rendah pun ia mungkin tampil di mata, yang terlalu rendah untuk bekerjasama atau ditawari kerjasama dalam urusan ini.
Salah seorang sahabat Amirul Mukminin menjawab kepadanya dengan suatu pidato panjang di mana ia memujinya (Amirul Mukminin) dan menyebutkan bahwa ia sendiri mendengarkannya dan menaatinya, yang atasnya Amirul Mukminin berkata:
Apabila di dalam pikirannya seseorang memandang kesucian Allah tinggi, dan dalam hatinya beriman bahwa kedudukan Allah mulia maka, karena besarnya hal-hal ini, adalah haknya untuk memandang semua hal lainnya kecil. Di antara orang-orang semacam itu, orang yang padanya rahmat Allah besar dan nikmat-nikmat Allah ramah, mempunyai kewajiban yang lebih besar, karena rahmat Allah kepada seseorang tidak akan bertambah tanpa bertambahnya hak Allah atasnya.
Dalam pandangan orang bajik, kedudukan terbumk penguasa adalah bila mereka dianggap mencintai kemuliaan, dan urusan mereka dianggap berdasarkan kebanggaan. Sesungguhnya saya membenci kalau-kalau terjadi pada pikiran Anda bahwa saya mencintai pujian tinggi atau mendengar lagu pujian. Dengan rahmat Allah, saya tidak seperti itu. Sekalipun misalnya saya menyukai disebut seperti itu, saya akan menyerahkannya dalam ketundukan ke hadapan Allah Yang Mahasuci ketimbang menerima kebesaran dan kemuliaan yang atasnya la lebih berhak. Pada umumnya manusia merasa senang pada pujian setelah pelaksanaan kerja yang baik; tetapi janganlah menyebutkan bagi saya pujian bagus atas kewajiban-kewajiban yang saya lakukan kepada Allah dan kepada Anda, karena (saya) takut akan kewajiban-kewajiban yang tidak saya laksanakan dan karena mengeluarkan perintah-perintah yang tak terelakkan, dan janganlah menyapa saya dengan sapaan pada raja-raja.
Janganlah menghindari saya sebagaimana (menghindari) manusia-manusia hawa nafsu, jangan menemui saya dengan puji-pujian, dan jangan berpikir bahwa saya akan menyalahkan apabila suatu hal yang benar dikatakan kepada saya, karena orang yang merasa muak bilamana kebenaran dikatakan kepadanya atau suatu hal yang adil diletakkan di hadapannya akan mendapatkannya lebih sulit untuk melaksanakannya. Oleh karena itu janganlah berpantang dari berkata benar atau menudingkan masalah keadilan, karena saya tidak memandang diri saya di atas kekeliruan.[1] Saya tidak luput dari membuat kekeliruan dalam tindakan saya melainkan Allah menolong saya (dalam mengelakkan kekeliruan) dalam urusan-urusan di mana la lebih berkuasa daripada saya. Sesungguhnya saya dan Anda adalah hamba-hamba yang dimiliki Allah, yang tidak ada Tuhan selain Dia. la memiliki diri kita yang tidak kita miliki. la membawa kita dari mana kita berada kepada yang berarti kemakmuran bagi kita. la mengubah kesesatan kita dan memberikan kepada kita kecerdasan setelah kebutaan. •
[1] Bahwa kesucian malaikat berbeda dengan kecucian manusia tak perlu lagi dibahas secara mendetail. Kesucian malaikat berarti bahwa mereka tidak mempunyai dorongan untuk berbuat dosa, sedangkan kesucian manusia berarti bahwa walaupun ia mempunyai kelemahan manusiawi dan hawa nafsu, namun ia memiliki kemampuan khas untuk melawannya dan ia tidak mesti dikalahkan olehnya sehingga berbuat dosa. Kemampuan ini sendiri disebut kesucian, dan itu mencegahnya untuk membangkitkan hawa nafsu dan dorongannya. Kata-kata Amirul Mukminin bahwa "saya tidak memandang diri saya di atas kekeliruan" merujuk dorongan hawa nafsu manusiawi itu, dan ucapannya bahwa "Allah menolong saya dalam menjauhi kekeliruan" merujuk kesucian. Nada yang sama terdapat dalam Al-Qur'an dalarn kata-kata Nabi Yusuf (as),
"Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. 12:53)
Sebagaimana dalam ayat ini, karena adanya pengekecualian, bagiannya yang pertama tak dapat digunakan untuk argumen menentang kesuciannya. Demikian pula, karena adanya pengecualian, "tetapi Allah menolong saya dalam menjauhkan kekeliruan" dalam ucapan Amirul Mukminin, bagiannya yang pertama tak dapat digunakan sebagai argumen melawan kesuciannya, karena apabila demikian maka kesucian nabi pun akan harus ditolak. Demikian pula, kalimat terakhir khotbah ini tak boleh diartikan bahwa sebelum maklumat pertama kenabian beliau berada di bawah pengaruh kepercayaan jahiliah, dan sebagai orang lain sebelumnya adalah kafir beliau pun dahulunya berada dalam gelapnya kesesatan. Karena, sejak lahirnya Amirul Mukminin dibesarkan oleh Nabi, dan efek latihan dan pengasuhan beliau telah meresap ke dalam dirinya. Tak dapat dibayangkan bahwa orang yang sejak masa kecilnya melangkah pada jejak Nabi akan menyimpang dari bimbingan walau sejenak. Maka Mas'ûdî menulis,
"Amirul Mukminin tak pernah mempercayai tuhan lain kecuali Allah sehingga tak mungkin ada masalah tentang penerimaan Islamnya. la malah mengikuti Nabi dalam seluruh tindakan ... dan dalam keadaan itu sendiri ia mencapai kedewasaannya. (Murûj adz-Dzahab, II, h. 3)
Di sini, dengan orang-orang yang dipimpin Allah dari kegelapan kepada bimbingan, mjukannya ialah kepada orang-orang yang kepadanya Amirul Mukminin berkata. Ibn Abil Hadtd menulis,
"Rujukannya di sini bukanlah kepada dirinya sendiri, karena ia tak pernah kafir sehingga menerima Islam setelah itu, tetapi dalam kata-kata ini ia merujuk kelompok orang-orang kepada siapa ia berkata." (Syarh Nahjul Balâghah, II, h. 108)
KHOTBAH 216 Tentang Kelebih-lebihan Orang Quraisy
Tuhanku! Aku memohon kepada-Mu untuk mengambil pembalasan atas orang Quraisy dan orang-orang yang membantu mereka, karena mereka memotong roboh kekerabatanku dan menjungkirkan mangkukku, dan telah bergabung bersama-sama untuk berebut hak yang menjadi hakku melebihi siapa pun lainnya. Mereka berkata kepada saya, "Apabila Anda dapatkah hak Anda, itu akan adil, tetapi apabila hak itu ditolak dari Anda, itu pun adil. Tanggunglah itu dengan kesusahan atau bunuhlah diri Anda sendiri dalam kesedihan." Saya melihat sekeliling tetapi tidak melihat siapa pun untuk memperisai saya, melindungi saya atau menolong saya, kecuali kematian para anggota keluarga saya. Saya menahan diri dari menerjunkan mereka ke dalam kematian dan oleh karena itu saya menutup mata saya walaupun adanya debu, terus menelan liur walaupun ada (cekikan) kesedihan, dan menanggung perihnya kemarahan sekalipun hal itu lebih pahit dari jadam dan lebih menyedihkan dari gigitan pisau.
Sebagian dari Khotbah yang Sama Tentang Orang-orang yang Pergi ke Bashrah Untuk Memerangi Amirul Mukminin Mereka menyerang para pejabat saya dan penjaga Baitul Mal yang masih berada di bawah kekuasaan saya, dan atas rakyat dari suatu kota besar, yang semuanya taat kepada saya dan membaiat saya. Mereka menciptakan perpecahan di antara mereka, menghasut partai mereka melawan saya dan menyerang para pengikut saya. Mereka membunuh sekelompok darinya secara khianat, sedang kelompok lain mengangkat pedang melawan mereka dan bertempur dengan pedang sampai mereka menemui Allah sebagai penganut kebenaran.
Sayid Radhî mencatat: Ucapan Amirul Mukminin ini telah disebutkan dalam Khotbah (171) sebelumnya, tetapi saya mengulanginya di sini karena perbedaan versinya. •
KHOTBAH 217 Ketika Amirul Mukminin melewati mayat Thalhah ibn 'Ubaidullah dan 'Abdur-Rahman ibnu 'Attâb ibn Asid yang terbunuh dalam Perang Jamal, ia berkata:
Abu Muhammad (Thalhah) terbaring di sini jauh dari tempatnya sendiri. Demi Allah, saya tidak menyukai orang Quraisy terbaring tewas di bawah bintang. Saya telah membalas terhadap keturunan 'Abû Manâf, tetapi pemimpin orang-orang Bani Jumah[1] telah luput dari saya. Mereka telah mengulurkan leher kepada suatu urusan yang untuk itu mereka tidak sesuai, dan karena itu leher mereka patah sebelum mereka mencapai tujuannya. •
[1] Dalam pertempuran Jamal (Perang Unta), sekelompok Bani Jumah berada di pihak 'A'isyah. Tetapi tokoh-tokoh kelompok ini melarikan diri dari medan pertempuran. Di antara mereka adalah 'Abdullah ath-Thawîl ibn Shafwân, Yahya ibn Hakim, 'Amir ibn Mas'ud, dan Ayyub ibn Habib. Dari kelompok (Bani Jumah) ini hanya dua orang yang tewas.
KHOTBAH 218 Sifat-sifat Orang Takwa dan Saleh
Ia (orang mukmin) menjaga pikirannya tetap hidup dan membunuh (hawa nafsu) hatinya sampai badannya menjadi kurus, tubuhnya menjadi ringan dan suatu sinar cahaya dari kecerahan yang luar biasa bersinar dari dia. Hal itu menerangi jalan baginya dan membawanya ke jalan (yang benar). Berbagai pintu mengantarkannya ke pintu keselamatan dan tempat kediaman (yang abadi). Kakinya, sambil mngimbangkan badannya, menjadi tetap dalam posisi keselamatan dan kesenangan, karena ia memelihara hatinya (dalam amal baik) dan meridai Tuhannya. •
KHOTBAH 219 Amirul Mukminin membaca ayat:
"Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke liang kubur."[1]
Kemudian ia berkata: Betapa jauh tujuan mereka (dari jangkauan), betapa lalai para pengunjung ini, dan betapa sulitnya keadaan mereka. Mereka tidak meng-ambil pelajaran dari hal-hal yang penuh pelajaran, tetapi mereka mengambilnya dari tempat-tempat yang jauh. Apakah mereka membanggakan tubuh-tubuh nenek moyang mereka yang telah mati, ataukah mereka memandang jumlah orang-orang mati itu sebagai suatu dasar untuk merasa sombong akan jumlah mereka? Mereka hendak menghidupkan tubuh-tubuh yang sudah tak bernyawa dan gerakan yang telah berhenti. Mereka lebih pantas menjadi sumber pelajaran ketimbang sumber kebanggaan. Mereka lebih cocok menjadi sumber kehinaan daripada sumber kemuliaan.
Mereka melihat kepada orang-orang (yang telah mati) itu dengan mata yang berpandangan lemah, dan turun ke dalam liang kejahilan. Sekiranya mereka telah bertanya tentang orang-orang itu dari rumah-rumah yang bobrok dan halaman-halaman yang kosong maka mereka akan sudah mengatakan bahwa mereka masuk ke dalam tanah dalam keadaan sesat, dan Anda pun sedang menuju dengan jahil kepada mereka. Anda memijak-mijak tengkorak mereka, hendak mendirikan bangunan di atas mayat mereka, Anda memakan rumpat yang telah mereka tinggalkan, dan tinggal di rumah-rumah yang telah mereka kosongkan. Hari-hari (yang terletak) di antara mereka dan Anda pun meratapi Anda dan membacakan lagu-lagu sedih atas Anda.
Mereka pendahulu Anda dalam mencapai tujuan itu dan telah tiba di tempat perakan sebelum Anda. Mereka mempunyai kedudukan mulia dan banyak kebanggaan. Mereka para penguasa dan pemegang kedudukan. Sekarang mereka telah memasuki celah di mana bumi menutupi mereka dari atas, dan sedang memakan daging mereka dan meminum darah mereka. Mereka berbaring di liang-liang kubur mereka tanpa nyawa, tak ada lagi pertumbuhan, dan tersempunyi, tak dapat ditemui. Datangnya bahaya tidak menakutkan mereka, dan sulitnya keadaan tidak menyusahkan mereka. Mereka tidak peduli akan gempa bumi, tidak pula mereka peduli akan guntur. Mereka telah pergi dan tidak diharapkan kembali. Mereka ada tetapi tidak kelihatan. Mereka (dulu) bersatu tetapi kini tersebar. Mereka (dahulu) bersahabat dan sekarang berpisah.
Riwayat mereka tidak diketahui dan rumah-rumah mereka sepi, bukan karena panjangnya waktu atau jauhnya jarak, tetapi karena mereka telah dibuat meminum cawan (kematian) yang telah mengubah pembicaraan mereka menjadi kebungkaman. Seakan-akan mereka jatuh tertidur. Mereka saling bertetangga yang tidak saling mencintai, atau sahabat yang tidak saling bertemu. Ikatan dari saling kenal mereka telah meluntur dan hubungan persahabatan mereka telah terpotong remuk. Karena itu maka setiap orang dari mereka kesepian walaupun mereka dalam suatu kelompok, dan mereka orang-orang asing, walaupun bersahabat. Mereka tidak menyadari pagi setelah malam, dan sore setelah siang. Malam atau siang ketika mereka berangkat telah menjadi selalu ada bagi mereka.2[2] Mereka mendapatkan bahaya-bahaya dari tempat tinggal mereka lebih parah daripada yang mereka khawatirkan, dan mereka menyaksikan bahwa tanda-tandanya lebih besar daripada yang mereka duga. Kedua tujuan itu (yakni surga dan neraka) telah direntangkan bagi mereka sampai ke titik di luar jangkauan takut atau harapan. Sekiranya mereka dapat berkata-kata, mereka akan menjadi bisu untuk menggambarkan apa yang mereka saksikan atau mereka lihat.
Walaupun jejak-jejak mereka telah dihapus dan kabar-kabar mereka telah berhenti (beredar), mata mampu menarik suatu pelajaran, bila mereka melihat kepadanya, telinga pikiran mendengar mereka, dan mereka berbicara tanpa mengeluarkan kata-kata. Maka, mereka katakan bahwa wajah-wajah gagah telah dihancurkan dan tubuh-tubuh halus telah berlumur tanah. Kami telah memakai kain kapan yang telah menjadi gombal. Sempitnya kubur telah menguasai kami dan keterasingan telah menyebar di kalangan kami. Tempat kediaman kami yang sepi telah diruntuhkan. Keindahan tubuh kami telah lenyap. Wajah kami yang dikenal telah menjadi menjijikkan. Tinggalnya kami di tempat-tempat keterasingan telah menjadi lama. Kami tidak mendapatkan kelegaan dari kepedihan, tidak pula keluasan dari kesempitan.
Sekarang, bila Anda gambarkan mereka dalam pikiran Anda, atau apabila tirai yang menyembunyikan mereka disingkirkan dari mereka untuk Anda, dalam keadaan ini ketika telinga mereka telah kehilangan daya dan menjadi tuli, mata mereka telah dipenuhi debu dan tenggelam ke dalam, lidah mereka yang dahulu sangat giat telah terpotong terpenggal-penggal, hati mereka yang dahulunya selalu terjaga telah menjadi tak bergerak di dada mereka, pada setiap anggota mereka suatu pembusukan yang khusus telah terjadi yang telah mengubah bentuknya, dan telah membuka jalan bagi bencana terhadapnya, semua ini terbaring tak berdaya, tanpa tangan untuk menolong mereka dan tanpa hati untuk merasa susah atas mereka, (maka) tentulah Anda akan melihat kesusahan hati (mereka) dan kotornya mata (mereka).
Setiap kesusahan mereka adalah sedemikian sehingga kedudukannya tidak betubah dan kesusahan itu tidak menjauh. Betapa banyak tubuh yang bermartabat dan kecantikan yang mencengangkan yang telah ditelan bumi, walaupun di dunia ia menikmati kesenangan yang amat besar dan dipelihara dalam kehoraiatan. la berpegang erat pada kesenangan (bahkan) di saat kesusahan. Apabila kesusahan menimpanya ia raencari perlindungan dalam hiburan (yang diambil) melalui kesenangan-kesenangan hidup dan permainan dan pertandingan. la tertawa kepada dunia sementara dunia menertawakannya karena kehidupannya penuh kelalaian. Kemudian waktu memijak-mijaknya seperti duri-duri, hari-hari melemahkan tenaganya, dan kematian mulai melihatnya dari dekat. Kemudian ia terkejar oleh kesusahan yang belum pernah dirasakannya, dan penyakit muncul di tempat kesehatan yang dahulu dimilikinya.
la kemudian berpaling kepada apa yang untuk itu tabib telah membuatnya terbiasa, yakni menekan (penyakit) yang panas dengan (obat) yang dingin, dan menyembuhkan yang panas dengan obat dingin, tetapi hal-hal yang dingin itu tidak melakukan sesuatu selain memperparah sakit yang panas, sedang obat yang panas tidak berbuat apa-apa selain meningkatkan kedinginan, tidak pula ia tnendapatkan keugaharian dalam tubuhnya melainkan setiap penyakitnya bertambah sehingga tabib-tabibnya menjadi tak berdaya, para perawatnya menjadi benci dan kaumnya sendiri merasa jijik menggambarkan penyakitnya, mengelak dari menjawab orang-orang yang menanyakannya dan bertengkar di hadapannya tentang berita serius yang telah mereka sembunyikan dari dia. Demikianlah, seseorang akan mengatakan, "keadaannya adalah apa adanya" dan menghibur mereka dengan harap-an akan kesembuhannya, sedang seorang lain akan menasihatkan supaya bersabar ketika kehilangan dia, mengingatkan kepada mereka bencana-bencana yang menimpa generasi-generasi yang lebih dini.
Dalam keadaan ini, ketika ia sedang siap untuk berangkat dari dunia dan meninggalkan orang-orang yang dicintainya, ketersedakan yang demikian parah melandanya sehingga kesadarannya menjadi kebingungan dan kelembaban lidahnya mengering. Sekarang banyak pertanyaan penting yang jawabannya ia tahu tetapi ia tak dapat mengucapkannya, dan banyak suara yang menyakitkan bagi hatinya yang ia dengar tetapi tetap (tak bergerak) seakan-akan ia tuli pada suara yang lebih tua yang biasa ia hormati atau yang lebih muda yang biasa ia belai. Perihnya kematian terlalu mengerikan untuk diliput oleh penggambaran atau untuk dinilai oleh hati manusia di dunia ini. •
[1] Al-Qur'an, surah at-Takâtsur, 102:1-2. Sebab turunnya ayat ini ialah ketika suku Bani 'Abdu Manâf dan Bani Sahm saling menyombong tentang kelimpahan kekayaan mereka dan orang sesukunya, dan untuk membuktikan bahwa jumlah mereka masing-masing lebih banyak, mereka memasukkan orang-orang mereka yang telah mati pula. Sehubungan dengan itu ayat ini diturunkan, yang maksudnya bahwa banyaknya kekayaan dan mayoritas dalam jumlah telah membuat Anda lupa bahwa Anda menghitung orang mati juga bersama orang hidup. Ayat ini juga dipandang bermakna bahwa kelimpahan harta dan keturunan telah membuat Anda lupa sampai Anda masuk kubur, tetapi ucapan Amirul Mukminin di atas itu mendukung makna yang pertama.
[2] Ini berarti bahwa bagi orang yang mati di siang hari, saat itu selalu siang, sedang bagi orang yang mati di malam hari kegelapan malam tak pernah terusir, karena mereka berada di suatu tempat di mana tidak ada peredaran bulan dan matahari, dan tak ada pergiliran malam dan siang. Makna yang sama telah diungkapkan oleh seorang penyair:
Pastilah ada hari tanpa malam,
Atau malam yang datang tanpa siang.
KHOTBAH 220 Diucapkan setelah membaca ayat:
"... (bertasbih kepada Allah di mesjid-mesjid yang diperintahkan untuk) dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan petang, laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan (tidak) oleh jual-beli dari mengingat Allah, dan (dari) mendirikan salat, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang." (QS. 24:36-37)
Sungguh, Allah Yang Mahasuci dan Mahatinggi telah membuat ingatan kepada-Nya cahaya bagi hati yang mendengar dengan pertolongannya walaupun tuli, melihat dengan pertolongannya walaupun buta, dan menjadi patuh dengan pertolongannya walaupun ada kerusuhan.
Dalam semua masa dan waktu ketika tidak ada nabi, ada orang-orang dengan siapa Allah yang nikmat-nikmat-Nya tak ternilai, berbisik melalui kecerdasan mereka dan berbicara melalui pikiran mereka. Dengan bantuan kesadaran telinga, mata dan hati mereka yang cerah, mereka terus mengingatkan orang-orang lain tentang mengingat hari-hari Allah dan membuat orang lain takut kepada-Nya seperti titik-titik petunjuk jalan di hutan belantara. Barangsiapa menempuh jalan tengah itu, mereka memuji jalan-jalannya dan memberikan kepadanya kabar keselamatan, tetapi barangsiapa pergi ke kanan atau ke kiri, mereka akan mengotori jalan-jalannya dan menakut-nakuti dia dengan kerantuhan. Secara ini mereka merupakan lampu-lampu dalam kegelapan ini dan pemandu-pemandu melalui keragu-raguan ini.
Ada beberapa orang yang berbakti mengingat (Allah), yang telah mengambilnya sebagai ganti hal-hal duniawi, sehingga perniagaan atau perdagangan tidak memalingkan mereka darinya. Mereka berbicara ke telinga orang-orang yang lalai, memperingatkan terhadap hal-hal yang diharamkan Allah, mereka memerintahkan manusia untuk menjalankan keadilan, dan mereka sendiri melaksanakannya, dan mereka mencegah manusia dari yang haram dan mereka sendiri menahan diri darinya. Seakan-akan mereka telah menyelesaikan perjalanan dunia ini ke arah dunia akhkat dan telah melihat apa yang ada di baliknya. Akibatnya, mereka telah mengenali segala yang menimpa mereka dalam sela waktu di masa tinggalnya dalam waktu lama di sana, dan Hari Pengadilan memenuhi janjinya kepada mereka. Oleh karena itu mereka menyingkirkan tabir dari hal-hal ini bagi manusia dunia, sampai seakan-akan mereka melihat apa yang tidak dilihat manusia dan mendengar apa yang tidak didengar manusia.
Apabila Anda menggambarkan mereka dalam pikiran Anda dalam kedudukan mereka yang mengagumkan dan kunjungan-kunjungan mereka yang termasyhur, ketika mereka telah membuka catatan-catatan amal mereka dan siap untuk menyampaikan tanggung jawab tentang diri mereka sendiri sehubungan dengan hal-hal kecil maupun besar yang diperintahkan kepada mereka tetapi tidak mereka lakukan, atau apa yang diperintahkan kepada mereka untuk menahan diri darinya tetapi mereka memperturutkan nafsu di dalamnya, dan mereka menyadari beratnya beban (amal buruk) mereka di belakang mereka, dan mereka merasa terlalu lemah untuk menanggungnya, maka mereka menangis dengan getir dan berkata antara satu sama lainnya sementara masih menangis dan meratap kepada Allah dalam penyesalan dan pengakuan (akan kekurangan mereka), akan Anda dapati mereka sebagai lambang-lambang petunjuk dan lampu dalam kegelapan, malaikat-malaikat akan mengelilingi mereka, kedamaian akan turun kepada mereka, pintu-pintu langit akan dibukakan bagi mereka, dan kedudukan yang mulia akan diberikan kepada mereka di tempat yang telah diberitahukan Allah kepada mereka. Oleh karena itu, la telah menghargai amal-amal mereka dan memuji sikap mereka. Mereka menyeru Dia dan bernapas dalam udara keampunan, mereka selalu memerlukan rahmat-Nya dan tetap merendah di hadapan kebesaran-Nya, panjangnya kesedihan mereka telah memedihkan hati mereka, dan panjangnya waktu mereka menangis telah memerihkan mata mereka. Mereka mengetuk di setiap pintu kecenderungan kepada Allah. Mereka meminta kepada Dia Yang kemurahan-Nya tidak menjadikan kemiskinan dan dari Dia Yang orang-orang yang mendekati-Nya tidak dikecewakan.
Oleh karena itu, buatlah perhitungan atas diri Anda demi kepentingan Anda sendiri, karena perhitungan orang lain akan diambil oleh seseorang yang lain dari Anda. •
KHOTBAH 221 Amirul Mukminin membaca ayat:
Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah? (QS. 82:6)
kemudian ia berkata: Yang dialamati (dalam ayat ini) tidak mempunyai argumen, dan dalihnya paling menipu. la menahan diri dalam kejahilan.
Wahai manusia! Apa yang telah melancangkan Anda (berbuat) dosa, apa yang telah menipu Anda tentang Tlihan Anda, dan apa yang telah membuat Anda puas dengan kehancuran diri Anda sendiri? Tidak adakah obat bagi penyakit Anda atau tidak ada kebangunan dari tidur Anda? Tidakkah Anda menaruh kasihan pada diri Anda sendiri seperti Anda menaruh belas kasihan pada orang lain? Pada umumnya bilamana Anda melihat seseorang terlanda teriknya matahari, Anda menutupinya dengan naungan, atau apabila Anda melihat seseorang tertimpa kesedihan yang menyakiti tubuhnya, Anda menangis karena kasihan kepadanya. Lalu apa yang telah membuat Anda sabar atas penyakit Anda sendiri, apa yang telah membuat Anda kukuh dalam petaka Anda sendiri, dan apa yang telah melipur Anda dari menangisi diri Anda sendiri padahal hidup Anda paling berharga bagi Anda di atas segala kehidupan, dan mengapa maka takut akan suatu penyakit yang mungkin menimpa Anda di malam hari membuat Anda terjaga, padahal Anda terbaring di jalan kemurkaan Allah disebabkan dosa-dosa Anda?
Anda harus mengobati penyakit kelesuan dalam hati Anda dengan tekad, dan tidur kelalaian di mata Anda dengan kejagaan. Taatlah kepada Allah, dan cintailah ingatan kepada-Nya, dan gambarkanlah kepada diri Anda sendiri bahwa Anda sedang melarikan diri sementara la sedang mendekati Anda. la sedang memanggil Anda kepada keampunan-Nya dan menyembunyikan kesalahan-kesalahan Anda dengan kebaikan-Nya, sementara Anda melarikan diri dari Dia kepada orang lain. Sungguh, Mahabesar Allah yang kuat kuasa, Yang pemurah, dan betapa sederhana dan lemahnya Anda, namun masih saja Anda begitu lancang untuk berbuat tidak taat kepada-Nya walaupun Anda hidup dalam perlindungan-Nya dan mengalami perubahan hidup Anda dalam keluasan kebaikan-Nya. la tidak menolak kebaikan-Nya kepada Anda dan tidak melepaskan perlindungan-Nya dari Anda. Sesungguhnya Anda tidak berada tanpa kebaikan-Nya walaupun sejenak, apakah itu suatu nikmat yang la berikan kepada Anda ataupun dosa Anda yang disembunyikan-Nya atau petaka yang la jauhkan dari Anda. Apa gagasan Anda tentang Dia apabila Anda telah menaati-Nya? Demi Allah, apabila ini halnya dua orang yang sama dalam kekuasaan dan sebanding dalam kekuatan (yang satu tidak peduli sedang yang satu lagi mencurahkan nikmat kepada Anda) maka Anda akan men-jadi yang pertama untuk menyesuaikan diri menjadi berperangai buruk dan beramal buruk.
Saya katakan dengan jujur bahwa dunia tidak menipu Anda, melainkan Anda membiarkan diri Anda untuk ditipunya. Dunia telah membukakan Anda tirai-tirai dan membukakan rahasia kepada Anda (segala sesuatu) secara sama. Dan dalam semua yang diramalkannya kepada Anda tentang kesusahan yang menimpa tubuh Anda dan memburuknya kekuatan Anda, ia telah terlalu benar dan jujur dalam janji, dan tidak berkata bohong kepada Anda atau menipu Anda. Banyak yang menasihati Anda tentang itu tetapi mereka disalahkan, dan berbicara benar tentang itu tetapi mereka dilawan. Apabila Anda mengerti akan dunia dengan sarana rumah-rumah yang bobrok dan kediaman-kediaman yang sedih maka dengan pengertian baik Anda dan kemampuan Anda yang menjangkau jauh dalam hal mengambil pelajaran, Anda akan mendapatinya sebagai yang baik atas Anda dan mengingatkan Anda supaya berhati-hati. la merupakan tempat tinggal yang baik bagi orang yang tidak memandangnya sebagai kediaman yang kekal.
Hanya orang-orang yang sekarang melarikan diri dari dunia ini yang besok akan dipandang sebagai berkebajikan. Bilamana gempa bumi terjadi, Hari Kebangkitan mendekat dengan segala kekerasannya, manusia dari setiap tempat beribadat berpegang teguh padanya, semua pengabdi berpegang pada obyek pengabdian mereka dan semua pengikut berpegang pada pemimpin mereka. Kemudian, pada hari itu, bahkan membukanya mata di udara dan bunyi suatu langkah di tanah pun akan diberi yang patut atasnya melalui Keadilan dan Kesamaan-Nya. Pada hari itu banyak argumen akan ternyata kosong dan perlumbaan dalih akan ditolak.
Oleh karena itu, Anda harus mengambil bagi Anda sendiri jalan yang dengan itu alasan Anda mungkin ternyata dan pembelaan Anda mungkin terbukti. Arabillah dari hal-hal yang fana dari dunia ini yang akan tinggal bagi Anda (di dunia yang akan datang), sediakanlah bekal bagi perjalanan Anda, terus tatapkan penglihatan (Anda) pada cerahnya keselamatan dan sediakanlah pelana-pelana (untuk berangkat). •
KHOTBAH 222 Tentang Menjauhkan Diri dari Kelaliman dan Penyelewengan.
Miskin dan Fakirnya 'Aqîl
Demi Allah, saya lebih suka melewatkan suatu malam dalam jaga di atas duri-duri as-sa'dân (tumbuhan yang mempunyai duri-duri lancip) atau digiring dalam keadaan terbelenggu sebagai tawanan daripada menemui Allah dan Rasul-Nya di Hari Pengadilan sebagai penindas terhadap seseorang atau sebagai penyerobot sesuatu dari kekayaan dunia. Dan bagaimana saya dapat menindas sesorang demi (suatu kehidupan) yang begerak cepat ke arah kehancuran dan akan tinggal di bawah bumi untuk waktu lama.
Demi Allah, saya sungguh melihat (saudara saya) 'Aqîl jatuh dalam kemiskinan dan ia meminta kepada saya satu sha' (seberat kka-kira 3 kg) (dari bagian) gandum Anda, dan saya pun melihat anak-anaknya dengan rambut kusut dan wajah berdebu karena kelaparan, seakan-akan wajah mereka dihitamkan oleh nila. la datang kepada saya beberapa kali dan mengulangi permohonannya berkali-kali. Saya mendengarkannya dan ia berpikir seakan-akan saya mau menjual iman saya kepadanya dan mengikuti langkahnya dengan meninggalkan jalan saya sendiri. Kemudian saya (hanya) memanaskan sepotong besi dan mendekatkannya ke tubuhnya supaya ia boleh mengambil suatu pelajaran dari hal itu, lalu ia menangis sebagai seseorang dalam keadaan sakit yang berkepanjangan menangis karena kesakitan dan ia sudah hampir terbakar dengan besi panas itu. Kemudian saya berkata kepadanya, "Perempuan-perempuan berkabung boleh berkabung atas Anda, wahai ‘Aqîl. Apakah Anda menangis karena besi (panas) ini yang telah dibuat oleh seorang manusia sebagai main-main, sementara Anda mendorong saya ke arah api yang dipersiapkan Allah Yang Mahakuasa untuk (perwujudan) kemurkaan-Nya? Haruskah Anda menangis karena sakit tetapi saya tak boleh menangis karena api?
Suatu kejadian yang lebih aneh lagi dari ini ialah seorang lelaki[1] datang kepada kami di malam hari dengan botol tertutup yang penuh dengan pasta madu, tetapi saya tidak menyukainya, seakan itu adalah liur atau muntah ular. Saya tanyakan kepadanya apakah itu suatu ganjaran, atau zakat atau sedekah, karena hal-hal ini terlarang bagi kami para anggota keluarga Nabi. la katakan hal itu bukan ini dan bukan itu melainkan suatu hadiah. Kemudian saya berkata, "Perempuan tak beranak boleh menangisi Anda. Apakah Anda datang untuk menyelewengkan saya dari agama Allah, atau apakah Anda gila, ataukah Anda telah ditaklukkan oleh suatu jin, atau apakah Anda berbicara tanpa makna?"
Demi Allah, sekalipun saya diberi semua wilayah tujuh (bintang) dengan segala yang ada di bawah langit agar saya melanggar perintah Allah sampai sekadar merebut sebutir gandum murahan dari seekor semut, saya tidak akan melakukannya. Bagi saya dunia Anda lebih enteng dari daun di mulut belalang yang sedang mengunyahnya. Apa hubungan 'Ali dengan hadiah yang akan lewat dan kesenangan yang tidak akan langgeng? Kami memohon perlindungan Allah dari tergelincimya kebijaksanaan dan jahatnya kekeliruan, dan dari Dia kami mengharap pertolongan. •
Ya Tuhanku! Peliharalah (keanggunan) mukaku dengan kelonggaran hidup dan janganlah hinakan wajahku dengan kemiskinan dan kefakiran, jangan sampai aku harus mengemis rezeki dari orang-orang yang mengemis kepada-Mu, berusaha mencari kesukaan makhluk-makhluk-Mu yang jahat, menyertakan diriku dalam memuji orang-orang yang memberi kepadaku, dan tergoda dalam mencerca orang-orang yang tidak memberi kepadaku, padahal di balik semua ini Engkau adalah raja yang memberi dan menolak.
"... Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu." (QS. 66:8) •
KHOTBAH 224 Fananya Dunia dan Tak Berdayanya Orang yang di Dalam Kubur
Ini rumah yang dikelilingi oleh petaka dan terkenal karena sifat penipunya. Keadaannya tidak langgeng dan orang-orang yang menghuninya tidak tinggal aman. Kondisinya beraneka dan jalan-jalannya selalu berubah-ubah. Kehidupan di dalamnya patut disalahkan dan keamanan di dalamnya tidak ada. Namun orang-orangnya adalah sasaran-sasaran; ia menyerang mereka dengan panah-panahnya dan menghancurkan mereka melalui kematian.
Ketahuilah, hai para hamba Allah, sesungguhnya Anda sekalian maupun semua hal dari dunia ini yang Anda punyai sedang (melangkah) pada garis-garis orang-orang sebelum Anda. Mereka berusia lebih panjang, mempunyai rumah-rumah yang berpenghuni dan mempunyai jejak-jejak yang lebih langgeng. Suara-suara mereka telah menjadi diam, gerakan-gerakan mereka telah menjadi mandek, tubuh-tubuh mereka telah menjadi busuk, rumah-rumah mereka telah menjadi kosong, dan jejak-jejak mereka telah terhapus. Tempat-tempat mereka yang megah dan permadani-permadani mereka yang terbentang telah berganti menjadi batu-batu, liang-liang lahat dan kubur-kubur mereka yang bergali mirip gua yang fondasinya sendiri didasarkan pada keruntuhan dan bangunannya dibuat dengan tanah. Kedudukan mereka berdampingan tetapi orang-orang yang bermukim di dalamnya adalah seperti orang-orang asing yang terbuang jauh. Mereka dari kalangan kaum di sekitarnya, tetapi merasa sepi, dan mereka bebas dari kerja tetapi masih terbawa (dalam kegiatan). Mereka tidak merasakan ketertautan dengan kampung halaman dan tidak pula mereka memelihara hubungan di antara sesama mereka sendiri sebagai para tetangga walaupun dekatnya ketetanggaan dan dekatnya kediaman. Dan bagaimana mereka dapat saling bertemu bilamana kebusukan telah menggiling mereka dengan dadanya, dan batu dan bumi telah memakan mereka.
Seakan-akan Anda pun telah pergi ke mana mereka telah pergi, tempat tidur yang sama telah menangkap Anda dan tempat yang sama telah menahan Anda. Maka apa yang akan menjadi kedudukan Anda bila urusan Anda mencapai tujuan mereka dan kubur-kubur dijungkir-balikkan (untuk melemparkan mayat-mayat keluar)?
"Di tempat itu (Padang Mahsyar), tiap-tiap diri merasakan pembalasan dari apa yang telah dikerjakannya dahulu dan mereka dikembalikan kepada Allah Pelindung mereka yang sebenarnya dan lenyaplah dari mereka apa yang mereka ada-adakan." (QS. 10:30) •
KHOTBAH 225 Doa
Ya Allah, Tuhanku! Engkaulah yang paling tertaut pada pencinta-Mu dan yang paling sedia menolong orang-orang yang bertawakal kepada-Mu. Engkau melihat mereka dalam ketersembunyian mereka, (Engkau) mengetahui apa saja yang ada dalam kesadaran mereka, dan (Engkau) tahu sampai di mana pikiran mereka. Karenanya, rahasia mereka terbuka bagi-Mu dan hati mereka bergairah pada-Mu. Apabila kesepian membosankan raereka, ingatan kepada-Mu memberikan lipuran. Apabila kesusahan menimpa mereka, mereka memohon perlindungan-Mu, karena mereka tahu bahwa kendali urusan berada di tangan-Mu, dan bahwa gerakan mereka tergantung pada perintah-Mu.
Ya Allah, Tuhanku! Apabila aku tak mampu mengungkapkan permohonanku atau tak dapat melihat keperluan-keperluanku, maka bimbinglah aku ke arah perbaikanku dan bawalah hatiku kepada tujuan yang benar, yang tidak bertentangan dengan jalan petunjuk-Mu dan bukan pula sesuatu yang baru yang menentang jalan-jalan dukungan-Mu.
Ya Allah, Tuhanku! Perlakukanlah kiranya aku dengan keampunan-Mu dan jangan perlakukan aku menurut keadilan-Mu. •
KHOTBAH 226 Tentang Seorang Sahabat yang Melewati Dunia ini Sebelum Terjadinya Kekacauan
Semoga Allah memberi ganjaran kepada si Anu[1] yang meluruskan yang bengkok, mengobati yang sakit, meninggalkan bencana dan menegakkan sunah. la pergi (dari dunia ini) dengan busana yang tak bernoda dan sedikit kekurangan. la mencapai kebaikan (dunia ini) dan tetap aman dari keburukannya. la memberikan ketaatan kepada Allah dan takwa kepada-Nya sebagaimana hak-Nya. la pergi dan meninggalkan manusia di jalan-jalan berpecah di mana yang tersesat tak dapat beroleh petunjuk dan yang tertuntun tak dapat beroleh kepastian. •
[1] lbn Abil Hadid menulis dalam Syarh Nahjul Balâghah, XIV, h. 3-4 bahwa rujukan di sini adalah pada Khalifah 'Umar, dan bahwa kalimat-kalimat ini diucapkan dalam pujiannya sebagai ditunjukkan oleh kata "'Umar" yang ditulis di bawah kata "si Anu" dalam tulisan tangan Sayid Radhî sendiri dalam manuskrip Nahjul Balâghah yang ditulisnya. Ini pernyataan Ibn Abil Hadid, tetapi harus dilihat bahwa apabila Sayid Radhî telah menulis kata 'Umar sebagai penjelasan, mestinya kata itu harus ada, sebagaimana penjelasan-penjelasannya yang lain dalam versi-versi yang dikutip dari manuskripnya. Bahkan hingga kini di Universitas al-Mushil ('Iraq) ada naskah tertua Nahjul Balâghah yang ditulis oleh kaligrafis terkenal Yaqut al-Musta'shimi, tetapi tak seorang pun mendapatkan suatu kunci tentang penjelasan Sayid Radhî ini. Sekalipun pandangan Ibn Abil Hadid diterima, hal itu akan dianggap mewakili pandangan pribadi Sayid Radhî yang dapat menjadi argumen tambahan untuk mendukung argumen dasar, tetapi pandangan pribadi ini tak dapat dipandang sebagai hal penting.
Aneh bahwa dua setengah abad setelah Sayid Radhî, yakni di abad ketujuh Hijrah, Ibn Abil Hadid membuat pernyataan bahwa rujukan di sini ialah kepada Khalifah 'Umar dan bahwa Sayid Radhî sendiri menunjukkan demikian, yang sebagai akibatnya beberapa penulis syarah lainnya mengikuti garis yang sama, sedang orang yang sezaman dengan Sayid Radhî sendiri yang menulis tentang Nahjul Balâghah tidak memberikan indikasi itu dalam tulisan-tulisan mereka, padahal sebagai orang sezaman mestinya mereka mempunyai informasi yang lebih baik tentang tulisan Sayid Radhî. Maka, 'Allamah 'Ali ibn Nashir yang sezaman dengan Sayid Radhî dan menulis syarah tentang Nahjul Balâghah dengan judul A'lam Nahjul Balâghah menulis sehubungan dengan Khotbah ini,
"Amirul Mukminin memuji salah seorang dari sahabatnya sendiri atas perilakunya yang baik. la telah meninggal sebelum kekacauan yang timbul setelah wafatnya Nabi."
Ini didukung oleh syarah-syarah tentang Nahjul Balâghah yang ditulis oleh 'Allamah Quthbuddîn ar-Rawandî (m. 573 H.), Ibn Abil Hadid (jilid XIV, h. 4) dan Ibn Maitsam al-Bahram (dalam Syarh Nahjul Balâghah, jilid IV, h. 97) telah mengutip pandangan berikut,
"Dengan ini Amirul Mukminin merujuk salah seorang sahabatnya sendiri yang meninggal sebelum terjadinya bencana perpecahan menyusul wafatnya Nabi Allah."
'Allamah al-Hajj al-Mirzâ Habibullih al-Khû'î berpendapat bahwa orang itu ialah Malik ibn Harits al-Asytar, atas dasar bahwa setelah terbunuhnya Malik situasi kaum Muslim demikian rupa sebagaimana diterangkan Amirul Mukminin dalam Khotbah itu. Al-Khû'î menambahkan,
"Amirul Mukminin telah berulang kali memuji Malik, seperti dalam suratnya kepada orang Mesir yang dikirimkan melalui Malik ketika ia diangkat menjadi gubernur negeri itu, dan seperti ucapan-ucapannya ketika kabar tentang terbunuhnya Malik sampai kepadanya, di mana ia berkata, "Malik! siapakah Malik? Apabila Malik itu batu, ia keras dan padat; apabila ia karang, ia karang besar yang tak ada taranya. Wanita telah mandul untuk melahirkan orang seperti Malik." Amirul Mukminin bahkan telah mengungkapkan dalam salah satu ucapannya bahwa, 'Malik bagi saya adalah seperti saya bagi Nabi'. Karena itu, orang yang memiliki kedudukan semacam itu tentulah patut menerima atribut-atribut itu dan bahkan lebih dari itu." (Syarh Nahjul Balâghah, XIV, h. 374-375)
Apabila kata-kata ini mengenai Khalifah 'Umar dan ada suatu keterpercayaan tentang itu maka Ibn Hadid akan sudah mencatat otoritas atau hadis dan hal itu mestinya sudah ada dalam sejarah dan diketahui di kalangan manusia. Tetapi di sihi tak terdapat sesuatu untuk membuktikan pernyataan itu, kecuali beberapa kejadian yang diada-adakan sendiri. Maka, tentang kata ganti dalam kata-kata khairaha dan syarraha ia menganggapnya (kata ganti ha) merujuk kekhalifahan dan menulis bahwa kata-kata ini hanya dapat diterapkan pada yang mempunyai kekuasaan dan wewenang, karena tanpa wewenang mustahil menegakkan sunah atau mencegah bidah. Ini inti argumen yang diajukannya dalam kesempatan itu, walaupun tak ada bukti untuk memapankan bahwa kata yang digantikan oleh kata ganti itu adalah kekhalifahan. Kata ganti "ha" (nya, dia femina) itu malah lebih cocok merujuk dunia—ketika Amirul Mukminin mengatakan, "la mencapai kebaikan-nya (dunia ini) dan tetap aman dari kejahatan-nya."—dan itu akan sesuai dengan konteks. Lagi, memandang wewenang sebagai syarat untuk menyelamatkan kepentingan rakyat dan tnendakwahkan sunah, berarti menutup pintu bagi orang lain untuk menganjurkan kebaikan dan mencegah kemungkaran, padahal Allah telah menugaskan kewajiban itu kepada sekelompok manusia tanpa persyaratan wewenang:
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung." (QS. 3:104)
Demikian pula, Nabi bersabda,
"Selama manusia menyeru kepada kebajikan dan menyuruh kepada yang makruf, dan saling membantu dalam kebajikan dan takwa, mereka akan tetap dalam kesalehan."
Lagi, Amirul Mukminin sendiri dalam sebuah wasiatnya rnengatakan secara umum,
"Tegakkan tiang-tiang Keesaan Allah dan sunah, dan nyalakan terus kedua lampu itu."
Dalam pernyataan-pernyataan itu tak ada singgungan bahwa kewajiban itu tak dapat dilaksanakan tanpa wewenang. Kenyataan juga mengatakan kepada kita bahwa walaupun ada tentara dan pasukan serta kekuasaan dan wewenang, para penguasa dan raja-raja tak dapat mencegah kemungkaran atau menyiarkan kebajikan sejauh yang dihasilkan orang-orang suci yang tak dikenal dalam menanamkan nilai-nilai moral dengan menempa akhlak di hati dan pikiran mereka, walaupun para wali itu tidak didukung oleh tentara atau kekuasaan dan tidak mempunyai perlengkapan selain kemiskinan. Tak diragukan bahwa wewenang dan kekuasaan dapat menundukkan kepala orang di hadapannya, tetapi tak mesti bahwa hal itu juga membuka jalan bagi kebajikan hati. Sejarah menunjukkan bahwa kebanyakan penguasa menghancurkan wajah Islam. Keberadaan dan kemajuan Islam dimungkinkan oleh orang-orang yang tak berdaya yang tidak memiliki apa-apa.
Apabila didesakkan bahwa rujukan di sini hanya kepada seorang penguasa, mengapa tidak diartikan sebagai berarti seorang sahabat Amirul Mukminin yang menjadi kepala sebuah propinsi, seperti Salman al-Farisi yang untuk penguburannya Amirul Mukminin pergi ke Mada'in. Dan bukan mustahil bahwa Amirul Mukminin telah mengucapkan kata-kata itu setelah penguburannya dalam memberikan komentar tentang kehidupan dan jalan pemerintahannya. Bagaimanapun, mempercayai bahwa kata-kata itu untuk Khalifah 'Umar adalah sama sekali tanpa bukti. Pada akhirnya Ibn Abil Hadid mengutip pernyataan sejarawan Thabarî untuk membuktikan hipotesanya, sebagai berikut:
"Diriwayatkan dari al-Mughirah ibn Syu'bah bahwa ketika Khalifah 'Umar meninggal, Ibnah Abi Hatsmah berkata sambil menangis, 'Wahai 'Umar, Anda adalah orang yang meluruskan yang bengkok, menyingkirkan keburukan, menghancurkan kejahatan, menghidupkan sunah, tetap suci, dan berpisah tanpa keterlibatan dalam kemungkaran.' (Menurut Thabari, al-Mughirah meriwayatkan bahwa 'Ketika 'Umar dikuburkan, saya datang kepada 'Ali dan mendengar sesuatu dari dia tentang 'Umar. Maka, ketika saya tiba, Amirul Mukminin keluar dalam keadaan berselubung kain setelah mandi dan menyentak-nyentakkan rambut di kepala dan janggutnya, dan ia tak ragu bahwa jabatan khalifah itu akan datang kepadanya. Pada kesempataan itu ia berkata, 'Semoga Allah menaruh rahmat atas 'Umar.' Ibnah Abi Hatsmah telah mengatakan dengan benar bahwa ia menikmati kebaikan dari kekhalifahan itu dan tetap aman dari kejahatan. Demi Allah, ia (perempuan itu, Ibnah) tidak mengatakannya sendiri tetapi ia dibuat berkata begitu.'" (ath-Thabari, I, h. 2763; Ibn Abil Hadid, XII, h. 5; Ibn Katsir, VII, h. 140)
Perawi peristiwa itu ialah Mughirah ibn Syu'bah. Dalam kasus penzinaannya dengan Umm Jamil, Khalifah 'Umar menyelamatkannya dari hukuman walaupun ada bukti. Dia juga secara terbuka mencerca Amirul Mukminin 'Ali di Kufah, atas permintaan Mu'awiah. Ini merupakan fakta sejarah. Atas dasar ini bobot pernyataannya sangat jelas. Dari sisi pandang faktual pun riwayat ini tak dapat diterima. Pernyataan Mughirah bahwa Amirul Mukminin tak meragukan tentang akan diangkatnya dia sebagai khalifah adalah bertentangan dengan fakta. Atas dasar apakah ia membuat terkaannya padahal fakta-fakta aktual adalah sebaliknya. Apabila ada seseorang yang pasti akan menjadi khalifah, orang itu adalah 'Utsman. Maka dalam Syura (Badan Musyawarah) 'Abdur-Rahman ibn 'Auf berkata kepada Amirul Mukminin, "Ya 'Ali! janganlah menciptakan situasi melawan diri Anda sendiri karena saya telah melihat dan meminta pendapat rakyat dan mereka semua menghendaki 'Utsman." (Thabari, I, h. 2786; Ibn Atsir, III, h. 71; Abul Fida', I, h. 166)
Akibatnya, Amirul Mukminin yakin ia tidak akan mendapatkan jabatan khalifah sebagaimana telah dinyatakan berdasarkan Tarikh Thabari, di bawah Khotbah asy-Syiqsyiqiyyah, yakni bahwa ketika melihat nama-nama para anggota Syura itu, Amirul Mukminin mengatakan kepada 'Abbas ibn 'Abdul Muththalib bahwa kekhalifahan itu tak mungkin diberikan kepada siapa pun selain 'Utsman karena semua kekuasaan telah diberikan kepada 'Abdur-Rahman ibn 'Auf, dan dia adalah ipar 'Utsman (istrinya adalah saudara 'Utsman), dan Sa'd ibn Abi Waqqash adalah kerabat dan orang sesuku dengan 'Abdur-Rahman. Kedua orang ini akan bergabung dalam memberikan kekhalifahan kepadanya.
Pada tahap ini timbul masalah tentang apakah alasannya yang menggerakkan Mughirah untuk mendorong Amirul Mukminin mengatakan sesuatu tentang 'Umar? Apabila ia tahu bahwa Amirul Mukminin mempunyai gagasan baik tentang 'Umar maka tentulah ia juga mengetahui kesannya; tetapi apabila ia tahu bahwa Amirul Mukminin tidak mempunyai gagasan baik tentang dia maka maksudnya bertanya pada Amirul Mukminin tak akan lain, bahwa apa saja yang mungkin dikatakannya, bila dibeberkan kelak, dapat menciptakan suasana yang menentangnya dan membuat para anggota Syura curiga kepadanya. Pandangan para anggota Syura dapat dipahami dengan jelas dari kenyataan bahwa dengan menaruh persyaratan untuk mengikuti perilaku kedua khalifah sebelumnya dalam pemilihan khalifah itu mereka telah menunjukkan keterpautan mereka kepada kedua khalifah itu. Dalam keadaan ini, ketika Mughirah mencoba memainkan triknya, Amirul Mukminin mengatakan hanya secara meriwayatkan fakta bahwa 'Umar mencapai kebaikan (dari dunia ini) dan tetap aman dari kejahatannya. Kalimat ini tidak ada hubung-annya dengan pujian atau eulogy. Di masanya memang 'Umar menikmati segala tnacam keuntungan sedang masanya terbebas dari bencana yang muncul kemudian. Setelah mencatat pernyataan ini, Ibn Abil Hadid menulis,
"Dari peristiwa ini, kepercayaan itu beroleh kekuatan bahwa dalam ucapan ini singgungannya adalah kepada 'Umar."
Apabila ucapan itu berarti kata-kata yang diucapkan oleh Ibnah Abi Hatsmah tentang itu, Amirul Mukminin telah mengatakan bahwa kata-kata itu bukan kata-kata wanita itu melainkan ia dibuat mengucapkannya oleh Amirul Mukminin dalam memuji 'Umar, sama sekali tidak mapan. Malah, dari riwayat itu telah diperlihatkan dengan jelas bahwa kata-kata yang diucapkan oleh Ibnah Abi Hatsmah itu telah dikutip dan kemudian diargumentasikan secara sembrono bahwa kata-kata itu diucapkan oleh Amirul Mukminin tentang 'Umar. Nampaknya Amirul Mukminin telah mengucapkan kata-kata ini tentang seseorang pada suatu kesempatan, kemudian Ibnah Abi Hatsmah menggunakan kata-kata itu pada saat kematian 'Umar. Bila tidak demikian maka hanya pikiran orang gila yang dapat menghujahkan bahwa kata-kata Ibnah Abi Hatsmah itu harus dipandang sebagai dasar untuk pegangan bahwa Amirul Mukminin mengatakan kata-kata itu dalam memuji 'Umar. Dapatkah diharapkan, setelah melihat sekilas Khotbah asy-Syiqsyiqiyyah (Khotbah No. 3) bahwa Amirul Mukminin mungkin mengucapkan kata-kata itu? Lagi pula, patut dipertimbangkan, apabila Amirul Mukminin telah mengucapkan kata-kata itu pada saat kematian 'Umar, kemudian pada Syura ia menolak untuk mengikuti perilaku kedua khalifah yang pertama, akan dikatakan kepadanya bahwa baru kemarin ia mengatakan bahwa 'Umar telah menegakkan sunah dan menyingkirkan bidah; bilamana perilakunya sesuai dengan sunah maka apa artinya menerima sunah tetapi menolak perilakunya.
24
Nahjul Balaghah
KHOTBAH 227 Tentang Baiat kepada Amirul Mukminin bagi Kekhalifahan.
Satu khotbah yang serupa, dalam versi yang agak berbeda, telah disebutkan sebelumnya.
Anda menarik tangan saya kepada Anda untuk baiat tetapi saya menahannya kembali, dan Anda mengulurkannya tetapi saya menariknya. Kemudian Anda berkerubut pada saya seperti unta-unta haus mengerubuti air pada genangan air ketika mereka dibawa ke sana, sedemikian rupa sehingga sepatu-sepatu robek, sandang bahu jatuh dan orang-orang lemah terpijak-pijak, dan kebahagiaan manusia atas baiat mereka kepada saya begitu nyata sehingga anak-anak merasa riang gembira, yang tua-tua berhuyung-huyung (sampai kepada saya) untuk itu, orang-orang sakit pun menjangkau kepada hal itu dengan kacau balau dan gadis-gadis muda lari untuk itu tanpa cadar. •
KHOTBAH 228 Tentang Nasihat mengenai Takwa kepada Allah, dan Tentang Orang-orang yang Tetap Prihatin akan Kematian dan Menempuh Jalan Sabar
Sesungguhnya takwa kepada Allah adalah kunci petunjuk, bekal bagi dunia akhirat, kemerdekaan dari perbudakan, dan pembebasan dari segala keruntuhan. Dengan pertolongannya si pencari berhasil, dan orang yang berusaha mencari keselamatan diri akan terlepas dan mencapai tujuannya.
Berbuatlah amal (baik) sementara amal-amal semacam itu sedang diangkat (harganya), (sementara) taubat dapat bermanfaat, doa dapat didengar, keadaan damai dan pena-pena (dari kedua malaikat) sedang bergerak (untuk mencatat amal-amal itu). Bergegaslah ke arah amal (kebajikan) sebelum perubahan usia (ketuaan), sakit yang berlarut-larut atau maut yang menyentak (menyusul Anda). Sesungguhnya kematian akan mengakhiri kenikmatan Anda, merusak kesenangan Anda dan menyingkirkan tujuan-tujuan Anda. la adalah seorang pengunjung yang tak dikehendaki, lawan yang tak lelihatan dan pembunuh yang tak bertanggung jawab. Tali-talinya telah menjerat Anda, kejahatan-kejahatannya telah mengelilingi Anda, mata panahnya telah membidik kepada Anda, kekuasaannya atas Anda besar, penindasannya kepada Anda berkelanjutan dan kemungkinan menyasarnya dari Anda jauh.
Sangat segera Anda akan digulung oleh kegelapan bayang-bayangnya, kekerasan sakitnya, kegelapan kesusahannya, ucapan-ucapan kosong dari kepedihan-kepedihannya, kesedihan dari kehancurannya, kegelapan dari liputannya dan tidak sehatnya rasanya. Akan nampak seakan-akan ia telah datang kepada Anda secara amat mendadak, mendiamkan orang-orang yang berbisik kepada Anda, memisahkan kelompok Anda, menghancurkan perbuatan-perbuatan Anda, meruntuhkan rumah-rumah Anda dan mengubah para ahli waris Anda untuk membagi-bagi harta Anda di antara para kerabat utama, yang tidak memberikan manfaat apa pun kepada Anda, atau orang-orang dekat yang bersedih yang tidak dapat melindungi (Anda), atau orang-orang yang bersukaria yang tidak menangisi (Anda).
Oleh karena itu, terserah kepada Anda untuk berjuang, berusaha, melengkapi diri Anda, bersedia dan berbekal diri dari tempat perbekalan. Dan janganlah kehidupan dunia ini menipu Anda sebagaimana ia menipu orang-orang di waktu dulu dan di masa-masa yang telah lewat— orang-orang yang memerah susunya, mengambil manfaat dari kelalaiannya, melewati suatu waktu panjang dan mengubah hal-halnya yang baru menjadi tua (dengan hidup lama). Kediaman mereka berubah menjadi kuburan dan kekayaan mereka menjadi harta yang dapat diwariskan. Mereka tak tahu siapa yang datang kepada mereka (di kubur mereka); tidak mempedulikan orang-orang yang menangisi mereka, dan tidak menjawab orang-orang yang memanggil mereka. Oleh karena itu, berhati-hatilah terhadap dunia ini, karena ia pengkhianat, penipu dan pengicuh, ia memberi dan mengambil kembali, ia menutupi dengan busana dan membuka. Kesenangannya tak langgeng, kesukarannya tidak berakhir, dan petakanya tidak berhenti.
Sebagian dari Khotbah yang Sama, Tentang para Zâhid
Mereka dari kalangan orang dari dunia ini tetapi bukan orangnya, karena mereka tinggal di dalamnya seakan-akan mereka tidak termasuk padanya. Mereka berbuat di sini atas apa yang mereka lihat dan bergegas di sini (untuk menghindari) apa yang mereka takuti. Badan mereka bergerak di antara manusia dari dunia yang akan datang. Mereka melihat bahwa manusia dunia ini melekatkan kepentingan kepada kematian dari tubuh mereka tetapi mereka sendiri melekatkan kepentingan kepada kematian hati orang-orang yang hidup. •
KHOTBAH 229 Amirul Mukminin menyampaikan khotbah ini di Dziqâr dalam perjalanannya ke Bashrah, dan sejarawan al-Wâqidî telah menyebutnya (dalam Kitab al-Jamal) Tentang Nabi
Nabi mewujudkan apa saja yang diperintahkannya dan menyampaikan risalah Tuhannya. Akibatnya, Allah memperbaiki melalui beliau yang retak-retak, menggabungkan melalui beliau celah-celahnya, dan menciptakan (melalui beliau) kasih sayang di antara kerabat walaupun mereka (dahulu-nya) membawa permusuhan parah dalam dada (mereka) dan kedengkian yang mendalam pada hati (mereka). •
KHOTBAH 230 'Abdullah ibn Zam'ah yang merupakan salah seorang pengikut Amirul Mukminin datang kepadanya dalam masa kekhalifahannya untuk meminta sejumlah uang, dan Amirul Mukminin menjawab:
Uang ini bukan untuk saya dan bukan untuk Anda, melainkan milik bersama kaum Muslim dan pendapatan dari pedang mereka. Apabila Anda telah ikut serta bersama mereka dalam perjuangannya, Anda akan mempunyai bagian yang sama dengan mereka. Bila tidak, maka penerimaan dari tangan mereka tak mungkin bagi selain mulut mereka. •
KHOTBAH 231 Tentang Ketidakmampuan Ja'dah ibn Hubairah al-Makhzumî untuk Menyampaikan Khotbah[1]
Tentang Berbicara Benar
Ketahuilah bahwa lidah adalah sebagian dari tubuh manusia. Apabila orang itu menolak, bicara itu tidak akan bekerjasama dengan dia, dan bilamana ia meluas, bicara tidak akan memberikan kepadanya waktu untuk berhenti. Sesungguhnya kami ahli dalam berbicara. Nadi-nadinya ditetapkan pada kami dan cabang-cabangnya bergantung di atas kami.
Semoga Allah menaruh belas kasihan pada Anda. Ketahuilah bahwa Anda sedang hidup di suatu tempat ketika para pembicara tentang benar dan salah sedikit, ketika lidah enggan mengatakan kebenaran, dan orang-orang yang bersiteguh pada kebenaran dihinakan. Manusia di masa ini terlibat dalam kedurhakaan. Para pemudanya jahat, orang tua-tua mereka berdosa, orang-orang terpelajar mereka munafik, dan para pembicara mereka penjilat. Orang muda mereka tidak menghormati orang tua mereka, dan orang kaya mereka tidak mendukung orang miskin mereka. •
[1] Pada suatu ketika Amirul Mukminin meminta kepada putra saudara perempuannya, Ja'dah ibn Hubairah untuk memberikan khotbah, tetapi ketika ia bangkit hendak berkhotbah, lidahnya kaku dan ia tak dapat mengucapkan apa-apa. Atasnya Amirul Mukminin as naik ke mimbar dan mengucapkan sebuah khotbah panjang yang darinya beberapa kalimat telah dicatat di sini oleh Sayid Radhi.
KHOTBAH 232 Dzi'lib al-Yamami telah meriwayatkan dari Ahmad ibn Qutaibah, dari 'Abdullah ibn Yazid dari Malik ibn Dihyah yang berkata bahwa mereka ada bersama Amirul Mukminin as ketika timbul diskusi tentang perbedaan manusia (dalam wajah dan perilaku) dan kemudian Amirul Mukminin as berkata:
Mereka saling berbeda karena sumber-sumber dari lempung (dari mana mereka diciptakan).[1] Ini disebabkan entah mereka dari lempung asin atau manis atau dari tanah kasar atau tanah lembut. Mereka saling menyerupai atas dasar kedekatan tanah mereka, dan berbeda sesuai dengan perbedaannya. Karena itu kadang-kadang seseorang yang berwajah gagah, lemah dalam kecerdasan, orang bertubuh jangkung kurang berani, orang bajik berwajah bumk, orang bertubuh pendek berpandangan jauh, orang berwatak baik mempunyai tingkah buruk, orang yang hatinya bingung mempunyai pikiran mencengangkan dan orang berlidah tajam berhati lemah. •
[1] Amirul Mukminin telah menggambarkan perbedaan dalam wajah dan karakter manusia sehubungan dengan perbedaan lempung dari mana mereka dibuat dan sesuai dengan itu wajah mereka dibentuk dan kerangka karakter mereka dibangun. Oleh karena itu, sejauh asal lempungnya akrab, kecenderungan mental dan imajinasinya, perbedaan dalam kecenderungannya akan sejauh itu. Dengan asal sesuatu dimaksudkan apa yang padanya tergantung keberadaannya, tetapi bukan menjadi penyebabnya. Kata thîn adalah bentuk jamak dari thînah yang berarti asal atau basis. Di sini thînah berarti mani yang setelah melewati berbagai tahap perkembangan muncul dalam bentuk manusia. Asalnya berarti unsur dari mana bahan itu tercipta dengan pertolongan pembentukan mani. Jadi, dengan tanah asin, manis, lembut atau keras, rujukannya ialah kepada konstituen-konstituen elementer ini. Karena konstituen-konstituen elementer ini mengandung sifat yang berbeda-beda maka mani yang tumbuh darinya pun mengandung ciri dan sifat yang khas yang pada akhirnya menunjukkan diri dalam perbedaan wajah dan perangai dari yang terlahir darinya.
Ibn Abil Hadid menulis dalam Syarh Nahjul Balâghah, XIII, h. 19 bahwa asal kata dari thîinah mengandung makna faktor-faktor yang bersifat "memelihara" yang berbeda dalam sifat-sifatnya dengan pendapat Plato dan para filosof lainnya. Alasan menamakannya "asal-usul thînah" ialah bahwa mereka merupakan suaka bagi tubuh manusia dan mencegah tercerai-berainya unsur-unsur. Sebagaimana adanya suatu benda terkait pada basisnya, adanya tubuh yang terbuat dari unsur-unsur ini pun terkait pada faktor-faktor "pemelihara". Selama faktor-faktor "pemelihara" itu ada, tubuh pun selamat dari kecerai-beraian dan disintegrasi, dan unsur-unsur itu pun kebal dari kecerai-beraian dan keterorakan. Bilamana ia meninggalkan tubuh, unsur-unsur itu tercerai-berai.
Menurut keterangan ini, kata-kata Amirul Mukminin berarti bahwa Allah telah menciptakan berbagai faktor asli yang sebagian di antaranya adalah jahat dan sebagian bajik, sebagian lemah dan sebagian kuat, dan masing-masing akan bertindak sesuai dengan faktor aslinya. Apabila ada persamaan dalam kecenderungan dua orang, sebabnya ialah faktor-faktor mereka sama, dan apabila kecenderungan mereka berbeda adalah itu karena faktor-faktor mereka tidak mempunyai kesamaan. Tetapi kesimpulan ini tidak benar, karena kata-kata Amirul Mukminin tidak hanya merujuk perbedaan dalam perangai dan perilaku melainkan juga mengenai wajah dan bentuk, dan perbedaan wajah dan bentuk tak mungkin merupakan akibat dari perbedaan faktor-faktor asli.
Bagaimanapun juga, apakah faktor-faktor asli itu penyebab perbedaan dalam wajah dan perilaku atau konstituen-konstituen asli, kata-kata ini nampaknya mengantarkan untuk menafikan kemauan dan untuk membuktikan paksaan (takdir) dalam tindakan manusia, karena apabila kapasitas manusia untuk berpikir dan bertindak tergantung pada thînah maka ia akan dipaksa untuk berlaku secara tertentu yang karenanya ia tak pantas menerima pujian atas perbuatan baiknya dan tak dapat disalahkan atas kebiasaan buruknya. Tetapi hipotesa ini tidak benar. Karena, sebagaimana telah diakui secara mapan bahwa Allah mengetahui segala sesuatu dalam ciptaan setelah menjadi ada, sebagaimana la mengetahui sebelum penciptaannya. Jadi, la tahu tindakan apa yang akan dilakukan manusia sesuai dengan thînah-nya. dari kehendak bebasnya dan apa yang akan ditinggalkannya. Oleh karena itu, Allah memberikan kepadanya kapasitas untuk bertindak sesuai dengan kebebasan kehendaknya, dan menciptakannya dari thînah yang sesuai. Thînah ini bukan penyebab tindakan-tindakannya sampai merenggut kehendak bebasnya; arti menciptakan dari thînah yang sesuai ialah bahwa Allah tidak dengan paksa menghalangi jalan manusia melainkan membiarkannya melangkah di jalan yang dikehendakinya untuk melakukan kehendak bebasnya sendiri.
KHOTBAH 233 Diucapkan Amirul Mukminin ketika sedang sibuk memandikan jenazah Nabi SAWW dan mengafaninya
Semoga ayah dan ibu saya mecurahkan hidup mereka bagi Anda. Wahai Rasulullah! Bersama wafatnya Anda proses kenabian, wahyu dan risalah surgawi berhenti, yang tidak berhenti pada wafatnya (para nabi) yang lain-lain. Kedudukan Anda dengan kami (para anggota keluarga Anda) demikian khasnya sehingga kesedihan (kami bagi) Anda telah menjadi sumber lipuran (bagi kami) berlawanan dengan kesedihan semua orang lainnya; kesedihan Anda juga umum sehingga semua Muslim ikut mendapat bagiannya secara sama. Apabila Anda tidak memerintahkan untuk bersabar dan mencegah kami meratap, kami akan sudah mengeluarkan sewadah air mata, dan dengan demikian pun perihnya tak akan mereda, dan kesedihan tidak akan berakhir, dan akan terlalu sedikit dari kesedihan kami bagi Anda. Tetapi (kematian) adalah suatu hal yang tak dapat dibalikkan dan tak mungkin ditolak. Semoga ayah saya dan ibu saya mati untuk Anda; sebutkanlah kiranya kami kepada Allah, dan semoga kami terpelihara. •
KHOTBAH 234 Dalam khotbah ini Amirul Mukminin meriwayatkan keadaannya sendiri setelah Hijrahnya Nabi sampai bertemu dengan beliau [1]
Saya mulai mengikuti jalan yang ditempuh Nabi dan melangkah pada garis-garis ingatan kepada beliau hingga saya sampai ke al-'Arj.
Sayid Radhî mencatat: Kata-kata Amirul Mukminin, “fa'atha'u dzikrahu" (maka saya melangkah pada garis-garis ingatan kepadannya) merupakan bentuk singkatan dan kefasihan yang tertinggi. la bermaksud mengatakan bahwa ia telah diberi kabar tentang Nabi dari awal keberangkatan beliau sampai beliau mencapai tempat itu, dan ia telah mengungkapkan pengertian ini dalam ungkapan yang mengagumkan ini. •
[1]Sejak permulaan kenabian, Nabi tetap di Makkah selama tiga belas tahun. Bagi beliau saat itu adalah masa penindasan dan kesukaran yang paling keras. Kaum kafir Quraisy telah menutup semua pintu rezeki terhadap beliau, dan tidak meninggalkan usaha apa pun untuk menimpakan kesulitan kepada beliau, bahkan mereka berupaya untuk merenggut nyawanya. Empat puluh orang tokohnya mengadakan permusyawaratan di Darun-Nadwah dan memutuskan bahwa satu orang harus diambil dari setiap suku dan mereka harus bersama-sama menyerangnya. Secara ini Bani Hasyim tak akan berani menuntut balas dan menghadapi seluruh suku itu, dan hal itu akan membebaskan mereka dari pembayaran uang darah. Untuk melaksanakan gagasan itu, orang-orang itu dengan sembunyi-sembunyi mengepung rumah Nabi pada malam 1 Rabi’ul Awal, agar bilamana Nabi telah tidur di tempat tidurnya mereka akan menyerangnya. Di satu sisi persiapan yang dilakukan untuk membunuh beliau telah sempurna, di sisi lain Allah telah memberitahukan kepada beliau tentang semua intrik kaum kafir Quraisy dan memerintahkan beliau untuk menyuruh 'Ali as tidur di tempat tidur beliau sementara beliau sendiri hijrah ke Madinah. Nabi memanggil 'Ali as dan menyampaikan rencana beliau kepadanya, seraya mengatakan, "Hai 'Ali, Anda tidurlah di tempat tidur saya." Amirul Mukminin menanyakan, "Ya Rasulullah, apakah nyawa Anda akan selamat dengan tidurnya saya di sini?" Nabi berkata, "Ya." Mendengar hal itu Amirul Mukminin sujud syukur dan dengan membukakan dirinya sepenuhnya pada bahaya itu, tidur di tempat tidur Nabi sementara Nabi pergi melalui pintu belakang. Kaum kafir Quraisy mengintip dan siap untuk menyerang tetapi Abu Lahab mengatakan, "Tak pantas menyerang di malam hari karena ada pula perempuan dan anak-anak dalam rumah itu. Ketika tiba waktu pagi, Anda seranglah dia; tetapi teruslah berjaga selama waktu malam agar ia tidak ke mana-mana." Sesuai dengan itu, mereka terus memperhatikan tempat tidur Nabi sepanjang malam, dan segera setelah munculnya fajar, mereka maju secara sembunyi-sembunyi. Mendengar bunyi langkah kaki mereka, Amirul Mukminin membuka selimut dari wajahnya lalu berdiri. Orang-orang Quraisy menatapnya dengan mata terbelalak dan keheranan apakah itu hanya khayalan atau kenyataan. Setelah yakin bahwa itu 'Ali, mereka bertanya, "Di mana Muhammad?" dan 'Ali menjawab, "Apakah Anda menitipkannya kepada saya, sehingga sekarang Anda menanyakannya kepada saya?" Mereka tidak menjawabnya. Orang-orang berlarian hendak memburu beliau tetapi hanya mendapatkan jejak sampai ke gua Tsaur. Setelah itu tak ada jejak atau tanda bersembunyi di gua. Mereka kembali dengan bingung sementara Nabi, setelah tinggal di gua itu selama tiga hari, berangkat ke Madinah. Amirul Mukminin melewati tiga hari itu di Makkah, mengembalikan kepada orang-orang harta titipan mereka kepada Nabi, kemudian berangkat ke Madinah untuk ber-gabung dengan beliau. Sampai di al-'Arj yang merupakan tempat di antara Makkah dan Madinah, ia terus mendapatkan kabar tentang Nabi dan ia melanjutkan perjalanannya yang penuh gairah untuk mencari Nabi sampai ia menemui beliau di Quba pada 12 Rabi’ul Awal dan masuk ke Madinah bersama beliau. (ath-Thabari, Tafsir, IX, h. 148-151; Tarikh, I, h. 1232-1234; Ibn Sa'd, ath-Thabaqât, I, bagian i, h. 153-154; Ibn Hisyam, as-Sîrah, II, h. 124-128; Ibn Atsir, Usd al-Ghâbah, IV, h. 25; al-Kâmil, II, h. 101-104; Ibn Katsir, Tafsir, II, h. 302-303; Tarikh, III, h. 180-181; Ibn Abil Hadid, Syarh, XIII, h. 303-306; as-Suyuthi, ad-Dur al-Mantsûr, ffl, h. 179-180; al-'Allamah al-Majlisi, Bihâr al-Anwâr, XIX, h. 28-113.)
KHOTBAH 235 Tentang Mengumpul Bekal bagi Dunia Akhirat Sementara di Dunia ini dan Beramal Baik Sebelum Mati
Kerjakanlah amal (baik) selagi Anda masih dalam keluasan hidup, buku-buku (untuk catatan amal kebaikan) masih terbuka, taubat masih diberikan, pelari (dari Allah) masih dipanggil, dan orang berdosa masih diberi harapan yang baik (keampunan) sebelum (cahaya) amal dipadamkan, sebelum waktu habis kadaluwarsa, sebelum hidup berakhir, sebelum pintu taubat tertutup, dan sebelum malaikat naik ke langit.
Oleh karena itu, hendaklah seseorang mengambil manfaat dari dirinya sendiri bagi dirinya sendiri, dari yang hidup untuk yang mati, dari yang fana untuk yang baka, dari yang berangkat untuk yang tinggal. Setiap orang harus takut kepada Allah sementara ia diberi usia untuk hidup sampai matinya, dan diberi waktu untuk beramal. Setiap orang harus mengendalikan dirinya dengan kendali dan memegangnya dengan kekangnya; dengan kendali ia harus mencegahnya dari pendurhakaan kepada Allah, dan dengan kekang ia harus memimpinnya kepada ketaatan kepada Allah. •
KHOTBAH 236 Tentang Kedua Hakam (Abu Musa al-Asy'ari dan' Amr ibn al-'Ash) dan Pelecehan Terhadap Orang Suriah
Manusia kasar, rendah, dan budak-budak licik. Mereka telah dikumpulkan dari semua sisi dan dipungut dari setiap onggokan. Mereka perlu diajari ajaran (Islam), didisiplinkan, diinstruksi, dilatih, diawasi dan dituntun di tangan. Mereka bukan Muhajirin dan bukan pula Anshar, dan bukan pula orang yang membuat tempat kediamannya di tempat kediamannya (Madinah) dan dalam iman.
Lihatlah! Mereka telah memilih bagi dirinya sendiri orang yang paling dekat dari antara mereka semua, sedang Anda telah memilih orang yang dekat kepada apa yang tidak Anda sukai. Sesungguhnya Anda boleh mengingat bahwa pada suatu hari 'Abdullah ibn Qais (Abu Musa) berkata, "Itu adalah suatu bencana, karena itu putuskanlah tali busur Anda dan sarungkan pedang Anda." Apabila ia benar dalam apa (yang ia katakan) maka ia salah dalam ikut berbaris (bersama kita) tanpa dipaksa; tetapi apabila ia berdusta, ia harus dipandang dengan curiga. Oleh karena itu,, utuslah 'Abdullah ibn 'Abbas menghadapi 'Amr ibn al-'Ash. Manfaatkanlah hari-hari ini dan kelilingilah tapal batas Islam. Tidakkah Anda lihat bahwa kota-kota Anda sedang diserang dan kegagahan Anda sedang dibidik? •
KHOTBAH 237 Amirul Mukminin Menggambarkan Para Anggota Keluarga Nabi
Mereka adalah kehidupan bagi pengetahuan dan kematian bagi kejahilan. Kesabaran mereka mengatakan kepada Anda tentang pengetahuan mereka, dan diamnya mereka (menceritakan kepada Anda) tentang kebijaksanaan pembicaraan mereka. Mereka tidak melawan kebenaran dan tidak pula berselisih (di antara sesamanya) tentang hal itu. Mereka adalah tiang-tiang Islam dan tempat perlindunganfnya). Bersama mereka kebenaran telah kembali kepada kedudukannya dan kebatilan telah meninggalkan tempatnya dan lidahnya terputus dari akarnya. Mereka memahami agama secara cermat dan teliti, bukan hanya melalui hujatan atau para periwayat, karena periwayat pengetahuan ada banyak tetapi yang memahaminya sedikit. •
KHOTBAH 238 Ketika 'Utsman ibn 'Affan dikepung, 'Abdullah ibn 'Abbas membawa sepucuk surat kepada Amirul Mukminin dari 'Utsman di mana ia mengungkapkan keinginan agar Amirul Mukminin pergi ke kebunnya Yanbu' supaya usul yang sedang diperbincangkan untuk menjadikannya khalifah mereda. Atasnya Amirul Mukminin berkata kepada Ibn 'Abbas:
Wahai Ibn 'Abbas! 'Utsman hanya hendak memperlakukan saya sebagai unta penarik timba air agar saya maju dan mundur dengan ember. Sekali ia mengirim pesan bahwa saya harus pergi, kemudian ia mengirim pesan bahwa saya harus kembali. Sekarang, lagi ia mengirim pesan kepada saya supaya saya pergi. Demi Allah, saya terus melindunginya sampai saya takut kalau-kalau saya menjadi pendosa. •
KHOTBAH 239 Menyuruh orang berjihad dan meminta mereka menahan diri dari mencari keenakan
Allah menyuruh Anda bersyukur kepada-Nya dan menugaskan kepada Anda urusan-Nya. la telah memberikan kepada Anda waktu dalam bidang yang terbatas (dunia) agar Anda dapat saling berlumba dalam mencari ganjaran (surga). Oleh karena itu, ikatlah pinggang Anda dan gulunglah lengan baju. Keberanian tinggi dan makan besar tidaklah sejalan. Tidur menyebabkan kelemahan dalam urusan-urusan besar hari itu dan gelap-(nya) menghapus kenangan keberanian. •
Semoga Allah memberi salawat kepada Nabi Muhammad Shollallôhu 'alaihi wa âlihi wa sallam taslîman katsîrô.
25
Nahjul Balaghah
SURAT 1 Ditujukan kepada Penduduk Kufah di Saat Perjalanannya dari Madinah ke Kûfah [1]
Dari hamba Allah, 'Ali, Amirul Muknunin, kepada penduduk Kûfah yang paling terkemuka di antara para pendukung dan para kepala Arab.
Sekarang, saya memberitahukan kepada Anda tentang apa yang menimpa 'Utsman sedemikian rupa sehingga mendengamya akan seperti melihatnya. Rakyat mengecamnya, dan saya satu-satunya di antara Muhajirin yang meminta kepadanya untuk memuaskan (kaum Muslim) sebesar-besamya, dan paling sedikit menyakiti mereka. Tentang Thalhah dan Zubair, langkah mereka yang paling enteng terhadapnya adalah keras dan suara mereka yang paling lembut adalah bengis. 'A'isyah pun berang kepadanya.
Sesuai dengan itu, suatu kelompok mengalahkannya dan membunuhnya. Kemudian orang membaiat kepada saya, tidak dengan kekerasan atau paksaan, tetapi dengan taat dan atas kehendak bebas.
Hendaklah Anda ketahui bahwa Madinah telah dikosongkan oleh para penghuninya dan mereka telah meninggalkannya. (Kota) itu sedang mendidih seperti belanga amat besar, dan pemberontakan dipasangkan pada poros-porosnya yang bergerak dengan kekuatan penuh. Maka bergegaslah Anda kepada amir Anda dan majulah untuk memerangi musuh Anda, apa-bila dikehendaki Allah yang bagi-Nya Kekuasaan dan Kerajaan. •
[1] lang=IN> Ibn Maitsam menulis (dalam Syarh Nahjul Balâghah, IV, h. 338) bahwa ketika mendengar tentang kekacauan yang ditimbulkan Thalhah dan Zubair, Amirul Mukminin berangkat ke Bashrah kemudian ia mengirim surat kepada penduduk Kûfah melalui Imam Hasan dan 'Ammar ibn Yasir, dari Mâ' al-Adzb, sedang Ibn Abil Hadîd menulis (dalam Syarh Nahjul Balâghah, XIV, h. 8, 16; Thabarî, I, h. 3139; Ibn al-Atsîr, III, h. 223) bahwa ketika Amirul Mukminin berkemah di Rabadzah ia mengirimkan surat ini melalui Muhammad ibn Ja'far ibn Abi Thâlib dan Muhammad ibn Abi Bakar. Dalam surat ini Amirul Mukminin menyoroti pokok bahwa pembunuhan 'Utsman adalah akibat usaha-usaha 'A'isyah, Thalhah dan Zubair, dan merekalah yang menonjol di dalamnya. Sebenarnya 'A'isyah keluar rumah dan membeberkan kekurangan-kekurangan 'Utsman di pertemuan-pertemuan umum dan menyatakan bahwa ia patut dibunuh. Syekh Muhammad 'Abduh menulis,
"Pada suatu hari 'Utsman sedang di mimbar ketika Ummul Mu'minin 'A'isyah mengeluarkan sepatu dan jubah Nabi (saw) dari balik kerudungnya seraya berkata, 'Ini sepatu dan baju Nabi Allah, belum rusak, sedang Anda telah mengubah agamanya dan mengubah sunahnya.' Atasnya muncul perkataan-perkataan panas di antara mereka, ketika 'A'isyah berkata, 'Bunuhlah Na'tsal ini!', melambangkan 'Utsman dengan seorang Yahudi berjanggut panjang yang bernama demikian." (Nahjul Balâghah, Jilid II, h. 3)
Orang sudah tidak menyukai 'Utsman sehingga peristiwa ini meningkatkan keberanian mereka lalu mereka mengepungnya dan menuntutnya memperbaiki caranya atau meninggalkan kekhalifahan. Dalam keadaan seperti itu ada ke khawatiran yang serius bahwa apabila ia tidak menerima salah satu dari keduanya, maka ia akan dibunuh. Semua ini diketahui 'A'isyah, tetapi ia tidak mempedulikannya. Dengan meninggalkannya dalam kepungan itu ia berangkat ke Makkah, walaupun pada kesempatan ini Marwan dan 'Attab ibn Asid mengatakan kepadanya, "Apabila Anda menunda keberangkatan Anda, mungkin nyawanya dapat diselamatkan dan gerombolan manusia itu mungkin bubar." Atasnya 'A'isyah menjawab, bahwa ia telah memutuskan untuk pergi berhaji dan hal itu tak dapat diubah. Kemudian Marwan membacakan bait syair berikut sebagai pepatah,
"Qais membakar rumah saya, dan ketika api menyala, ia meloloskan diri darinya."
Seperti itu juga, Thalhah dan Zubair berang terhadapnya dan mereka selalu maju mengipas-ngipas api dan mengintensifkan perlawanan. Dari sisi ini, mereka ikut mengambil bagian besar dalam pembunuhannya, dan memikul tanggung jawab atas darahnya. Orang lain pun mengetahui mereka dalam perspektif ini dan memandang mereka sebagai pembunuhnya, sedang para pendukung mereka pun tidak mampu memberikan penjelasan untuk membersihkan mereka. Maka Ibn Qutaibah menulis bahwa ketika Mughîrah ibn Syu'bah menemui Ummul Mukminin 'A'isyah di Authas, ia bertanya kepadanya, "Wahai, Ummul Mukminin, hendak ke mana Anda?" 'A'isyah menjawab, "Saya hendak ke Bashrah." Mughîrah bertanya untuk maksud apa dan ia menjawab, "Untuk membalas dendam atas darah 'Utsman." Mughîrah berkata, "Tetapi para pembunuhnya ada bersama Anda." Kemudian Mughîrah berpaling kepada Marwan dan menanyakan hendak ke mana dia. Marwan menjawab bahwa ia pun hendak ke Bashrah. la menanyakan maksudnya dan ia menjawab, "Untuk membalaskan darah 'Utsman". Kemudian Mughîrah berkata, "Para pembunuh 'Utsman ada bersama Anda. Thalhah dan Zubair ini yang telah membunuhnya."
Bagaimanapun juga, setelah meletakkan kesalahan kepada Amirul Muknunin, kelompok yang telah membunuh 'Utsman itu sampai ke Bashrah. Amirul Mukminin juga bangkit untuk memadamkan pemberontakan itu. la menulis surat ini kepada penduduk Kûfah untuk beroleh dukungannya. Atasnya para pejuang dan prajurit mereka bangkit dalam jumlah besar dan mendaftarkan diri dalam pasukan tentara. Mereka menghadapi musuh dengan penuh keberanian yang diakui pula oleh Amirul Mukminin. Maka bagian surat yang berikut ini merupakan pengakuan atas kenyataan itu.
SURAT 2 Ditulis untuk Rakyat Kufah Setelah Kemenangan Bashrah
Semoga Allah memberi ganjaran kepada Anda, penduduk kota (Kûfah), atas nama seorang anggota keluarga Nabi Anda, dengan ganjaran yang terbaik yang la karuniakan kepada orang-orang yang berbuat dalam ketaatan kepada-Nya, dan atas mereka yang bersyukur kepada-Nya atas nikmat-nikmat-Nya. Sesungguhnya Anda telah mendengarkan dan menaati (saya), dan ketika Anda dipanggil Anda segera menyambut. •
SURAT 3 Ditulis untuk Syuraih ibn al-Hârits (al-Kindî), Qâdhî (di Kufah). Diriwayatkan bahwa Syuraih ibn al-Hârits (al-Kindî) yang menjabat qâdhî Amirul Mukminin di Kûfah selama masa kekuasaannya, telah membeli sebuah rumah seharga delapan puluh dinar. Ketika Amirul Mukminin mengetahuinya, ia menyuruh orang memanggilnya seraya mengatakan:
Saya diberitahu bahwa Anda telah membeli sebuah rumah seharga delapan puluh dinar, dan bahwa Anda telah menulis sebuah dokumen untuk itu serta menempatkan saksi atasnya.
Wahai, Syuraih, berhati-hatilah, dalam waktu singkat satu tubuh (malaikat maut) akan datang kepada Anda yang tidak akan melihat dokumen itu dan tidak akan menanyakan pembuktian Anda melainkan membawa Anda jauh-jauh darinya dan menyimpan Anda di kubur Anda dengan sangat sendirian.
Lihatlah, hai Syuraih, apabila Anda telah membeli rumah ini dengan uang yang selain uang Anda, atau membayar harganya dari sumber yang tak halal, Anda telah mendatangkan kerugian dari dunia ini maupun akhirat. Apabila Anda telah datang kepada saya pada waktu pembelian itu, tentu sudah saya tuliskan bagi Anda suatu dokumen di atas kertas ini dan kemudian Anda tak akan mau membeli rumah itu meskipun dengan harga satu dinar, jangankan lebih. Inilah dokumen itu:
Ini adalah tentang pembelian yang dilakukan oleh hamba (Allah) yang rendah dari seorang hamba lain yang sedang bersiap untuk berangkat (ke akhirat). la telah membeli sebuah rumah dari rumah-rumah penipuan di wilayah fana dan tempat orang-orang yang akan sima. Rumah ini mempunyai empat perbatasan sebagai berikut: Batas yang pertama bersampingan dengan sumber petaka; batas yang kedua bertetangga dengan sumber-sumber kesedihan; batas yang ketiga bergandengan dengan hawa nafsu yang membinasakan; dan batas yang keempat bergandengan dengan setan penipu, dah menghadap ke situlah pintu rumah itu.
Rumah ini telah dibeli oleh seorang yang telah dihadang hawa nafsu, dari seorang yang sedang digiring oleh maut dengan harga meninggalkan mulianya kepuasan dan memasuki aibnya kesengsaraan dan penyerahan. Apabila si pembeli menemui akibat (buruk) dari transaksi ini maka adalah itu lantaran dia (maut) yang telah merombak tubuh-tubuh para raja, merenggut nyawa para penguasa lalim, menghancurkan wilayah para Fir'aun, Khosrou [1], Kaisar[2], Tubba' [3], dan Himyar [4], dan semua yang menumpuk harta di atas harta dan terus menambah-nambahnya, membangun rumah-rumah tinggi dan menghiasinya dan mengumpulkan harta dan memeliharanya, sebagaimana pengakuan mereka menurut pemikiran mereka sendiri, bagi anak-anak untuk membawa mereka ke tempat perhitungan dan pengadilan serta kedudukan ganjaran dan hukuman. Bilamana keputusan akan ditetapkan, rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil. (QS. 40:78)
Dokumen ini disaksikan oleh akal di saat ia bebas dari belenggu hawa nafsu dan jauh dari hiasan dunia. •
[1] Khosrou adalah gelar raja-raja Iran, yang berarti Raja (Iran), yang wilayah kekuasaannya sangat luas.
[2] Caesar (Kaisar) adalah gelar raja-raja Romawi, yang dalam bahasa Latin berarti anak yang kematian ibunya sebelum ia dilahirkan dengan membedah perut si ibu. Di antara para raja Roma, (Kaisar) Augustus dilahirkan secara ini dan ia dikenal dengan nama ini, dan sesudahnya kata ini digunakan sebagai gelar raja-raja Roma.
[3] Tubba’ adalah nama panggilan raja-raja Yaman yang menguasai Himyar dan Hadhramaut. Nama-nama mereka telah disebutkan dalam ayat Al-Qur'an 44:37 dan 50:14.
[4] Himyar , pada asalnya adalah suatu suku penting di kerajaan Saba' kuno, di barat laut Arabia; kemudian menjadi para penguasa yang kuat dari Arabia Selatan sejak sekitar 115 SM hingga 525 M. Orang Himyar terkonsentrasi di area yang dikenal sebagai Dzû Raidan (kemudian disebut Qataban) di pesisir Yaman masa kini; mungkin mereka dibantu dalam penggulingan raja-raja Saba' oleh penemuan rute laut dari Mesir ke India, yang menyebabkan kerajaan Saba' yang di pedalamanan kehilangan kedudukannya yang penting sebagai pusat perdagangan melalui jalan darat. Orang Himyari (yang dikenal dalam dunia klasik sebagai orang Homerit) mewarisi bahasa dan kebudayaan Saba', dan dari ibu kotanya di Zhafar kekuasaan mereka kadang-kadang sampai ke Teluk Persia di timur dan sampai ke Gurun Arabia di utara. Pada awal abad keempat ibu kota Himyar dipindahkan ke San'â di utaranya, dan kemudian di abad itu juga Kristen dan Yahudi beroleh pijakan kuat di sana. Kekacauan dalam negeri dan perubahan rute perdagangan menyebabkan kerajaan itu merosot, dan di tahun 525, setelah beberapa usaha yang gagal, para penyerbu Ethiopia menumpas Himyari. Seorang Himyar lari memohon bantuan ke Persia, yang menyebabkan Persia menguasai wilayah itu di tahun 575. (New Encyclopaedia Britannica (Micropaedia), edisi 1973-74, jilid V .h. 49).
SURAT 4 Kepada Salah Seorang Perwira Tentaranya
Apabila mereka [1] kembali kepada payung ketaatan, maka inilah segala yang kami kehendaki. Tetapi, apabila kondisi orang-orang ini menunjuk kepada perpecahan dan pembangkangan, maka dengan membawa orang-orang yang taat kepada Anda, bergegaslah kepada orang-orang yang membangkangi Anda, dan sementara Anda mempunyai orang-orang bersama Anda yang mengikuti Anda, jangan mencemaskan orang-orang yang mundur dari Anda, karena ketidakhadiran seorang yang setengah hati lebih baik dari-pada kehadirannya, dan duduknya dia lebih baik dari bangkitnya. •
[1] Ketika 'Utsman ibn Hunaif, Gubemur Bashrah, mengabarkan kepada Amirul Mukminin tentang kedatangan Thalhah dan Zubair di Bashrah, dan tentang niat mereka, Amirul Mukininin menulis surat ini kepadanya, di mana ia memerintahkan Hunaif bahwa apabila musuh bersikeras hendak berperang melawannya, maka dalam menghadapi musuh itu ia tak boleh merekrut orang-orang yang di satu sisi menunjukkan tenggang rasa bagi tokoh-tokoh 'A'isyah, Thalhah dan Zubair, dan di sisi lain telah menyetujui untuk berjuang melawan mereka hanya karena bujukan, karena orang semacam itu tak dapat diharapkan untuk berjuang dengan tabah, dan tak dapat diandalkan. Orang semacam itu akan berusaha mengecilkan hati orang lain pula. Karena itu maka yang terbaik ialah menjauhi orang-orang semacam itu.
SURAT 5 Kepada al-Asy'ats ibn Qais (al-Kindi), Gubernur Azerbajan
Sesungguhnya, pengangkatan Anda [1] bukanlah suatu suapan (makanan) bagi Anda, melainkan suatu amanat di seputar leher Anda, dan Anda telah ditugasi untuk melindungi (rakyat) atas nama atasan Anda. Anda tak boleh lalim kepada yang diperintah, tidak pula untuk menanggung risiko bagi diri Anda sendiri kecuali atas dasar-dasar yang kuat. Anda memegang dana yang mempakan milik AUah yang bagi-Nya Kekuasaan dan Kerajaan, dan Anda memegang kewajiban atasnya sampai Anda menyerahkannya kepada saya. Mudah-mudahan saya tidak akan merupakan salah seorang dari para pemimpin yang buruk bagi Anda. Wasalam. •
[1] Ketika Amirul Mukminin telah bebas dari Perang Jamal, ia menulis surat kepada Asy'ats ibn Qais al-Kindî yang telah menjadi Gubernur Azerbaijan sejak masa 'Utsman, untuk mengirimkan hasil pemasukan uang dan pajak dari propinsinya. Tetapi karena 'Asy'ats takut akan jabatan dan kedudukannya di masa depan, ia berniat menelan seluruh dana yang ada sebagaimana para pejabat 'Utsman lainnya. Oleh karena itu, sesampainya surat ini ia mengirim utusan memanggil rekan-rekan utamanya, dan setelah menyebutkan surat ini kepada mereka, ia berkata, "Saya khawatir uang ini akan diambil dari saya; oleh karena itu saya bermaksud bergabung dengan Mu'awiah." Atasnya, orang-orang itu berkata bahwa adalah memalukan apabila ia meninggalkan sanak keluarga lalu berlindung kepada Mu'awiah. Atas nasihat orang-orang ini ia menangguhkan gagasannya untuk melarikan diri, tetapi tak setuju dengan gagasan mereka untuk berpisah dengan uangnya. Ketika mendengar informasi ini, Amirul Mukminin mengutus Hujr ibn 'Adi al-Kindî untuk membawanya ke Kûfah. Hujr berhasil membawanya ke Kûfah. Ketika tiba, diketahui bahwa petinya berisi empat lakh Dirham, yang darinya Aniirul Mukminin meninggalkan 30.000 Dirham untuk Asy'ats dan menyimpan sisanya di baitul mal.
SURAT 6 Kepada Mu'âwiah (ibn Abi Sufyân)
Sesungguhnya orang-orang yang membaiat kepada Abu Bakar, 'Umar dan 'Utsman telah membaiat kepada saya atas dasar yang sama di mana mereka membaiat kepada mereka. [1] (Atas dasar ini) orang yang hadir tidak mempunyai pilihan (untuk mempertimbangkan), dan orang yang tak hadir tidak berhak untuk menolak; dan suatu musyawarah dibataskan pada Muhajirin dan Anshar. Apabila mereka menyetujui seorang individu dan mengambilnya sebagai pemimpin (khalifah), hal itu dianggap bermakna keridhaan Allah. Apabila seseorang menjauh dengan jalan keberatan atau menuntut perubahan, mereka akan mengembalikannya kepada posisi dari mana ia menjauh. Apabila ia menolak, mereka akan memeranginya karena mengikuti jalan yang lain dari jalan kaum mukmin, dan Allah menempatkannya kembali (ke asal) dari mana ia melarikan diri. Demi hidupku, hai Mu'awiah, apabila engkau melihat dengan akalmu tanpa nafsu, maka engkau akan mendapatkan saya orang yang paling tak berdosa dari semua berkaitan dengan darah 'Utsman, dan tentulah engkau akan melihat bahwa saya dalam keadaan terkucil darinya, kecuali apabila engkau menyembunyikan apa yang sangat terbuka bagimu. Maka engkau boleh melakukan keberangan (pada saya) sesuka hatimu. Wasalam. •
[1] Ketika penduduk Madinah secara serempak membaiat kepada Amirul Mukminin, Mu'awiah menolaknya karena ia melihat bahaya yang mengancam kekuasaannya sendiri; dan untuk menandingi kekhalifahan Amirul Mukminin ia membuat dalih bahwa baiat itu tidak diberikan secara bulat dan oleh karena itu, harus ada pemilihan umum. Padahal sejak awalnya proses pemilihan khalifah dimulai adalah akibat dari situasi sesaat. Tak ada pemilihan umum sehingga hal itu tak dapat dikatakan hasil pemilihan rakyat. Namun hal itu dipaksakan kepada rakyat dan dianggap sebagai keputusan mereka. Sejak waktu itu telah menjadi prinsip bahwa orang yang dipilih oleh para pemuka Madinah dianggap mewakili seluruh dunia Islam dan tak seorang pun boleh mempertanyakannya, apakah ia hadir pada saat pemilihan atau tidak. Bagaimanapun, setelah mapannya prinsip itu, Mu'awiah tak berhak mengusulkan pemilihan ulang atau menolak baiat. Pada praktiknya ia sendiri telah mengakui para khalifah sebelumnya yang telah ditetapkan oleh orang-orang penting Madinah. Itulah sebabnya, maka ketika merasa bahwa pemilihan ini tak sah dan menolak pembaiatan itu, Amirul Mukminin menunjukkan kepadanya cara pemilihan yang telah diakui itu dan menuntaskan argumen dengan dia. Metode itu yang dikenal sebagai berargumentasi dengan lawan atas dasar premis-premis lawan yang salah sehingga menghabisi argumennya. Amirul Mukminin sama sekali tak pemah menyatakan bahwa musyawarah dengan para sesepuh ataupun pemilihan rakyat umum adalah tolok ukur bagi absahnya kekhalifahan. Bila demikian, maka sehubungan dengan kekhalifahan sebelumnya yang dianggap berdasarkan kesepakatan suara Muhajirin dan Anshar, ia akan sudah memandang kesepakatan sebagai wewenang yang baik dan memandangnya sebagai absah; tetapi penolakannya atas baiat sejak awal mula (pemilihan khalifah pertama), yang tak tersangkal oleh siapa pun, merupakan bukti bahwa ia tidak memandang cara yang dibuat-buat itu sebagai tolok ukur absahnya kekhalifahan. Itulah sebabnya maka ia selalu terus menekankan kasusnya sendiri untuk jabatan khalifah yang telah dikukuhkan atas dasar hadis Nabi. Namun, menyatakan demikian kepada Mu'awiah berarti membuka pintu tanyajawab. Oleh karena itu maka ia berusaha meyakinkannya dengan premis-premis dan kepercayaan Mu'awiah sendiri sehingga tak ada ruang untuk penafsiran atau untuk membingungkan hal itu; sesungguhnya tujuan Mu'awiah adalah untuk menunda hal itu sampai wewenangnya beroleh dukungan.
SURAT 7 Kepada Mu'awiah
Saya telah menerima dari Anda suatu paket nasihat yang tak berhubungan dan surat yang berbumbu. Anda telah menulisnya karena kesesatan Anda dan mengirimkannya karena tidak adanya kebijaksanaan. Inilah surat dari seorang lelaki yang tiada cahaya yang akan menunjukkan kepadanyajalan, dan tak ada pula pemimpin untuk memandunya pada jalan yang benar. Nafsu mendorongnya, dan ia menyambutnya. Kesesatan membimbing dia, dan ia mengikutinya. Akibatnya, ia mulai berbicara kosong dan menjadi tersesat dengan sembrono.
Bagian dari Surat yang Sama
Karena, baiat adalah sekali untuk semua. (Baiat) itu tidak terbuka untuk dipertimbangkan kembali dan tak ada pula ruang untuk proses pemilihan baru. Orang yang tinggal di luarnya dianggap mengecam Islam, sementara orang yang berbicara putar balik atasnya adalah munafik. •
SURAT 8 Kepada Jarîr ibn 'Abdullah al-Bajalî ketika Amirul Muknunin Mengutusnya kepada Mu'awiah (dan Kembalinya Tertunda)
Kemudian daripada itu, ketika Anda menerima surat saya ini, mintalah Mu'awiah mengambil keputusan terakhir dan mengikuti jalan yang tegas. Kemudian, mintalah kepadanya untuk memilih peperangan yang mengasingkannya dari rumah, atau ketaatan. Apabila ia memilih perang, maka tinggalkanlah dia, tetapi apabila ia memilih perdamaian, dapatkanlah baiatnya. Wasalam. •
SURAT 9 Kepada Mu'awiah
Kaum kami (Quraisy) memutuskan untuk membunuh Nabi kami dan memusnahkan akar kami. [1] Mereka menciptakan kecemasan-kecemasan bagi kami, berperilaku kasar kepada kami, menolak bagi kami kemudahan hidup, menempatkan kami pada ketakutan, memaksa kami berlindung di gunung yang kasar, dan menyalakan api peperangan terhadap kami.
Kemudian Allah memberikan kepada kami tekad untuk melindungi agama-Nya, dan membela kehormatan-Nya. Kaum mukmin di antara kami mengharapkan ganjaran (Ilahi) darinya, dan kaum kafir di antara kami memberikan dukungan karena kekerabatan. Orang-orang yang menerima Islam dari antara orang Quraisy berada jauh dari kesusahan di mana kami terlibat, karena suatu janji yang melindungi mereka, atau karena suku yang akan bangkit mendukung mereka. Karena itu mereka selamat dari pembunuhan. Menurut sunah Nabi (saw), bilamana pertempuran menjadi sengit dan orang-orang mulai kehilangan pijakan, beliau mengirimkan ke depan para anggota keluarganya dan, melalui mereka, melindungi para sahabat beliau dari serangan pedang dan tombak. Secara ini 'Ubaidullah ibn Hârits, terbunuh pada Hari Badr. Hamzah (ibn 'Abdul Muththalib) pada hari Uhud, dan Ja'far (ibn Abi Thalib) pada hari Mu'tah. Satu orang lagi, yang dapat saya sebutkan namanya apabila saya mau, berhasrat mencari kematian syahid sebagaimana mereka, tetapi kematian mereka mendekat sementara kematiannya belum mendekat.
Betapa anehnya bahwa saya dikelompokkan dengan orang yang tak pernah menunjukkan kecepatan langkah seperti saya dan tidak pula ia mempunyai reputasi baik atas suatu prestasi seperi prestasi saya, kecuali ia mengakui sesuatu yang tidak saya ketahui dan saya kira Allah pun tidak mengetahuinya. Bagaimanapun, segala pujian hanya bagi Allah semata-mata
Mengenai permintaanmu untuk menyerahkan kepadamu para pembunuh 'Utsman, saya telah memikirkan urusan ini dan saya tak mendapatkan bahwa penyerahan mereka kepadamu atau kepada seseorang lain adalah mungkin bagi saya. Demi hidupku, apabila engkau tidak berhenti dari cara-caramu yang batil serta tindakan-tindakan yang memecah-belah, engkau pasti akan mengetahui mereka. Tak lama lagi mereka akan mencarimu dan tidak akan merepotkanmu untuk mencari mereka di bumi, laut, gunung atau padang. Tetapi pencarian ini akan menyakitkan bagimu, dan kunjungan mereka tidak akan memberikan kebahagiaan bagimu. Salam bagi orang yang berhak atasnya. •
[1] Ketika Nabi (saw) diperintahkan Allah untuk menyeru manusia beriman kepada Allah Yang Esa, kekuatan-kekuatan kafir dan pembangkang bangkit untuk menghalangi Kebenaran, dan suku Quraisy bertekad untuk memadamkan suara ini melalui penekanan dan kekerasan. Cinta kepada dewa-dewa mereka demildan keras di dalam hati kaum kafir itu sehingga mereka tidak bersedia mendengarkan sepatah kata pun yang menentangnya. Gagasan tentang Satu Tuhan cukuplah untuk membangkitkan hawa nafsu mereka. Lagi pula mereka dipaksa mendengarkan kata-kata tentang para berhala mereka, yang sebenamya tidak lebih baik dari batu-batu tak bernyawa. Ketika mereka melihat prinsip-prinsip dan kepercayaan mereka terancam bahaya, mereka meinpersiapkan diri untuk mengganggu Nabi dan bersedia menggunakan segala cara untuk itu. Mereka menyusun rencana untuk menimpakan bencana kepada Nabi sehingga tak mungkin beliau melangkah keluar rumah. Orang-orang yang menerima Islam di masa itu pun harus menghadapi cobaan yang terus-menerus. Misalnya, kaum mukmin itu sering dibaringkan di tanah di bawah terik matahari dan dipukuli sampai pingsan. Ketika penganiayaan orang Quraisy sudah sampai sejauh itu, Nabi (saw) mengizinkan mereka meninggalkan Makkah lalu hijrah ke Etiopia pada tahun kelima kenabian beliau. Kaum Quraisy mengikuti mereka ke sana pula, tetapi penguasa Etiopia tak mau menyerahkan kaum pengungsi itu kepada mereka, dan keadilan penguasa Etiopia tak memberikan kesempatan kepada kaum Quraisy untuk mengganggu para pengungsi itu. Di sisi lain dakwah Nabi terus berlanjut, dan magnet dan pengaruh Kebenaran pun menghasilkan efeknya. Orang-orang terkesan oleh ajaran dan kepribadian beliau dan datang ke rangkulannya, yang menimbulkan perasaaa sangat cemas di kalangan Quraisy yang berusaha menghentikan pengamh dan kekuatannya yang terus meningkat. Ketika mereka gagal dalam hal ini, mereka memutuskan segala hubungan dengan Bani Hasyim dan Bani 'Abdul Muththalib, tak boleh mengadakan hubungan sosial, tak boleh mengadakan transaksi jual beli dengan mereka, untuk memaksa mereka melepaskan dukungannya kepada Nabi, agar kaum kafir dapat mengurusi beliau sesuka hati mereka. Mereka mengadakan suatu kesepakatan bersama dan dibuatkanlah satu dokumen tentang hal itu. Setelah kesepakatan itu, walaupun tempatnya sama dan penduduknya pun sama, namun Bani Hasyim di setiap penjuru menjadi terasing seakan-akan mereka tidak dikenal. Sekalian kaum Quraisy kafir memalingkan wajah dan menghindari setiap pertemuan dan kontak. Dalam keadaan itu ada kekhawatiran kalau-kalau Nabi diserang secara mendadak di suatu tempat di luar kota. Karena itu mereka terpaksa mencari perlindungan di suatu tempat yang dinamakan Syi'b Abu Thalib. Pada tahap ini anggota Bani Hasyim yang belum menerima Islam ikut serta menanggung pengucilan itu karena kesatuan silsilahnya dan memberikan pembelaan di saat perlu, sementara orang-orang yang telah menerima Islam, seperti Hamzah dan Abd Thalib, aktif melindungi Nabi karena kewajiban agamawi. Terutama Abu Thalib, yang telah menyerahkan semua kesenangan dan kemudahan hidupnya. la melewatkan siang hari dengan menghibur Nabi dan di malam hari mereka bergiliran menggunakan tempat tidur; apabila Nabi menggunakan suatu tempat tidur di suatu malam, malam berikutnya 'Ali disuruh tidur di tempat tidur itu, sehingga bila seseorang menyerang, maka 'Ali yang akan menanggung pukulannya yang terberat.
Itu masa pengucilan dan kesulitan besar bagi Bani Hasyim. Apabila mereka dapat beroleh daun-dauanan, cukuplah itu untuk dimakan; apabila tidak maka mereka harus menahan lapar. Dalam waktu tiga tahun dalam kesulitan ini Zubair ibn Abi Umayyah, Hisyam ibn 'Amr, Muth'im ibn 'Adi, Abul Bukthuri al-'Ash dan Zam'ah ibn Aswad mengusulkan agar kesepakatan itu dihapus. Untuk membahas masalah ini para sesepuh Quraisy beisidang di Ka'bah. Sebelum keputusan diambil, Abu Thalib keluar dari syi'b itu lalu bergabung dengan mereka. la berkata kepada mereka, "Kemanakan saya mengatakan kepada saya bahwa surat dokumen di mana kesepakatan itu ditulis telah dimakan rayap dan tak ada sisanya kecuali nama Allah. Ambillah dokumen itu dan lihatlah. Apabila ia benar, maka Engkau harus melepaskan kesepakatan itu; dan apabila ia salah, maka saya bersedia menyerahkannya kepada kalian." Dokumen itu pun diambil dan diperiksa. Kenyataannya benar, selain kata-kata "dengan nama-Mu, ya Tuhanku", yang dituliskan di awal dokumen itu, semua tulisannya telah habis dimakan rayap. Melihat hal ini, Muth'im ibn 'Adi merobek dokumen itu dan dengan demikian maka kesepakatan itu dihapus. Akhirnya Bani Hasyim terlepas dari kehidupan teraniaya dan kesengsaraan; tetapi bahkan setelah itu pun tak ada perubahan dalam perilaku kaum kafir terhadap Nabi; malah permusuhan dan kebencian mereka kepada beliau demikian mengeras sampai mereka memikirkan untuk merenggut nyawanya, yang mengakibatkan peristiwa besar Hijrah. Pada kejadian itu Abu Thalib telah meninggal, namun 'Ali mewakilinya dengan berbaring di tempat tidur Nabi, sesuai gagasan Abu Thalib untuk melindungi nyawa Nabi.
Walaupun kejadian-kejadian itu bukan tidak diketahui Mu'awiah, namun dengan mengisahkan kembali perbuatan-perbuatan para pendahulunya Amuul, Mukminin bermaksud membangkitkan ruh dengkinya. Oleh karena itu perhatiaanya ditarik kepada kesulitan yang ditimpakan kepada Nabi dan para penganut, beliau oleh kaum Quraisy dan Bani 'Abdu Syams agar ia dapat melihat masing-masing pengikut kebenaran dan pengikut kebatilan dan menyadari apakah ia sendiri sedang melangkah di jalan benar atau hanya mengikuti jalan nenek moyangnya.
SURAT 10 Kepada Mu'awiah
Apa yang akan Anda lakukan apabila pakaian duniawi di mana Anda terbungkus ini disingkirkan dari Anda? Dnnia menarik Anda dengan perhiasannya dan menipu Anda dengan kesenangannya. la memanggil Anda dan Anda menyambutnya. la menumpin Anda dan Anda mengikutinya. la memerintah Anda dan Anda menaatinya. Tak lama lagi pemberitahu akan memberitahukan kepada Anda tentang hal-hal yang terhadapnya tak akan ada perisai (untuk melindungi Anda). Oleh kerena itu menjauhlah dari urusan ini, perhatikanlah tanggung jawab (pada Hari Pengadilan), bersiap-siaplah untuk kematian yang segera akan menyusul Anda, dan janganlah memberikan telinga Anda kepada orang-orang yang telah tersesat. Apabila Anda tak berbuat demikian, saya akan mengingatkan Anda tentang segala yang telah Anda lupakan, karena Anda lelaki yang hidup dalam keenakan dan kemewahan. [1] Iblis telah mengambil Anda dalam cengkeramannya, telah mengamankan keinginan-keinginannya dalam diri Anda dan telah mengambil kekuasaan penuh atas Anda seperti jiwa dan darah Anda.
Hai, Mu'awiah! Sejak kapan Anda semua menjadi pelindung rakyat dan wali urusan manusia tanpa suatu langkah maju atau keutamaan yang menonjol. Kami memohon perlindungan Allah terhadap menimpanya malapetaka sebelumnya, dan saya peringatkan Anda agar Anda tidak terus tertipu oleh hawa nafsu dan penampilan Anda menjadi lain dari batin Anda.
Anda telah memanggilnya untuk berperang. Lebih baik meninggalkan rakyat di satu sisi, keluarlah menghadapi saya, dan bebaskan kedua pihak dari berperang supaya dapat diketahui siapa di antara kita yang mempunyai hati berkarat dan mata yang bertutup. Saya adalah Abul Hasan yang telah membunuh kakek, [2] saudara, [3] dan paman Anda [4] dengan mencencang mereka di Hari Badr. Pedang yang sama itu ada pada saya, dan saya menghadapi lawan saya dengan hati yang sama. Saya tidak mengubah agama atau mengada-adakan seorang nabi baru. Saya sesungguhnya (sedang melangkah) pada jalan yang sama yang dengan sengaja telah Anda tinggalkan (pada mulanya) kemudian (anda) terima secara terpaksa. Anda mengira Anda telah keluar mencari pembalasan dendam atas darah 'Utsman. Sesungguhnya Anda tahu bagaimana darah 'Utsman tertumpah. Apabila Anda hendak membalaskan dendamnya, balaskanlah di sana. Seakan-akan saya melihat bahwa bilamana peperangan sedang memotong Anda dengan gigi-giginya Anda menjerit seperti unta yang menjerit di bawah beban berat. Dan seakan-akan saya melihat pihak Anda bingung oleh serangan pedang yang tak berkepumsan, terjadinya maut dan jatuhnya tubuh satu demi satu, memanggil saya kepada Al-Qur’an [5] walaupun mereka sendiri entah kafir, penolak kebenaran atau pelanggar baiat, untuk menyumpahkannya. •
Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatan pun, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata, 'Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya'." (QS. 34:34)
[2] Utbah ibn Rabî’ah.
[3] Hanzhalah ibn Abu Sufyan.
[4] Walid ibn 'Utbah.
[5] Ramalan Amirul Mukminin ini adalah tentang Perang Shiffin. Di sini ia telah menggambarkannya secara keseluruhan dalam ungkapan yang simpel. Demikianlah, di satu sisi Mu'awiah bingung karena serangan orang Iraq dan sedang berpikir untuk melarikan diri, di sisi lain tentaranya sedang berteriak-teriak di bawah ancaman kematian yang konstan; dan akhirnya, ketika tak ada jalan untuk melarikan diri, mereka mengangkat mashaf Al-Qur'an di ujung tombak sambil berseru meminta perdamaian. Dengan rekayasa ini, orang-orang yang tersisa itu menyelamatkan nyawanya. Ramalan itu tak dapat diatributkan pada imajinasi, terkaan, atau penarikan kesimpulan dari kejadian-kejadian. dan tak dapat pula detail-detail ini ditegaskan oleh kecerdasan atau pemikiran yang menjangkau jauh. Yang dapat mengungkapkannya hanyalah orang yang sumber-sumber informasinya adalah lidah Nabi (saw) sendiri yang berdasarkan wahyu atau karena inspirasi Ilahi.
SURAT 11 Instruksi kepada Kontingen untuk Menghadapi Musuh [1]
Ketika Anda maju kepada musuh atau ia maju kepada Anda, kedudukan pasukan Anda harus berada dekat pada tanah tinggi atau di tepi ujung perbukitan atau pada tikungan sungai, agar ia dapat menjadi pertolongan dan tempat kembali bagi Anda. Pertarungan Anda haruslah dari satu sisi atau dua sisi. Tempatkan penjaga pada puncak-puncak bukit dan sisi-sisi yang tinggi dari tanah tinggi agar musuh tak dapat mendekati Anda dari suatu tempat, baik dalam bahaya atau aman. Dan ketahuilah bahwa baris depan suatu tentara merupakan mata mereka, dan mata tentara baris depan itu adalah para pemberitahu mereka. Hati-hatiah terhadap kecerai-beraian. Apabila Anda berhenti, berhentilah bersama-sama, dan bila Anda bergerak, bergeraklah bersama-sama. Bilamana malam tiba, tempatkan enam tombak dalam suatu lingkaran dan janganlah tidur kecuali sekadar tidur tak lelap sebentar. •
[1] Ketika Amirul Mukminin (as) menempatkan Ziyad ibn Nadhr al-Hâritsî dan Syuraih ibn Ham al-Hâritst memimpin kontingen-kontingen yang terdiri dari delapan ribu dan empat ribu orang di perkemahan Nukhailah dan memerintahkan mereka untuk maju ke Suriah, timbul suatu perselisihan di antara mereka tentang pangkat mereka. lalu mereka memberitahukannya kepada Amirul Mukminin dan menulis surat mengadukan halnya masing-masing. Sebagai jawaban, Amirul Mukminin menulis surat bahwa bilamana mereka bergabung dalam perjalanan, maka pimpinan seluruh pasukan berada di tangan Ziyad ibn Nadhr, dan apabila mereka berpisah maka masing-masing memimpin pasukan yang telah ditetapkannya sebelumnya.
Dalam surat ini Amirul Mukminin juga menulis untuk mereka beberapa instruksi tertentu. Di sini Sayid Radhi hanya mencatat bagian yang berisi instruksi-instruksi. Instruksi-instruksi ini tidak hanya berguna untuk mengetahui strategi pertempuran masa itu, tetapi manfaal dan pentingnya untuk mengetahui prinsip-prinsip pertempuran yang di masa kini pun tak tersangkal. Menurut instruksi ini, dalam pertarungan melawan musuh, pasukan harus berkemah dekat puncak-puncak bukit dan kelokan sungai, karena secara itu bagian rendah sungai akan berperan sebagai kubu dan puncak-puncak gunung akan menjadi tembok benteng, dan dengan demikian, akan menimbulkan rasa aman dari sisi-sisi itu ketika menghadapi musuh di sisi lain. Kedua, serangan harus dari satu sisi atau paling-paling dari dua sisi, karena dengan distribusi dari seluruh pasukan pada beberapa front pasti akan timbul kelemahan. Ketiga, para penjaga harus ditempatkan di tempat tinggi dan puncak-puncak bukit sehingga mereka dapat memberi peringatan sebelum adanya serangan. Kadang-kadang terjadi bahwa ketimbang menyerang dari sisi yang diperkirakan, musuh menyerang dari sisi lain. Apabila para penjaga ditempatkan di tempat-tempat ketinggian, mereka dapat mendeteksi musuh dari debu yang beterbangan yang nampak dari jauh. Untuk menjelaskan pentingnya aspek instruksi ini Ibn Abil Hadid (dalam Syarh Nahjul Balâghah, XV, h. 91) mencatat suatu insiden historis. Ketika Qahthabah ibn Syabib ath-Tha'i berkemah di sebuah desa setelah meninggalkan Khurasan, dia dan Khalid ibn Barmak pergi duduk di puncak suatu tanah tinggi di dekai situ. Tak lama kemudian Khalid melihat kelompok rusa berlarian dari hutan. Ketika melihat hal itu, ia berkata kepada Qahthabah, "Hai komandan, bangkit dan umumkan pada tentara supaya segera berbaris dan menyiapkan senjata." Mendengar ini Qahthabah kaget dan setelah melihat ke sana ke mari, ia berkata, "Saya tidak melihat musuh di mana pun." la menjawab, "Hai Amir, sekarang tak ada waktu luang untuk bercakap-cakap. Anda lihat rusa-rusa itu pada lari menuju ke arah tempat penduduk dan meninggalkan tempat tinggal mereka. Itu berarti bahwa tentara musuh sedang berjalan di belakangnya." Maka ia pun memerintahkan tentaranya untuk bersiap. Segera setelah tentaranya bersiap, bunyi derap kaki kuda kedengaran dan sejenak kemudian musuh pun menyerang. Karena sempat bersiap untuk pertahanan, mereka lawan musuh itu dengan sepenuh kekuatan. Sekiranya Khalid tidak di ketinggian dan tidak bertindak bijaksana, musuh akan berhasil menyerang secara mendadak dan memusnahkan mereka. Keempat, para pengintai harus disebarkan di sana sini supaya mereka memperingatkan gerakan-gerakan dan maksud musuh dan dengan begitu rencana musuh dapat dipatahkan. Kelima, bahwa bilamana sedang berkemah atau melakukan perjalanan, tentara harus bersama-sama agar musuh tidak menyerang pasukan yang dalam keadaan tercerai berai. Keenam, di malam hari penjaga malam harus dibentuk dengan menetapkan tombak di tanah sehingga apabila musuh menyerang di malam hari mereka dapat segera bersiap untuk bertahan dengan mengambit senjata dan apabila musuh menghujankan panah hal itu pun dapat ditangkis. Ketujuh, tidur nyenyak harus dielakkan agar Anda tetap waspada akan mendekatnya musuh yang mungkin akan membinasakan Anda sebelum Anda siap.
SURAT 12 Instruksi kepada Ma’qil ibn Qais ar-Riyahî Ketika la Diutus ke Suriah sebagai Kepala Kontingen Depan yang Berkekuatan Tiga Ribu Orang
Bertakwalah kepada Allah yang di hadapan-Nya kedatangan tak terelakkan, dan dengan yang selain-Nya tak ada pertemuan. Janganlah berperang kecuali terhadap orang-orang yang memerangi Anda. Berjalanlah dalam dua masa sejuk (yakni, pagi dan petang). Biarkan anak buah tidur tengah hari. Berjalanlah dengan mudah dan jangan berjalan pada awal malam, karena Allah menjadikannya untuk istirahat dan telah menetapkannya untuk menginap, dan tidak untuk melakukan perjalanan. Oleh karena itu, berikan istirahat kepada badan Anda di malam hari dan biarkan hewan pengangkut Anda juga beristirahat. Bilamana Anda yakin bahwa pagi telah muncul, dan ketika fajar telah bercahaya, mulailah peijalanan Anda dengan berkat Allah. Apabila dan bilamana Anda menghadapi musuh, berdirilah di tengah-tengah rekan Anda, jangan terlalu dekat kepada musuh seperti orang yang hendak memulai pertarungan, jangan pula tinggal terlalu jauh seperti orang takut bertindak, sampai Anda menerima penntah saya. Kebencian kepada mereka tak seharusnya mengantarkan Anda untuk bertarung sebelum mengajak mereka (kepada petunjuk) dan menghabiskan hujah Anda di hadapan mereka. •
SURAT 13 Kepada Dua Perwira Tentaranya
Saya telah menempatkan Malik ibn al-Harits al-Asytar [1] sebagai komandan atas Anda dan semua yang di bawah Anda. Oleh karena itu, ikutilah perintah-perintahnya dan ambillah dia sebagai zirah dan perisai bagi Anda sendiri, karena ia adalah salah seorang dari orang-orang yang darinya saya tidak mengkhawatirkan kelemahan dan lidak pula kesalahan dan tidak juga kemalasan di mana ketergesaan lebih sesuai. tidak pula tergesa bilamana kelambanan diharapkan darinya. •
[1] Ketika Amirul Mukminin mengirim kontingen pelopor yang berkekuatan 12.000 orang di bawah komando Ziyad ibn Nadhr dan Syuraih ibn Hani ke Suriah, dalam perjalanan dekat benteng ar-Rûm, mereka bertemu dengan Abul A'war as-Sulami ('Amr ibn Sulaiman) yang sedang berkemah di sana dengan suatu kontingen Suriah. Keduanya (Ziyad dan Syuraih) memberitahukan kepada Amirul Mukminin tentang hal ini melalui Harits ibn Jumhân al-Ju’fi. Untuk itu Amirul Mukminin mengirim Malik ibn Hârits al-Asytar sebagai komandan dan menulis surat ini untuk memberitahukan mereka. Kata-kata singkat tetapi padat di mana Amirul Mukminin telah menyebut Malik al-Asytar dalam surat ini memberikan indikasi atas kecerdasan, kebijakan, keberanian dan keperkasaan, pengalaman dan keulungan Malik dalam seni perang sena kebesaran pribadinya.
SURAT 14 Instruksi kepada Tentara Sebelum Pertarungan di Shiffin [1]
Janganlah memerangi mereka kecuali apabila mereka memulai peperangan, karena dengan rahmat Allah, Anda berada dalam kebenaran; dan membiarkan mereka hingga mereka memulai peperangan akan merupakan suatu keunggulan lain dari sisi Anda terhadap mereka. Apabila, atas kehendak Allah, musuh dikalahkan, maka janganlah membunuh orang yang melarikan diri, jangan menyerang orang yang tak berdaya, dan jangan menghabiskan orang-orang yang cedera, dan jangan menganggu para wanita, sekalipun mungkin mereka menyerang kehormatan Anda dengan kata-kata kotor dan mencerca para perwira Anda, karena mereka lemah dalam watak, pikiran dan kecerdasan. Kita telah diperintahkan untuk tidak berlaku buruk terhadap mereka, sekalipun mereka mungkin kafir. Bahkan di zaman jahiliah, apabila seorang lelaki menyerang seorang perempuan dengan batu atau tongkat, ia diaibkan bersama keturunannya sesudahnya. •
[1] Tanggung jawab atas peperangan dan pertempuran yang terjadi antara Amirul Mukminin dan Mu'awiah terletak semata-mata pada Mu'awiah, karena ia menimbulkan peperangan dengan meletakkan tuduhan palsu atas darah 'Utsman pada Amirul Mukminin, padahal fakta yang sesungguhnya tentang sebab-sebab pembunuhan 'Utsman dan siapa yang membunuhnya bukan tak diketahui Mu’awiah. Tetapi, karena tak ada jalan baginya untuk mencapai tujuannya kecuali dengan menciptakan kesempatan untuk berperang, ia memasuki peperangan untuk memperoleh kekuasaan, yang jelas agresif dan yang sama sekali di luar batas-batas halal, karena ia memberontak terhadap imam yang sah menurut ijmak kaum Muslim. Imam an-Nawawi (621-676 H./1233-1277 M.) berkata,
"Janganlah memerangi orang yang berwenang dalam urusan pemerintahan, dan tak boleh membangkitkan keberatan terhadap mereka kecuali apabila Anda melihat mereka melakukan hal-hal yang Anda ketahui jelas bertentangan dengan Islam. Apabila Anda melihat mereka berbuat demikian anggaplah itu buruk bagi mereka dan katakanlah yang sebenarnya di mana pun Anda berada, tetapi bangkit melawan mereka atau memerangi mereka dilarang oleh ijmak kaum Muslim." (Syarh Muslim oleh an-Nawawi. II, h. 125).
Muhammad ibn 'Abdul Karim Syahristani menulis,
"Barangsiapa bangkit melawan imam, menurut kesepakatan umat, dikenal sebagai khârijî, penyeleweng. Demikian pula halnya dengan bangkit di masa para sahabat, melawan imam atau bahkan sesudah mereka melawan orang-orang yang mengikuti para sahabat dalam kebajikan." (Kitab al-Milal wa an-Nihal, h. 53).
Tak diragukan bahwa Mu'awiah membuat kerusuhan dan pemberontakan. Amirul Mukminin yang mengangkat senjata untuk menghentikan pemberontakan tak dapat dianggap menentang perdamaian. Malah, itu adalah haknya yang alami sebagai pihak yang dilalimi; apabila hak ini direbut maka tak ada lagi jalan untuk mencegah penindasan dan tirani, atau melindungi hak-hak di dunia ini. Itulah sebabnya maka Allah mengizinkan mengangkat senjata melawan pemberontak. Allah berfirman,
"Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang, maka maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongam yang lain, maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah,- jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil, dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil." (QS. 49:9).
Itulah hujah pertama yang ditunjukkan Amirul Mukminin dengan mengatakan, "Dengan rahmat Allah, Anda berada dalam kebenaran. Tetapi, bahkan setelah mengajukan hujah ini, ia mencegah tentaranya mengambil inisiatif peperangan, karena ia tidak menginginkan inisiatif perang dari pihaknya dan bahwa ia hanya akan mengangkat pedang untuk bela diri. Segala usahanya untuk perdamaian ternyata gagal, dan musuh mengambil langkah peperangan; ini alasan kedua. Maka Amirul Mukminin tak dapat disalahkan atau dituduh melakukan tindakan ofensif. Malah wajib baginya menghentikan penindasan yang diizinkan Allah dengan kata-kata yangjelas. Allah memerintahkan,
"Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. " (QS. 2:190).
Di samping itu, memerangi Amirul Mukminin berarti memerangi Nabi (saw), karena Nabi telah bersabda, “Ali, peperanganmu adalah peperanganku." Karena itu hukuman yang harus ditimpakan kepada yang memerangi Amirul Mukininin sama dengan hukuman terhadap perbuatan memerangi Nabi. Bagi yang memerangi Nabi, Allah telah menetapkan hukuman berikut,
"Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di dunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar." (QS. 5:37).
Terlepas dari itu, instruksi Amirul Mukminin yang dikeluarkan sehubungan dengan peperangan, yakni bahwa orang yang melarikan diri atau yang terluka tak boleh dianiaya, Dari sisi pandang moral, ini dapat dianggap sebagai suatu standar yang tinggi dalam hukum Islam. Kemudian, instruksi-instruksi tidak hanya terbatas pada kata-kata saja tetapi Amirul Mukminin mengikutinya dengan cennat. la sama sekali tidak membenarkan pemburuan terhadap orang yang melarikan diri, menyerang orang yang tak berdaya atau mengganggu wanita. Di medan Pertempuran Jamal di mana komando pasukan musuh berada di tangan seorang wanita ('A'isyah) ia tidak mengubah prinsip itu. Setelah musuh kalah dan takluk, ia menunjukkan karakternya yang tinggi. la mengirim Ummul Mukminin itu ke Madinah dengan pengawalan. Sekiranya ia bukan Amirul Muknunin, maka ia akan menjatuhkan hukuman yang berat yang sesuai bagi perbuatan itu. Ibn Abil Hadîd menulis,
"Yang dilakukan Ummul Mukminin itu kepada Amirul Mukminin, apabila ia lakukan kepada (Khalifah) Umar, dan telah menyebarkan pemberontakan terhadapnya di kalangan rakyat, setelah beroleh kemenangan atasnya ia akan membunuh dan mencencangnya, tetapi Amirul Mukminin sangat sabar dan berhati besar."
26
Nahjul Balaghah
SURAT 15 Doa Amirul Mukminin Bilamana la Menghadapi Musuh
Ya Allah, Tuhanku! Hati sedang pada tertarik kepada-Mu, leher pada terentang (kepada-Mu), mata terpasang (pada-Mu), langkah-langkah sedang dalam gerak dan badan-badan telah menjadi kurus. Ya Allah, Tuhanku! Kebencian tersembunyi telah menjadi nyata dan bejana kedengkian sedang mendidih.
Ya Allah, Tuhanku! Kami mengadu kepada-Mu tentang ketidakhadiran Nabi. banyaknya jumlah musuh kami, dan terpecahnya nafsu kami.
Ya Allah Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan kebenaran, dan Engkaulah Pemberi Keputusan yang sebaik-baiknya. (QS. 7:89) •
SURAT 16 Instruksi yang Biasa la Berikan kepada para Pengikutnya di Saat Pertempuran
Mundur dengan niat untuk kembali nanti, dan mundur dengan maksud untuk menyerang nanti, tak seharusnya membuat Anda tak senang. Berbuat adillah dengan pedang (biarkan pedang Anda melakukan tugasnya). Siapkan suatu tempat bagi jatuhnya tubuh-tubuh (musuh Anda); persiapkan diri Anda untuk melemparkan tombak-tombak yang kuat dan pedang-pedang yang menyerang dengan penuh kekuatan, dan biarlah suara Anda tetap rendah karena hal itu menjauhkan sikap pengecut.
Demi Dia yang memecahkan benih hingga terbuka (untuk tumbuh) dan menciptakan segala yang hidup, mereka tidak mererima Islam tetapi mereka telah mengamankan keselamatan (dengan menyatakannya dengan kata-kata) dan telah menyembunyikan bencana mereka. Sebagai akibatnya, bilamana mereka mendapatkan para penolong bagi bencana mereka, mereka membukakannya. •
SURAT 17 Jawaban atas Surat Mu'awiah [1]
Mengenai tuntutanmu kepada saya untuk (menyerahkan) Syiria, saya tak dapat memberikan kepadamu sekarang apa yang saya tolak kemarin. Mengenai perkataanmu bahwa peperangan telah memakan Arabia kecuali nafasnya yang terakhir, hendaklah engkau ketahui bahwa orang yang telah dimakan kebenaran pergi ke surga, dan orang yang telah dimakan kebatilan pergi ke neraka. Mengenai persamaan kita dalam (seni) perang dan dalam (jumlah) orang, pastilah engkau tidak akan lebih menembus dalam keragu-raguan (kepercayaan) ketimbang saya dalam keyakinan, dan rakyat Syiria tidak lebih serakah untuk dunia ini ketimbang rakyat Iraq serakah akan akhirat.
Tentang perkataan Anda bahwa kita sama-sama putra 'Abdu Manaf, hal itu tak diragukan, tetapi Umayyah tak mungkin menjadi seperd Hasyim, tiada pula Harb seperti Abdul Muththalib, juga Abu Sufyan tidak akan seperti Abu Thalib. Orang Muhajir tak dapat menjadi tandingan bagi orang yang dibebaskan (ketika jatuhnya Makkah), tak mungkin satu keturunan murni menjadi setara dengan orang yang telah diangkat; tidaklah pengejar kebenaran menjadi setara dengan penganut kebatilan, tidaklah seorang mukmin setara dengan seorang munafik. Betapa buruknya para penerus yang terus mengikuti para pendahulunya yang telah jatuh ke dalam api neraka!
Di samping itu, kami pun mempunyai keutamaan nubuah di antara kami, yang karenanya kami menaklukkan yang kuat dan mengangkat (kaum) yang terpijak. Ketika Allah memasukkan Arabia ke agama-Nya dan rakyat menyerah kepadanya dengan sukarela dan terpaksa, Anda adalah di antara orang-orang yang memasuki agama ini karena serakah atau karena takut, pada saat orang-orang yang pertama-tama telah mendahului, dan Muhajirin yang pertama-tama telah mendapatkan keutamaan (khusus) mereka.
Nah, jangan biarkan iblis bersama dengan Anda, dan jangan biarkan ia berkuasa atas diri Anda. Wasalam. •
[1] Dalam Perang Shffin, Mu'awiah berpikir untuk sekali lagi menuntut propinsi Syiria dari Amirul Mukminin dan melakukan suatu tipuan sedemikian rupa agar rekayasanya berhasil. Sehubungan dengan ini ia bermusyawarah dengan 'Amr ibn al-'Ash. Tetapi 'Amr berbeda pendapat dengannya seraya berkata, "Hai, Mu’awiah, pikirkanlah sedikit apa akibat tulisan Anda ini bagi 'Ali. Bagaimana mungkin ia akan jatuh ke dalam perangkap rayuan Anda ini." Atasnya Mu'awiah berkata, "Kita semua keturunan 'Abdu Manaf. Apa beda antara 'Ali dan saya, maka ia boleh merendahkan saya sedang saya akan tak berhasil menipunya?" 'Amr berkata, "Apabila Anda berpikir demikian, maka tulislah dan lihatlah (hasilnya nanti)." Karena itu Mu'awiah menulis sepucuk surat kepada Amirul Mukminin di mana ia menuntut Syiria, dan juga menulis, "Kita keturunan 'Abdu Manaf. Tak ada keutamaan dari yang satu atas yang lainnya di antara kita." Lalu Amirul Mukminin menulis surat ini sebagai jawaban. Sambil menyebutkan nenek moyangnya bersama nenek moyang Mu’awiah ia menolak persamaannya. Walaupun asal keduanya sama dan rangkaian silsilahnya bergabung pada 'Abdu Manaf, tetapi keturunan 'Abdu Syams adalah sumber segala kemungkaran moral dan karakter dan terlibat dalam hojat dan dosa, sedang keluarga Hasyim adalah pengabdi kepada Tuhan Yang Esa dan menjauh dari pemujaan berhala. Apabila cabang-cabang yang tumbuh dah akar yang satu sama-sama mempunyai bunga maupun daun, maka keduanya tak dapat dianggap sama. Sebagai konsekuensinya tak perlu keterangan mendetail untuk menunjukkan bahwa Umayyah dan Hasyim, Harb dan 'Abdul Muththalib, Abu Sufyan dan Abu Thalib tidak sebanding dari segala sisi. Ini tidak ditolak oleh sejarawan dan penulis biografi mana pun. Nyatanya, setetah jawaban ini, Mu'awiah pun tak berani menolaknya, karena tak dapat disembunyikan bahwa setelah 'Abdu Manaf hanya Hasyim saja yang mempertahankpn prestise mencolok di kalangan kaum Quraisy, dan kedudukan yang terpenting sehubungan dengan Ka'bah, yakni Siqâyah (penyediaan pangan dan air bagi jamaah haji) dan Rifâdah (bantuan keuangan kepada jamaah haji) dipercayakan kepadanya. Karena itu kafilah Haji berdatangan dan tinggal bersamanya, dan ia memainkan peran sebagai tuan rumah yang demikian ramahnya sehingga orang-orang yang ikut mengambil bagian dari kedermawanannya dan kemurahan hatinya memujinya hingga waktu lama sesudahnya.
Putra yang berharga dari ayah yang sangat berhati besar dan pemberani ini adalah 'Abdul Muththalib yang nama aslinya adalah Syaibah dan dijuluki Sayyidul Bathhâ' (pemimpin Lembah Makkah). la pelanjut keutamaan garis Ibrahim dan pemilik kebesaran dan kepemimpinan Quraisy. Keberanian dan pandangan jauh yang ditunjukkannya di hadapan bangsa Arab merupakan bintang terang keluarga 'Abdu Manaf. 'Abdu Manaf adalah permata dan Abdul Muththalib adalah sinar pennata itu.
Abu Thalib, putra 'Abdul Muththalib, yang pangkuannya merupakan buaian bagi putra Abdullah yang piatu dan tempat latihan Nabi (saw), membesarkan Nabi (saw) dalam asuhannya, dan melindunginya terhadap musuh. Membandingkan Abu Sufyan, Harb dan Umayyah dengan mereka itu, atau memandangnya sebanding dengan mereka, samalah halnya dengan menutup mata terhadap sinar cahaya dan menganggapnya sebagai kegelapan.
Setelah meriwayatkan kembali silsilah itu, pokok keutamaan selanjutnya yang telah digambarkan Amirul Mukminin ialah bahwa ia seorang Muhajir sedang Mu’awiah adalah seorang Thâliq, yakni orang yang diselamatkan Nabi (saw) pada hari jatuhnya Makkah. Ketika Nabi (saw) memasuki Makkah dengan jaya, beliau menanyakan kepada orang Quraisy, menurut pikiran mereka apa yang akan dilakukan Nabi, semuanya mengatakan bahwa karena beliau seorang putra pemurah dan seorang ayah pemurah, maka mereka hanya mengharapkan kebaikan dari beliau, yang atasnya Nabi berkata, "Pergilah, Anda semua telah dibebaskan." Yakni, "Anda sebenarnya patut ditawan sebagai budak, tetapi sebagai tanda kemurahan hati, Anda dibebaskan. Di antara orang-orang yang dibebaskan ini termasuk Mu'awiah dan Abu Sufyan. Demikianlah, Ibn Abil Hadid dan Muhammad 'Abduh mencatat sebagai berikut dalam anotasinya di bawah "Abu Sufyan dan Mu'awiah termasuk di antara yang dibebaskan."
Pokok keutamaan ketiga ialah bahwa silsilah Amirul Mukminin bersih sepenuhnya, tak ada titik yang meragukan di dalamnya. Berlawanan dengan ini, ia menggunakan kata Lasîq bagi Mu'awiah. Para ahli sastra memberikan arti "Lasîq” sebagai "Orang yang mempunyai atribut berlainan dengan ayahnya". Dalam hubungan ini keraguan pertama tentang Umayyah ialah apakah ia putra 'Abdu Syams, ataukah hanya budaknya yang kemudian dikenal sebagai putranya karena dibesarkan olehnya. Maka 'Allamah Majlisi telah meriwayatkan dari Kamil Baha'i, bahwa,
"Umayyah adalah seorang Bizantium yang menjadi budak 'Abdu Syams. Ketika ia mendapatkannya sebagai anak cerdas, ia membebaskannya lalu mengangkatnya sebagai putranya sendiri, dan karenanya ia mulai dipanggil sebagai Umayyah ibn 'Abdu Syams, sebagaimana Zaid dipanggil sebagai Zaid ibn Muhammad sebelum turunnya ayat yang melarangnya." (Bihâr al-Anwâr, VIII, h. 383).
Keraguan kedua tentang silsilah Umayyah ialah apakah Harb yang dikenal sebagai putra Umayyah memang sesungguhnya putranya, ataukah budak yang dibesarkannya. Dalam hubungan ini Ibn Abil Hadid mengutip dari al-Aghânî oleh Abul Faraj Isfahant bahwa,
"Mu'awiah menanyakan pada ahli silsilah Daghfal (ibn Hanzhalah) apakah ia telah melihat 'Abdul Muththalib, dan ia mengiakannya. la menanyakannya lagi tentang bagaimana ia mendapatkannya, dan Daghfal menjawab, "la terhormat, gagah dan berdahi terbuka, sedang wajahnya mengandung kecerahan kenabian." Lalu ia bertanya apakah ia telah melihat Umayyah ibn 'Adi Syams pula, dan dijawab bahwa ia pun telah melihatnya. "Bertubuh lemah, bungkuk, dan buta matanya. Di depannya ada budaknya Dzakhwan yang menuntun-(nya) kesana kemari." Mu'awiah mengatakan bahwa itu adalah putranya, Abu 'Amr (Harb), yang atasnya ia (Daghfal) berkata, "Anda berkata demikian, tetapi orang Quraisy hanya mengetahui bahwa ia budaknya." (al-AGhânî, I, h. 12; Syarh Nahjul Balâghah, XVII, h. 231-232)
Sehubungan dengan ini, keraguan ketiga adalah tentang Mu'awiah sendiri. Maka Ibn Abil Hadid menulis bahwa,
"Ibu Mu'awiah, Hindun, menjalani kehidupan kotor dan asusila. Zamakhsyari (Abul Qasim Mahmud ibn Umar (467-538 H./1075-H44 M.) menulis dalam bukunya, Rabi'ul Abrar bahwa Mu'awiah diatributkan kepada empat lelaki Musafir ibn 'Amr, 'Umârah ibn Walid ibn Mughirah, 'Abbas ibn 'Abdul Muththalib dan ash-Shabbah (penyanyi Umârah)." (Syarh Nahjul Balâghah, I, h. 336)
Pokok keutamaan keempat yang telah dinyatakan Amirul Mukminin adalah bahwa ia sendiri adalah pengabdi kebenaran, sedang Mu'awiah pengabdi kebatilan, dan kenyataan ini tak perlu dibuktikan lagi. Seluruh kehidupan Mu'awiah dijalani untuk menindas kebenaran dan mengumbar kebatilan. Tidak ada langkahnya yang menuju kebenaran.
Keutamaan kelima yang telah disebutkan Amirul Mukminin, bahwa ia sendiri beriman sedang Mu'awiah adalah pembuat bencana dan munafik. Sebagaimana tak ada kcraguan tentang keimanan Amirul Mukminin, demikian pula tak ada keraguan tentang Mu’awiah sebagai pembuat bencana dan munafik. Amirut Mukminin telah membukakan kemunafikannya dalam tulisan sebelumnya dalam kata-kata,
"Orang-orang ini tidak menerima Islam, tetapi mereka beroleh keamanan dengan secara kata-kata mengaku memeluk Islam dan telah menyembunyikan kekafirannya. Akibatnya, keuka mereka mendapatkan penolong melawan Islam maka mereka membukanya."
SURAT 18 Kepada 'Abdullah ibn 'Abbas, Gubernurnya di Bashrah
Hendaklah Anda ketahui bahwa Bashrah adalah tempat di mana iblis turuti dan bencana terjadi. Jagalah agar penduduk di tempat ini senang, dengan perlakuan yang baik, dan singkirkan buhul ketakutan dari hati mereka.
Saya mendapat kabar tentang kekerasan Anda terhadap Bani Tamim [1] serta kekasaran Anda kepada mereka. Bani Tamim adalah orang-orang yang apabila satu bintang terbenam, yang satu lainnya bangkit bagi mereka. Mereka tak pernah dilewati dalam (seni) perang, di masa jahiliah atau setelah Islam. Mereka mempunyai suatu kekerabatan khusus dengan kamu dan suatu hubungan yang khusus. Kita akan diberi ganjaran apabila kita memperhatikan kekerabatan itu, dan dianggap dosa apabila kita mengabaikannya. Wahai, Ibn Abbas, semoga Allah menaruh belas kasihan kepada Anda, jagalah agar selalu terkendali dalam apa saja yang Anda katakan atau Anda lakukan, baik atau buruk, mengenai rakyat Anda, karena kita berdua adalah mitra dalam (tanggung jawab) im. Buktikan diri Anda sesuai kesan-kesan baik saya tentang Anda, dan jangan buktikaa bahwa pandangan saya (tentang diri Anda itu) salah. Wasalam. •
[1] Ketika Thalhah dan Zubair sampai ke Bashrah, Bani Tamimlah yang mengambil peran aktif dalam gerakan hendak membalaskan dendam atas darah 'Utsman, dan berada di garis paling depan dalam mengipas-ngipas bencana ini. Karena itu, ketika 'Abdullah ibn 'Abbas mengambil alih Jabatan Gubemur Bashrah, maka mengingat pelanggaran amanatnya dan permusuhannya, ia menganggap mereka patut beroleh perlakuan kasar dan keras, sampai ke ukuran tertentu. Tetapi dalam suku ini ada pula beberapa orang pengikut setia Amirul Mukminin. Ketika mereka melihat perilaku 'Abdullah ibn 'Abbas ini terhadap sukunya, mereka mengirim sepucuk surat kepada Amirul Mukminin melalui Jariah ibn Qadamah di mana mereka mengeluhkan perlakuan Ibn 'Abbas yang kasar. Atasnya Amirul Mukminin menulis surat ini, yang menginstruksikannya untuk mengubah caranya dan supaya berlaku baik pada mereka, dan meminta perhatiannya pada hubungan kekerabatan yang ada antara Bani Hasyim dan Bani Tamim. Kekerabatan itu ialah Bani Hasyim dan Bani Tamim bertemu silsilah pada Ilyas ibn Mudhar karena Hasyim adalah keturunan Mudrikah ibn Ilyas sedang Tairum adalah keturunan Tabikhah ibn Hyas.
SURAT 19 Kepada Seorang Perwiranya
Nah, para penanam [1] dari kota Anda telah mengeluh tentang ketegasan Anda, kekerasan hati, perlakuan menghina dan kekasaran Anda. Saya memikirkannya dan mendapatkan bahwa, karena mereka kafir, mereka tak dapat dibawa dekat dan tak dapat pula dijauhkan atau diperlakukan dengan keras, karena perjanjian dengan mereka. Berlakulah terhadap mereka di antara bekerasan dan kelembutan dan tumpukiah untuk mereka suatu per-campuran, atau kejauhan dan keterpencilan dengan kehampiran dan kedekatan, apabila Allah menghendakinya. •
[1] Mereka ini orang Yahudi. Itulah sebabnya maka perlakuan pejabat Amirul Mukminin terhadap mereka tidak sama dengan perlakuan terhadap kaum Muslim. Muak dengan ini, mereka menulis surat pengaduan kepada Amirul Mukminin dan berbicara tentang kekasaran pejabat itu. Sebagai jawaban, Amirul Mukminin menulis kepada pejabatnya bahwa ia harus memperlakukan mereka di mana tidak boleh ada kekasaran, ataupun kehalusan yang dapat mereka manfaatkan untuk menciptakan bencana, karena apabila mereka dibiarkan maka mereka akan terlibat dalam rekayasa melawan pemenntah dan mengganggu pemerintahan negara dengan menimbulkan satu dan lain bencana; sedangkan kebijakan yang sepenuhnya represif tak dapat dibenarkan, karena mereka tennasuk rakyat yang mempunyai hak-hak yang tak boleh diabaikan.
SURAT 20 Kepada Ziyad ibn Abîh, ketika Abdullah ibn Abbas adalah Gubernur Basbrah, pinggiran Ahwaz, Fars dan Kirman, sementara Ziyad adalah Deputinya di Bashrah
Saya dengan sebenarnya bersumpah kepada Allah bahwa apabila saya mengetahui bahwa Anda telah menyalahgunakan dana kaum Muslim, kecil atau besar, saya akan menjatuhkan hukuman kepada Anda sehingga akan meninggalkan Anda dengan tangan kosong, punggung berat dan terhina. Wasalam. •
SURAT 21 Juga kepada Ziyâd
Lepaskanlah kelebih-lebihan dan jadilah sederhana. Setiap hari ingatlah akan hari rnendatang. Tahanlah dari dana apa yang Anda perlukan, dan kirimkanlah ke depan sisanya untuk hari keperluan Anda.
Apakah Anda mengharapkan bahwa Allah akan memberi Anda ganjaran orang sederhana sementara Anda sendiri tetap sia-sia dalam pandangan-Nya? Dan apakah Anda menghasratkan bahwa la akan memberikan kepada Anda ganjaran orang-orang yang berlaku dermawan sementara Anda menikmati kesenangan dan menolak (kesenangan) itu bagi orang lemah dan para janda? Sesungguhnya seseorang diganjar sesuai dengan apa yang dilakukannya, dan menemui apa yang telah dikirimnnya ke depan. Wasalam. •
SURAT 22 Kepada 'Abdullah ibn Abbas. AbduDah ibn 'Abbas biasa mengatakan, “Kecuali dari ucapan Nabi, saya tak mendapat manfaat yang lebih besar dari suatu perkataan selain dari yang satu ini."
Hendaklah Anda ketahui bahwa kadang-kadang orang senang karena mendapatkan suatu barang yang sebenarnya memang pasti akan didapatkannya, dan merasa tak senang karena tak mendapatkan yang memang sama sekali tidak akan ia dapatkan. Yang menyenangkan Anda hendaklah tentang apa yang Anda peroleh sekaitan dengan kehidupan Anda di akhirat, dan kesedihan Anda hendaklah untuk apa yang tidak Anda dapatkan sekaitan dengan itu. Janganlah amat senang dengan apa yang Anda dapatkan di dunia ini, jangan pula amat sedih atas apa yang tidak Anda dapatkan darinya. Kecemasan Anda hendaklah tentang apa yang akan datang setelah mati. •
SURAT 23 Dibuat tak lama sebelum wafatnya ketika ia telah terluka parah oleh serangan pedang ('Abdur-Rahman) ibn Muljam (semoga Allah mengutuknya)
Saya menyerukan Anda sebagai kehendak saya menjelang mati, agar Anda tidak memandang apa pun sebagai mitra Allah, tidak mengabaikan sunah Muhammad (saw); mapankan kedua tiang ini dan nyalakan dua lampu ini. Maka Anda akan terbebas dari kejahatan. Kemarin saya adalah teman Anda dan sekarang saya (hanya merupakan) sebuah pelajaran bagi Anda, sedangkan besok saya akan meninggalkan Anda. Apabila saya panjang umur, saya akan menjadi majikan darah saya (untuk membalas dendam atau tidak), dan apabila saya mati, maka kematian adalah suatu peristiwa yang telah dijanjikan. Apabila saya memaafkan, itu bagi saya adalah suatu sarana kedekatan (kepada Allah), dan bagi Anda suatu perbuatan yang baik. Oleh karena itu, maafkanlah. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? (QS. 24:22)
Demi Allah, kematian mendadak ini bukanlah suatu penstiwa yang tidak saya sukai, bukan pula itu suatu kejadian yang saya benci. Saya hanyalah sebagai musafir di malam hari yang sampai ke mata air (di pagi hari), atau sebagai pencari yang mendapatkan (tujuannya), Dan apa saja yang di sisi Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang berbakti. (QS. 3:198)
Sayid Radhi berkata: Sebagian dari ucapan ini telah muncul dalam khotbah-khotbah, tetapi terasa perlu untuk mencatatnya lagi karena suatu tambahannya. •
SURAT 24 Wasiat Amirul Mukminin (as) tentang bagaimana hartanya harus diurusi. la menulisnya ketika kembali dari Shiffin
Inilah apa yang telah ditetapkan 'Ali ibn Abi Thalib, hamba Allah, tentang hartanya, dalam mencari keridhaan Allah, semoga la memberikan kepadanya jalan masuk ke surga dan memberikan kepadanya kedamaian.
Sebagian dari Surat yang Sama
(Milik saya) itu akan diurusi oleh Hasan ibn 'Ali. la akan mengambil darinya suatu bagian yang sesuai untuk rezekinya dan membelanjakannya sebagai sedekah. Apabila sesuatu terjadi pada Hasan, dan Husain panjang umur, ia akan mengurusnya setelah Hasan, dan mengurusinya secara yang sesuai dengan itu. Dalam kebun sedekah itu kedua putra Fathimah mempunyai hak-hak yang sama sebagaimana semua putra 'Ali (lainnya). Saya telah meletakkan (tugas-tugas) pengurusan pada kedua putra Fathimah untuk mencari keridhaan Allah dan kedekatan kepada Rasulullah (saw) dengan perhatian yang sewajamya bagi kehormatan beliau dan pertimbangan akan kekerabatannya.
Adalah wajib bagi orang yang mengurusinya untuk menahan kebun itu sebagaimana adanya, dan membelanjakan pendapatannya sebagaimana ia telah diperintahkan. la tak boleh menjual tanaman muda dalam perkebunan dusun-dusun ini hingga tanah-tanah itu berubah wajahnya dengan mengubahnya menjadi tanaman. Bagi para budak perempuan saya yang berada di bawah (tanggungan) saya, apabila seseorang dari mereka mempunyai anak atau hamil, ia akan diberi (bagian) demi anak itu dan akan merupakan bagian dari sahamnya. Apabila anak itu mati sedang ia (budak perempuan) panjang umur, maka ia bebas; perbudakan disingkirkan darinya dan kemerdekaan diberikan kepadanya. [1]
Sayid Radhî berkata: Dalam wasiat inl ungkapan Amirul Mukminin (as) "alla yabi'a min nakhliha wadiyyatan", kata wadiyyah berarti bibit pohon kurma; bentuk jamaknya ialah wadi. Dan kata-katanya "Hatta tusykila ardhuha ghirâsan"'adalah salah satu bentuk ungkapan yang paling fasih, yang berarti bahwa bilamana sejumlah pohon kurma tumbuh di tanah, maka orang yang telah melihatnya sebelum tumbuhnya akan memandangnya sebagai tanah yang lain. •
[1] Kehidupan Amirul Mukminin (as) adalah seperti kehidupan seorang pekerja atau petani. la bekerja di kebun orang lain, menanami lahan-lahan yang tak diolah orang, menyediakan sarana pengairan, membuatnya dapat dipertanikan dan menanam buah-buahan di dalamnya. Karena ia yang mengolahnya, maka tanah-tanah ini menjadi miliknya; tetapi dengan menyalakannya sebagai wakaf, ia melepaskan hak kepemilikannya; tetapi, dengan mempertimbangkan keluarga Nabi, ia menyerahkan hak pengumsan amanat itu kepada Imam Hasan dan Imam Husain satu demi satu. Namun ia tidak mentolerir hak-hak tambahan apa pun lainnya bagi mereka; ia hanya memberikan kepada mereka hak untuk mengambil rezekinya sebagai anak-anak lain, sedang sisanya diperintahkannya untuk dinafkahkan bagi kebaikan umum kaum Muslim dan untuk sedekah. Maka, Ibn Abil Hadid menulis,
"Setiap orang tahu bahwa di Madinah, Yanba’ dan Suwaiqah, Amirul Mukminin (as) telah menggali beberapa sumur dan menjadikan pertanian banyak lahan kering yang sebelumnya tak dapat dipertanikan. Setelah itu ia melepaskan haknya atas tanah-tanah itu dan menyatakannya sebagai wakaf bagi kaum Muslim. Ketika ia meninggal dunia, tak ada yang tertinggal padanya."
SURAT 25 Amirul Mukminin as biasa menulis kepada barangsiapa yang ia tunjuk untuk mengumpul zakat dan sedekah. Syarif Radhî mengatakan, "Kami telah mencatat beberapa bagian darinya di sini untuk menunjukkan bahwa ia selalu menegakkan tiang-tiang kebenaran dan mendirikan contoh-contoh keadilan dalam segala urusan, kecil atau besar, enteng atau berat"
Majulah terus dengan takwa kepada Allah Yang Esa dan tiada bermitra. Janganlah menakut-nakuti seorang Muslim. Janganlah melewati tanahnya sedemikian rupa sehingga membuatnya merasa tak senang. Jangan mengambil dari dia lebih dari bagian Allah dalam miliknya. Bilamana Anda pergi ke suatu suku, Anda harus turun pada tempat pengairan mereka ketimbang memasuki rumah-rumah mereka. Kemudian datangilah mereka dengan damai dan terhormat sampai Anda berdiri di antara mereka. Lalu beri hormatlah kepada mereka, dan janganlah lalai dalam menghormatri mereka; kemudian katakan kepada mereka, "Wahai hamba-hamba Allah, wali Allah dan khalifah-Nya telah mengutus saya kepada Anda untuk mengumpulkan dari Anda bagian Allah dalam harta Anda. Apakah ada sesuatu dari bagian-Nya pada harta Anda? Apabila demikian, berikanlah itu kepada khalifah-Nya."
Apabila ada di antara mereka mengatakan, 'Tidak," maka jangan mengulangi permintaan itu. Apabila seseorang berkata kepada Anda dengan mengiakan, maka pergilah dengan dia tanpa menakutkannya, mengancamnya, menekannya atau menindasnya. Ambil apa yang ia berikan kepada Anda berupa (mata uang) emas atau perak. Apabila ia mempunyai ternak atau unta, janganlah memasukinya tanpa izinnya, karena sebagian besarnya 5 adalah miliknya. Karena itu, apabila Anda sampai kesana, janganlah Anda memasukinya sebagai orang yang berkuasa penuh atasnya atau secara kekerasan. Janganlah menakutkan hewan, jangan mengejek siapa pun, dan jangan membiarkan pemiliknya merasa sedih tentang sesuatu.
Bagilah harta itu dalam dua bagian dan biarlah si pemilik memilih satu. Bilamana ia telah memilih, janganlah menaruh keberatan atasnya. Lalu bagilah yang sisanya menjadi dua bagian dan biarlah ia memilih satu; dan bilamana ia telah memilih, janganlah mengajukan suatu keberatan. Teruskan seperti ini hingga yang tertinggal hanya bagian yang cukup untuk memenuhi hak Allah. Maka ambillah hak Allah itu darinya. Apabila ia membantah tindakan Anda, perkenankan pandangannya, kemudian campurlah dua bagian (yang terpisah) itu dan ulangi apa yang telah Anda lakukan sebelumnya, sampai Anda mengambil hak Allah dari hartanya. Jangan mengambil hewan yang tua, jompo, patah kaki, sakit atau tak sehat. Jangan mempercayakan (untuk menjaga) hewan-hewan itu selain kepada orang yang Anda percayai untuk mengurusi harta kaum Muslim hingga ia menyerahknnya kepada para ketua mereka yang akan membagi-bagikannya. Jangan mempercayakan itu kepada siapa pun kecuali orang yang bermaksud baik, takwa kepada Allah, amanat dan waspada, dan yang tidak kasar atas harta kaum Muslim, dan jangan pula Anda terlalu banyak melarikannya, jangan melelahkannya dan jangan mempekerjakannya. Kemudian klrimkanlah kepada kami semua yang telah Anda kumpulkan, dan kami akan mengurusinya sebagaimana diperintahkan Allah.
Bilamana orang kepercayaan Anda mengambil alih (hewan), katakan kepadanya bahwa ia tak boleh memisahkan unta betina dari anaknya dan tak boleh memerah seluruh susunya, karena hal itu akan mempengaruhi anaknya, dan bahwa ia tak boleh memaksa dalam menunggangnya. Dalam hal ini ia harus berlaku adil antara dia dan semua kawanannya. la harus memberikan kesempatan istirahat kepada unta-unta (yang lelah) dan giringlah dengan tenang hewan-hewan yang kuku-kukunya telah tergosok tipis (karena berjalan). Bilamana Anda melewati mata air, tinggalkan unta-unta di sana untuk minum dan jangan bawa mereka menjauh dari tanah bertumbuhan ke jalan-jalan gersang. la harus memberikan kesempatan istirahat kepada mereka sekali-sekali, dan memberikan kepada mereka waktu dekat air dan rumput. Secara ini, bilamana mereka sampai kepada kami dengan izin Allah, mereka akan gemuk dengan banyak sumsum, dan tak akan lesu atau pedih. Maka kami akan membagi-bagikan mereka menurut (perintah) Kitab Allah dan sunah Nabi-Nya (saw). Sesungguhnya ini akan menjadi sumber pahala yang besar bagi Anda dan suatu sarana untuk mengamankan petunjuk, bila Allah menghendaki. •
SURAT 26 Diberikan kepada salah seorang pejabatnya yang ia kirim untuk mengumpulkan zakat dan sedekah
la (Allah) memerintahkannya untuk takwa kepada Allah dalam urusannya yang rahasia dan tindakannya yang tersembunyi, di mana tak ada saksi kecuali Dia dan tak ada yang mengawasi kecuali Dia. la juga memerintahkannya supaya segala sesuatu yang dilakukannya dalam ketaatan kepada Allah secara terbuka harus tak berbeda dengan apa yang dilakukannya secara rahasia. Orang yang kedudukan tersembunyinya tidak berbeda dengan kedudukannya yang terbuka, dan yarig tidakannya tidak berbeda dengan kata-katanya, telah melaksanakan kewajibannya, dan ibadahnya adalah mumi.
la juga memerintahkannya bahwa ia tak boleh mengusik mereka, tidak boleh kasar kepada mereka, dan tidak boleh berpaling dari mereka, karena mereka adalah saudara dalam iman dan menolong dalam pemulihan pajak.
Sesungguhnya Anda mempunyai suatu bagian tertentu dan suatu hak yang diketahui, dalam pajak ini, dan ada bagian orang lain yang miskin, lemah dan kelaparan. Kami akan memenuhi hak-hak Anda. Maka, Anda harus memenuhi hak-hak mereka. Apabila Anda tidak berbuat demikian, maka Anda akan mempunyai jumlah musuh yang paling besar pada Hari Pengadilan. Betapa celakanya orang yang musuh-musuhnya dalam pandangan Allah adalah orang-orang yang membutuhkan, para pengemis, orang-orang yang terlantar, orang-orang yang berhutang dan para musfir (yang tak beruang). Orang yang memperlakukan amanat dengan enteng dan berlaku khianat dan tidak menjaga dirinya dan imannya agar tidak temoda olehnya, tentulah telah menjamin kehinaan di dunia iiu, dan penghinaan dan aibnya di akhirat akan lebih besar. Sungguh, pengkhianatan yang terbesar ialah pengkhianatan terhadap umat, dan penipuan yang paling buruk ialah penipuan kepada para pemimpin Muslim. Wasalam. •
SURAT 27 Diberikan kepada Muhammad ibn Abu Bakar (ra) ketika Amirul Mukminin as mengangkatnya sebagai Gubernur Mesir
Bersikap merendahlah terhadap rakyat, tetaplah luwes, temuilah mereka dengan hati lapang, berikan kepada mereka perlakuan yang sama, agar yang besar tidak akan mengharapkan ketidakadilan dari Anda bagi keuntungan mereka, dan yang kecil tidak kehilangan harapan akan keadilan Anda kepada mereka. Allah Yang Mahamulia tentulah akan menanyai Anda, wahai para hamba-Nya, tentang tindakan-tindakan Anda, kecil atau besar, terbuka atau tersembunyi. Apabila la menghukum Anda, adalah itu karena Anda telah berlaku lalim, dan apabila la mengampuni, maka hal itu adalah karena la Maha Pemurah.
Ketahuilah, wahai para hamba Allah, bahwa orang-orang yang takwa kepada Allah telah ikut serta dalam kegembiraan dunia yang fana ini maupun dunia akhirat, karena mereka ikut serta dengan manusia dunia dalam urusan duniawi mereka sementara manusia dunia tidak menyertai mereka dalam urusan akhirat. Mereka hidup di dunia ini dalam cara hidup yang terbaik dan memakan makanan yang paling terpilih dan karenanya mereka menikmati di sini segala yang dinikmati orang yang hidup enak, dan mengambil darinya apa yang didapat oleh orang sombong dan sia-sia. Kemudian mereka berpisah darinya setelah mengambil cukup bekal untuk membawa mereka ke ujung perjalanannya dan setelah melakukan transaksi yang menguntungkan. Mereka merasakan nikmatnya menolak dunia di dunia ini, dan mereka percaya dengan kukuh bahwa pada hari yang akan datang dalam kehidupannya yang berikut mereka akan menjadi tetangga Allah, di mana urusan mereka tidak akan ditolak dan bagian kesenangan mereka tidak kecil.
Oleh karena itu, wahai para hamba Allah, takutlah akan kematian yang akrab dengan setiap orang, dan siapkanlah segala yang diperlukan untuk itu. (Maut) itu akan datang sebagai suatu peristiwa besar dari urusan agung, entah sebagai suatu kebaikan di mana tidak akan ada suatu kejahatan, atau suatu kejahatan di mana tak akan ada suatu kebaikan. Siapakah yang lebih dekat ke surga daripada orang yang beramal ke arahnya, dan siapakah yang lebih dekat ke neraka daripada orang yang berbuat untuk itu? Anda sedang dikejar oleh kematian. Apabila Anda berhenti, ia akan menangkap Anda, dan apabila Anda melarikan diri darinya, ia akan mencengkeram Anda. la lebih melekat pada Anda dari bayang-bayang Anda. Kematian terikat kepada gombak Anda sementara dunia sedang digulung dari belakang Anda. Oleh karena itu, takutlah kepada api yang rongganya dalam, yang nyalanya keras dan yang hukumannya asing. Itu tempat yang di dalamnya tak ada belas kasihan. Tak ada panggilan yang didengar di dalamnya. Tak ada sakit yang disembuhkan di dalamnya. Apabila mungkin bagi Anda untuk me-naruh rasa takut yang keras kepada Allah dan meletakkan harapan kepada-Nya, maka lakukanlah keduanya, karena setiap orang dapat menaruh harapan pada Tuhannya hingga sejauh takwanya kepada-Nya. Sesungguhnya orang yang paling berpengharapan pada Allah ialah orang yang paling takwa kepada-Nya.
Wahai Muhammad ibn Abu Bakar, ketahuilah bahwa saya telah memberikan kepada Anda kewajiban atas Mesir yang merupakan kekuatan saya yang terbesar. Maka Anda berkewajiban untuk melawan hawa nafsu Anda dan beriaku sebagai perisai terhadap agama Anda, sekalipun Anda hanya hidup sesaat di dunia; dan janganlah memberangkan Allah untuk menyenangkan orang lain, karena la mungkin mengambil tempat orang-orang, tetapi yang lain-lain tak dapat mengambil tempat Allah. Dirikanlah salat pada waktu-waktu tertentu. Janganlah mendirikannya lebih awal demi kesenggangan, jangan pula menangguhkannya karena kesibukan. Ingatlah bahwa setiap amal Anda tergantung pada salat Anda.
Sebagian dari (Surat) yang Sama
Pemimpin petunjuk dan penumpin kehancuran tak mungkin sama, tak sama pula sahabat Nabi dan musuh Nabi. RasGlullah (saw) telah mengatakan kepada saya bahwa: "Sehubungan dengan umatku, aku tidak mengkhawatirkan dari orang mukmin, dan tidak pula dari orang musyrik. Mengenai orang-orang mukmin, Allah akan memberikan perlindungan karena keimanannya, dan bagi orang musyrik Allah akan menghinanya karena syiriknya.Tetapi aku khawatirkan setiap orang dari Anda yang munafik dalam hatinya dan terpelajar dalam bicara. la berbicara apa yang Anda anggap baik tetapi melakukan apa tidak Anda sukai." •
SURAT 28 Sebagai jawaban kepada Mu'awiah. Ini salah satu suratnya yang paling elegan
Amma ba'du, suratmu [1] telah sampai kepada saya, di mana engkau mengingatkan bahwa Allah memilih Muhammad (saw) untuk agama-Nya dan menolong beliau melalui para sahabat yang menolong beliau. Hal-hal yang aneh tentangmu telah tersembunyi dari kami, karena engkau telah mulai mengatakan kepada kami tentang ujian Allah Yang Mahatinggi serta nikmat-Nya kepada kami melalui Nabi kita. Dalam hal ini, engkau seperti orang yang membawa kurma ke Hajar, atau yang menentang gurunya sendiri untuk berperang tanding dalam panahan.
Engkau mengira bahwa si Polan dan si Anu adalah orang-orang yang paling utama dalam Islam. Engkau telah mengatakan hal yang, sekiranya benar, engkau tidak memiliki kaitan dengan hal itu, tetapi apabila tidak demikian, maka cacatnya tak akan mempengaruhimu. Dan apakah hubunganmu dengan pertanyaan tentang siapa yang lebih baik dan siapa yang lebih buruk, siapa yang pemimpin dan siapa yang dipimpin? Apakah hubungan orang yang dibebaskan dan anak-anak lelaki mereka, dengan membedakan antara Muhajirin pertama dan menentukan kedudukan mereka atau membataskan pangkat mereka? Betapa sayangnya! Bunyi panah dihasilkan oleh bukan panah yang sesungguhnya, dan orang yang terhadapnya keputusan harus dijatuhkan sedang duduk mengadili. Hai, manusia, mengapa tidak engkau lihat kepincanganmu sendiri dan tetap dalam batas-batas itu, dan mengapa tidak kau sadari kekurangan ukuranmu lalu tinggal di belakang di mana nasib telah menempatkanmu? Engkau tak memiliki urusan dengan kekalahan orang yang dikalahkan atau kemenangan si pemenang.
Engkau sedang mengembara dalam kebingungan dan tersesat dari jalan yang benar. Tidakkah engkau menyadarinya? Saya tidak akan memberikan kepadamu suatu kabar: saya hanya mengingatkan karunia Allah, yakni bahwa sejumlah orang dari kalangan Muhajirin dan Anshar gugur sebagai syuhada' di jalan Allah Yang Mahatinggi, dan bahwa setiap orang dari mereka adalah utama (dalam hal itu); tetapi, ketika salah satu dari kami mendapatkan kematian syahid ia dinamakan penghulu para syuhada', dan Rasulullah (saw) memberikan kepadanya kehormatan khusus dengan mengucapkan tujuh puluh takbir dalam salat jenazahnya. Tidakkah engkau ketahui bahwa sejumlah orang kehilangan tangan mereka di jalan Allah, dan masing-masingnya adalah utama (dalam hal itu), tetapi ketika hal yang sama terjadi pada kami, ia diberi nama "yang terbang-terbang di surga"; dan "yang bersayap dua". Sekiranya Allah tidak melarang memuji diri, penulis akan menyebutkan banyak keutamaan yang sangat diketahui kaum mukmin dan yang telinga para pendengar tak ingin melupakannya.
Lebih baik tinggalkan mereka yang panahnya tak mengenai sasaran. Kami adalah penerima keutamaan langsung dari Tuhan kami, sementara orang-orang lain menerima karunia dari kami setelah itu. Walaupun kehormatan kami telah mapan sejak lama, dan keunggulan kami atas kaum Anda, kami tidak menjauh dari bercampur dengan kaummu dan mengawini serta dikawini (di antara kaummu) sebagai sesama, sekalipun engkau tidak sedemikian itu. Dan bagaimana engkau akan seperti itu bilamana di antara kami adalah Nabi, sementara di antaramu ialah penentangnya, di antara kami adalah Singa Allah, sementara di antara Anda adalah singa dari kelompok-kelompok yang menentang; di antara kami kedua penghulu pemuda surga, [2] sedang di antaramu adalah anak-anak neraka; di antara kami adalah yang terpilih dari seluruh perempuan sedunia, [3] sedang di antaramu adalah pemikul kayu bakar, dan lebih banyak lagi keutamaan di pihak kami dan kekurangan di pihakmu.
Islam kami terkenal dan (kebesaran kami dalam) masa pra-Islam pun tak tersangkal. Segala yang tertinggal telah disebutkan dalam kata-kata Allah Yang Mahasuci, Mahatinggi,
"... Dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak di dalam Kitab Allah...." (QS. 33:6)
la Yang Mahatinggi juga mengatakan,
"Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi (Muhammad) ini serta orang-orang yang beriman, dan Allah adalah pelindung semua orang yang beriman." (QS. 3:68)
Maka, kami lebih unggul, pertama karena kekerabatan, dan kedua karena ketaatan. Ketika di Saqifah (Bani Sa'idah) Muhajirin mengajukan pokok kekerabatan dengan Rasulullah (saw) terhadap kaum Anshar, mereka menang atasnya. Apabila keberhasilan itu didasarkan pada kekerabatan, maka hak itu lebih merupakan hak kami ketimbang dirimu. Bila tidak demikian, maka pokok pendirian kaum Anshar berlaku.
Engkau berpikir bahwa saya cemburu akan setiap khalifah dan telah memberontak terhadap mereka. Sekalipun misalnya ini benar, itu bukan suatu pelanggaran terhadapmu dan oleh karena itu tak ada keterangan yang patut untukmu. "Ini urusan yang tak ada kesalahannya terhadapmu."
Engkau mengatakan bahwa saya telah diseret seperti seekor unta tercocok hidung untuk membaiat (kepada Abu Bakar di Saqifah). Demi Allah, engkau bermaksud mencerca saya, tetapi (malah) telah memuji saya; dan untuk menghina saya, tetapi engkau sendiri yang telah terhina. Apakah arti penghinaan bagi seorang Muslim yang menjadi mangsa penindasan selama ia tidak menunjukkan suatu keraguan dalam agamanya, tidak pula salah paham dalam kepercayaannya yang teguh! Argumen saya ini dimaksudkan untuk orang-orang lain, tetapi saya telah menyatakannya kepadamu hanya sejauh yang pantas.
Kemudian engkau telah mengingatkan posisi saya terhadap 'Utsman, dan dalam hal ini patutlah suatu jawaban bagimu, karena kekerabatanmu dengannya, maka (katakanlah kepada saya), siapa dari kita yang lebih memusuhi 'Utsman, dan siapa yang berbuat lebih banyak untuk menimbulkan pembunuhannya: atau, siapa yang menawarkan dukungan kepadanya tetapi tidak melaksanakan dan memenuhinya; atau, siapakah orang yang dimintainya pertolongan tetapi yang dengan sengaja menangguhkannya dan menyeret kematiannya ke dekatnya sehingga nasib itu menyusulnya? Tidak, tidak; demi Allah,
"Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang menghalang-halangi di antara kamu dan orang-orang yang berkata kepada saudara-saudaranya: 'Marilah kepada kami'. Dan mereka tidak mendatangi peperangan melainkan sebentar." (QS. 33:88)
Saya tidak akan memberikan dalih saya karena menegurnya atas (beberapa dari) bidah-bidahnya, karena apabila nasihat baik dan petunjuk saya kepadanya adalah suatu dosa, maka sangat sering seseorang yang disalahkan (sebenamya) tidak berdosa, dan "kadang-kadang satu-satunya ganjaran yang dipetik seorang penasihat adalah kecurigaan". [4]
"Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali." (QS. 11:88)
Engkau menyebutkan bahwa bagi saya dan para pengikut saya engkau hanya memiliki pedang. Ini bahkan membuat orang menangis pun tertawa. Pernahkah engkau melihat anak cucu 'Abdul Muththalib melarikan diri dari pertempuran, atau ditakut-takuti dengan pedang. "Tunggu sebentar hingga Hamal memasuki pertempuran". [5] Tak lama lagi, orang yang sedang kau cari akan mencarimu, dan orang yang kau kira jauh akan mendekati mu. Saya (segera) bersicepat kepadamu dengan suatu pasukan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam kebajikan. Jumlah mereka akan besar dan debu mereka akan bertebaran di mana-mana. Mereka akan memakai kafan mereka, dan hasrat yang paling mereka dambakan ialah menemui Allah. Mereka akan disertai oleh para ketunman orang-orang yang turut serta dalam Pertempuran Badr, dan mereka akan mempunyai pedang-pedang Hasyinu yang irisannya telah Anda lihat dalam kasus saudaramu, paman (saudara ibu), kakekmu dan kerabat-kerabatmu.
"Dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang lalim." (QS. 11:83) •
[1] Dalam surat ini, Amirul Mukminin as menjawab surat Mu'awiah yang dikirimkan kepadanya di Kufah melalui Abu Umamah Bahili, dan itu juga mengandung jawaban atas beberapa pokok yang ditulis Mu'awiah dalam surat yang telah dikirim melalui Abu Muslim Khaulani.
Dalam surat melalui Abu Umamah, Mu'awiah menyebut peristiwa pengutusan Nabi dan menulis secara demikian rupa seakan-akan hal itu tidak dikenal atau tidak dipahami oleh Amirul Mukminin, dan karenanya perlu diberitahu tentang hal itu. Ini seakan-akan seorang asing yang menggambar peta sebuah rumah sebagai petunjuk bagi penghuni rumah itu dan mengejutkan mereka tentang hal-hal yang telah mereka ketahui. Itulah sebabnya, maka Amirul Mukminin as menyerupakan dia sebagai orang yang membawa kurma ke Hajar yang terkenal karena kelimpahan kurmanya.
Ini sebuah peribahasa yang digunakan bilamana seseorang hendak mengatakan sesuatu kepada orang lain yang lebih mengetahuinya. Basis peribahasa ini ialah seseorang dari Hajar, sebuah kota di dekat Bahrain, pergi ke Bashrah untuk menjual dan membeli barang. Setelah menjual habis barangnya ia melihat-lihat di pasar untuk berbelanja dan tidak mendapatkan sesuatu yang lebih murah kecuali kurma. Karena itu ia memutuskan membeli kurma. Ketika ia tiba di Hajar dengan muatan kurmanya, karena melimpahnya dan murahnya harga kurma di sana, tak ada pilihan baginya selain menyimpan kurma itu dan baru akan menjualnya nanti bilamana harganya memadai. Namun harga kurma terus merosot sehingga semua kurma itu rusak; yang tertinggal hanya bijinya. Singkatnya, setelah merujuk Muhammad (saw) menjadi Nabi, Mu'awiah meriwayatkan lagi keutamaan ketiga khalifah pertama sesuai pandangannya, dengan menulis,
"Di antara para sahabat, yang paling utama dan yang bennartabat paling tinggi di mata kaum Muslim adalah khalifah pertama yang mengumpulkan seluruh kaum Muslim di bawah satu suara, menyingkirkan perpecahan mereka dan memerangi orang-orang yang meninggalkan Islam. Sesudah dia khalifah kedua yang beroleh kemenangan-kemenangan, mendirikan kota-kota dan merendahkan kaum kafir. Kemudian datang khalifah ketiga yang merupakan korban kelaliman. la menyiarkan agama dan menyebarkan kalimat Allah secara luas." (Syarh, Ibn Abil Hadîd, III, h. 448).
Maksud Mu'awiah di balik menyanyikan lagu tanpa bunyi ini ialah menyakiti perasaan Amirul Mukminin as dan menimbulkan kemarahannya supaya ia mengeluarkan kata-kata melalui lidah atau penanya yang mungkin sangat asam dalam melecehkan para khalifah itu agar ia (Mu'awiah) dapat menggunakannya untuk menghasut rakyat Suriah melawan Amirul Mukminin. Sebenamya ia telah menanamkan dalam pikiran rakyat itu bahwa Amirul Mukminin as telah menghasut rakyat menentang 'Utsnuin, membunuh Thalhah dan Zubair, memalingkan 'A'isyah dari rumahnya dan menumpahkan darah ribuan muslimin. Karena tak sadar akan fakta-fakta yang sesungguhnya, mereka yakin akan tuduhan-tuduhan palsu itu; namun, untuk memperkukuh front perlawanan, ia merasa bahwa sebaiknya ia membuat mereka percaya bahwa Anurul Mukminin as tidak mengakui prestasi ketiga khalifah itu dan mengandung permusuhan dan dengki kepada mereka. la hendah menunjukkan tulisan Amirul Mukminin as sebagai bukti, dan juga untuk menggunakannya membangkitkan rakyat 'Iraq, karena bagian besar dari mereka sangat terkesan oleh lingkungan yang diciptakan oleh para khalifah itu dan kebesaran mereka. Tetapi Amirul Mukminin as telah menebak maksudnya dan memberikan kepadanya jawaban sedemikian rupa yang mengikat lidahnya dan yang tak berani ia tunjukkan kepada siapa pun. Dengan demikian Amirul Mukminm as membeberkan kedudukannya yang rendah dengan merujuk permusuhannya terhadap Islam dan penerimaan Islamnya karena terpaksa, menasihatinya supaya tinggal dalam batas-batasnya, dan memperingatkannya supayajangan menetapkan tingkat-tingkat keutamaan di hadapan kaum Muhajuin yang bagaimanapun lebih tinggi dari dia sejauh bahwa mereka mendahuluinya dalam berhijrah. Sedangkan, karena Mu'awiah sendiri hanya salah seorang dari yang nyawanya diselamatkan di hari Pembebasan Makkah, ia sama sekali tak punya hubungan dengan kaum Muhajirin. Sebagai akibatnya, dalam hal yang sedang dibahas ini Amirul Mukininin as telah menempatkan kedudukan Mu'awiah sebagai panah palsu di antara panah yang sesungguhnya. Peribahasa ini digunakan apabila seseorang menyombongkan diri dengan menyebut orang-orang yang tak ada hubungannya dengan dia. Mengenai pernyataannya bahwa si Anu dan si Polan lebih besar dalam keutamaan, Aminil Mukminin, dengan menggunakan kata "anda mengira", telah menunjukkan bahwa hal itu adalah pandangan pribadinya yang sama sekali tidak berhubungan dengan fakta, karena frasa itu digunakan bilamana suatu pernyataan tak benar atau palsu.
Setelah menolak klaim tentang yang paling utama itu, Amiml Mukminin as merujuk kepada sifat-sifat dan keutamaan Bani Hasyim yang menunjukkan tanpa ragu kedudukan dan prestasi mereka yang bertingkat tinggi. Orang-orang yang ikut serta berjihad bersama Nabi dan beroleh kematian syahid mencapai kedudukan yang sangat tinggi, tetapi keutamaan Hamzah karena perjuangannya yang mulia tidak didapat oleh siapa pun selainnya. Nabi menyebutnya dengan gelar "sayyid (penghulu) para syuhada" dan melakukan salat jenazahnya empat belas kali sehingga jumlah takbirnya menjadi tujuh puluh takbir. Demikian pula, dalam berbagai pertempuran, tangan-tangan para pejuang terputus. Misalnya, dalam Pertempuran Badr tangan Hubaib ibn Isaf al-Anshari dan Mu'adz ibn Jabal, dan dalam Pertempuran Uhud tangan 'Amr ibn al-Jamuh as-Salami dan 'Ubaid ('Atik) ibn Tayyihan (saudara Abul Haitsam al-Tayyihan) terputus, tetapi ketika di Pertempuran Mu'tah tangan Ja'far ibn Abi Thalib terputus, Nabi (saw) menjelaskannya dengan menamakannya "yang terbang di surga" dan "yang bersayap dua". Setelah menyebutkan prestasi-prestasi yang khas dari Bani Hasyim, Amirul Mukminin as merujuk kepada prestasinya sendiri yang penuh dalam sejarah dan hadis dan yang tak dapat dinodai dengan keraguan dan salah paham. Para ahli hadis mengatakan bahwa,
"Jumlah hadis yang telah diriwayatkan melalui sumber-sumber terpercaya mengenai 'Ali ibn Abi Thalib, tidak diriwayatkan tentang seorang sahabat Nabi lainnya." (al-Mustadrak, III, h. 107; al-Isti'db, III, h. 1115; Tabaqât al-Hanâbilah, I, h. 319; al-Kâmil, III, h. 339; Tahdzîb at-Tahzîb, VII, h. 339; Fath al-Bârî, VII, h. 57).
Suatu keutamaan penting dari keutamaan-keutamaan khas Ahlulbait ialah yang telah dirujuk Amirul Muknunin as dalam kata-kata, "Kami adalah penerima keutamaan langsung dari Allah sedang yang lain-lainnya menerima keutamaan dari kami. Inilah puncak keutamaan, sehingga bahkan kepribadian yang paling tinggi tak dapat mencapai ketinggiannya dan setiap keutamaan lainnya nampak kecil di hadapannya.
Dalam mengakui kebesaran dan keunggulan kalimat ini, Ibn Abil Hadîd menulis,
"Amirul Mukminin as bermaksud menyampaikan bahwa kami tidak berhutang budi terhadap siapa pun karena Allah telah mengaruniai segala berkat kepada kami secara langsung, tak ada perantara antara kami dan Allah Yang Mahasuci. Ini memang kedudukan yang sungguh tinggi. Makna lahiriahnya ialah apa yang ditunjukkan kata-kata itu, sedang pengertiannya yang se-sungguhnya ialah bahwa Ahlulbait adalah hamba-hamba Allah dan rakyat hamslah menjadi pengikut setia mereka." (Syarh Nahjul Balâghah, Ibn Abil Hadid,III,h.451).
Nah, karena orang-orang ini adalah penerima pertama berkat Allah dan sumber-sumber berkat bagi orang-orang lainnya, tak ada orang yang dapat diperbandingkan dengan mereka, dan tak seorang pun dapat dipandang sama dengan mereka atas dasar hubungan sosial dengan mereka; jauh lebih sedikit lagi daripada para individu yang berhubungan langsung dengan pencapaian dan keutamaan orang-orang ini, yang dahulu biasa menentang kebenaran dan hak pada setiap kesempatan. Amirul Mukminin as meletakkan kedua sisi gambar itu di hadapan Mu'awiah seraya mengatakan,
"Nabi berasal dari (kalangan) kami sementara ayah Anda Abu Sufyan adalah pelopor dalam menentang beliau. Hamzah berasal dari pihak kami dan Nabi memberikannya gelar "Singa Allah", sementara kakek Anda dari sisi ibu, 'Utbah ibn Rabi'ah merasa bangga sebagai "singa para penyumpah" (terhadap Nabi).
Ketika dalam Pertempuran Badr Hamzah dan 'Utbah ibn Rabi'ah saling berhadapan, Hamzah berkata, "Saya Hamzah ibn 'Abdul Muththalib. Saya Singa Allah dan Singa Nabi-Nya." Atasnya 'Utbah berkata, "Saya singa para penyumpah (terhadap Nabi)." Dalam suatu versi lain digunakan kata "Asadul Ahlaf, yang berarti "Singa pihak yang bersekutu". Riwayat tentang menyumpah itu berlatar belakang sejarah. Ketika Bant 'Abdu Manaf mendapatkan posisi keutamaan di kalangan suku-suku Arab, mereka berpikir akan mengambil alih dari Bani 'Abdud-Dar jabatan yang berhubungan dengan Ka'bah dan merebut jabatan-jabatan itu. Sehubungan dengan ini Bani 'Abdu Manaf menarik menjadi sekutu mereka suku Bam Azad ibn 'Abdul 'Uzza, Bani Taim, Bani Zuhrah dan Bani Harits, dan mengikat perjanjian dengan mereka. Untuk mengkhidmatkan persetujuan itu mereka mencelupkan tangan mereka dalam thib (wangi-wangian) dan bersumpah bahwa mereka akan saling membantu. Karena itu suku-suku itu disebut "Suku-suku partai suci yang disumpah". Di sisi lain, suku-suku Bant 'Abdud-Dar, Bam Makhzum, Bani Sahm dan Bani 'Adi juga bersumpah bahwa mereka akan melawan Baifi 'Abdu Manaf dan sekutunya. Suku-suku ini disebut para "sekutu". 'Utbah memandang dirinya sebagai kepala pihak yang bersekutu. Beberapa komentator berpendapat bahwa kata "Asadul Ahlaf berarti Abu Sufyan, karena ia telah membuat berbagai suku itu bersumpah melawan Nabi dalam Perang Ahzab, sedang oleh sebagian komentator dianggap berarti Asad ibn 'Abdul 'Uzzah, tetapi penafsiran ini tidak berbobot karena di sim Amirul Mukminin as berbicara kepada Mu'awiah, sedang interpretasi ini tidak mengenai Mu'awiah karena Bam 'Abdul Manaf adalah satu pihak pada persekutuan itu. Kemudian Amirul Mukminin as mengatakan bahwa di antara mereka terdapat para sayyid (penghulu) pemuda surga, yang merujuk ucapan Nabi, "Hasan dan Husain adalah para penghulu pemuda surga", sementara anak-anak muda dari pihak lainnya adalah penghuni neraka. Rujukan ini adalah kepada putra-putra 'Utbah ibn Mu’Alih, yang tentangnya Nabi telah berkata, "Bagi Anda dan putra-putra Anda adalah neraka." Kemudian Amirul Mukminin as mengatakan bahwa di antara mereka terdapat penghulu semua wanita sedunia, yakni Fathimah az-Zahra', sedang di pihak lain adalah pembawa kayu bakar yang merujuk kepada Umm Jamil, putri Harb, istri Abu Lahab, dalam kata-kata Al-Qur'an,
Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergolak. Dan (begitu) pula istri-nya, pembawa kayu bakar. Yang di lehermnya ada tali dan sabut." (QS. 111:1-5)
[2] Diriwayatkan dari Amirul Mukminin ‘Ali, 'Umar ibn Khaththab, Hudzaifah ibn Yaman, Abu Sa'id al-Khudri, Abu Hurairah, dan lain-lain, bahwa Nabi (saw) bersabda,
Sesungguhnya Fathimah adalah sayyidah (penghulu) wanita surga, dan Hasan dan Husain adalah para sayyid (penghulu) pemuda surga. Tetapi ayah mereka ('Ali) lebih tinggi dari mereka. (al-Jâmi' ash-Shahih, at-Tirmidzi, V, 656,661; Ahmad ibn Hanbal, al-Musnad, III, h. 3, 62, 64, 82; V, h. 391, 392; Ibn Majah, as-Sunan, I, h. 56; al-Hakim, al-Mustadrak, III, h. 167; Majma' az-Zawâ'id, IX, h. 183, 184, 201; al-Muttaqi, Kanz al-'Ummal, XIII, h. 127; al-Istî’âb, IV, h. 1895; Usd al-Ghâbah, V, h. 574; Târîkh al-Baghdad, I, h. 140; VI, h. 372; X, h. 230; Ibn 'Asakir, Tarikh, VII, h. 365).
[3] Diriwayatkan dari 'Imran ibn al-Husain dan Abu Tsa'labah al-Khusyni, bahwa Nabi (saw) berkata kepada Fathimah,
"Wahai putriku, tidakkah Anda puas bahwa Anda adalah sayyidah dari wanita sedunia?" la berkata, "Wahai ayahku, lalu bagaimana tentang Maryam putri 'Imran?" Beliau menjawab, "la sayyidah wanita di zamannya, dan Anda sayyidah wanita di zaman Anda. Sesungguhnya, demi Allah, aku mengawinkan Anda dengan orang yang wali di dunia ini dan di akhirat. Tak ada yang membencinya selain orang-orang munafik." (Hilyah al-Auliyâ', II, h. 92; al-Isti'ab, IV, h. 275)
Juga 'A'isyah meriwayatkan bahwa Nabi (saw) mengatakan,
"Wahai Fathimah, tidakkah Anda akan puas menjadi sayyiduh dari wanita sedunia (atau) menjadi wanita tertinggi dari semua wanita dari ummah ini atau dari wanita mukmin?" (al-Bukhari, ash-Shahih, VIII, h. 79; Muslim, ash-Shahih, VII, h. 142-144; Ibn Majah, as-Sunan, I, h. 518; Ahmad ibn Hanbal, al-Musnud, VI, h. 282; al-Hakim, al-Mustadrak 'alu ash-Shuhihain, III, h. 156)
[4] Artinya, orang yang pergi terlalu jauh dalam memberikan pendapat kepada orang lain dianggap mempunyai tujuan peribadi tertentu, walaupun nasihatnya mungkin berdasarkan keikhlasan dan tanpa pamrih. Kalimat ini digunakan sebagai peribahasa untuk hal semacam itu. Kuplet itu selengkapnya berbunyi sebagai berikut,
"Betapa sering nasihat baik kuberikan padamu, tetapi kadang-kadang hanyalah kecurigaan yang dituai si penasihat."
[5] Baris syair ini berasal dari Hamal ibn Badr. Lengkapnya berbunyi sebagai berikut,
“Tunggulah sebentar hingga Hamal memasuki pertempuran; betapa cantiknya maut bila datang."
Riwayat di baliknya ialah bahwa Malik ibn Zubair mengancam Hamal dengan pertarungan, dan sebagai jawabannya Hamal membaca kuplet itu lalu menyerang Malik dan membunuhnya, Ketika saudara Malik melihat hal ini ia membunuh Hamal dan saudaranya Hudzaifah sebagai pembalasan dendam; ia menggambarkan hal ini dalam kuplet berikut,
"Aku mendamaikan hatiku dengan membunuh Hamal ibn Badr, dan pedangku melipurku dengan membunuh Hudzaifah."
27
Nahjul Balaghah
SURAT 29 Kepada Penduduk Bashrah
Ketidaksatuan dan perpecahan apa pun yang ada pada Anda tidaklah tersembunyi dari Anda. Saya telah memaafkan orang-orang Anda yang berbuat salah dan menahan kembali pedang saya dari orang-orang yang melarikan diri. Saya menerima setiap orang yang datang kepada saya dari antara Anda. Apabila hal-hal yang menghancurkan serta pandangan-pandangan yang batil dan jahil sedang mendesak Anda untuk melanggar baiat kepada saya dan untuk menentang saya maka (dengarkanlah), saya telah mempersiapkan kuda-kuda saya dan memasang pelana (pada unta tunggangan saya), dan apabila Anda memaksa saya untuk mendatangi Anda, saya akan turun secara demikian rupa sehingga di hadapannya Pertempuran Jamal akan nampak sebagai jilatan lidah yang terakhir. Pada saat yang sama, saya ketahui kedudnkan yang tinggi dari orang-orang yang taat di antara Anda, dan hak orang-orang yang tulus, tanpa mengacaukan yang tak berdosa dengan para pembangkang atau yang setia dengan para pelanggar baiat. •
SURAT 30 Kepada Mu'awiah
Takutlah kepada Allah mengenai apa yang telah kau kumpulkan, dan carilah hakmu yang benar di dalamnya, dan berpalinglah untuk memahami apa yang atasnya engkau tak akan dimaafkan karena ketidaktahuan. Sesungguhnya bagi (jalan) ketaatan ada tanda-tanda yang jelas, jalan-jalan yang bercahaya, jalan-jalan raya yang lurus, dan tujuan yang tertentu. Yang bijak maju kepadanya sedang yang picik berpaling darinya. Barangsiapa memalingkan wajahnya darinya, ia menyeleweng dari yang benar dan meraba-raba dalam kebingungan. Allah mengambil karuma-Nya darinya dan menimpakan hukuman-Nya kepadanya. Oleh karena itu, berhati-hatilah atas dirimu. Allah telah menunjukkan kepadamu jalanmu dan kesudahan di mana urusanmu akan berakhir. Engkau sedang bersicepat kepada tujuan merugi dan kedudukan kafir. Nafsumu telah mendorongmu kepada kejahatan, melemparkanmu ke dalam kesesatan, membawamu kepada kehancuran dan menciptakan kesulitan-kesulitan pada jalanmu.•
SURAT 31 Amirul Mukminin as menulis untuk putranya, Hasan ibn 'Ali as, ketika ia berkemah di al-Hadhirin dalam perjalanan pulangnya dari Shiffin [1]
Dari ayah yang (tak lama lagi) akan meninggalkan dunia, yang mengakui kesukaran-kesukaran masa, yang telah berpaling dari kehidupan, yang telah menyerah kepada (petaka) waktu, yang menyadari kejahatan-kejahatan dunia, yang sedang hidup dalam kediaman orang mati dan berpisah dari mereka pada suatu hari: kepada putra yang merindukan apa yang tak akan tercapai, yang sedang melangkah pada jalan orang-orang yang telah mati, yang merupakan korban keluhan, terlibat dalam (kecemasan) sehari-hari, yang merupakan sasaran kesukaran, hamba dari dunia, pedagang dari tipuannya, penghutang hasrat-hasrat, tawanan kefanaan, sekutu kecemasan, tetangga kesedihan, korban kepedihan yang telah dikalahkan oleh hawa nafsu, penerus dari yang mati.
Sekarang (hendaklah Anda ketahui bahwa) apa yang telah saya pelajari dari berpalingnya dunia ini dari saya, serangan waktu atas diri saya dan majunya dunia akhirat yang akan datang kepada saya, cukuplah untuk mencegah saya dari mengingat seseorang kecuali diri saya sendiri dan dari memikirkan yang di luar diri saya. Tetapi, ketika saya membataskan diri pada kecemasan saya sendiri dengan meninggalkan kecemasan-kecemasan orang lain, akal saya menyelamatkan saya dan melindungi saya dari hawa nafsu saya. (Akal) itu menjelaskan kepada saya urusan saya dan membimbing saya kepada kesungguhan di mana tak ada kecerdikan dan kebenaran yang tidak dinodai oleh kebatilan. Di sini saya mendapatkan Anda sebagian dari diri saya, bahkan saya mendapatkan Anda keseluruhan saya, sehingga apabila sesuatu menimpa Anda, seakan-akan hal itu menimpa saya, dan apabila kematian mendatangi Anda seakan-akan maut itu datang kepada saya. Akibatnya, umsan Anda berarti bagi saya sebagai urusan saya sendiri berarti bagi saya. Maka saya menuUs penggalan nasihat ini (kepada Anda) sebagai suatu alat untuk mencari pertolongan melaluinya, baik saya tinggal hidup bagi Anda atau berhenti hidup.
Saya nasihati Anda supaya bertakwa kepada Allah, wahai putraku, untuk mematuhi perintah-perintah-Nya, untuk memenuhi hati Anda dengan ingatan kepada-Nya, dan untuk berpaut pada harapan dari Dia. Tak ada hubungan yng lebih dapat diandalkan ketimbang hubungan antara Anda dan Allah, asal Anda berpegang padanya. Hidupkan hati Anda dengan dakwah, bunuh dia dengan zuhud, kuatkan tenaganya dengan keimanan yang kukuh, cahayai dia dengan kebijaksanaan, hinakan dia dengan mengingat mati, buatlah ia mempercayai kefanaan, buatkan dia melihat mala-petaka dunia ini, buatlah dia takut akan wewenang waktu dan kekerasan dari beberapa perubahan selama malam dan siang, tempatkan di hadapannya peristiwa-peristiwa manusia masa lalu, ingatkan kepadanya apa yang menimpa orang-orang yang berada di hadapan Anda dan beijalan di antara kota-kota mereka dan reruntuhan, lalu lihatlah apa yang (telah) mereka lakukan, dari apa mereka telah melarikan diri, dan ke mana mereka telah pergi dan tinggal. Akan Anda dapati bahwa mereka berpisah dari para sahabat dan tinggal dalam kesunyian. Oleh karena itu, buatlah rencana untuk tempat tinggal Anda, dan janganlah menjual kehidupan akhirat Anda dengan dunia ini.
Jauhkan berbicara tentang apa yang tidak Anda ketahui dan berbicara tentang yang bukan umsan Anda. Menjauhlah dari jalur di mana Anda khawatir tersesat, karena menahan diri bilamana ada kekhawatiran akan tersesat lebih baik daripada memasuki bahaya. Anjurkan orang-orang lain berbuat baik, maka Anda akan termasuk di antara orang-orang yang berbuat baik. Cegahlah orang lain dari keburukan dengan tindakan Anda maupun dengan bicara Anda, dan menjauhlah sekuat kuasa Anda dari orang yang melakukannya. Berjihadlah demi Allah sebagaimana yang patut bagi-Nya, dan janganlah cercaan seorang pencerca menciutkan Anda dari urusan Allah. Meloncatlah ke dalam bahaya demi kebenaran di mana (kebenaran) itu berada. Dapatkan wawasan dalam hukum agama. Biasakanlah diri Anda bersabar menghadapi kesukaran, karena ciri akhlak yang terbaik ialah kesabaran dalam urusan kebenaran. Dalam segala urusan Anda, bersandarlah Anda kepada Allah Tuhan Anda, karena dengan dimikian Anda akan menyandarkan diri pada suatu perlindungan yang aman dan pelindung yang kuat. Anda hanya harus meminta pada Tuhan Anda karena di dalam tangan-Nya terletak segala pemberian dan pengambilan. Carilah kebaikan (dari Allah) sedapat-dapat Anda. Pahami nasihat saya dan jangan berpaling darinya, karena kata-kata yang terbaik ialah kata-kata yang bermanfaat. Ketahuilah bahwa tidak ada kebaikan dalam pengetahuan yang tidak bermanfaat, dan apabila pengetahuan tidak digunakan maka mendapatkannya tidak dibenarkan.
Wahai anakku, bilamana saya melihat bahwa saya berusia matang dan melihat bahwa saya semakin bertambah dalam kelemahan, saya bergegas dengan wasiat saya untuk Anda dan menuliskan pokok-pokoknya yang mendasar agar maut tidak menyusul saya sebelum saya membukakan kepada Anda apa yang ada dalam hati saya, atau agar jangan akal saya terpengaruh sebagaimana badan saya telah terpengaruh, atau kekuatan-kekuatan hawa nafsu atau bencana dunia menyusul Anda (dan) membuat Anda menjadi seperti unta pembangkang. Sesungguhnya, hati orang muda adalah seperti lahan yang belum ditanami. la menerima apa saja yang ditaburkan atasnya. Maka saya bergegas membentuk Anda secara patut sebelum hati Anda mengeras dan pikiran Anda terisi, agar Anda siap menerima melalui akal Anda hasil dari pengalaman orang lain dan selamat dari mengalami sendiri pengalaman-pengalaman ini. Secara ini, Anda akan mengelakkan kesukaran mencarinya dan kesulitan mengalaminya. Dengan demikian, Anda akan dapat mengetahui apa yang telah kami alami dan bahkan akan menjadi jelas bagi Anda apa yang mungkin tidak kami dapati.
Wahai, anakku, sekalipun saya tidak mencapai usia yang dicapai orang-orang sebelum saya, namun saya melihat ke dalam perilaku mereka dan memikirkan peristiwa-peristiwa dari kehidupan mereka. Saya berjalan di antara reruntuhan mereka sampai seakan saya menjadi salah satu dari mereka. Sesungguhnya, karena urusan-urusan mereka telah saya ketahui, seakan-akan saya telah hidup dengan mereka dari awal hingga akhirnya. Oleh karena itu saya telah mampu membedakan yang najis dari yang jemih, dan manfaat dari mudarat.
Saya telah memilihkan untuk Anda yang terbaik dari hal-hal itu, dan telah mengumpulkan bagi Anda pokok-pokok yang baik, dan menjauhkan dari Anda pokok-pokoknya yang tak bermanfaat. Karena saya merasakan bagi urusan Anda sebagai seorang ayah yang hidup hams merasakannya, dan saya bertujuan untuk memberikan latihan kepada Anda, saya pikir hal itu haruslah pada suatu waktu bilamana Anda sedang maju dalam usia dan baru di gelanggang dunia, memiliki niat yang lurus dan hati yang bersih, dan bahwa saya harus membawakan ajaran Kitab Allah Yang Memiliki Kekuasaan dan Kerajaan, dan tafsirannya, hukum-hukum Islam dan perintah-perintahnya, hal-halnya yang halal dan yang haram, dan bahwa saya tak boleh melewatkan ini bagi Anda. Saya takut kalau-kalau Anda sampai bingung sebagaimana orang-orang lain telah bingung disebabkan hawa nafsu dan pendapat-pendapat mereka (yang beraneka ragam). Oleh karena itu, walaupun saya tak suka Anda diperingatkan seperti ini, saya pikir lebih baik bagi saya untuk memperkuat Anda dengan nasihat ini ketimbang meninggalkan Anda dalam suatu kedudukan di mana saya tidak menganggap Anda luput dari jatuh ke dalam kehancuran. Saya berharap kiranya Allah akan menolong Anda dalam sikap Anda yang terus terang dan membimbing Anda dalam ketegasan Anda. Sesuai dengan itu, saya menulis penggalan wasiat saya ini bagi Anda.
Ketahuilah, wahai anakku, bahwa yang paling saya sukai untuk Anda ambil dari wasiat saya ialah takwa kepada Allah, membataskan diri Anda kepada apa yang telah diwajibkan Allah atas Anda, dan mengikuti perbuatan-perbuatan orang-orang tua Anda dan orang-orang berkebajikan dari keluarga Anda, karena mereka tidak kekurangan dalam melihat bagi diri mereka sendiri apa yang Anda lihat bagi diri Anda sendiri, dan mereka perbuat tentang urusan mereka sebagaimana Anda suka memikirkan (urus-an Anda). Setelah itu, pemikiran mereka mengantarkan mereka untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban yang mereka ketahui, dan berhenti dari apa yang mereka tidak dituntut melakukannya. Apabila hati Anda tidak menerima ini tanpa mendapatkan pengetahuan seperti mereka mendapatkannya, maka pencarian Anda haruslah pertama-tama melalui pengertian dan pelajaran, dan tidak jatuh ke dalam keraguan atau terlibat dalam pertengkaran.
Dan sebelum Anda meraba ke dalam hal ini, Anda harus mulai dengan mencari pertolongan Tuhan Anda dan berpaling kepada-Nya untuk memohon keberhasilan, dan menjauh dari segala sesuatu yang melemparkan Anda ke dalam keraguan-keraguan dan mencampakkan Anda ke dalam kesesatan. Bilamana Anda telah yakin bahwa hati Anda bersih dan merendah, dan pikiran-pikiran Anda telah berpadu, dan Anda hanya mempunyai satu pikiran, yakni tentang hal ini, maka Anda akan melihat apa yang telah saya terangkan kepada Anda; tetapi, apabila Anda belum mampu mencapai kedamaian pengamatan dan pemikiran yang Anda suka mempunyainya, maka ketahuilah bahwa Anda hanya menjejak bumi seperti seekor unta betina yang buta dan jatuh ke dalam kegelapan, padahal seorang pencari agama tidak seharusnya meraba-raba dalam gelap atau menciptakan kebingungan. Lebih baik mengelakkan hal ini.
Camkanlah nasihat saya, wahai anakku, dan ketahuilah bahwa la Yang Raja kematian adalah juga Raja kehidupan, bahwa Pencipta menyebabkan kematian pula; bahwa la yang menghancurkan adalah pula pemulih kehidupan, dan bahwa la yang menimpakan penyakit adalah juga penyembuh. Dunia ini berlanjut secara yang dibuat oleh Allah, sehubungan dengan kesenangan, cobaan, ganjaran pada Hari Pengadilan dan segala yang la kehendaki dan tidak Anda ketahui. Apabila barang sesuatu dari nasihat mi tidak Anda mengerti maka kaitkan itu kepada ketidaktahuan Anda tentang itu, karena ketika Anda mula-mula dilahirkan, Anda dilahirkan dengan tak-tahu. Setelah itu, Anda mendapatkan pengetahuan. Ada banyak urusan yang tentangnya Anda tak tahu dan di mana penglihatan Anda yang pertama bertanya-tanya dan mata Anda berkelana, lalu sesudah ini Anda melihatnya. Oleh karena itu, berpeganglah erat-erat kepada Dia Yang menciptakan Anda, memberi Anda rezeki dan menertibkan Anda. Ibadah Anda haruslah bagi-Nya, gairah Anda haruslah kepada-Nya dan takut Anda haruslah kepada-Nya.
Ketahuilah, wahai anakku, tiada seorang pun menerima risalah dari Allah Yang Mahasuci seperti Nabi (saw) menerimanya. Oleh karena itu, pandanglah beliau sebagai pelopor dan pemimpin Anda kepada keselamatan. Sesungguhnya saya tidak akan meninggalkan suatu usaha dalam memberikan nasihat kepada Anda, dan sungguh, sekalipun Anda berusaha, Anda tak akan dapat beroleh wawasan bagi kesejahteraan Anda sebagaimana saya berikan kepada Anda.
Ketahuilah, wahai anakku, sekiranya ada suatu mitra dengan Tuhan Anda maka para utusan (mitra) itu pun akan datang kepada Anda dan Anda akan sudah melihat tanda-tanda dari wewenang dan kekuasaanya, dan Anda akan sudah melihat perbuatan dan sifat-sifatnya. Tetapi la Tuhan Yang Esa dan la telah menggambarkan Diri-Nya. Tiada satu pun yang dapat membantah-Nya dalam wewenang-Nya. la ada sebelum segala sesuatu tanpa suatu permulaan. la akan tetap ada setelah segala sesuatu, dan akan berada tanpa akhir. la terlalu amat besar untuk membiarkan keilahian-Nya dibuktikan dengan hati atau mata yang meliput. Bilamana Anda telah memahami ini maka Anda harus melakukan apa yang dilakukan orang yang seperti Anda, dengan kedudukannya yang rendah, ketiadaan wewenangnya, ketidakmampuannya yang makin meningkat, dan kebutuhan besamya akan Tuhannya untuk mencari ketaatan kepada-Nya, takut akan hukuman-Nya dan takut akan marah-Nya, karena la tidak memerintahkan Anda selain untuk kebajikan, dan tidak mencegah Anda kecuali dari keburukan.
Wahai anakku, saya telah memberitahukan kepada Anda tentang dunia, kondisinya, kelapukan dan kefanaanya, daii saya telah memberitahukan kepada Anda tentang akhirat dan tentang apa yang telah tersedia di dalamnya bagi orang-orangnya. Saya menceritakan kepada Anda perumpamaan tentangnya, agar Anda dapat menarik pelajaran darinya dan bertindak menurutnya. Misal orang-orang yang telah memahami dunia adalah seperti misal para musafir yang setelah muak dengan tempat-tempat yang dilanda kekeringan (lalu) pergi kepada kehijauan dan tempat yang berbuah-buahan. Lalu mereka bersabar atas kesulitan dalam peijalanan, perpisahan dengan para sahabat, kesukaran perjalanan dan makanan yang tak sehat, untuk mencapai lahan mereka yang berkelimpahan dan tempat tinggal. Akibatnya, mereka tidak merasakan suatu keperihan dalam semua ini dan tidak menganggap suatu perbelanjaan sebagai sia-sia. Tak ada yang lebih patut dicintai bagi mereka ketimbang apa yang membawa mereka ke dekat tujuan mereka dan membawa mereka lebih dekat ke tempat tinggal mereka. (Beriawanan dengan ini), misal orang-orang yang tertipu oleh dunia ini adalah orang yang berada di tempat yang hijau tetapi mereka muak dengannya lalu pergi ke tempat yang dilanda kekeringan. Oleh karena itu, bagi mereka, tak ada yang lebih dibenci atau tak disukai ketimbang meninggalkan tempat di mana mereka berada untuk pergi ke suatu tempat yang akan mereka capai tanpa diharap-harapkan dan ke mana mereka sedang menuju.
Wahai anakku, jadikanlah diri Anda sendiri ukuran (untuk berurusan) antara Anda dan orang lain. Maka, Anda harus menghasratkan bagi orang lain apa yang Anda hasratkan bagi diri Anda sendiri, dan bencikanlah untuk orang lain apa yang Anda bencikan untuk diri Anda sendiri. Janganlah menindas sebagaimana Anda tak suka ditindas. Berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Anda menghendaki perlakuan baik kepada Anda sendiri. Pandanglah yang buruk bagi diri Anda buruk bagi orang lain. Terimalah (perlakuan) dari orang lain yang Anda suka orang lain menerima dari Anda. Jangan berbicara tentang apa yang tidak Anda ketahui, sekalipun apa yang Anda ketahui sangat sedikit. Jangan katakan kepada orang lain apa yang Anda tak mau dikatakan kepada Anda.
Ketahuilah bahwa mengagumi diri bertentangan dengan kepatutan dan mempakan petaka bagi jiwa. Oleh karena itu, perbesarlah usaha Anda dan jangan menjadi bendahara bagi (kekayaan untuk diwariskan kepada) orang lain. Bilamana Anda telah terbimbing padajalan yang benar, rendahkanlah diri Anda di hadapan Allah sedapat-dapat Anda.
Ketahuilah bahwa di hadapan Anda terletak jalan jarak panjang dan kesukaran keras dan Anda tak dapat mengelak dari mencarinya. Ambillah kebutuhan perbekalan Anda dengan menjaga agar beban itu ringan. Janganlah Anda memuad punggung Anda melampaui kemampuan Anda agar beratnya tidak menjadi bencana bagi Anda. Bilamana Anda bersua dengan orang yang membutuhkan yang dapat membawa perbekalan bagi Anda untuk diserahkan kembali kepada Anda pada Hari Pengadilan ketika Anda akan membutuhkannya, maka terimalah dia sebagai suatu kesempatan yang baik dan dapatkan ia untuk membawanya. Masukkan dalam perbekalan itu sebanyak mungkin yang Anda sanggupi, karena boleh jadi apabila Anda memerlukan dia (kemudian), Anda tidak akan mendapatkan dia. Apabila seseorang mau meminjam dari Anda di hari-hari kelimpahan Anda, untuk dibayarkan kembali kepada Anda pada sustu saat kebutuhan Anda, maka pergunakanlah kesempatan ini.
Ketahuilah bahwa di depan Anda terletak suatu lembah yang tak tertanggungkan di mana orang yang berbeban ringan berada dalam kondisi yang lebih baik daripada orang yang berbeban berat, dan yang melangkah lambat akan berada dalam keadaan yang lebih buruk dari yang melangkah cepat. Titik akhir Anda di ujung lain jalan ini pastilah surga atau neraka. Oleh karena itu, intailah sendiri sebelum memunggah, dan persiapkanlah tempat sebelum turun, karena setelah mati tak mungkin ada persiapan dan tidak pula mungkin kembali ke dunia ini.
Ketahuilah bahwa la yang memiliki perbendaharaan langit dan bumi telah memperkenankan Anda untuk berdoa kepada-Nya, dan telah menjanjikan kepada Anda penerimaan doa. la telah memerintahkan kepada Anda untuk memohon kepada-Nya agar la memberi kepada Anda, dan mencari belas kasih-Nya agar la menaruh belas kasih kepada Anda. la tidak menempatkan barang sesuatu antara Anda dan Dia yang mungkin menabiri-Nya dari Anda. la tidak menuntut Anda untuk mendapatkan perantara bagi Anda kepada-Nya, dan apabila Anda keliru, la tidak mencegah Anda untuk bertaubat. la tidak bergegas dengan hukuman. la tidak mengejek Anda karena bertaubat, tidak pula la menghina Anda ketika penghinaan lebih pantas bagi Anda. la tidak kasar dalam menerima taubat. la tidak menanyai Anda tentang dosa-dosa Anda dengan keras. la tidak mengecewakan Anda dari rahmat-Nya. Malah ia memandang pemantangan dari dosa sebagai suatu kebajikan. la menghitung satu dosa Anda sebagai satu, sementara la menghitung kebajikan Anda sebagai sepuluh.
la telah membukakan pintu taubat bagi Anda. Oleh karena itu, bilamana Anda menyeru-Nya, la mengetahui bisikan Anda. Anda ajukanlah kepada-Nya kebutuhan Anda, bukakanlah tabir diri Anda di hadapan-Nya, keluhkanlah kepada-Nya kecemasan-kecemasan Anda, memohonlah kepada-Nya untuk menyingkirkan kesusahan Anda, carilah pertolongan dalam urusan Anda, dan mintalah dari perbendaharan rahmat-Nya apa yang tak ada satu pun selain-Nya yang berkuasa memberikannya, yakni panjang usia, kesehatan badan dan peningkatan rezeki. Maka la telah menempatkan kunci-kunci di tangan Anda, dengan menunjukkan kepada Anda jalan untuk meminta kepada-Nya.
Oleh karena itu, ke mana saja Anda kehendaki, bukalah pintu-pintu nikmat-Nya dan biarlah hujan rahmat-Nya yang melimpah jatuh kepada Anda. Keterlambatan dalam penerimaan doa itu janganlah hendaknya mengecewakan Anda, karena anugerah doa sesuai dengan ukuran niat (anda). Kadang-kadang penerimaan (doa) tertunda dengan maksud agar menjadi suatu sumber ganjaran yang lebih besar kepada si peminta dan (sumber) dari pemberian-pemberian yang lebih baik kepada si pengharap. Kadang-kadang Anda meminta sesuatu tetapi tidak diberikan kepada Anda, dan sesuatu yang lebih baik diberikan kepada Anda kemudian, atau sesuatu diambil dari Anda demi suatu kebaikan yang lebih besar bagi Anda, karena kadang-kadang Anda meminta sesuatu yang mengandung keruntuhan bagi agama Anda apabila dibenkan kepada Anda. Oleh karena itu, permohonan Anda hendaklah untuk hal-hal yang keindahannya haruslah langgeng dan yang bebannya harus tetap jauh dari Anda. Mengenai kekayaan, itu tak akan langgeng bagi Anda, dan Anda pun tak akan hidup untuk itu.
Wahai anakku, ketahuilah bahwa Anda telah diciptakan untuk akhirat, bukan untuk dunia ini, untuk kefanaan (di dunia ini) bukan untuk kekal, dan untuk mati, bukan untuk hidup. Anda berada di suatu tempat yang bukan milik Anda, sebuah rumah untuk membuat persiapan, dan suatu lorong ke arah dunia berikut. Anda sedang dikejar-kejar oleh kematian dari mana orang-orang melarikan diri tak dapat luput, karena (maut) itu pasti akan menyusulnya. Maka, berjaga-jagalah atasnya agar ia tidak menyusul Anda pada suatu saat ketika Anda dalam keadaan berdosa dan Anda sedang berpikir tentang bertaubat tetapi ia menciptakan halangan antara Anda dan taubat. Dalam hal demikian Anda akan menghancurkan diri Anda sendiri.
Wahai anakku, banyak-banyaklah mengingat kematian dan tempat ke mana Anda pergi secara tiba-tiba dan (mesti Anda) capai setelah mati, sehingga bilamana hal itu datang Anda sudah sedia beijaga-jaga terhadapnya dan telah mempersiapkan diri untuk itu dan ia tidak datang kepada Anda dengan amat sangat mendadak lalu mengejutkan Anda. Berhati-hatilah, agarjangan Anda tertipu oleh sandaran orang kepada godaan dunia dan kesibukan mereka atasnya. Allah telah memperingatkan Anda tentang itu, dan dunia telah memberitahukan kepada Anda tentang sifatnya yang fana, dan telah membukakan tabimya kepada Anda tentang kejahatan-kejahatannya.
Sesungguhnya orang-orang yang memburunya adalah seperti anjing-anjing menyalak atau hewan-hewan buas pemakan daging yang saling membenci. Yang lebih kuat di antara mereka memakan yang lemah, dan yang besar di antara mereka memijak yang kecil. Beberapa (di antaranya) adalah seperti temak yang tertambat, dan yang lain seperti ternak yang tak tertambat yang telah kehilangan akalnya dan sedang berlarian ke arah-arah yang tak diketahui. Mereka adalah kawanan petaka yang mengembara di lembah-lembah yang kasar. Tak ada gembala yang menahan mereka, dan tak ada pula gembala yang akan membawanya merumput. Dunia telah menempatkan mereka pada jalur kebutaan dan mengambil mata mereka dari mercu petunjuk. Oleh karena itu mereka telah dibingungkan dalam kebingunganya dan tenggelam dalam kesenangan-kesenangannya. Mereka menganggapnya sebagai tuhan sehingga ia mempermainkan mereka. Mereka pun bermain dengannya dan melupakan apa yang di baliknya.
Kegelapan sedang sima berangsur-angsur. Sekarang seakan-akan para musafir telah turun dan orang-orang yang bergegas akan segera bertemu. Ketahuilah, wahai anakku, bahwa sedap penunggang kendaraan malam dan siang dibawa oleh (kendaraan siang dan malam) itu, sekalipun ia dalam keadaan berhenti, dan ia meliput jarak, sekalipun ia sedang menginap dan beristirahat.
Ketahuilah dengan pasti bahwa Anda tak dapat mencapai hasrat Anda dan tak dapat melampaui kehidupan Anda yang telah ditakdirkan. Anda berada pada jalur orang-orang sebelum Anda. Oleh karena itu, berlaku sederhanalah dalam mencari, dan berlaku sederhanalah dalam menerima, karena sering mencari itu mengantarkan kepada kehilangan. Tidak setiap pencari rezeki mendapatkannya, dan tiada pula setiap orang yang sederhana dalam mencari tidak mendapatkan. Jauhkanlah diri Anda dari setiap hal yang rendah, sekalipun itu mungkin membawa Anda kepada tujuan yang Anda hasratkan, karena Anda tidak akan mendapatkan suatu kembalian atas kehormatan Anda sendiri yang Anda belanjakan. Janganlah menjadi budak orang lain karena Allah telah membuat Anda bebas. Tak ada kebaikan dalam kebajikan yang dicapai melalui keburukan, dan tak ada kebaikan dalam kesenangan yang dicapai melalui kesukaran (yang mengaibkan).
Berhati-hatilah, jangan sampai pembawa keserakahan membawa Anda dan menurunkan Anda pada sumber-sumber kehancuran. Apabila Anda dapat mengatur agar tak ada orang kaya di antara Anda dan Allah, lakukanlah itu, karena dalam hal bagaimanapun Anda akan mendapatkan apa yang untuk Anda dan mendapatkan bagian Anda. Kecil yang diterima langsung dari Allah Yang Mahasuci lebih terhormat daripada yang lebih banyak tetapi diterima melalui (hutang budi kepada) makhluk-Nya, walaupun (sesungguhnya) semuanya dari Allah.
Lebih mudah memulihkan apa yang kauhilangkan diam-diam ketimbang mendapatkan apa yang Anda hilangkan dengan berbicara. Segala sesuatu yang berada dalam suatu wadah dapat ditahan dengan menutupkan katupnya. Saya seharusnya lebih menynkai Anda menahan apa yang ada di dalam tangan Anda ketimbang mencari apa yang di tangan orang lain, Kepahitan dari kekecewaan lebih baik daripada mencari dari orang. Pekerjaan tangan dengan kesucian lebih baik daripada kekayaan dari kehidupan yang keji. Seorang lelaki adalah pengawal terbaik atas rahasia-rahasianya sendiri. Sering orang berjuang untuk apa yang membawa mudarat baginya. Orang yang berbicara banyak, berbicara kosong. Barangsiapa merenung, ia akan melihat. Bergaullah dengan orang-orang berkebajikan; Anda akan menjadi salah satu dari mereka. Menjauhlah dari orang jahat, Anda akan tetap selamat dari mereka. Makanan yang terburuk ialah yang haram. Kelaliman kepada yang lemah adalah kelaliman yang paling buruk.
Di mana keluwesan tidak sesuai, kekasaran adalah keluwesan. Seringkali obat adalah penyakit, dan penyakit itu obat. Sering lawan memberikan nasihat yang tepat sementara teman menipu. Jangan bergantung pada harapan, karena harapan adalah jalur utama orang-orang tolol. Adalah bijaksana untuk memelihara pengalaman sendiri. Pengalaman yang terbaik ialah pengalaman yang mengajarkan suatu pelajaran kepada Anda. Manfaatkan waktu senggang sebelum ia berubah menjadi (saatj kesedihan. Tidak setiap pencari mencapai (apa yang dicarinya); dan tidak setiap orang yang berangkat tidak kembali. Kehilangan bekal dan mendapatkan kebumkan bagi Hari Pengadilan berarti keruntuhan. Setiap urusan ada akibataya. Apa yang ditakdirkan bagi Anda akan segera datang kepada Anda. Seorang pedagang menanggung resiko. Sering jumlah yang kecil lebih bermanfat dari jumlah yang besar. Tak ada kebaikan pada penolong yang aib, tidak pula pada teman yang curiga. Bersesuailah dengan dunia selama ia dalam pegangan Anda. Jangan jadikan diri Anda menanggung resiko mengenai sesuatu dalam mengharapkan lebih banyak dari itu. Berfiati-hatilah, jangan sampai rasa permusuhan mengalahkan Anda.
Bawalah diri Anda pada saudara Anda sedemikian mpa sehingga apabila ia mengabaikan kekerabatan, Anda berpegang pada (kekerabatan) itu; bilamana ia berpaling, berbaiklah kepadanya dan berangsuriah mendekatinya; bilamana ia tak mau memberi, berilah kepadanya; bilamana ia menjauh, dekati dia; bilamana ia kasar, berlaku luweslah; bilamana ia melakukan kesalahan, pikirkanlah dalih(nya) untuk itu, sedemikian, seakan-akan Anda adalah seorang dari budaknya dan ia majikan yang baik bagi Anda. Tetapi ingatlah bahwa hal ini tak boleh dilakukan secara tak pantas, dan bahwa Anda tak boleh berlaku demikian terhadap orang yang tak patut. Janganlah mengambil musuh sahabat Anda sebagai sahabat, karena (dengan demikian) Anda akan menentang sahabat Anda. Berikanlah nasihat yang benar kepada saudara Anda, baik atau pahit. Telanlah kemarahan Anda karena saya tak mendapatkan sesuatu yang lebih manis dari itu pada kesudahannya, dan tak ada akibat yang lebih menyenangkan dari itu. Beriaku luweslah kepada orang yang kasar kepada Anda karena boleh jadi ia akan segera menjadi luwes kepada Anda. Perlakukanlah musuh Anda dengan kebaikan, karena ini lebih manis dari antara kedua keberhasilan (keberhasilan dendam dan keberhasilan berbuat baik).
Apabila Anda bemiat untuk memutuskan hubungan dari seorang sahabat, tinggalkan suatu bidang baginya dari sisi Anda, yang dengan itu ia mungkin melanjutkan persahabatan, apabila demikian yang terjadi padanya pada suatu hari. Apabila seseorang mempunyai suatu gagasan yang baik tentang Anda, buktikanlah bahwa hal itu benar. Jangan mengabaikan kepentingan saudara Anda yang bergantung pada hubungan Anda dengan dia, karena bukanlah ia saudara Anda apabila Anda mengabaikan kepentingannya. Keluarga Anda janganlah menjadi orang yang paling sengsara melalui Anda. Jangan bersandar kepada orang yang berpaling dari Anda. Saudara Anda tidak harus lebih kukuh dalam pengabaiannya akan kekerabatan ketimbang Anda (dalam kekukuhan Anda) menghormati (kekerabatan) itu, dan Anda harus melebihi dalam berbuat baik kepadanya ketimbang (perbuatan) buruknya kepada Anda. Jangan terlalu merasakan penindasan dari seseorang yang menindas Anda, karena ia hanya sibuk dalam merugikan dirinya sendiri dan menguntungkan Anda. Ganjaran orang yang menyenangkan Anda bukanlah dengan menyusahkannya.
Ketahuilah wahai anakku, bahwa ada dua jenis rezeki, rezeki yang Anda cari dan rezeki yang mencari Anda, yang apabila Anda tidak mencapainya maka dia akan datang kepada Anda. Betapa buruknya membungkuk pada saat perlu dan kasar pada saat kaya. Anda hanya harus mendapatkan dari dunia ini apa yang dengan itu Anda dapat menghiasai kediaman Anda yang kekal. Apabila Anda menangisi apa yang telah hilang dari tangan Anda maka tangisilah pula apa yang sama sekali tidak datang kepada Anda. Simpulkan apa yang belum terjadi dari apa yang telah terjadi, karena kejadian-kejadian selalu serupa. Janganlah menjadi seperti orang-orang yang dakwah tidak bermanfaat baginya kecuali apabila Anda menimpakan keperihan padanya, karena orang bijaksana bengambil pelajaran dari ajaran, sementra hewan hanya belajar dari pukulan.
Jauhkanlah dari diri Anda serangan kecemasan dengan keteguhan sabar dan kemumian iman. Orang yang meninggalkan kesederhanaan (berarti) melakukan kelebih-lebihan. Seorang sahabat adalah seperti kerabat. Sahabat adalah orang yang ketidakhadirannya juga membuktikan persahabatan itu. Hawa nafsu adalah mitra kesedihan. Sering orang dekat lebih jauh dari orang yang jauh, dan sering orang jauh lebih dekat dari orang yang dekat. Seorang asing ialah orang yang tak mempunyai sahabat. Orang yang melanggar hak mempersempit jalannya sendiri. Orang yang tinggal pada kedudukannya tetap konstan atasnya. Penengah yang paling terpercaya ialah penengah yang Anda angkat antara Anda dan Allah Yang Mahasuci. Orang yang tidak mempedulikan kepentingan Anda adalah musuh Anda. Ketika serakah memimpin kepada kehancuran, deprivasi adalah prestasi. Tidak setiap cacat dapat ditinjau kembali, dan tidak setiap petaka berulang.
Sering orang bermata tidak melihat jalur, sementara orang buta mendapatkan jalan yang tepat. Tangguhkanlah setiap kemungkaran karena Anda akan dapat menggegaskannya bilamana saja Anda menghendakinya. Pengabaian kekerabatan dari orang jahil sama dengan penghargaan bagi kekerabatan orang bijaksana. Barangsiapa mengganggap dunia sebagai yang aman, dunia akan mengkhianatinya. Barangsiapa memandang dunia sebagai besar, dunia akan menghinanya. Tidak setiap orang yang menembak mengena. Bilamana wewenang berubah, waktu pun bembah. Bermusyawarahlah dengan sahabat sebelnm menempuh suatu jalan, dan (dengan) tetangga sebelum mengambil sebuah rumah. Waspadalah jangan sampai Anda menyebutkan dalam pembicaraan Anda apa yang mungkin menimbulkan tertawa, sekalipun mungkin Anda meriwayatkan dari orang lain.
Jangan bermusyawarah dengan wanita karena pandangan mereka lemah dan tekad mereka goyah. Tutuplah mata mereka dengan menjaga mereka di bawah tirai karena ketegasan hijab menahan mereka lama. Keluamya mereka tidak lebih buruk ketimbang Anda membiarkan orang yang tak terpercaya mengunjungi mereka. Apabila Anda dapat mengatur agar mereka tidak mengetahui seseorang selain Anda, lakukanlah itu. Jangan biarkan seorang wanita mengurusi selain urusan mereka sendiri, karena wanita adalah bunga, bukan pemerintah. Janganlah memberikan perhatian kepadanya melampaui dirinya sendiri. Jangan mendorong dia menjadi perantara bagi orang lain. Jangan menunjukkan kecurigaan yang bukan pada tempatnya, karena hal ini mengantarkan wanita yang baik kepada kejahatan dan wanita suci kepada kebengkokan.
Bagi setiap orang di antara karyawan Anda, tentukan suatu pekerjaan yang atasnya dapat Anda tuntut ia bertanggung jawab. Secara ini mereka tidak akan saling melemparkan pekerjaan. Hormatilah kerabat Anda karena mereka adalah sayap-sayap Anda yang dengan itu Anda terbang, asal ke mana Anda akan kembali, dan tangan Anda yang dengannya Anda menyerang. Tempatkanlah agama Anda dan dunia Anda pada penyelesaian Allah dan memohonlah kepada-Nya untuk mengatur yang terbaik bagi Anda sekaitan dengan yang dekat dan yang jauh, dunia ini dan dunia akhirat. Wasalam. •
[1] Ibn Maitsam al-Bahram (jilid V, h. 2) mengutip Abu Ja'far ibn Bahawaih al-Qummi bahwa Amirul Mukminin as menulis penggalan nasihat ini kepada Muhammad Hanafiah (ra) sedang 'Allamah Sayid Radhi menulis bahwa alamat yang dikiriminya ialah Imam Hasan as. Tetapi yang sebenarnya ialah bahwa Amirul Muknunin menulis sepenggal nasihat ringkas kepada Ibn al-Hanafiah yang mencakup sebagian yang sama seperti yang ditulisnya kepada Imam Hasan. (Ibn Thâwûs, Kasyful Mahajjah, h. 157-159; al-Bihâr, LXXVII, h. 196-198)
Bagaimanapun, baik alamatnya Imam Hasan ataupun Muhammad HanafTah, manifesto ini merupakan pelajaran tentang petunjuk kepada amal di mana jalan-jalan keberhasilan dapat dibuka dan kafilah umat manusia yang sedang tersesat dapat melangkah di jalan petunjuk. Ini mengandung prinsip-prinsip untuk memperbaiki hal-hal duniawi dan ukhrawi, menciptakan moralitas dan memperbaiki urusan ekonomi dan sosial yang tandingannya tak dapat dihasilkan oleh kata-kata para pakar dan filosof. Dakwahnya yang benar adalah perangsang kuat untuk mengingatkan umat manusia akan pelajaran-pelajarannya yang telah dilupakan, menghidupkan kembali garis-garis mati perilaku sosial dan mengangkat panji moralitas.
SURAT 32 Kepada Mu'awiah
Engkau telah menghancurkan suatu kelompok besar manusia yang engkau tipu dengan kesesatanmu, dan telah mencampakkan mereka ke dalam arus lautmu di mana kegelapan telah menutupi mereka dan salah paham mengombang-ambingkan mereka. Sebagai hasilnya, mereka telah tersesat dari jalan yang benar dan berpaling pada punggung mereka. Mereka memalingkan punggung mereka dan mendorong ke depan, kecuali orang-orang bijaksana yang kembali karena mereka meninggalkanmu setelah memahamimu lalu lari kepada Allah, menjauh dari membantumu ketika engkau menempatkan mereka dalam kekacauan dan menyimpangkan mereka dari jalan tengah. Oleh karena itu, wahai Mu'awiah, takutlah kepada Allah mengenai dirimu sendiri dan tariklah kendalimu dari iblis, karena dunia ini tak lama lagi akan diputuskan darimu dan dunia akhirat berada di dekat Anda. Wasalam. •
SURAT 33 Kepada Qutsam ibn 'Abbas, Gubernurnya di Makkah
Intelijen saya di utara menulis [1] kepada saya seraya mengatakan bahwa telah dikirim untuk berhaji beberapa orang Suriah yang buta hati, tuli telinga dan tanpa penglihatan. Mereka mencampuradukkan kebenaran dengan kesia-siaan, menaati manusia dalam mendurhakai Allah, mengklaim susu dunia atas nama agama, dan melangkah dalam kesenangan-kesenangan dunia ini dengan meninggalkan ganjaran-ganjaran orang berkebajikan dan orang yang takwa kepada Allah. Tak satu pun mencapai kebaikan kecuali orang yang beramal untuk itu, dan tak seorang pun diganjari imbalan kejahatan kecuali orang yang melakukannya. Oleh karena itu, berperilakulah (baik) dalam kewajiban-kewajiban Anda seperti orang yang cerdas, berpengalaman, bennaksud baik dan bijaksana yang mengikuti atasannya dan taat kepada imamnya. Anda harus menjauhkan apa yang mungkm harus Anda pertanggungjawabkan. Janganlah bangkit dalam kekayaan danjangan pula kehilangan keberanian dalam kesedihan. Wasalam. •
[1] Mu'awiah mengirim beberapa orang dalam jubah peserta jamaah Haji ke Makkah untuk menimbulkan sensasi dalam cuaca damai tempat suci itu. la hendak mengambil kepercayaan orang awam dengan pamer kesalehan, kemudian meyakinkan mereka bahwa 'Ali ibn Abi Thalib telah menghasut rakyat melawan 'Utsman sehingga berhasil membuat mereka membunuhnya. Karena itu mereka harus memandangnya sebagai yang bertanggung jawab atas pembunuhan 'Utsman dan memalingkan rakyat untuk melawannya, dan supaya rakyat cenderung kepada Mu'awiah sendiri, dengan menyebut-nyebut kebesaran karakternya, kemuliaan akhlaknya dan cerita-cerita tentang kedermawanannya. Tetapi, ketika orang-orang Amirul Mukminin as yang telah ditugaskan untuk itu memberikan kepadanya informasi, ia menulis surat kepada Qutsam untuk mengawasi gerak-gerik mereka dan menghentikan hasutan-hasutannya.
SURAT 34 Kepada Muhammad ibn Abu Bakar ketika mengetahui bahwa ia telah mengambil alih kedudukan (Malik) al-Asytar sebagai Gubemur Mesir setelah al-Asytar meninggal dalam perjalanan ke Mesir
Amma ba'du, saya diberitahu tentang kemarahan Anda atas penempatan al-Asytar di tempat Anda; tetapi saya tidak melakukannya karena suatu kekurangan pada Anda, atau untuk membuat Anda meningkatkan usaha-usaha Anda, tetapi bila saya telah mengambil apa yang di bawah wewenang Anda, saya akan menempatkan Anda pada suatu kedudukan yang tidak akan kurang, dan lebih menarik bagi Anda.
Orang yang telah sayajadikan Gubemur Mesir adalah teman seda saya, dan sangat tegas dan mendendam teihadap musuh-musuh kita. Semoga Allah menaruh rahmat kepadanya, karena ia telah menyelesaikan hari-harinya dan menemui ajalnya. Saya sangat puas akan dia. Semoga Allah pun memberikan keridaan-Nya kepadanya dan melipatgandakan ganjarannya. Maka bersiaplah untuk musuh Anda dan bertindaklah menurut kecerdasan Anda. Bersiaplah untuk memerangi orang yang memerangi Anda, dan menyem kepada jalan Allah. Carilah pertolongan Allah banyak-banyak. Apabila Allah menghendaki, la akan membantu Anda dalam apa yang mencemaskan Anda dan menolong Anda dalam apa yang menimpa Anda.•
SURAT 35 Kepada 'Abdullah ibn 'Abbas setelah Muhammad ibn Abu Bakar terbunuh
Kemudian daripada itu, Mesir telah ditaklukkan dan Muhammad ibn Abu Bakar, semoga rahmat Allah atasnya, telah mati syahid. Kami memohon ganjarannya kepada Allah. la adalah putra dan teman setia, pekerja keras, pedang tajam dan benteng pertahanan. Saya telah membangkitkan rakyat untuk bergabung dengannya dan memerintahkan kepada mereka untuk pergi menolongnya sebelum kejadian ini. Saya memanggil mereka secara rahasia maupun terbuka berulang-ulang. Sebagian dari mereka datang dengan setengah hati, sebagian mengajukan dalih-dalih palsu dan sebagian pergi meninggalkan saya. Saya memohon kepada Allah Yang Mahamulia untuk memberikan kepada saya kebebasan yang segera dari mereka, karena demi Allah, sekiranya saya tidak merindukan untuk menemui musuh demi kematian syahid dan tidak mempersiapkan diri saya untuk kematian, tentulah tak akan suka berada dengan orang-orang ini untuk sehari suntuk pun, dan tidak pula akan pemah menghadapi musuh dengan mereka. •
SURAT 36 Kepada saudaranya 'Aqil ibn Abl Thalib,1 sebagai jawaban atas suratnya yang mengandung acuan kepada tentara yang telah dikirim Amirul Mukminin as ke suatu musuh
Saya telah mengirimkan kepadanya suatu tentara besar muslimin. Ketika ia mengetahuinya, ia melarikan diri dan mundur dengan menyesal. Mereka menemuinya di jalan ketika matahari menjelang tenggelam. Mereka bergelut untuk sementara sebagai tak ada sesuatu. Sekitar satu jam kemudian ia menyelamatkan diri dalam keadaan setengah mati.sehinga ia hampir tertangkap di leher dan hanya nafas terakhir yang tertinggal padanya. Secara ini ia melarikan diri dalam panik.
Tinggalkan orang Quraisy itu terbum-buru mendatangi kesesatan, lari cerai berai dan melompat kepada kehancuran. Mereka telah bergabung untuk memerangi saya sebagaimana mereka telah bergabung untuk me merangi RasGlullah (saw) sebelum saya. Saya berhasrat kiranya orang Quraisy itu mendapatkan pembalasan atas perlakuan mereka kepada saya. Karena mereka mengabaikan kekerabatan dan merebut kekuasaan yang menjadi hak saya dari putra ibu saya (yakni Nabi).
Tentang pertanyaan Anda mengenai pandangan saya untuk berperang sampai saya mati, saya setuju memerangi orang-orang yang menganggap berperang itu halal. Rombongan orang di sekeliling saya tidak memberikan kepada saya kekuatan, dan tidak pula bubamya mereka dari saya me-nyebabkan suatu kesunyian. Sesungguhnya, janganlah menganggap putra ayah Anda lemah atau takut, walaupun semua orang meninggalkannya;
menunduk dengan menyerah kepada kelaliman atau menyerahkan ken-dalinya ke tangan si penarik, atau membiarkan punggungnya untuk di-gunakan oleh si penunggang untuk diduduki. Tetapi ia adalah seperti yang dikatakan Bani Salim,
Apabila Anda bertanya siapa aku, maka dengarkanlah, Aku tabah dan kuat menghadapi gelombang masa.
Tidak kubiarkan diri bersedih
Agar jangan musuh gembira dan teman menyerah. •
1Setelah peristiwa Tahkim (arbitrasi), Mu'awiah memulai suatu kampanye pembunuhan dan perusakan. la mengirimkan suatu pasukan berkekuatan empat ribu orang di bawah pimppinan Dhahhak ibn Qais al-Fihn untuk menyerang kota-kota dalam wilayah kekuasaan Amirul Mukminin. Ketika Amirul Mukminin me-ngetahui kegiatannya dan membangkitkan rakyat Kflfah untuk membuat per-lawanan, mereka mengajukan dalih-dalih yang amat lemah. Akhimya Hujr ibn 'AdT al-Kindt bangkit dengan pasukan yang terdiri dari empat ribu orang lalu memburu musuh dan berhasil menyusulnya di Tadmur. Kedua pihak hanya me-lakukan kontak senjata sebentar lalu musuh melarikan diri dalam naungan gelap malam. Ini saat ketika 'Aqil ibn Abfl Thalib telah tiba di Makkah untuk berumrah. Ketika ia mengetahui bahwa setelah menyerang Hirah, Dhahhak telah melarikan diri dan bahwa penduduk Kflfah takut berperang dan semua kegiatan mereka telah berhenti, ia mengirimkan sepucuk surat kepada Amirul Mukminin melalui 'Abdur-Rahman ibn 'Ubaid al-Azdt sambil menawarkan bantuannya. Sebagai jawaban atasnya Amirul Mukminin menulis surat ini, di mana ia mengeluhkan perilaku penduduk Kflfah dan menyebutkan larinya Dhahhak.
SURAT 37 Kepada Mu'awiah
Mahasuci Allah! Betapa setianya engkau berpegang teguh pada nafsu-nafsu bidah dan kebingungan yang menyakitkan bersama dengan mengabaikan kenyataan-kenyataan dan menolak penalaran kuat yang disukai Allah dan merupakan hujah-hujah bagi manusia. Mengenai masalah pembunuhan 'Utsman yang berkepanjangan, [1] kedudukannya ialah bahwa engkau menolong 'Utsman ketika pertolongan sebenamya adalah untuk kepentingan dirimu sendiri, sementara engkau meninggalkannya ketika ia memerlukan pertolongan. Wasalam. •
[1] Tak ada alasan untuk menyangkal bahwa Mu'awiah mengaku membantu 'Utsman setelah ia terbunuh, padahal ketika ia sedang terkepung dan berteriak-teriak meminta pertolongannya dengan mengirim surat susul-menyusul, Mu'awiah tak pernah bergeming. Hanya untuk pamer, ia mengirim suatu kontingen tentara ke Madinah di bawah pimpinan Yazid ibn Qasri, tetapi memerintahkannya untuk tinggal menunggu di Lembah Dzu Khusyub dekat Madtnah. Akhimya 'Utsman terbunuh dan ia pun kembali dengan kontingennya.
Tak ragu, Mu'awiah menghendaki 'Utsman terbunuh dan ia akan menciptakan gembar-gembor atas nama darahnya dan melalui kekacauan-kekacauan ini ia hendak membersihkan jalan bagi baiat kepada dirinya sendiri sebagai khalifah. Itulah sebabnya maka ia tidak menolongnya ketika ia dikepung, dan ia tidak memikirkan perlunya menelusuri para pembunuh 'Utsman setelah ia beroleh kekuasaan.
SURAT 38 Kepada rakyat Mesir ketika ia mengangkat (Malik) al-Asytar sebagai Gubernur mereka
Dari hamba Allah, 'Ali, Amirul Mukminin, kepada rakyat yang menjadi berang demi Allah bilamana ia didurhakai di atas bumi-Nya dan hak-hak-Nya diabaikan serta penindasan telah membentangkan selubungnya atas orang berkebajikan maupun orang jahat, pada orang setempat maupun orang asing. Sebagai akibatnya, tak ada kebaikan yang dilakukan dan tak ada kemungkaran yang ditegak.
Sekarang, saya telah mengirimkan kepada Anda seorang lelaki dari antara para pelayan Allah yang tidak mengizinkan dirinya tidur di hari-hari bahaya, tidak pula mengkerut dari musuh pada saat-saat gawat. la lebih keras terhadap penjahat daripada api yang menyala berkobar. la adalah Malik ibn al-Harits, saudara kita dari (suku) Madzhij. Oleh karena itu, dengarkanlah dia dan taati perintahnya dan berikan hak kepadanya, karena ia adalah sebilah pedang di antara pedang-pedang Allah, yang matanya tidak tumpul dan yang tak gagal mengenai musuhnya. Apabila ia memerintahkan Anda untuk maju, majulah, dan apabila ia memerintahkan Anda untuk tinggal, tinggallah, karena pastilah ia tidak maju atau menyerang dan tidak pula menempatkan seseorang ke belakang atau ke depan kecuali atas perintah saya. Saya telah memilih dia untuk Anda ketimbang bagi diri saya sendiri, karena dia adalah teman Anda dan (karena), kekerasannya terhadap musuh Anda. •
28
Nahjul Balaghah
SURAT 39 Kepada 'Amr ibn 'Ash
Pastilah engkau telah menundukkan agamamu kepada pencarian duniawai dari seorang lelaki yang kesesatannya bukanlah hal tersembunyi dan yang tirainya telah dirobek-robek. la menghalangi orang terhormat dari persahabatannya dan mengelabui orang-orang yang menemai dia. Anda sedang mengikuti jejak kakinya dan mencari kesenangan hatinya seperti seekor anjing yang mengikuti singa sambil melihat kukunya dan menanti sisa-sisa apa saja dari mangsanya yang jatuh kepadanya. Dengan ini engkau telah meruntuhkan duniamu maupun kehidupan akhirat, padahal apabila engkau telah bersiteguh pada yang benar, engkau akan mendapatkan apa yang kau buru. Apabila Allah menganugerahkan kepada saya kekuasaan atasmu dan (Mu'awiah) Ibn Abi Sufyan, saya akan menghadiahimu berdua imbalan atas apa yang telah kau lakukan, tetapi apabila engkau meluputkan diri dan selamat (dari maut), maka setelah ini hanya ada keburukan bagi kalian berdua. Wasalam. •
SURAT 40 Kepada seorang Pejabatnya
Kemudian daripada itu, saya mendengar suatu hal tentang Anda, yang apabila Anda telah berbuat demikian, maka Anda telah memurkakan Tuhan Anda, melanggar imam Anda dan mengkhianati amanat Anda.
Saya mendengar bahwa Anda telah menjarahi bumi dan mengambil segala sesuatu yang di bawah kaki Anda dan menelan apa saja yang di tangan Anda. Kirimkan kepada saya laporan Anda dan ketahuilah bahwa pertanggungan jawab kepada Allah akan lebih keras daripada pertanggungan jawab kepada manusia. Wasalam. •
SURAT 41 Kepada seorang Pejabatnya
Sekarang, saya telah menjadikan Anda mitra dalam amanat saya, dan menjadikan Anda orang utama saya. Dan bagi saya tak ada orang lain dari antara kerabat saya yang lebih terpercaya dari Anda dalam hal bersimpati pada saya, membantu saya dan menghormati amanat saya. Tetapi, bilamana Anda melihat bahwa waktu telah menyerang saudara misan Anda, musuh telah melancarkan peperangan, amanat rakyat sedang dihinakan, dan seluruh umat keluar jalur dan dalam perpecahan, Anda memalingkan punggung Anda terhadap misan Anda, dan mengabaikan dia ketika orang lain mengabaikannya, Anda membiarkan dia ketika orang lain membiarkannya, dan Anda mengkhianati dia ketika orang lain mengkhianatinya. Maka Anda tidak menunjukkan simpati kepada misan Anda, tidak pula melaksanakan amanat.
Nampaknya seakan-akan Anda tidak menghendaki (untuk menyenangkan) Allah dengan jihad Anda, dan seakan-akan Anda tidak berdiri di atas tanda yang jelas dari Thhan Anda. Dan seakan-akan Anda memperdayakan ummah untuk mendapatkan (kesenangan) dunia ini dan menanti-nanti saat kelalaian mereka untuk menyerobot bagian mereka dari harta itu. Segera setelah mungkin bagi Anda untuk menyalahgunakan amanat umat, Anda bergegas untuk berpaling dan menyerang (mereka), dan melakukan loncatan cepat untuk merenggut apa saja sedapat Anda dari hak milik mereka yang dimaksudkan untuk para janda dan yatim piatu mereka, sebagai seekor serigala merenggut kambing luka yang tak berdaya. Lalu, dengan gembira Anda memuatnya ke Hijaz tanpa merasa bersalah karena telah melakukannya. Laknat Allah bagi teman-teman jahat Anda; seakan-akan Anda sedang mengirim kepada keluarga Anda apa yang telah Anda warisi dari ayah dan ibu Anda.
Mahasuci Allah! Tidakkah Anda beriman pada Hari Pengadilan, atau tidakkah Anda takut akan tuntutan tanggung jawab? Wahai Anda yang telah kami anggap sebagai manusia yang berpikiran sehat, betapa Anda dapat menikmati makanan dan minuman bilamana Anda tahu bahwa Anda sedang memakan yang haram dan meminum yang haram. Anda membeli budak-budak perempuan dan mengawini wanita-wanita dengan uang para yatim piatu, orang miskin, kaum mukmin dan para mujahid yang kepada mereka Allah telah melimpahkan uang ini dan yang melalui mereka la menguatkan kota-kota iiu. Takutlah kepada Allah dan kembalikanlah kepada orang-orang ini hak milik mereka. Apabila Anda tidak melakukannya dan Allah menganugerahkan kepada saya kekuasaan atas Anda, saya akan membebaskan diri di hadapan Allah tentang Anda dan menyerang Anda dengan pedang saya yang dengannya saya tidak menyerang siapa pun melainkan ia pergi ke neraka.
Demi Allah, sekalipun Hasan dan Husain yang melakukan apa yang Anda lakukan, tidak akan ada kelunakan pada saya bagi mereka, dan mereka tidak akan mendapatkan jalan mereka pada saya sampai saya telah memulihkan hak dari mereka dan menghancurkan kebatilan yang dihasilkan oleh tindakan mereka yang lalim. Saya bersumpah demi Allah, Tuhannya segala makhluk, bahwa saya tidak akan senang sekiranya uang yang telah Anda ambil itu menjadi millik saya, untuk ditinggalkan kepada para penerus saya dengan jalan pewarisan. Ingatlah diri Anda sendiri dan pertimbangkanlah sejenak seakan-akan Anda telah mencapai akhir hayat dan telah dikuburkan di bawah bumi. Lalu tindakan Anda akan diajukan di hadapan Anda di tempat di mana si penindas berkata, "Sayang," sementara orang yang menyia-nyiakan hidupnya merindu untuk kembali (ke dunia), padahal (waktu itu) bukanlah saat untuk lari melepaskan diri. (QS. 38:3) •
SURAT 42 Kepada 'Umar ibn Abi Salamah al-Makhzumi (anak tiri Nabi dari Ummul Mu'minin Umm Salamah) yang menjabat sebagai Gubernur Amirul Mukminin as di Bahrain, tetapi yang digesernya dan digantikannya dengan an-Nu'man ibn Ajlan az-Zuraqi
Sekarang, saya telah menempatkan an-Nu'man ibn 'Ajlan az-Zuraqi di Bahrain, dan telah membebaskan Anda dari jabatan itu tanpa sesuatu yang buruk dari Anda dan tidak pula mencela Anda, karena Anda telah mengelola propinsi dengan baik dan melaksanakan kewajiban. Oleh karena itu, datanglah kepada saya di saat mana Anda tidak dicurigai dan tidak ditegur, tidak disalahkan dan tidak bersalah. Saya baru saja berniat untuk menghadapi pembangkang Suriah dan menghasratkan Anda berada dengan saya, karena Anda termasuk di antara orang-orang yang saya andalkan dalam memerangi musuh dan menegakkan tiang-tiang agama, apabila Allah menghendaki.
SURAT 43 Kepada Masqalah ibn Hubairah asy-Syaibani, Gubernur Ardasyir Khurrah (Iran)
Saya mendengar tentang Anda suatu hal yang apabila telah Anda lakukan, maka Anda telah menyebabkan kemarahan Allah dan melanggar imam Anda. Anda membagi-bagikan di antara orang-orang Arab (Badui) kerabat Anda yang cenderung kepada Anda hak milik kaum Muslim yang mereka kumpulkan dengan lembing dan kuda mereka dan atasnya darah mereka tertumpah. Demi Allah yang menumbuhkan benih dan menciptakan makhluk hidup, apabila ini benar, maka Anda akan direndahkan dalam pandangan saya dan bobot Anda akan menjadi ringan. Oleh karena itu, jangan mengentengkan kewajiban-kewajiban Anda pada Tuhan Anda, dan janganlah memperbaiki dunia Anda dengan meruntuhkan agama Anda, karena bila demikian, maka Anda akan termasuk di antara yang merugi karena perbuatan (anda).
Ketahuilah bahwa hak kaum Muslim yang ada di sekitar Anda dan yang ada di sekitar saya, dalam harta ini, adalah sama. Atas dasar itu, mereka datang kepada saya dan mengambil bagian darinya. •
SURAT 44 Kepada Ziyad ibn Abih ketika Amirul Mukminin as mengetahui bahwa Mu'awiah telah menulis kepada Ziyad untuk menipunya dan untuk melekatkannya kepadanya sendiri dalam kekerabatan
Saya mendengar bahwa Mu'awiah telah menulis kepadamu untuk menipu akalmu dan menumpulkan ketajamanmu. Engkau harus waspada terhadapnya, karena ia adalah setan yang mendekati seorang mukmin dari depan dan dari belakang, dari kanan dan dari kiri, untuk menerkamnya secara mendadak di saat lalainya dan mengalahkan akalnya.
Di masa 'Umar ibn Khaththab, Abu Sufyan [1] kebetulan mengucapkan suatu hal tanpa pikir yang merupakan suatu saran jahat dari setan, dari mana tiada kekerabatan dikukuhkan dan tak ada hak kewarisan terjadi. Orang yang mengandalkannya adalah seperti tamu yang tak diundang ke suatu pesta minum atau seperti mangkuk yang gemerencing (yang terikat pada pelana).
Sayid Radhi berkata: Ketika Ziyad membaca surat ini ia berkata, "Demi Allah, ia telah memberikan kesaksiannya." Hal itu tertinggal dalam pikirannya hingga Mu'awiah mengakuinya (sebagai saudaranya seayah).
Kata yang digunakan Amirul Mukminin as "al-wâghil, berarti lelaki yang bergabung pada kelompok minum untuk minum-minum bersama mereka, tetapi ia bukan salah seorang di antara mereka. Karena itu ia terus-menerus diusir dan didorong keluar. Kata-kata "an-nauthul mudzabdzab” berarti mangkuk atau cangkir kayu atau semacamnya yang terpaut pada pelana penunggang sehingga bergemerencing bilamana si penunggang mengusir hewan itu atau mempercepat langkahnya. •
[1] Khalifah 'Umar mengirimkan Ziyad ke Yaman untuk suatu pertarungan. Ketika ia kembali setelah menyelesaikan tugasnya, ia berbicara dalam suatu pertemuan di mana juga terdapat Amirul Mukminin as, Khalifah 'Umar, 'Amr ibn al-'Ash, dan Abu Sufyan. Terkesan oleh pidatonya, 'Amr berkata, "Alangkah hebatnya pemuda itu! Sekiranya ia orang Quraisy, maka ia akan memimpin seluruh Tanah Arab dengan tongkatnya." Atasnya Abu Sufyan berkata, "la asal Quraisy, karena saya tahu ayahnya." 'Amr ibn al-'Ash menanyakan ayahnya, lalu Abu Sufyan berkata, "Saya." Para sejarawan juga berpendapat secara konklusif bahwa ibu Ziyad yang bernama Sumayyah adalah budak Harits ibn Kaldah dan dikawinkan dengan seorang budak bemama 'Ubaid, Sumayyah biasa menjalani kehidupan asusila di suatu bagian kota Tha'if yang terkenal sebagai Hâratul-Baghâyâ, dan lelaki asusila sering mengunjunginya. Pada suatu hari Abu Sufyan juga mendatanginya dengan perantaraan Abu Maryam Salûlî. Sebagai hasilnya, lahirlah Ziyad. Ketika 'Amr mendengar hal ini dari Abu Sufyan, ia mengatakan mengapa ia tidak mengumumkannya sebagai putranya sendiri. Abu Sufyan menunjuk kepada Khalifah 'Umar dan mengatakan bahwa ia takut kepada khalifah itu; kalau tidak maka ia akan mengumumkannya sebagai anaknya sendiri. Ketika beroleh kekuasaan, Mu'awiah memulai korespondensi dengannya karena ia memerlukan orang-orang yang cerdas, licik dan ahli rekayasa. Bagaimanapun, ketika Amirul Mukminin as beroleh informasi tentang korespondensi itu, ia menulis surat ini kepada Ziyad di mana ia memperingatkannya agar ia tak jatuh ke dalam perangkap Mu'awiah. Tetapi ia jatuh ke dalam perangkap itu dan bergabung dengan Mu'awiah, dan Mu'awiah menyatakan dia sebagai saudaranya dengan menarik dia ke dalam familinya, padahal Nabi (saw) telah mengatakan,
"Anak pergi ke suami (yang sah) sementara si pezina dirajam."
SURAT 45 Kepada 'Utsman ibn Hunaif al-Anshari, Gubernur Amirul Mukminin as di Bashrah, ketika ia mengetahui bahwa penduduk di tempat itu telah mengundangnya ke suatu perjamuan dan ia menghadirinya
Wahai Ibn Hunaif, saya mendengar bahwa seorang lelaki muda dari Bashrah mengundang Anda ke suatu pesta dan Anda meloncat (menyambut)nya. Makanan berbagai ragam dipilihkan untuk Anda dan mangkuk-mangkuk besar diberikan kepada Anda. Tak pernah saya pikirkan bahwa Anda akan menerima pesta dari suatu kaum yang mengusir para pengemis dan mengundang orang-orang kaya. Lihatlah pada suapan (makanan) yang Anda ambil, tinggalkan apa yang tentangnya Anda ragu dan ambillah yang tentangnya Anda yakin bahwa itu diperoleh secara halal.
Ingatlah bahwa setiap pengikut mempunyai pemimpin yang ia ikuti dan dari sinar pengetahuannya ia mengambil cahaya. Sadarilah bahwa imam Anda telah berpuas diri dengan dua kerat pakaian jembel dari (kesenangan) dunia, dan dua potong roti untuk makanannya. Tentulah Anda tak dapat berbuat demikian, tetapi setidak-tidaknya dukunglah saya dalam kesalehan, usaha, kesucian dan kejujuran, karena, demi Allah, saya tidak menyimpan emas apa pun dari dunia Anda dan tidak menumpuk kekayaan yang melimpah, dan tidak pula mengumpulkan selain kedua lembar (pakaian) jembel itu.
Yang kami miliki di kolong langit ini hanyalah Fadak, [1] tetapi sekelompok orang merasa serakah atasnya dan pihak yang lain memakannya.
Alhasil, Allah adalah hakim yang terbaik. Apa yang akan saya lakukan: ada Fadak atau tidak, sedang besok tubuh ini akan masuk ke kubur yang dalam kegelapannya jejak-jejaknya akan dihancurkan dan (bahkan) kabar-kabar darinya akan lenyap. Itu adalah lobang, sekalipun lebamya diperlebar atau tangan-tangan penggalinya membuatnya luas dan terbuka, batu-batu dan bongkah-bongkah lempung akan menyempitkannya, dan tanah yang berjatuhan akan menutupi celah-celahnya. Saya berusaha untuk menjaga diri saya dalam takwa agar di satu hari ketakutan besar ia akan menjadi damai dan tabah di tempat-tempat yang licin.
Apabila saya mau, saya dapat mengambil jalan yang mengantar kepada (kesenangan dunia seperti) madu mumi, gandum yang halus dan pakaian sutra, tetapi tak mungkin hawa nafsu saya memimpin saya dan keserakahan membawa saya untuk memilih makanan yang bagus-bagus sementara di Hijaz atau di Yamamah mungkin ada orang yang tak mempunyai harapan untuk mendapatkan roti, atau tidak mempunyai cukup makanan untuk dimakan sampai kenyang. Apakah saya akan berbaring dengan perut kenyang sementara di sekitar saya mungkin ada orang yang resah dan gelisah karena perut yang lapar dan haus? Atau, apakah saya akan menjadi seperti yang dikatakan sang penyair,
Cukuplah bagi Anda untuk punya suatu penyakit,
bahwa Anda berbaring dengan perut penuh.
Sementara di sekitar Anda,
orang mungkin sangat merindukan kulit kering.
Apakah saya akan puas dipanggil Amirul Mukminin, walaupun saya tidak turut serta dengan rakyat dalam kesukaran-kesukaran dunia? Ataukah saya harus menjadi suatu teladan bagi mereka dalam kesedihan-kesedihan hidup? Saya tidak diciptakan untuk bersibuk diri dalam memakan makanan yang bagus-bagus seperti hewan tertambat yang satu-satunya kecemasannya ialah makanannya, atau sebagai hewan lepas yang kegiatannya ialah menelan. la memenuhi perutaya dan melupakan tujuan yang di baliknya. Apakah saya akan dibiarkan tanpa kendali untuk memmput dengan bebas, atau menyeret tali kesesatan atau mengembara tanpa tujuan di jalan-jalan kebingungan?
Saya melihat seakan-akan seorang dari Anda akan mengatakan bahwa apabila inilah yang dimakan 'Ali ibn Abi Thalib maka kelemahan pastilah membuatnya tak pantas untuk memerangi musuhnya dan bertamng dengan orang perkasa. Ingatlah bahwa pohon dari hutan adalah kayu yang terbaik, sedang ranting-ranting hijau berbunyi lembut, dan belantara liar sangat kuat menyala dan lambat padam. Hubungan saya dengan Rasulullah ialah hubungan cabang dengan (cabang) lain, atau pergelangan dengan lengan. Demi Allah, seandainya orang-orang Arab bergabung untuk memerangi saya, saya tidak akan lari dari mereka, dan apabila saya mendapat kesempatan, saya akan bergegas menangkap leher mereka. Saya pasti akan berjuang untuk membebaskan bumi dari orang yang berpikiran menyeleweng dan bertubuh yang kasar ini, sehingga remah-remah tanah tersingkir dari gabah.
Sebagian dari Surat yang Sama, yang merupakan akhirnya
Menjauhlah dari saya, wahai dunia. Kendali Anda berada di bahu Anda sendiri, karena saya telah membebaskan diri dari selokan-selokan Anda, menyingkirkan diri saya dari jerat Anda dan mengelak berjalan ke tempat-tempat Anda yang menggelincirkan. Di manakah orang-orang yang telah Anda tipu dengan gurauan-gurauan Anda? Di manakah umat-umat yang telah Anda pikat dengan perhiasan Anda? Mereka semua terkurung di kubur dan tersembunyi di tempat-tempat pekuburan. Demi Allah, apabila Anda merupakan suatu pribadi yang nampak dan tubuh yang dapat merasa, tentulah saya sudah mengganjari Anda dengan suatu hukuman yang ditetapkan oleh Allah, karena dari kaum yang Anda terima melalui hawa nafsu dan umat-umat yang Anda lemparkan ke dalam kehancuran serta para pemimpin yang Anda kirimkan kepada keruntuhan dan Anda giring ke tempat-tempat kesedihan yang sesudahnya tak ada (jalan) pergi dan tak ada (jalan) kembali.
Sesungguhnya barangsiapa melangkah di tempat Anda yang licin, tergelincir; barangsiapa mengendarai gelombang Anda, tenggelam; dan barangsiapa mengelakkan jerat Anda menerima dukungan batin. Orang yang menjaga keselamatan diri dari Anda tidaklah cemas, sekalipun urusannya mungkin tegang dan dunia baginya adalah seperti suatu hari yang hampir habis (kadaluwarsa).
Menjauhlah dari saya, karena, demi Allah, saya tidak menunduk di hadapan Anda agar Anda menghina saya, tidak pula saya melonggarkan kendali untuk Anda supaya Anda boleh melarikan saya. Saya bersumpah demi Allah, kecuali atas kehendak Allah, bahwa saya akan melatih diri saya sedemikian rupa, sehingga ia akan merasa gembira apabila ia mendapatkan sepotong roti untuk dimakan, dan puas dengan hanya garam untuk membumbuinya. Saya akan membiarkan mata saya mengosongkan diri dari air mata seperti sungai yang aimya telah mengalir pergi. Sekiranya 'Ali memakan apa saja yang ia punyai dan seperti temak yang memenuhi pemtnya dari padang mmput, dan berbaring, atau seperti kambing-kambing (yang) merumput, memakan rumput hijau dan masuk ke dalam kandang mereka! Matanya mungkin mati apabila ia, sesudah tahun-tahun panjang, mengikuti temak lepas dan binatang-binatang yang merumput.
Beruntunglah orang yang melaksanakan kewajiban-kewajiban kepada Allah dan mananggung kesukaran-kesukarannya, tidak membiarkan dirinya tidur di malam hari, tetapi bilamana tidur menyergapnya ia berbaring di tanah dengan menggunakan tangannya sebagai bantal, bersama orang-orang yang menjaga matanya agar tetap jaga dalam ketakutan akan Hari Pengadilan, yang tubuhnya selalu jauh dari tempat tidur, yang bibimya selalu bergumam dalam zikir kepada Allah dan yang dosa-dosanya telah dihapus melalui permohonan ampunnya, Mereka itulah golongan Allah, Ketahuilah bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung. (QS. 58:22) Oleh karena itu, wahai Hunaif, bertawakallah ke-pada Allah dan puaslah dengan roti Anda sendiri agar Anda luput dari neraka.•
[1] Fadak adalah suatu tempat subur yang hijau dekat Madinah, milik orang Yahudi. Pada tahun 7 H. Fadak jatuh ke tangan Nabi (saw) dalam rangka perjanjian untuk penyelesaian damai. Setelah jatuhnya Khaibar, kaum Yahudi menyadari kekuatan kaum Muslim yang sesungguhnya. Aspirasi militer Yahudi pun merosot. Melihat Nabi membebaskan orang-orang yang datang memohon perlindungan, mereka pun mengirim pesan damai kepada Nabi dan menyatakan kehendak untuk menyerahkan Fadak kepada beliau dan memohon agar area kediaman mereka tidak dijadikan medan pertempuran. Nabi memperkenankan permohonan amnesti mereka, dan tanah itu menjadi milik pribadi Nabi di mana tak ada orang lain ikut mempunyai kepentingan, dan tak ada yang mungkin menggugatnya, karena kaum Muslim hanya mendapat bagian dari harta yang mereka peroleh sebagai rampasan perang setelah berjihad, sedang harta yang diperoleh tanpa jihad disebut fai' dan hanya Nabi yang berhak atasnya. Allah berfirman,
"Dan apa saja harta rampasan (fai') yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) mereka, maka untuk mendapatkan itu kamu tidak mengerahkan seekor kuda pun dan (tidak pula) seekor unta pun, tetapi Allah yang memberikan kekuasaan kepada Rasul-Nya terhadap siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu." (QS. 59:6)
Tak ada orang yang pemah membantah fakta bahwa Fadak diperoleh tanpa pertempuran, dan oleh karena itu, menjadi hak pribadi Nabi dan tak seorang pun lainnya ikut memilikinya. Para sejarawan menulis,
"Fadak adalah milik pribadi Nabi karena kaum Muslim tidak menggunakan kuda atau unta mereka untuk itu." (Ath-Thabarî, Târîkh, h. 1582-1583,1589;Ibn Katsir, al-Kâmil, II, h. 224-225; Ibn Hisyam, as-Sîrah, III, h. 368; Ibn Khaldun, at-Târîkh, II, bagian u, h. 40; ad-Diyârbakrî, Târîkh al-Khamîs, II, h. 58; as-Sîrah al-Halabiyyah, III, h. 50)
Sejarawan Ahmad ibn Yahya al-Baladzuri (m. 279 H./892 M.) menulis,
"Fadak adalah milik pribadi Nabi karena kaum Muslim tidak menggunakan kuda atau unta mereka untuk itu." (Futûh al-Buldân, I, h. 37)
'Umar ibn Khaththab sendiri menganggap Fadak sebagai milik pribadi Nabi ketika ia menyatakan,
'Tanah Bani Nadhîr termasuk di antara yang dianugerahkan Allah kepada Rasul-Nya; terhadapnya tidak digunakan kuda maupun unta, tetapi tanah-tanah itu menjadi milik Allah secara khusus." (al-Bukhari, Shahîh, IV, h. 46; VII, h. 82; DC, h. 121-122; Muslim, Shahih, V, h. 151; Abu Dawud, as-Sunan, m, h. 139-141; an-Nasa'i, as-Sunan, VII, h. 132; Ahmad ibn Hanbal, Musnad, I, h. 25, 48, 60, 208; aI-Baihaqi, as-Sunan al-Kubrâ, VI, h. 296-299)
Juga terbukti secara sepakat bahwa di masa hidup beliau Nabi telah memberikan kebun ini kepada Fathimah sebagai hadiah. Mulla 'Ali Muttaqi menulis tentang itu. "Diriwayatkan melalui al-Bazzar, Abu Ya'la, Ibn Abi Hatim, Ibn Marduwaih, dan lain-lain, dari Abu Sa'id ad-Khudri bahwa ketika ayat,
'Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya...' (QS. 17:26) diwahyukan, Nabi memanggil Fathimah dan memberikan Fadak kepadanya." (as-Suyuthi, ad-Dur al-Mantsur, IV, h. 177; al-Haitsami, Majma' az-Zawâ'id, VII, al-Muttaqi, Kanzul 'Ummâl, III, h. 439, al-'Alusî, Ruh al-Ma'ânî, XV, h.62)
Ketika Abu Bakar menjadi khalifah, maka mengingat beberapa kepentingan Negara, ia melepaskan hak Fathimah atas Fadak dan mengambilnya. Dalam hal ini para sejarawan menulis,
"Sesungguhnya Abu Bakar mengambil Fadak dari Fathimah as." (Ibn Abil Hadid, Syarh Nahjul Balâghah XVI, h. 219; as-Samhudi, Wafâ' al-Wafâ', III, h. 1000; Ibn Hajar, Ash-Shawâ'iq al-Muhriqah, h. 32)
Fathimah bangkit memprotes terhadapnya. Ketika memprotes kepada Abu Bakar, ia berkata, "Anda telah mengambil alih hak atas Fadak padahal Nabi telah memberikannya kepada saya dalam masa hidup beliau." Atasnya Abu Bakar meminta Fathimah mengajukan saksi tentang pemberian itu. Akibatnya Amirul Mukminin as dan Umm Aiman memberikan kesaksian bagi Fathimah. Tetapi bukti itu dipandang tak dapat diterima oleh Abu Bakar, dan tuntutan Fathimah ditolak. (Umm Aiman adalah budak yang dibebaskan Nabi dan pengasuh Nabi. la adalah ibu dari Usamah ibn Zaid ibn al-Haritsi. Nabi biasa mengatakan, "Umm Aiman adalah ibuku setelah ibuku." (al-Mustadrak, IV, h. 63; ath-Thabari, III, h. 3460; al-Istt'ab, IV, h. 1793; Usd al-Ghabah, V, h. 567; Nabi memberi kesaksian bahwa dia termasuk di antara penghuni surga. (Ibn Sa'd, VIII, h. 192; al-Ishâbah, IV, h. 432)
Tentang hal ini Baladzuri menulis,
"Fathimah berkata kepada Aba Bakar, 'Rasulullah telah memberikan Fadak kepada saya.' Lalu Abu Bakar memintanya mengajukan seorang saksi selain Ummu Aiman seraya berkata, 'Wahai putri Nabi, Anda tahu bahwa saksi tak dapat diterima kecuali oleh dua orang laki-laki atau seorang laki-laki dan dua wanita'."
Setelah itu tak ada lagi kemungkinan untuk menyangkali bahwa Fadak adalah milik pribadi Nabi dan bahwa beliau tetah melengkapi pemberiannya dengan jalan menyerahkan pemilikannya di masa hidupnya. Tetapi Abu Bakar mengambil alih kepemilikannya dan melepaskan hak Fathimah atasnya. Sehubungan dengan ini ia menolak kesaksian 'Ali dan Umm Aiman atas dasar bahwa kesaksian tidak lengkap hanya dengan seorang lelaki dan seorang wanita. Di samping mereka, Imam Hasan dan Imam Husain memberikan kesaksian pula mendukung Fathimah, tetapi kesaksian mereka pun ditolak atas dasar bahwa kesaksian keturunan dan anak-anak belum dewasa tak dapat diterima untuk mendukung orang tuanya. Kemudian Rabah, budak Nabi, juga diajukan sebagai saksi mendukung tuntutan Fathimah, tetapi ia pun ditolak. (Baladzuri, Futûh al-Buldân, I, h. 35; al-Ya'qubî, Târîkh, III, h. 195; al-Mas'udi, Murûj adz-Dzahab, III, h. 237; Abu Hilal al-'Askari, al-Awâ'il, h. 209; Wafâ' al-Wafâ', fu, h. 999, 1000-1001; Yaqut al-Hamawi, Mu'jam al-Buldan, IV, h. 239; Ibn Abil Hadid, Syarh Nahjul Balaghah, XVI, h. 216, 219-220, 274; Ibn Hazm, al-Muhalla, VI, h. 507; As-Sirah al-Halabiyyah, III, h. 361; al-Fakhr ar-Razi, at-Tafsir, XXIX, h. 284)
Pada tahap ini timbul pertanyaan, bilamana kepemilikan Fathimah atas Fadak diakui sebagaimana juga telah dijelaskan oleh Amirul Mukminin as dalam suratnya ini, dengan mengatakan, "Kami mempunyai Fadak", apa maknanya meminta Fathimah mengajukan saksi atas tuntutannya, karena kewajiban mengajukan bukti tidak terietak pada orang yang memilikinya. Onus bukti itu terletak pada orang yang menggugat tuntutan itu, karena pemilikan itu sendiri merupakan bukti. Karena itu maka Abu Bakar yang seharusnya menunjukkan bukti tentang keabsahannya mengambil alih tanah itu, dan apabila ia tak mampu berbuat demikian maka itu berarti suatu bukti atas absahnya kepemilikannya. Karena itu, maka salah apabila meminta Fathimah mengajukan kesaksian atau bukti yang lebih banyak lagi.
Aneh bahwa ketika tuntutan-tuntutan lain sejenis ini diajukan kepada Abu Bakar, ia memberikannya sesuai pemyataan para pengklaim itu semata-mata atas dasar klaimnya tanpa diminta mengajukan saksi. Sehubungan dengan ini, para pakar hadis menulis,
"Diriwayatkan dari Jabir ibn 'Abdullah al-Anshari bahwa Rasulullah telah berkata bahwa bilamana rampasan perang dari Bahrain telah tiba maka beliau akan memberikan kepadanya ini dan itu dari harta itu. Ketika harta itu tiba, di masa Abu Bakar, ia pergi kepadanya dan Abu Bakar memaklumkan bahwa barangsiapa yang mempunyai klaim atas Rasulullah atau kepada siapa beliau telah menjanjikan sesuatu hendaklah ia datang mengajukan klaimnya. Maka saya pun pergi kepadanya dan mengatakan kepadanya bahwa Nabi telah menjanjikan kepada saya barang anu dan anu dari harta rampasan perang dari Bahrain, yang atasnya ia memberikan kepada saya semua itu." (al-Bukhari, Shahih, 111, h. 119-209, 236; IV, h. 110; V, h. 218; Muslim, Shahih, VII, h. 75-76; at-Tirmdzi, V, 129; Ahmad ibn Hanbal, Musnad, III, h. 307-308; Ibn Sa'd, ath-Thabaqât al-Kabir, 11, bagian II, h. 88-89)
Dalam penjelasan hadis ini, Syihabuddin ibn 'Ali (Ibn Hajar) al-'Asqalani asy-Syafi'i (773-852 H./1372-1449 M.) dan Badruddin Mahmud ibn Ahmad al-'Aini al-Hanafi (762-855 H./1372-1451 M.) menulis,
"Hadis ini mengantarkan kepada kesimpulan bahwa bukti oleh seorang sahabat Nabi saja pun dapat diterima sebagai bukti yang penuh, walaupun demi keuntungan dirinya sendiri, karena Abu Bakar tidak meminta Jabir mengajukan saksi untuk membuktikan klaimnya." (Fath al-Bâri fi Syarh Shahih al-Bukhari, V, h. 380; 'Umdatal-Qâri fiSyarh Shahih al-Bukhari, XII, 121)
Apabila sah memberikan harta kepada Jabir atas dasar kesan baik tanpa menuntut saksi atau bukti maka apa yang menghalangi untuk memberikan klaim Fathimah atas dasar kesan baik yang sama? Apabila kesan baik ada terdapat dalam kasus Jabir sehingga dianggap mustahil bahwa ia akan memanfaatkan dusta maka mengapa tak boleh ada kepercayaan seperti itu mengenai Fathimah, bahwa ia tak akan berkata dusta tentang Nabi hanya untuk sebidang tanah? Pertama, kejujuran dan kesetiaannya yang diakui cukuplah untuk menerima kebenaran dalam klaimnya serta kesaksian Amirul Mukminin as dan Umm Aiman yang membenarkannya, juga ada di samping bukti-bukti lain. Telah dikatakan bahwa klaim tak dapat diputuskan bagi keuntungan Fathimah atas dasar kedua saksi itu karena Al-Qur'an telah meletakkan prinsip kesaksian bahwa,
"... dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua orang lelaki maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan...." (QS. 2:282)
Apabila prinsip ini universal dan umum maka ia harus dianggap beriaku pada setiap kesempatan, tetapi dalam beberapa kesempatan kedapatan bahwa hal itu tidak diikuti. Misalnya, ketika seorang Arab berselisih dengan Nabi tentang seekor unta, Khuzaimah ibn Tsabit al-Anshari memberikan kesaksian bagi Nabi, dan satu kesaksian ini dianggap sama dengan dua kesaksian, karena tak diragukan kejujuran dan kebenaran dari individu yang baginya kesaksian itu terarah. Karena alasan inilah maka Nabi memberikan kepadanya gelar Dzusy-Syahadatain (yang kesaksiannya sama dengan kesaksian dua orang). (Bukhari, IV, h. 24; VI, h. 146; Abu Dawud, III, 308; an-Nasa'i, VII, h. 302; Ahmad ibn Hanbal, V, h. 188, 189, 216; al-Isti'ab, II, 448; Usd al-Ghabah, II, h. 114; al-Ishabah, I, h. 425-426; ash-Shan'ani, al-Mushannaf, VIII, h. 366-368)
Sebagai akibatnya, tidaklah generalitas ayat tentang kesaksian itu dipengaruhi oleh tindakan ini dan tidak pula ia dipandang bertentangan dengan syariat tentang kesaksian. Jadi, apabila di sini, mengingat kejujuran Nabi, seorang saksi bagi beliau dianggap sama dengan dua kesaksian, maka tak dapatkah kesaksian ‘Ali dan Umm Aiman dianggap cukup bagi Fathimah mengingat kebesaran moral dan kejujurannya? Lagi pula, ayat ini tidak menunjukkan bahwa tak mungkin ada cara lain untuk memapankan klaim selain dengan kedua cara itu. Sehubungan dengan ini Qadhi Nurullah al-Mar'asyi at-Tustari (956-1019 H./1549-1610 M.) menulis dalam Ihqâq ul-Haqq, bab "al-Matha'in",
"Pandangan orang yang menaruh keberatan bahwa dengan kesaksian Umm Aiman syarat pembuktian itu tidak lengkap, adalah keliru, atas dasar bahwa dari hadis-hadis tertentu kelihatan bahwa adalah sah memberikan keputusan atas dasar satu saksi dan tak mesti berarti bahwa petunjuk Al-Qur'an itu telah dilanggar, karena ayat ini berarti bahwa suatu keputusan dapat diberikan atas kekuatan kesaksian dua lelaki atau seorang lelaki dan dua orang perempuan, dan bahwa kesaksian mereka itu cukup. Dari sini tidak nampak bahwa apabila ada dasar-dasar lain selain pembuktian saksi yang tak dapat diterima, dan bahwa keputusan hukum tak dapat diberikan atas dasamya, kecuali bila diargumentasikan bahwa hanya itulah satu-satunya pengertian ayat itu. Tetapi, karena setiap makna bukanlah argumentasi yang final, pengertian ini tak dapat dihapus, khususnya karena hadis jelas-jelas menunjuk ke arah pengertian yang sebaliknya. dan mengabaikan pengertian ini tidak mesti berarti pelanggaran terhadap ayat itu. Kedua, ayat itu memungkinkan pilihan antara kesaksian dua orang lelaki serta satu lelaki dan dua perempuan. Apabila dengan adanya hadis itu ditambahkan suatu pilihan ketiga yakni bahwa suatu keputusan dapat dilakukan melalui kesaksian lain pula, maka bagaimana dapat dimestikan bahwa ayat Al-Qur'an itu dianggap dilanggar?"
Bagaimanapun juga, dari jawaban ini jelaslah bahwa si pengklaim tidak wajib mengajukan kesaksian dua lelaki atau seorang lelaki dan dua wanita dalam mendukung klaim itu, karena apabila ada satu orang saksi dan si penuntut menyatakan dengan sumpah, maka ia dapat dianggap mempunyai keabsahan dalam kesaksiannya, dan keputusan yang diberikan dengan jalan kesaksian lain dapat diberikan bagi keuntungannya. Sehubungan dengan ini diriwayatkan oleh lebih dari dua belas sahabat Nabi bahwa,
"Rasulullah biasa memutuskan perkara atas dasar kekuatan satu saksi dan dengan mengambil sumpah."
Telah diterangkan oleh beberapa sahabat Nabi dan beberapa ulama fiqih bahwa keputusan ini berhubungan secara khusus dengan hak-hak, hak milik dan transaksi-transaksi; dan keputusan ini dipraktikkan oleh tiga khalifah, Abu Bakar, 'Umar dan 'Utsman. (Muslim, V, h. 128; Abu Dawud, III, h. 308-309; Tirmidzi, fu, h. 627-629; Ibn Majah, 11, h. 793; Ahmad ibn Hanbal, I, 248, 315, 328; 111, h. 305; V, h. 285; Malik ibn Anas, al-Muwaththa', II, h. 721-725; al-Baihaqi, as-Sunan al-Kubra, X, h. 167-176; ad-Daraquthni, as-Sunan, IV, h. 202; Kanzul ‘Ummâl, VII, h. 13)
Bilamana keputusan diambil atas dasar satu saksi dengan sumpah, maka sekiranya pun menurut pandangan Abu Bakar tuntutan kesaksian tidak lengkap, ia mestinya meminta Fathimah bersumpah lalu memberikan keputusan bagi keuntungannya. Tetapi tujuannya adalah untuk menodai kejujuran Fathimah agar di masa depan kesaksiannya tidak menimbulkan masalah.
Namun, ketika tuntutan Fathimah ditolak secara itu dan Fadak tidak diakui sebagai pemberian Nabi kepadanya, ia menuntutnya atas dasar warisan dengan mengatakan,
"Apabila Anda tidak setuju bahwa Nabi telah memberikannya kepada saya, Anda tak dapat menyangkal bahwa Fadak dan pendapatan dari Khaibar maupun dari tanah-tanah sekitar Madinah adalah milik pribadi Nabi, dan saya adalah satu-satunya ahli waris beliau."
Tetapi haknya sebagai ahli waris pun ditolak atas dasar sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Bakar sendiri bahwa Nabi telah bersabda,
"Kami para nabi tidak mempunyai ahli waris dan apa saja yang kami tinggalkan merupakan sedekah." (al-Bukhari, IV, h. 96; V, h. 25, 26; Vfu, h. 185; Muslim, V, h. 153-155; at-Tirmidzi, IV, h. 157-158; Abu Dawud, M, h. 143-144; an-Nasa'i, VII, h. 132; Ahmad ibn Hanbal, I, h. 4, 6, 9, 10; al-Baihaqi, VI, h. 300; Ibn Sa'd, II, h. 86-87; ath-Thabari, I, h. 1825; Târîkh al-Khamis, II, h. 173-174)
Selain Abu Bakar, tak ada seorang pun lainnya yang mengetahui adanya ucapan yang ditunjukkan sebagai hadis Nabi itu, dan tak seorang pun di antara para Sahabat Nabi yang peraah mendengamya. Maka Jalaluddin 'Abdur-Rahman ibn Abu Bakar as-Suyuthi asy-Syafi'i (849-911 H./1445-1505 M.) dan Syihabuddin Ahmad ibn Muhammad (Ibn Hajar) al-Haitsami asy-Syafi'i (909-974 H./1504-1567 M.) menulis,
"Setelah wafatnya Nabi, terdapat perselisihan pandangan tentang warisan itu, dan tak seorang pun mempunyai suatu infonnasi dalam hal itu. Lalu Abu Bakar mengatakan bahwa ia telah mendengar Rasulullah mengatakan bahwa 'Kami para nabi tidak mempunyai ahli waris dan apa saja yang kami tinggalkan menipakan sedekah.'" (Târîkh al-Khulafâ', h. 73; ash-Shawa'iq al-Muhriqah, h. 19)
Akal menolak untuk percaya bahwa Nabi tidak mengatakannya kepada para individu yang dapat dianggap sebagai ahli waris beliau bahwa mereka tidak akan menerima warisan, tetapi memberitahukan kepada pihak ketiga yang sama sekali bukan keluarga bahwa mereka tidak akan menjadi ahli waris beliau. Kemudian, cerita itu baru diumumkan ketika kasus Fadak telah diajukan ke pengadilan dan ia sendiri menjadi pihak lawan. Dalam keadaan demikian bagaimana pengajuannya akan sebuah hadis yang mendukung dirinya, yang tak pemah didengar orang lain, dianggap sah. Apabila diargumentasikan bahwa hadis ini harus diandalkan mengingat besarnya kedudukan Abu Bakar, maka mengapa Fathimah tak dapat diandalkan mengklaim pemberian itu karena kejujuran dan kebenarannya, lebih-lebih lagi bila kesaksian Amirul Mukininin as dan Umm Aiman serta orang-orang lain juga mendukungnya? Apabila dirasakan perlunya untuk memanggil kesaksian lebih banyak lagi dalam kasusnya, maka kesakisan dapat pula diminta tentang hadis ini, khususnya karena hadis ini bertentangan dengan ajaran-ajaran umum dalam Al-Qur'an tentang kewarisan. Bagaimana mungkin sebuah hadis yang lemah dalam hal periwayatannya dan dipertanyakan atas dasar fakta-fakta dianggap mengkhususkan suatu generalitas dalam ajaran Al-Qur'an, karena masalah warisan para nabi jelas disebutkan di dalam Al-Qur'an. Allah berfirman,
"Dan Sulaiman telah mewarisi Dawud.... (QS. 27:6) Di bagian lain dinyatakan dalam kata-kata Nabi Zakariyya, "... maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putra yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebagian keluarga Ya'qub...." (QS. 19:5-6)
Pada ayat-ayat di atas warisan itu merujuk warisan dalam harta kekayaan; mengambilnya dalam arti pengetahuan kenabian bukan saja aneh tetapi juga bertentangan dengan fakta, karena pengetahuan dan kenabian bukanlah obyek pewarisan, dan tidak pula hal itu memiliki sifat untuk transmisi melalui warisan, karena apabila demikian halnya maka seluruh keturunan seorang nabi akan menjadi nabi. Tak ada maknanya dalam membuat perbedaan bahwa keturunan sebagian nabi dapat mewarisi kenabian sedang yang lainnya tidak mendapatkannya, Aneh bahwa teori tentang transmisi kenabian melalui warisan disiarkan oleh orang-orang yang selalu menaruh keberatan terhadap Syi'ah bahwa mereka memandang imamah dan kekhalifahan sebagai obyek warisan dan terbatas pada satu famili saja. Tidakkah kenabian menjadi obyek warisan dengan memandang warisan dalam ayat ini sebagai berarti suksesi dalam kenabian?
Apabila dalam pandangan Abu Bakar berdasarkan hadis ini tak mungkin ada ada waris dari Nabi, maka di manakah hadis ini ketika suatu dokumen telah ditulis yang mengakui klaim Fathimah atas warisan? Nuruddin ‘Ali ibn Ibrahmi al-Halabi asy-Syafi'i (975-1044 H./1567-1635 M.) mengutip dari Syamsuddin Yusuf (Sibth ibn al-Jauzi) al-Hanau (581-654 H./H85-1256 M.) meriwayatkan,
"Abu Bakar sedang di mimbar ketika Fathimah datang kepadanya seraya berkata, 'Hai, Abu Bakar, Al-Qur'an mengizinkan anak perempuan Anda mewarisi Anda, tetapi saya tak boleh mewarisi dari ayah saya!' Abu Bakar menangis lalu turun dari mimbar. Kemudian ia menulis untuknya (Fathimah) tentang Fadak. Pada saat itu 'Umar tiba dan menanyakan apa itu. Abu Bakar menjawab, 'Itu dokumen yang telah saya tulis untuk Fathimah tentang warisannya dari ayahnya.' 'Umar berkata, 'Apa yang akan Anda belanjakan pada kaum Muslim sementara orang-orang Arab sedang melancarkan peperangan melawan Anda, sebagaimana Anda lihat?' Lalu 'Umar mengambil dokumen itu dan merobeknya." (as-Sirah al-Halabiyyah, 111, h. 361-362)
Setiap orang yang berpikiran wajar yang melihat perilaku ini dapat dengan mudah menarik kesimpulan bahwa hadis itu diada-adakan dan batil, dibuat-buat hanya untuk mendapatkan pemilikan atas Fadak dan warisan-warisan lainnya. Akibatnya, Fathimah menolak 'hadis' itu serta mengungkapkan kemarahannya dengan mewasiatkan tentang Abu Bakar dan 'Umar bahwa keduanya tak boleh ikut serta dalam salat jenazahnya.
'A'isyah meriwayatkan,
"Fathimah as putri Nabi (saw) meminta Abu Bakar (setelah ia menjadi khalifah sepeninggal Nabi) menuntut darinya warisannya yang ditinggalkan Rasulullah dari apa yang telah dianugerahkan Allah (secara khusus) untuk beliau di Madinah, dan Fadak, dan apa yang tertinggal dari khumus dari (pendapatari tahunan yang diterima) dari Khaibar .... Abu Bakar menolak untuk menyerahkan apa pun darinya kepada Fathimah. Kemudian Fathimah menjadi marah kepada Abu Bakar dan meninggalkannya dan tidak berbicara kepadanya hingga akhimya .... Ketika ia (Fathimah) meninggal, suaminya 'Ali ibn Abi Thalib menguburkannya di waktu malam. la tidak memberitahukan kepada Abu Bakar tentang kematiannya (Fathimah) dan ia mengurus jenazahnya sendirian ...." (al-Bukhari, V, h. 177; VIII, h. 185; Muslim, V, h. 153-155; Al-Baihaqi, IV, h. 29; VI, 300-301; Ibn Sa'd, II, bagian ii, h. 86; Ahmad ibn Hanbal, I, h. 9; ath-Thabari, I, h. 1825; Ibn Katsir, Târîkh, V, h. 285-286; Ibn Abil Hadid, VI, h. 46; dan Wafâ’ al-Wafâ', 111, h. 995)
Sehubungan dengan ini Umm Ja'far, putri Muhammad ibn Ja'far, meriwayatkan tentang permohonan Fathimah as kepada Asma' binti 'Umais dekat sebelum matinya,
"Bilamana saya meninggal, saya menghendaki Anda dan 'Ali memandikan saya, dan jangan mengizinkan siapa pun masuk ke dalam (rumah) saya."
Ketika ia meninggal, 'A'isyah datang hendak masuk. Asma' mengatakan kepadanya, "Janganlah masuk." 'A'isyah mengadu kepada Abu Bakar (ayahnya) seraya mengatakan, "Perempuan dari suku Kats'am (Asma') itu menjadi perantara kita dengan putri Rasulullah ...." Lalu Abu Bakar datang dan berdiri di pintu seraya berkata, "Hai Asma', apa yang membuat Anda menghalangi para istri Nabi memasuki (rumah) putri Rasulullah?" Asma' menjawab, "Dia sendiri yang memerintahkan saya supaya tidak membiarkan siapa pun memasuki (rumah)nya ...." Abu Bakar berkata, "Lakukanlah apa yang diperintahkannya kepada Anda." (Hilyah al-Auliya', II, h. 43; as-Sunan al-Kubra, fu, h. 396; IV, h. 334; Ansâb al-Asyrâf, I, 405; al-lsti'ab, IV, h. 1897-1498; Usd al-Ghâbah, V, h. 524; al-lshabah, IV, h. 378-379)
Fathimah as juga telah mengajukan permohonan kepada Amirul Mukminin as agar ia dimakamkan di malam hari dan agar tak seorang pun datang kepadanya, bahwa Abu Bakar dan 'Umar tak boleh diberitahu tentang kematian dan penguburannya, dan bahwa Abu Bakar tak boleh diizinkan salat atas jenazahnya.
Ketika ia meninggal, ‘Ali memandikannya dan menguburkannya dalam kesunyian malam, tanpa diberitahukan kepada Abu Bakar dan 'Umar. Maka kedua orang ini tak mengetahui penguburannya.
Muhammad ibn Umar al-Waqidi (130-207 H./747-823 M.) berkata,
'Telah dibuktikan kepada kami bahwa 'Alt as melaksanakan salat jenazahnya dan menguburkannya di malam hari, disertai oleh 'Abbas (ibn 'Abdul Muththalib), dan (putranya) al-Fadhl, dan tidak memberitahukan kepada siapa pun (lainnya).
Sebab itulah tempat kuburan Fathimah as tersembunyi dan tidak diketahui, dan tak seorang pun yakin tentang hal itu. (al-Mustadrak, III, h. 162-163; al-Mushannaf, IV, h. 141; Ansâb al-Asyrâf, I, h. 402-405; al-Isti'ab, IV, h. 1898; Usd al-Ghabah, V, h. 524-525; al-Ishabah, IV, h. 379-380; ath-Thabari, III, h. 2435-2436; Ibn Sa'd, VIII, h. 19-20; Wafa' al-Wafa', III, h. 901-902, 904, 905;
Ibn Abil Hadid, XVI, h. 279-281)
Untuk mengatributkan ketidaksenangan Fathimah pada sentimen dan dengan itu merendahkan pentingnya, tidaklah tepat, karena apabila ketidaksenangan ini merupakan akibat sentimen, maka Anurul Mukminin as tentu sudah melarangnya sebagai ketidaksenangan yang salah kaprah, tetapi tak ada sejarah yang menunjukkan bahwa Anurul Mukminin as menganggap ketidaksenangan ini sebagai salah kaprah. Di samping itu, bagaimana mungkin ketidaksenangannya merupakan hasil perasaan pribadi atau sentimen karena kesenangan atau ketidaksenangannya selalu sesuai dengan kehendak Allah. Hadis Nabi yang berikut ini merupakan bukti atasnya.
"Hai Fathimah, sesungguhnya Allah berang dalam kemarahan Anda dan rida dalam keridaan Anda." (al-Mustadrak, III, h. 153; Usd al-Ghâbah, al-Ishabah, IV, h. 366; Tahdzîb at-Tahdzîb, XII, h. 441; al-Khasha'ish al-Kubra, II, h. 265; Kanz al-'Ummal, Xin, h. 96; XVI, h. 280; Majma' az-Zawa'id, IX, h. 203)
Sekilas Riwayat Fadak Sepeninggal Fathimah
Motif yang mendorong kita menelusuri sejarah Fadak dan kelanjutan peristiwa sesudahnya selama waktu tiga abad dari teks-teks buku sejarah adalah untuk menjelaskan tiga hal:
a. Perintah untuk menghapus warisan dari para nabi dilakukan oleh Nabi; dengan kata lain, harta Nabi adalah bagian dari perbendaharaan umum dan menjadi milik seluruh kaum Muslim. Ini diklaim oleh khalifah pertama Abu Bakar, dan ditolak oleh para penggantinya, baik oleh kedua khalifah berikutnya ('Umar dan 'Utsman), maupun para khalifah Bani Umayyah dan 'Abbasiah. Kita harus mempertimbangkan keabsahan dan kebenaran kekhalifahan mereka tergantung pada kebenaran dan keabsahan tindakan dari kekhalifahan khalifah yang pertama.
b. Amirul Mukminin ('Ali as) dan keturunan Fathimah tidak pemah ragu-ragu mengenai kebenaran klaim mereka. Mereka mendesak dan mengukuhkan bahwa Fathimah as benar dan bahwa klaim Abu Bakar selalu ditolak, dan mereka tidak menyerah kepada klaim palsu itu.
c. Bilamana saja seorang khalifah membuat keputusan untuk mengefektifkan perintah Allah, mengenai Fadak, untuk melaksanakan keadilan dan kesamaan, dan memulihkan hak kepada yang berhak sesuai dengan aturan Islam, ia mengembalikan Fadak kepada keturunan Fathimah as dan menyerahkannya kepada mereka.
1. 'Umar ibn Khaththab adalah orang yang paling kasar dalam melepaskan hak Fathimah as atas Fadak serta warisannya, dan ia sendiri mengatakan,
"Ketika Rasulullah meninggal, saya datang bersama Abu Bakar kepada 'Ali .ibn Abi Thalib seraya berkata, 'Apa kata Anda tentang apa yang telah ditinggalkan Rasulullah?' la menjawab, 'Kami yang paling mempunyai hak dengan Nabi.' Saya ('Umar) berkata, 'Bahkan harta dari Khaibar?' la berkata, 'Ya, bahkan yang dari Khaibar.' Saya berkata, 'Bahkan yang dari Fadak?' la menjawab, 'Ya, bahkan yang dari Fadak?' Lalu saya berkata, 'Demi Allah, kami katakan tidak, sekalipun Anda memotong leher kami dengan gergaji.'" (Majma' az-Zawâ'id, IX, h. 39-40)
Dan sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, 'Umar kemudian mengambil dokumen tentang Fadak lalu merobeknya. Tetapi, ketika 'Umar menjadi khalifah (13-23 H./634-644 M.) ia mengembalikan Fadak kepada ahli waris Nabi. Sejarawan dan geografis termasyhur, Yaqut al-Hamawi (574-626 H./1178-1229 M.), dalam mengikuti peristiwa Fadak mengatakan,
"Kemudian, ketika 'Umar ibn Khaththab menjadi khalifah dan beroleh kejayaan, dan kaum Muslim telah beroleh kekayaan yang melimpah (yakni, perbendaharaan umum memenuhi kebutuhan kekhalifahan), ia membuat keputusan yang bertentangan dengan pendahulunya, dan (keputusan) itu ialah memberikannya (Fadak) kembali kepada ahli waris Nabi. Pada waktu itu 'Ali ibn Abi Thalib dan 'Abbas ibn 'Abdul Muththalib memperselisihkan Fadak.
'Ali berkata bahwa Nabi (saw) telah memberikannya kepada Fathimah semasa hidup beliau. 'Abbas menolak hal ini dan mengatakan, 'Ini dahulu berada dalam pemilikan Nabi (saw) dan saya ikut serta memiliki dalam warisan beliau.' Mereka sedang memperselisihkan ini di antara sesama mereka dan meminta 'Umar untuk menyelesaikan perkara itu. la menolak mengadili di antara mereka seraya berkata, 'Anda berdua lebih sadar dan mengetahui permasalahan Anda; tetapi saya hanya memberikannya kepada Anda ....'" (Mu'jam al-Buldan, IV, h. 238-239; Wafa' al-Wafa', fu, h. 999; Tahdzîb al-Lughah, X, h. 124; Lisan al-'Arab, X, h. 473; Taj al-'Arus, VII, h. 166)
Penyebab 'Umar dan Abu Bakar berusaha merebut Fadak adalah alasan ekonomi dan politik, bukan hanya urusan keagamaan, karena episode sebelumnya menunjukkan, ketika keadaan ekonomi dan politik kekhalifahan membaik, dan tidak diperlukan lagi pendapatan dari Fadak, keputusan 'Umar pun berubah.
Bagian terakhir dari peristiwa historis ini telah kami selipkan kemudian untuk menunjukkan hal warisan oleh saudara dari yang telah meninggal, atau saudara dari si almarhum bilamana ia tidak mempunyai putra. Problemanya adalah masalah perselisihan di antara berbagai mazhab Islam. Pembahasan hukum dan fiqih menyimpang dari masalah kita. Kami hanya membahas hal itu secara historis.
'Abbas tidak mempunyai klaim dalam kasus ini karena ia tidak menunjukkan bahwa ia mempunyai bagian dalam harta ini dan tidak pula keturunannya memandang (harta) itu sebagai aset mereka ketika menjadi khalifah dan memerintah. Mereka menguasai kebun itu dalam kedudukan mereka sebagai khalifah, atau mereka mengembalikannya kepada keturunan Pathimah ketika mereka memutuskan menjadi pemerintah yang adil.
2. Ketika 'Utsman ibn 'Affan menjadi khalifah (23-35 H./644-656 M.) sepeninggal 'Umar, ia memberikan Fadak kepada Marwan ibn Hakam, sepupunya (as-Sunan al-Kubra, VI, h. 301; Wafa' al-Wafa’, 111, h. 1000; Ibn Abil Hadid, I, h. 198) dan ini merupakan salah satu penyebab rasa permusuhan di kalangan kaum Muslim terhadap 'Utsman (Ibn Qutaibah, al-Ma'arif, h. 195; al-'Iqd al-Fand, IV, h. 283, 435; Abul Fida', at-Târîkh, Ibn al-Wardi, I, h. 204) yang berakhir dengan pemberontakan dan pembunuhannya. "Sedang sebelumnya Fathimah mengklaim-nya, kadang-kadang sebagai warisannya dan kadang-kadang sebagai pemberian (dari ayahnya) ia diusir dari (Fadak) itu," sebagaimana kata Ibn Abil Hadid dalam Syarh Nahjul Balaghah. Secara ini Fadak jatuh ke dalam kekuasaan Marwan. la biasa menjual penghasilannya sekurang-kurangnya 10.000 dinar setahun, dan bila dalam beberapa tahun penghasilannya menurun, tidaklah berarti banyak. Ini merupakan keuntungannya yang biasa sampai di masa Khalifah 'Umar ibn 'Abdul Aziz dalam tahun 100 H./718 M. (Ibn Sa'd, V, h. 286, 287; Shubh al-A'sya, IV, h.291)
3. Ketika Mu'awiah ibn Abi Sufyan menjadi khalifah (41-60 H./661-680 M.) ia menjadi mitra Narwan dan lain-lain dalam pemilikan atas Fadak. la memberikan sepertiganya kepada Marwan dan sepertiga kepada 'Amr ibn 'Utsman ibn 'Affan dan sepertiga kepada putranya Yazid. Ini terjadi setelah wafatnya Hasan ibn 'AB as. "Untuk membuat marah keturunan Nabi," kata al-Ya'qubi. (at-Tarikh, II, h. 199)
Fadak dimiliki ketiga orang tersebut di atas sampai Marwan menjadi khalifah (64-65 H./684-685 M.) ketika ia sepenuhnya mengambil alih kepemilikan atas Fadak. Kemudian ia memberikannya kepada dua orang putranya, 'Abdul Malik dan 'Abdul 'Aziz. Kemudian 'Abdul 'Aziz memberikan bagiannya kepada putranya 'Umar ibn 'Abdul 'Aziz.
4. Ketika 'Umar ibn 'Abdul 'Aztz menjadi khalifah (99-101 H./717-720 M.) ia berkhotbah seraya menyebutkan bahwa "Sesungguhnya Fadak adalah di antara hal-hal yang dianugerahkan Allah kepada RasulNya, dan tak ada kuda, dan tak ada unta yang digunakan terhadapnya ..." dan menyebutkan kasus Fadak di masa para khalifah yang lalu sampai ia berkata, "Kemudian Marwan memberikannya (Fadak) kepada ayah saya dan 'Abduk Malik. la (Fadak) menjadi milik saya dan al-Walid dan Sulaiman (keduanya putra 'Abdul Malik). Ketika al-Walid menjadi khalifah (86-96 H./705-715 M.) saya meminta bagiannya dan ia memberikannya kepada saya. Saya meminta bagian Sulaiman dan ia memberikannya kepada saya. Kemudian saya kumpulkan ketiga bagian itu dan saya tidak mempunyai harta yang lebih saya senangi ketimbang ini. Saksikanlah bahwa saya mengembalikannya kepada keadaannya yang asli." la menuliskan hal ini kepada gubemumya di Madmah (Abu Bakar ibn Muhammad ibn 'Amr ibn Hazm) dan memerintahkannya untuk melaksanakan apa yang telah dinyatakannya dalam khotbahnya. Kemudian Fadak menjadi milik anak-anak Fathimah. "Ini merupakan penyingkiran kelaliman dengan mengembalikannya (Fadak) kepada anak-anak 'Ali." (Abu Hilal al-'Askari, al-Awa'il, h. 209) Mereka memilikinya selama pemerintahan khalifah itu.
5. Ketika Yazld ibn 'Abdul Malik menjadi khalifah (101-105 H./720-724 M.) ia merebut Fadak dan anak-anak ‘Ali kehilangan haknya. Fadak jatuh kepada Bani Marwan sebagaimana sebelumnya. Mereka mengalihkannya dari tangan ke tangan sampai kekhalifahan mereka berakhir dan jatuh kepada Bani 'Abbas.
6. Ketika Abul 'Abbas 'Abdullah al-Saffah menjadi khalifah pertama dinasti 'Abbasiah (132-136 H./749-754 M.) ia mengembalikan Fadak kepada anak cucu Fathimah dan menyerahkannya kepada 'Abdullah ibn Hasan ibn Hasan ibn ‘Ali ibn Abt Thalib.
7. Ketika Abu Ja'far 'Abdullah al-Manshur ad-Dawamqi menjadi khalifah (136-158 H./754-755 M.), ia merebut Fadak dari anak-anak Hasan.
8. Ketika Muhammad al-Mahdi ibn al-Manshur menjadi khalifah (158-169 H./775-785 M.) ia mengembalikan Fadak kepada anak cucu Fathimah.
9. Musa al-Hadi ibn al-Mahdi (169-170 H./785-786 M.) dan saudaranya Harun ar-Rasyid (170-193 H./786-809 M.) merebutnya dari keturunan Fathimah dan Fadak dikuasai Bani 'Abbas sampai al-Ma'mun menjadi khalifah (193-218 H./813-833 M.)
10. Al-Ma'mun al-'Abbasi mengembalikannya kepada keturunan Fathimah (210 H./826 M.). Diriwayatkan melalui al-Mahdi ibn Sabiq bahwa,
"Pada suatu hari al-Ma'mun duduk sambil mendengarkan pengaduan rakyat dan mengadili perkara. Ucapan pengaduan yang pertama yang diterimanya menyebabkan ia menangis ketika ia melihatnya. la menanyakan di mana pengacara Fathimah putri Nabi. Seorang lelaki tua usia berdiri lalu menghadap, berargumentasi dengan dia tentang Fadak, dan al-Ma'munjuga mengajukan argumentasinya sehingga lelaki tua itu mengalahkan al-Ma'mun (al-Awa'il, h. 209)
Al-Ma'mun memanggil para faqih dan menanyakan kepada mereka tentang klaim Bani Fathimah. Mereka meriwayatkan kepada al-Ma'mun bahwa Nabi memberikan Fadak kepada Fathimah dan bahwa setelah wafatnya Nabi Fathimah menuntut kepada Abu Bakar untuk mengembalikan Fadak kepadanya. Abu Bakar memintanya untuk mengajukan saksi mengenai klaim tentang pemberian itu. Fathimah membawa 'Ali, Hasan dan Husain dan Umm Aiman sebagai saksinya. Mereka memberikan kesaksian yang membenarkan Fathimah. Abu Bakar menolak kesaksian mereka." Lalu al-Ma'mun bertanya kepada para faqih itu, "Bagaimana pendapat Anda tentang Umm Aiman?" Mereka menjawab, "la wanita yang mengenainya Nabi memberikan kesaksian bahwa ia penghuni surga." Al-Ma'mun berdebat panjang lebar dengan mereka dan memaksa mereka untuk menerima argumen dengan bukti-bukti, sampai mereka mengaku bahwa ‘Ali, Hasan dan Husain serta Umm Aiman hanya memberikan kesaksian yang sebenaraya. Ketika mereka sepakat menerima hal ini, ia memulihkan Fadak kepada keturunan Fathimah. (al-Ya'qubi, at-Tarikh, 111, h. 195-196)
Kemudian al-Ma'mun memerintahkan agar kebun Fadak itu didaftarkan di antara milik para keturunan Fathimah, dan al-Ma'mun menandatanganinya.
Kemudian ia menulis surat kepada gubemurnya di Madmah yang bernama Qutsam ibn Ja'far sebagai berikut:
"Ketahuilah bahwa Amirul Mukminin, dalam melaksanakan wewenang yang diletakkan padanya oleh agama Ilahi sebagai Khalifah, pengganti dan kerabat Nabi, telah memandang dirinya lebih patut mengikuti sunah Nabi dan melaksanakan perintah-perintah beliau. Dan (pemimpin lebih berhak) untuk memulihkan kepada orang-orang yang berhak hadiah yang telah diberikan Nabi atau barang yang telah diberikan oleh Nabi kepada seseorang. Keberhasilan dan keselamatan Amirul Mukminin adalah karena Allah dan dia secara khusus merasa amat cemas untuk bertindak dalam suatu cara yang akan mendapatkan keridaan Allah Yang Mahakuasa baginya.
"Sesungguhnya Nabi telah menghadiahkan kebun Fadak kepada putri beliau Fathimah as. Beliau telah mengalihkan kepemilikannya kepadanya. Hal itu adalah suatu fakta yang jelas dan mapan. Tak seorang pun di antara kerabat Nabi yang berselisih pendapat. Fathimah selalu mengakuinya, yang lebih patut (untuk dibenarkanj ketimbang orang (Abu Bakar) yang perkataannya diterima. Amirul Mukminin memandang benar dan pantas untuk memulihkan Fadak kepada para ahli waris Fathimah. Dengan ini ia akan beroleh kedekatan kepada Allah Ta'ala dengan menegakkan keadilan dan kebenaran-Nya. Akan beroleh penghargaan dari Nabi bila melaksanakan perintah-perintah beliau. Amirul Mukminin telah memerintahkan bahwa pemulihan hak atas Fadak ini harus didaftarkan secara mestinya. Perintah-perintah itu harus diteruskan kepada semua pejabat.
"Kemudian, apabila, sebagaimana biasanya, dimaklumkan kepada setiap jamaah haji setiap tahun, menyusul wafatnya Nabi, bahwa kepada barangsiapa yang kepadanya Nabi telah menjanjikan suatu pemberian, hendaklah ia maju ke depan, pemyataannya akan diterima danjanji itu akan dipenuhi. Pastilah Fathimah as mempunyai hak yang lebih unggul untuk diterima perayataannya dalam hal pemberian Fadak oleh Nabi (saw) kepadanya.
"Sesungguhnya Amirul Mukminm telah memerintahkaft kepada hambanya Mubarak ath-Thabari untuk memulihkan Fadak kepada keturunan Pathimah putri Nabi dengan segala perbatasannya, hak-haknya dan semua budak yang terpaut padanya, tanaman musiman dan lain-lain.
"Semua ini telah dipulihkan kepada Muhanunad ibn Yahya ibn 'Abdullah ibn Hasan ibn 'Ali ibn Husain ibn 'Ali ibn Abi Thalib.
"Amirul Mukminin telah menunjuk keduanya sebagai pelaksana yang mewakili para pemilik tanah itu, keturunan Fathimah. Maka ketahuilah bahwa ini pandangan Amirul Muknunin dan bahwa Allah telah mengilhaminya untuk menaati perintah Allah dan mendapatkan keridaan-Nya dan keridaan Nabi. Hendaklah pula bawahan Anda mengetahui hal ini. Berlakulah terhadap Muhammad ibn Yahya dan Muhammad ibn 'Abdillah secara yang sama sebagaimana Anda memperlakukan Mubarak ath-Thabari. Bantulah keduanya dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan kesuburan dan kemakmurannya serta perbaikannya dalam kelimpahan panen dengan kehendak Allah. Wasalam."
SURAT itu ditulis pada hari Rabu tanggal dua malam setelah Zulkaidah tahun 210 (15 Pebruari 826 M).
11. Selama masa kekhalifahan al-Ma'mdn Fadak dikuasai keturunan Fathimah, dan ini berlanjut sampai dengan kekhalifahan al-Mu'tashim (218-227 H./833-842 M.) dan al-Watsiq (227-232 H./842-847 M.).
12. Ketika Ja'far al-Mutawakkil menjadi khalifah (232-247 H./847-861 M.), salah seorang di antara mereka yang ditandai sebagai musuh bebuyutan keturunan Nabi yang masih hidup maupun yang sudah mati, memberikan perintah untuk merebut kembali Fadak dari keturunan Fathimah. (la merebutnya dan memberikannya kepada Harmalah al-Hajjam) dan setelah matinya al-Hajjam ia memberikannya kepada al-Bazyar, penduduk Thabanstan. (Kasyfal-Ghummah, 11, h. 121-122; al-Bihar, edisi pertama, Vfu, h. 108; Safinah al-Bihar, II, h. 351. Abu Hilal al-'Askari menyebut bahwa namanya ialah 'Abdullah ibn 'Umar al-Bazyar seraya menambahkan, "Dan di dalamnya (Fadak) ada sebelas batang pohon kurma yang ditanam oleh Nabi dengan tangan beliau sendiri. Keturunan Abu Thalib dahulu biasa mengumpulkan buah-buah kurma ini. Ketikajamaah haji memasuki Madinah mereka menghadiahkan buah-buah kurma itu kepada para jamaah itu. Melalui ini mereka mendapatkan imbalan yang banyak. Berita ini sampai kepada Mutawakkil. la memerintahkan kepada 'Abdullah ibn 'Umar untuk memotong buah-buah itu dan memerah sarinya. Dilaporkan bahwa ia menjadikannya khamar. Sari buah kurma itu tak sampai ke Bashrah (dalam perjalanannya kepada khalifah itu) ketika membusuk dan al-Muwakkil telah tewas terbunuh." (al-Awa'il, h. 209)
13. Ketika al-Mutawakkil tewas dan putranya al-Muntashir menggantikannya (247-248 H./861-862 M.), ia mengeluarkan perintah untuk memulihkan lagi Fadak kepada keturunan Hasan dan Husain dan memberikan sumbangan-sumbangan Abu Thalib kepada mereka, dan ini terjadi tahun 248 H./862 M. (Rujukan untuk No. 3-13: Futuh al-Buldan, I, h. 33-38; Mu'jam al-Buldan, IV, h. 238-240; al-Ya'qubi, at-Tarikh, II, h. 199; III, h. 45, 195-196; Ibn Atsir, al-Kamil, II, h. 224-225; III, h. 457, 497; V, h. 63; VII, h. 116; al-'Iqd al-Farid, IV, h. 216, 283,435; Wafa' al-Wafa; III, 999-1000; ath-Thabagat al-Kabra, V, h. 286-287; Târîkh al-Khulafa', h. 231-232, 356; Muruj adz-Dzahab, IV, h. 82; Ibn al-Jauzi, Slrah 'Umar ibn 'Abdul 'Aziz, h. 110; Shubh al-A'sya, IV, h. 291; Jamharah Rasa'il al-'Arab, II, h. 331-332; III, h. 509-510; 'A'lam an-Nisa', fu, h. 1211-1212; Ibn Abil Hadid, XVI, h. 277-278; Awa'il, h. 209; Kasyfal-Ghummah, II, h. 120-122; al-Bihar, VIII, h. 107-108)
14. Nampaknya Fadak direbut lagi dari keturunan Fathimah setelah matinya Muntashir (248 H./862 M.), karena Abul Hasan 'Alt ibn 'Isa al-Irbili (m. 692 H./ 1293 M.) menyebutkan bahwa al-Mu'tadhid (279-289 H./892-902 M.) mengembalikan Fadak kepada keturunan Fathimah. Kemudian ia menyebutkan bahwa al-Muqtafi (289-295 H./902-908 M.) merebutnya dari mereka. Dikatakan pula bahwa al-Muqtadir (295-320 H./908-932 M.) mengembalikannya kepada keturunan Fathimah. (Kasyf al-Ghummah, II, h. 122; al-Bihar, Vfu, h. 108; Safinah, II, h. 351)
15. Dan setelah jangka waktu panjang dalam rebutan dan pengembalian, Fadak dikembalikan kepada para pencaplok dan para ahli waris mereka sebagaimana nampaknya, tidak lagi disebut-sebut dalam sejarah dan layar pun turun.
"Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yaftg lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?" (QS. 5:50)
29
Nahjul Balaghah
SURAT46 Kepada Seorang Pejabatnya
Amma ba'du, sesungguhnya Anda adalah satu dari orang-orang yang pertolongannya saya ambil dalam menegakkan agama dan yang dengan pertolongannya saya mematahkan kesombongan pendosa, dan mengawal perbatasan-perbatasan yang gawat. Anda harus mencari pertolongan Allah dalam segala sesuatu yang menyebabkan kecemasan Anda. Tambahkan sedikit kekerasan pada campuran keluwesan, dan tetaplah luwes di mana keluwesan lebih sesuai. Tempuhlah kekerasan bilamana Anda tak dapat berbuat tanpa kekerasan. Tekukkan sayap Anda (dalam kerendahan) di hadapan bawahan. Temui mereka dengan wajah lapang dan tetaplah Anda luwes (dalam perilaku) dengan mereka. Perlakukanlah mereka secara sama dalam melihat mereka dengan mata setengah atau mata penuh, dalam mengisyaratkan dan dalam menghormati, sehingga yang besar tidak mengharapkan pelanggaran dari Anda dan yang lemah tidak kehilangan harapan akan keadilan Anda. Wasalam. •
SURAT 47 Untuk Imam Hasan dan Imam Husain as ketika ('Abdur-Rahman) ibn Miljam (kutuk Allah atasnya) menyerangnya (secara fatal, dengan pedang)
Saya nasihati Anda (berdua) untuk bertakwa kepada Allah dan bahwa Anda tak boleh menghasratkan (kesenangan) dunia (ini), sekalipun mungkin dunia mengejar Anda. Jangan menyesali apa pun dari dunia ini yang telah ditolak dari Anda. Berkatalah benar dan berbuatlah (dalam mengharapkan) pahala. Tetapi jadilah musuh penindas dan penolong yang tertindas.
Saya nasihati Anda dan semua anak saya serta anggota keluarga saya dan setiap orang yang tercapai oleh tulisan saya, untuk bertakwa kepada Allah, untuk mengurus urusan Anda secara tertib, dan untuk menjaga hubungan baik di antara Anda, karena saya telah mendengar kakek Anda (Nabi saw) berkata, "Memperbaiki perselisihan lebih baik dari salatjamak dan puasa."
(Bertakwalah kepada) Allah (dan) ingatlah Allah berkenaan dengan urusan yatim piatu. Jangan biarkan mereka kelaparan, dan mereka tak boleh hancur dalam kehadiran Anda.
(Bertakwalah kepada) Allah berkenaan dengan urusan para tetangga Anda, karena mereka merupakan pokok nasihat Nabi. Beliau terus bernasihat bagi kebaikan mereka sehingga kami berpikir bahwa beliau akan memberikan bagian warisan kepada mereka.
(Bertakwalah kepada) Allah berkenaan dengan urusan Al-Qur'an. Tak ada orang harus melebihi Anda dalam beramal menurutnya.
(Bertakwalah kepadaj Allah berkenaan dengan urusan salat, karena (salatj itu adalah tiang agama Anda.
(Bertakwalah kepada) Allah berkenaan dengan urusan Rumah Tuhan Anda (Ka'bah). Jangan tinggalkan itu selama Anda hidup, karena apabila (Ka'bah) itu ditinggalkan, Anda tak akan selamat.
(Bertakwalah kepada) Allah berkenaan dengan urusan jihad, dengan pertolongn harta Anda, nyawa Anda dan lidah Anda, di jalan Allah.
Anda harus selalu menghormati kekerabatan dan menafkahkan untuk orang lain. Jauhkan (sikap) saling menjauh antara sesama dan pemutusan hubungan. Jangan berhenti menyuruh kepada kebajikan dan menegah kemungkaran agar jangan para pembuat bencana mendapatkan kedudukan atas Anda, dan kemudian apabila Anda hendak berdoa, doa itu tak akan dikabulkan.
Lalu ia berkata:
"Wahai, putra-putra 'Abdul Muththalib, sesungguhnya saya tidak ingin melihat Anda teijun dengan kasar ke dalam darah kaum Muslim sambil berteriak-teriak "Amirul Mnkminin telah dibunuh!" Ingatlah, jangan mem-bunuh karena saya, kecuali (atas) pembunuh saya.
Tunggulah hingga saya mati oleh pukulannya (ibn Muljam) yang ada. Kemudian pukullah ia dengan satu pukulan dan jangan rusakkan anggota-anggota badannya, karena saya telah mendengar Rasulullah (saw) berkata, "Jauhkan memotong-motong anggota (badan) sekalipun ia anjing gila". •
SURAT 48 Kepada Mu'awiah
Sungguh, pemberontakan dan kepalsuan menistakan seorang lelaki dalam urusan agamanya maupun duniawinya dan mewujudkan kekurangannya di hadapan pengecamnya. Anda tahu bahwa Anda tak dapat menangkap apa yang ditakdirkan untuk tetap jauh dari Anda. Banyak orang mempunyai tujuan selain kebenaran dan mulai bersumpah demi Allah (bahwa mereka akan mencapai tujuannya), tetapi la membatilkan mereka. Oleh karena itu takutlah akan Hari ketika berbahagia orang yang membuat tujuannya bahagia (dengan amal baik), sedang orang yang menyesal ialah orang yang membiarkan setan memimpinnya dan ia tidak melawannya. Anda menyeru kami untuk penyelesaian melalui Al-Qur'an padahal Anda bukan orang Al-Qur'an sedang kami menyambut Al-Qur'an melalui keputusannya, dan bukan Anda. Wasalam. •
SURAT 49 Kepada Mu'awiah
Dunia ini berpaling dari dunia yang berikut. Orang yang mengabdi kepadanya tidak mendapatkan apa-apa darinya kecuali (dunia) itu menambah keserakahannya dan ketamakannya untuk itu. Orang yang mengabdi padanya tidak puas dengan apa yang ia dapat darinya, disebabkan apa yang tidak ia dapat. Kesudahannya, ada perpisahan antara apa yang telah ditumpukkan dan pemutusan dari apa yang telah dikuatkan. Apabila engkau mengambil suatu pelajaran dari masa lalu, engkau akan selamat di masa depan. Wasalam. •
SURAT 50 Kepada para Perwira Tentaranya
Dari hamba Allah, 'Ali, Amirul Mukminin kepada Perwira pemimpin garnisun.
Sekarang, adalah wajib atas seorang perwira agar keutamaan-keutamaan yang dicapainya, atau kekayaan yang kepadanya ia telah diberi amanat secara khusus, tidak membuatnya mengubah perilakunya kepada orang-orang yang di bawahnya, dan bahwa kekayaan yang telah dilimpahkan Allah kepadanya haruslah meningkatkan dirinya dalam kedekatan kepada rakyatnya dan keramahan pada saudara-saudaranya.
Ingatlah, adalah hak Anda atas saya bahwa saya tidak harus merahasiakan sesuatu pada Anda kecuali dalam hal peperangan, tidak pula saya hanis memutuskan suatu hal tanpa bermusyawarah dengan Anda, kecuali perintah-perintah agama, tidak pula saya harus mengabaikan pemenuhan atas sesuatu dari hak-hak Anda dan ddak pula berhenti sampai saya melaksanakannya sepenuhnya, dan bahwa bagi saya Anda semua haruslah sama dalam hak-hak. Bilamana saya telah melakukan semua ini, wajiblah bagi Anda untuk bersyukur kepada Allah atas karuma-Nya dan menaati saya, dan Anda tak boleh mundur apabila saya panggil, tidak pula mengabaikan perbuatan baik, dan Anda harus menghadapi kesukaran-kesukaran demi kebenaran. Apabila Anda ddak tetap tabah dalam hal ini, tidak ada orang yang lebih terhina dalam pandangan saya daripada seseorang di antara Anda yang telah menyeleweng, kemudian saya akan meningkatkan hukuman baginya, di mana tak seorang pun akan medapatkan suatu kelonggaran dari saya. Ambillah (janji) ini dari para perwira (bawahan Anda) dan berikan kepada mereka perlakuan sedemikian dari pihak Anda yang dengan itu semoga Allah memperbaiki urusan Anda. Wasalam. •
SURAT 51 Kepada para Pengumpul Pajak (Bumi)-nya
Dari hamba Allah, 'Ali, Amirul Mukminin, kepada para penagih pajak:
Kemudian daripada itu, orang yang tidak takut ke mana ia akan pergi, tidak mengirimkan ke depan apa yang dapat melindungi dirinya. Hendaklah Anda ketahui bahwa kewajiban yang diletakkan pada Anda sedikit, sementara pahalanya besar. Seandainyapun tak apa ketakutan akan hukuman bagi pendurhakaan dan pembangkangan, yang telah dilarang AUah, pahala dalam menjauh darinya akan cukup (merangsang) untuk berpantang dari mengikutinya. Berlaku adillah Anda pada rakyat dan bertindaklah dengan sabar untuk keperiuan mereka, karena Anda adalah bendahara rakyat, wakil umat dan duta Imam.
Jangan tahan hak orang atas kebutuhan-kebutuhannya, dan jangan mencegah dia dari (mendapatkan) kebutuhannya. Untuk pengumpulan pajak (kharâj) dari rakyat, janganlah menjual pakaian musim dingin atau pakaian musim panasnya, jangan pula ternak yang mereka pekerjakan, jangan pula budak. Jangan memukul siapa pun demi satu dirham. Jangan sentuh hak milik seseorang, baik ia orang bersalat (Muslim) ataupun kafir yang dilindungi, kecuali apabila Anda mendapatkan kuda atau senjata yang digunakan untuk menyerang kaum Muslim, karena tak pantas bagi kaum Muslim untuk meninggalkan hal-hal ini di tangan musuh-musuh Islam, yang memungkinkan mereka mendapatkan kekuasaan terhadap Islam.
Jangan menolak nasihat yang baik bagi diri Anda, perilaku baik kepada tentara, pertolongan kepada bawahan dan kekuatan pada agama Allah. Berjuanglah di jalan Allah sebagaimana wajib bagi Anda, karena Allah Yang Mahasuci menghendaki kami dan Anda bersyukur kepada-Nya sedapat-dapat kita dan bahwa kita hams menolong-Nya sekuat kuasa kita. Dan tak ada kekuatan kecuali pada Allah Yang Mahatinggi, Mahaagung. •
SURAT 52 Kepada Para Gubernur Berbagai Wilayah, Mengenai Salat
Kemudian daripada itu, dirikanlah salat Zhuhur dengan jamaah ketika (panjangnya) bayangan dinding kandang kambing sama dengan dinding itu. Dirikanlah salat Asar bersama mereka bilamana matahari masih bersinar pada suatu bagian hari yang cukup untuk meliput jarak dua Farsakh (sekitar sepuluh kilometer). Dirikanlah salat Magrib bilamana orang yang berpuasa mengakhiri puasa dan orang haji bergegas (dari 'Arafat) ke Mina. Dirikanlah salat Isya bersama mereka bilamana senja menghilang dan hingga sepertiga malam. Dirikanlah salat Subuh bersama mereka bilamana seseorang dapat mengenali wajah temannya. Dirikanlah salat bersama rakyat sebagaimana yang terlemah di antara mereka melakukannya, dan janganlah menjadi sumber kesulitan bagi mereka. •
SURAT 53 Dokumen instruksi;[1] ditulis untuk (Malik) al-Asytar an-Nakha'i, ketika Amirul Mukminin mengangkatnya sebagai Gubernur Mesir dan daerah sekitarnya, saat kedudukan Muhammad ibn Abu Bakar telah menjadi genting. Ini dokumennya yang terpanjang dan mengandung paling banyak kata-kata indah.
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Inilah yang telah diperintahkan oleh hamba Allah, 'Ali Amirul Mukminin, kepada Malik ibn al-Harits al-Asytar, dalam perjanjian atasnya ketika mengangkatnya sebagai Gubemur Mesir untuk mengumpulkan kharâj-nya, memerangi musuh-musuhnya, mengusahakan kebaikan bagi rakyataya dan memakmurkan kota-kotanya.
la menyuruhnya untuk bertakwa kepada Allah dan mengikuti apa yang telah diperintahkan-Nya, yang wajib dan yang sunah, yang tanpa mengikutinya orang tak dapat mencapai kebajikan, dan tak (dapat orang) menjadi jahat kecuali dengan menentangnya dan mengabaikannya; dan untuk menolong Allah Yang Mahasuci dengan tangan, hati dan lidahnya, karena Allah Yang Nama-Nya Mahamulia akan mengambil tanggung jawab untuk menolong orang yang menolong-Nya dan untuk melindungi orang yang memberi-Nya dukungan.
la juga memerintahkan kepadanya untuk membersihkan jiwanya dari hawa nafsu, dan untuk mengekangnya pada waktu peningkatannya, karena hati mengantar kepada keburukan, kecuali apabila Allah menaruh kasihan.
Kualifikasi seorang Gubernur dan Tanggung Jawabnya
Ketahuilah, wahai Malik, bahwa saya telah mengutus Anda ke suatu daerah di mana sebelumnya telah ada pemerintah-pemerintah, yang adil maupun lalim. Sekarang rakyat akan melihat tindakan-tindakan Anda se-bagaimana Anda dahulu melihat tindakan-tindakan para penguasa sebelum Anda, dan mereka (rakyat) akan mengecam Anda sebagaimana Anda dahulu mengecam mereka (para penguasa). Sesungguhnya, orang bajik diketahui dengan reputasi yang Allah edarkan bagi mereka melalui lidah hamba-hamba-Nya. Oleh karena itu, koleksi yang terbaik pada Anda hendaklah mempakan koleksi amal baik. Maka kuasailah hawa nafsu Anda dan kekanglah hati Anda dari melakukan apa yang haram bagi Anda, karena mengendalikan hati berarti menahannya di tengah antara apa yang disukainya dan yang tidak disukainya.
Biasakanlah hati Anda dengan belas kasihan bagi rakyat Anda dan kasih sayang dan keramahan bagi mereka. Jangan berdiri di atas mereka seperti hewan rakus yang merasa cukup untuk menelan mereka, karena mereka itu adalah salah satu dari dua jenis, saudara Anda dalam agama atau sesama Anda dalam ciptaan. Mereka akan melakukan kekeliman dan menghadapi kesalahan. Mereka mungkin bertindak salah, dengan sengaja atau karena lalai. Maka ulurkanlah kepada mereka keampunan dan maaf Anda, sebagaimana Anda menyukai Allah mengulurkan keampunan dan maaf-Nya kepada Anda, karena Anda di atas mereka dan imam Anda yang bertanggung jawab adalah di atas Anda, sementara Allah di atas orang yang telah mengangkat Anda. la (Allah) menghendaki Anda mengelola urusan mereka (rakyat) dan menguji Anda melalui mereka.
Jangan tempatkan diri Anda untuk memerangi Allah karena Anda tidak berdaya di hadapan kekuasaan-Nya dan Anda tak dapat berbuat tanpa keampunan dan belas kasih-Nya. Jangan menyesal karena memaafkan atau berbelas kasih ketika menghukum. Jangan bertindak tergesa-gesa selagi marah apabila Anda dapat beroleh jalan keluar darinya. Jangan katakan, "Saya telah diberi wewenang; saya harus ditaati bilamana saya memerintah", karena hal itu menimbulkan kebingungan dalam hati, melemahkan agama dan membawa orang ke dekat keruntuhan. Apabila wewenang di mana Anda ditempatkan menimbulkan kebanggaan atau kesombongan dalam diri Anda maka tengoklah besamya kerajaan Allah atas Anda, dan kekuasaan-Nya; kekuasaan serupa itu bahkaa tidak Anda miliki atas diri Anda sendiri. Ini akan memutuskan kesombongan Anda, mengobati Anda dari temperamen Anda yang tinggi dan mengembalikan Anda kepada kebijaksanaan Anda yang telah pergi menjauh dari Anda.
Hati-hatilah tentang membandingkan diri Anda dengan Allah dalam kebesaran-Nya atau menyerupakan diri Anda kepada-Nya dalam kekuasaan-Nya, karena Allah menghinakan setiap pengaku akan kekuasaan dan mengaibkan sedap orang yang sombong.
Berlaku adillah bagi Allah dan berlaku adillah kepada rakyat, terhadap diri Anda, kerabat Anda dan orang-orang dari rakyat Anda yang bagi mereka Anda mempunyai kesukaan, karena apabila Anda tidak berbuat demikian maka Anda akan menjadi penindas, dan bilamana seseorang menindas hamba-hamba Allah, maka sebagai ganti hamba-hamba-Nya, Allah menjadi lawannya, dan apabila Allah adalah lawan seseorang, la memijak-mijak hujahnya: dan ia akan tinggal dalam keadaan berperang dengan Allah hingga ia menyerah dan bertaubat. Tak ada yang lebih menjurus kepada penghapusan karunia Allah atau mempercepat pembalasan-Nya ketimbang keberlanjutan dalam penindasan, karena Allah mendengar doa orang yang tertindas, dan mengintai para penindas.
Memerintah Haruslah Demi Kebaikan Rakyat secara Keseluruhan
Jalan yang paling Anda hasratkan haruslah jalan yang paling adil bagi hak, yang paling universal menurut keadilan, dan yang paling komprehensif berkenaan dengan persetujuan di kalangan orang-orang di bawah Anda, karena perselisishan di antara rakyat umum menyapu habis hujah-hujah para pemimpin, sementara perselisihan para pemimpin dapat diabaikan bilamana dibandingkan dengan persetujuan rakyat umum. Tak ada seorang di antara orang-orang di bawah Anda yang lebih memberatkan kepada si pemimpin dalam kesenangan hidup, kurang membantu dalam kesukaran, lebih tak menyenangkan dalam perlakuan adil, lebih licik dalam meminta anugerah, lebih sedikit bersyukur pada saat pemberian, lebih sedikit menghargai penalaran pada saat penolakan, dan lebih lemah dalam kesabaran pada saat kehidupan yang tak menyenangkan, selain para kepala. Rakyat umum dari umatlah yang merupakan tiang-tiang agama, kekuatan Muslim dan pertahanan terhadap musuh. Karena itu, andalan Anda haruslah kepada mereka dan kecenderungan Anda bersama mereka.
Di antara bawahan Anda, yang paling jauh dari Anda dan yang terburuk di antara mereka dalam pandangan Anda hendaklah orang yang mencari-cari kekurangan rakyat, karena rakyat mempunyai kekurangan-kekurangan, dan si pemimpinlah yang paling tepat untuk menutupinya. Janganlah membukakan barang sesuatu yang tersembunyi dari Anda, karena kewajiban Anda ialah memmperbaiki apa yang nyata pada Anda, sementara Allah akan mengurusi apa yang tersembunyi dari Anda. Oleh karena itu tutuplah kekurangan-kekurangan itu sejauh kemampuan Anda;Allah akan menutupi kekurangan-kekurangan Anda yang Anda mau tetap tertutup dari rakyat Anda. Orakkanlah setiap simpul kebencian pada rakyat dan putuskanlah dari diri Anda penyebab setiap pennusuhan. Jangan bergegas untuk mendukung seorang penggunjing, karena penggunjing adalah penipu walaupun ia nampak sebagai orang yang bermaksud baik.
Tentang para Penasihat
Janganlah memasukkan di antara orang-orang yang Anda mintai nasihat orang kikir yang akan menahan Anda dari bermurah hati dan mengingat-ingatkan Anda terhadap kemelaratan, jangan pula orang pengecut yang akan membuat Anda merasa terlalu lemah untuk urusan Anda, jangan pula orang serakah yang akan menjadikan indah bagi Anda pengumpulan harta dengan cara-cara buruk. Karena, walaupun kikir, pengecut dan serakah adalah sifat-sifat yang berbeda, namun semuanya jamak dalam mempunyai suatu gagasan tak benar tentang Allah.
Menteri yang terburuk bagi Anda ialah yang telah menjadi menteri bagi orang-orang jahat sebelum Anda, dan yang bergabung dengan mereka dalam dosa. Oleh karena itu, mereka tak boleh menjadi orang utama Anda, karena mereka adalah pembantu para pendosa dan saudara para penindas. Anda dapat memperoleh para pengganti yang baik bagi mereka, yang akan seperti mereka dalam pandangan dan pengaruhnya, sementara ddak seperti mereka dalam dosa dan kejahatan. Mereka belum pemah membantu penindas dalam penindasannya atau pendosa dalam perbuatan dosanya. Mereka akan memberi Anda gangguan yang paling sedikit dan dukungan yang terbaik. Mereka akan sangat bertenggang rasa kepada Anda dan yang paling kurang cenderung kepada orang lain. Oleh karena itu, jadikanlah mereka sahabat Anda yang utama secara pribadi maupun di hadapan umum.
Kemudian hendaklah lebih Anda sukai di antara mereka orang yang secara terbuka mengatakan kebenaran-kebenaran yang lebih baik di hadapan Anda dan yang paling sedikit mendukung Anda dalam tindakan-tindakan Anda yang tidak disukai Allah bagi para sahabat-Nya, walaupun semua itu mungkin sesuai dengan keinginan Anda. Bergaullah Anda dengan orang-orang takwa dan benar; kemudian didiklah mereka agar mereka tidak memuji Anda atau menyenangkan Anda karena alasan suatu tindakan yang tidak Anda lakukan, karena kelebihan pujian menimbulkan kebanggaan dan mendorong Anda ke dekat kesombongan.
Yang bajik dan yang jahat tak boleh berada dalam keudukan yang sama di hadapan Anda, karena ini berarti menahan si bajik dari kebajikan dan membujuk si jahat kepada kejahatan. Tempatkanlah setiap orang pada kedudukkannya sendiri. Anda harus mengetahui bahwa hal yang paling menjumskan kepada kesan baik tentang si pemimpin kepada rakyatnya adalah bahwa ia harus mengulurkan perilaku baik kepada mereka, meringankan kesukaran-kesukaran mereka, dan mengelak dari menempatkan mereka pada kesusahan yang tak tertanggungkan. Oleh karena itu, dalam hal ini Anda harus mengikuti suatu jalan yang dengan itu Anda akan meninggalkan kesan yang baik pada rakyat Anda, karena gagasan-gagasan yang baik seperti itu akan melegakan Anda dari kecemasan-kecemasan besar. Sesungguhnya yang paling pantas mendapatkan kesan baik tentang Anda adalah orang yang kepadanya perilaku Anda tidak baik.
Jangan putuskan kehidupan baik yang dilakukan rakyat yang lebih dahulu dari umat ini, yang karenanya terdapat persatuan umum dan melaluinya rakyat makmur. Janganlah membarui sesuatu garis tindakan yang merusak cara-cara lama ini, karena (dalam hal itu) ganjaran bagi orang-orang yang telah memapankan jalan-jalan itu akan berlanjut, tetapi beban karena memutuskannya akan jatuh pada Anda. Teruskan percakapan Anda dengan para ulama, dan diskusi-diskusi dengan para bijaksanawan untuk menstabilkan kemakmuran wilayah di bawah (wewenang) Anda, dan untuk meneruskan apa yang dengannya rakyat sebelumnya tetap tabah.
Berbagai Golongan Rakyat
Ketahuilah bahwa rakyat terdiri berbagai golongan. yang masing-masingnya hanya (dapat) mencapai kemakmurannya dengan bantuan yang lain, dan mereka tidak terlepas antara satu sama lain. Di antaranya adalah tentara Allah, lalu para pegawai sekretariat dari kalangan rakyat umum, lalu yang menjalankan pengadilan, lalu orang yang telibat dalam urusan hukum dan Ketertiban, kemudian para pembayar pajak kepala (jizyah) dan kharâj dari kalangan kafir yang dilindungi dan kaum Muslim, kemudian ada para pedagang dan tukang, kemudian kalangan paling rendah, fakir miskin. Allah telah menetapkan bagian dari setiap orang dari mereka dan telah menetapkan ketentuan-ketentuan-Nya tentang batas-batas masing-masingnya dalam Kitab-Nya (Al-Qur'an) dan sunah.
Tentara, atas rahmat Allah, adalah ibarat benteng bagi rakyat, perhiasan bagi penguasa, kekuatan agama dan sarana perdamaian mereka. Rakyat tak dapat hidup tanpa mereka, sedang tentara hanya dapat dipelihara dengan dana yang ditentukan Allah dalam pendapatan (negara) yang dengan itu mereka mendapat kekuatan untuk memerangi musuh, di mana mereka bergantung untuk kemakmuran mereka dan dengan itu mereka memenuhi kebutuhannya. Tentara dan rakyat tak mungkin ada tanpa golongan ketiga, yakni para hakim, pejabat sipil dan para sekretarisnya. Hakim menjalankan hukum perdata dan pidana, pejabat sipil memungut pajak dan mengurusi pemerintahan sipil dengan bantuan jawatannya. Kemudian ada pengrajin dan saudagar yang menambah pendapatan negara.
Merekalah yang menjalankan pasar, dan berkedudukan lebih baik dari yang lainnya dalam memenuhi kewajiban sosial. Kemudian ada golongan yang paling rendah bempa fakir miskin, yang dukungan dan pertolongan baginya menjadi kewajiban, dan setiap orang dari mereka mempunyai (bagian) pada rezeki atas nama Allah. Allah telah memberikan kesempatan mengabdi yang sesuai bagi satu dan semuanya; maka ada hak untuk semua golongan ini atas pemerintah, sesuai dengan yang diperlukan bagi kemaslahatannya, memperhatikan kebaikan selumh penduduk, suatu kebajikan yang tak akan mampu ia penuhi sebagaimana mestinya apabila ia tidak mengambil perhatian pribadi dan memohon pertolongan Allah. Sesungguhnya adalah wajib baginya untuk memaksakan kewajiban ini bagi dirinya dan bersabar atas yang ringan maupun yang berat yang sejalan dengan kewajibannya.
1. Tentara
Jadikanlah pemimpin tentara Anda orang yang menurut pendapat Anda beriman paling tulus kepada Allah dan Rasul dan taat kepada imam Anda. Yang paling suci hati dan yang tertinggi di antara mereka dalam ketabahan ialah yang tak cepat menjadi berang, menerima permohonan maaf, ramah kepada yang lemah dan tegas terhadap yang kuat; kekerasan tidak akan membuatnya naik pitam, dan kelemahan tidak akan membiarkannya duduk.
Dekatkanlah diri Anda kepada orang-orang cermat dari keluarga-keluarga yang mulia, famili-famili yang berkebajikan yang bertradisi sopan, lalu orang-orang berani, perkasa, murah hati dan dermawan, karena mereka adalah perbendaharaan kehormatan dan sumber kebajikan. Usahakanlah urusan mereka sebagaimana orang tua berusaha bagi anak-anaknya. Janganlah menganggap besar barang sesuatu yang Anda lakukan untuk memperkuat mereka, dan janganlah Anda mengentengkan barang sesuatu yang telah Anda sepakati untuk dilakukan bagi mereka, sekalipun kecil, karena sikap seperti itu akan mendorong kesetiaan mereka kepada Anda dan akan menciptakan kesan baik tentang Anda. Jangan abaikan mengurus kebutuhan-kebutuhan kecil mereka, dengan membataskan diri Anda pada hal-hal penting bagi mereka, karena bantuan-bantuan yang kecil pun bermanfaat bagi mereka sedang bantuan-bantuan besar tak dapat mereka abaikan.
Panglima tentara haruslah mempunyai posisi sedemikian di hadapan Anda, sehingga ia memberikan pertolongan kepada para tentara secara adil dan membelanjakan dari uangnya bagi mereka dan bagi keluarga mereka yang tinggal di belakang, sehingga semua kecemasan mereka terkumpul pada satu kecemasan untuk memerangi musuh. Kebaikan Anda kepada mereka akan memalingkan hati mereka kepada Anda. Hal yang paling menyenangkan bagi penguasa ialah tegaknya keadilan di wilayahnya dan perwujudan cinta dari rakyatnya, tetapi cinta rakyat hanya terwujud bilamana hati mereka bersih. Kehendak baik mereka hanya terbukti benar bilamana mereka mengelilingi komandan-komandan mereka (untuk melindunginya). Jangan memandang kedudukan mereka sebagai suatu beban dan jangan terus menunggu-nunggu akhir masa jabatannya. Oleh karena itu, berpikiran luaslah mengenai keinginan mereka, teruslah memuji mereka dan sebutkanlah perbuatan-perbuatan baik dari orang-orang yang telah melakukan perbuatan semacam itu, karena sebutan akan tindakan-tindakan baik menggugah para pemberani dan membangkitkan orang-orang yang lemah, insya Allah.
Hargailah perbuatan setiap orang dari mereka, janganlah mengatributkan perbuatan seseorang pada orang lain, dan janganlah mengecilkan ganjaran di bawah tingkat kinerjanya. Kedudukan tinggi seseorang hendaklah tidak mengantarkan Anda untuk menganggap besar perbuatannya yang kecil, jangan pula kedudukan rendah seseorang menyebabkan Anda menganggap kecil perbuatannya yang besar.
Berpalinglah kepada Allah dan Rasul-Nya untuk petunjuk bilamana Anda merasa tidak pasti mengenai sesuatu tindakan Anda, karena kepada manusia yang hendak ditunjuki Allah Yang Mahamulia ke jalan lurus, la berkata,
"Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya dan taatilah Ulil Amri di antara kamu, Dan apabila kamu berselisih pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul-Nya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian." (QS. 4:59)
Kembalikan kepada Allah berarti bertindak menurut apa yang jelas dalam Kitab-Nya, dan kembalikan kepada Rasul berarti mengikuti sunah beliau yang tiada perselisihan tentangnya.
2. Hakim Kepala
Untuk penyelesaian perkara di antara rakyat, pilihlah sebagai ketua kehakiman Anda dari antara rakyat, orang yang paling utama menurut pandangan Anda. Perkara-perkara (yang datang kepadanya) tidak boleh menjengkelkannya, perselisihan tidak boleh memberangkananya; ia tak boleh terus melakukan sesuatu hal yang salah, dan tak boleh menggerutu menedma kebenaran apabila ia melihatnya; ia tak boleh bersandar kepada keserakahan dan tak boleh berpuas diri dengan pengertian sekilas (dari suatu urusan) tanpa menyelidikinya dengan sempuma. la hams paling sedia untuk berhenti (untuk merenungkan) pokok-pokok yang meragukan, paling menghormati hujah, paling sabar menghadapi pertengkaran para pemerkara, paling sabar dalam meneliti perkara, dan paling tak takut pada saat menetapkan keputusan. Pujian tak boleh menjadikannya sombong dan kegembiraan tak boleh menjadikainnya bersandar (kepada sesuatu pihak). Orang semacam itu sangat sedikit.
Kemudian, sangat seringlah mengawasi keputusan-keputusannya dan berikan kepadanya sekian banyak uang (sebagai upah) sehingga ia tak mempunyai dalih yang patut didengar (untuk tidak berlaku jujur) dan tak ada kesempatan baginya untuk mencari keperluannya kepada orang lain. Berikan kepadanya kedudukan di sisi Anda yang untuk itu tak ada orang lain di antara para pemimpm (bawahan) Anda mencita-citakannya, sehingga ia tetap selamat dari kemudaratan oleh orang-orang di sekitar Anda. Anda haruslah mempunyai mata yang menembus dalam hal ini, karena agama ini sebelumnya telah merupakan tawanan di tangan orang-orang jahat ketika tindakan dilakukan menurut hawa nafsu dan kekayaan duniawi dicari-cari.
3. Pejabat Pemerintahan
Setelah itu, periksalah urusan para pejabat Anda. Kukuhkanlah pengangkatan mereka setelah diuji, dan janganlah sekali-kali memilih orang untuk jabatan-jabatan tanggung jawab dengan memandang hubungan pribadi atau karena sesuatu pengaruh, karena kedua hal itu dapat menjurus kepada kelaliman dan kecurangan. Untuk jabatan-jabatan yang lebih tinggi, pilihlah dari antara mereka orang-orang yang berpengalaman, orang-orang yang kuat imannya serta dari keluarga baik-baik yang telah lebih dahulu masuk Islam, karena orang-orang seperti itu memiliki akhlak yang tinggi dan kehormatan tak bemoda. Mereka sangat tidak cenderung kepada keserakahan dan selalu menaruh mata mereka pada tujuan urusan.
Berikanlah kepada mereka rezeki (berupa gaji) yang melimpah untuk memelihara diri mereka supaya mereka tidak mengincar dana yang dalam penjagaannya, dan hal itu akan merupakan hujah terhadap mereka apabila mereka melanggar perintah Anda atau menyelewengkan amanat Anda. Anda pun harus mengawasi kegiatan mereka dan taruhlah orang-orang jujur dan setia yang melaporkan tentang mereka, karena pengawasan Anda atas tindakan mereka akan mendesak mereka secara rohaniah untuk memulihkan amanat dan berlaku baik kepada manusia. Berhati-hatilah terhadap para pembantu. Apabila seseorang di antara mereka mengulurkan tangannya kepada penyelewengan, dan laporan para pelapor Anda yang sampai kepada Anda mengukuhkannya, itu harus dianggap sebagai bukti yang cukup. Maka Anda harus menimpakan kepadanya hukuman jasmani dan memulihkan apa yang telah diselewengkannya. Anda hams menempatkannya di suatu tempat aib, masukkan dia dalam daftar hitam (dengan tuduhan) penyelewengan dan biarkan dia memakai kalung malu karena pelanggarannya.
4. Administrasi Perpajakan
Uruslah pemasukan (pajak) sedemikian rupa sehingga orang-orang yang terlibat di dalamnya tetap makmur, karena dalam kemakmuran mereka terletak kemakmuran semua orang lain. Yang lain-lainnya tak dapat menjadi makmur tanpa mereka, karena semua orang bergantung pada pajak dan para pembayarnya. Anda pun harus lebih memperhatikan pengolahan tanah daripada pengumpulan pajak, karena pajak tak dapat diperoleh tanpa pengolahan tanah, dan barangsiapa menuntut pajak tanpa (membantu petani) untuk pengolahan tanah, ia meruntuhkan daerah itu dan membawa kematian bagi rakyat. Pemerintahnya hanya akan bertahan sejenak.
Jika mereka mengeluh tentang beratnya (pajak) atau penyakit, atau kekurangan air, atau kelimpahan air, atau suatu perubahan dalam kondisi tanah, baik karena banjir atau kekeringan, Anda harus menurunkan pajak hingga ke ukuran yang Anda harap akan memperbaiki kedudukan mereka. Pengurangan yang Anda berikan untuk menyingkirkan kesedihan dari mereka tidak boleh Anda iri, karena hal itu merupakan investasi yang akan mereka kembalikan kepada Anda dalam bentuk kemakmuran negara Anda dan kemajuan wilayah Anda, di samping mendapatkan pujian mereka dan kebahagiaan karena memenuhi keadilan bagi mereka. Anda dapat mengndalkan kekuatan mereka karena investasi yang Anda lakukan pada mereka melalui pelayanan bagi kemudahan mereka, dan dapat mempunyai kepercayaan pada mereka karena keadilan yang diulurkan kepada mereka dengan berlaku baik kepada mereka. Setelah itu, keadaan mungkin berubah sedemikian rupa sehingga Anda memerlukan bantuan mereka, yang akan mereka pikul dengan senang, karena kemakmuran dapat memikul apa saja yang Anda pikulkan kepadanya. Kerusakan tanah disebabkan oleh kemiskinan pengolah tanah, sementara para pengolah tanah menjadi miskin bilamana para pegawai memusatkan perhatian pada pengumpulan (uang), memberinya sedikit harapan untuk keberlanjutan (dalam jabatan merekal dan tidak mengambil manfaat dari obyek-obyek peringatan.
5. Jawatan Administrasi
Kemudian Anda harus mengurus para pekerja sekretariat Anda. Tempatkan yang terbaik di antara mereka untuk mengurusi urusan-urusan Anda. Percayakan surat-surat Anda yang mengandung kebijakan dan rahasia-rahasia Anda kepada orang yang mempunyai watak yang terbaik, yang tidak gembira oleh kehormatan, agar ia tidak berkata menentang Anda pada audensi umum. la pun tak boleh lalai dalam mengajukan komunikasi para pejabat Anda di hadapan Anda dan menyampaikan jawaban-jawaban yang tepat kepada mereka atas nama Anda dan dalam urusan penerimaan dan pembayaran Anda. la tidak boleh membuat persetujuan yang merugikan atas nama Anda dan harus menolak persetujuan yang menentang Anda. la tidak boleh jahil tentang tingkat kedudukannya sendiri dalam urusan, karena orang yang jahil akan kedudukannya sendiri lebih jahil lagi tentang kedudukan orang lain.
Pilihan Anda tentang orang-orang ini tidak boleh berdasarkan firasat Anda (tentang mereka), kepercayaan dan kesan baik Anda semata-mata, karena orang mempengaruhi firasat para pejabat dengan cara mengambil hati dan pelayanan pribadi, dan tak ada di dalamnya yang patut disebut ketulusan dan amanat. Melainkan Anda harus menguji mereka dengan apa yang mereka lakukan di bawah orang-orang berkebajikan sebelum Anda. Ambilah keputusan memilih orang yang bemama baik di antara rakyat umum dan yang paling terkenal dalam sifat amanat, karena ini akan merupakan bukti akan ketulusan Anda kepada Allah dan bagi orang yang atas namanya Anda telah diangkat kepada kedudukan ini (yakni imam Anda).
Tetapkan seorang kepala bagi setiap bagian urusan. la harus mampu (mengurusi) urusan-urusan besar, dan kesibukan pekerjaan tidak boleh membingungkannya. Bilamana ada cacat dalam diri para sekretaris Anda yang tak nampak oleh Anda maka Anda akan dituntut bertanggung jawab atasnya.
6. Perdagangan dan Industri
Sekarang, terimalah nasihat tentang para pedagang dan industriawan. Berikan kepada mereka nasihat yang baik, baik mereka menetap (bertoko) atau berdagang keliling atau pekerja fisik, karena mereka adalah sumber keuntungan dan sarana penyediaan barang-barang yang berguna. Mereka membawanya dari daerah-daerah jauh dan terpencil melalui bumi dan laut, padang dan bukit, dari mana orang-orang tak dapat datang dan ke mana orang tak berani pergi, karena mereka (suka) damai dan tidak ada ketakutan akan pemberontakan dari mereka, dan dari mereka tak ada ketakutan akan pengkhianatan.
Perhatikanlah urusan mereka yang di hadapan Anda atau di mana saja mereka berada dalam wilayah Anda. Akan tetapi, ingatlah bahwa banyak dari mereka berpikiran sangat sempit, dan amat sangat tamak. Mereka menimbun gabah untuk mengadu untung dan menjualnya dengan harga yang mahal. Ini sangat merugikan orang banyak, dan suatu aib bagi penguasa yang tidak bertanggung jawab. Cegahlah mereka dari menimbun, karena Rasulullah (saw) telah melarangnya. Perdagangan harus lancar, timbangannya harus adil, dan harga-harga ditetapkan begitu rupa sehingga penjual dan pembeli tidak merugi. Dan, setelah ada peringatan Anda, jika seseorang menentang perintah Anda dan melakukan kejahatan penimbunan, maka berikanlah kepadanya hukuman berupa pelajaran, tetapi jangan berlebih-lebihan.
7. Kaum Miskin
Berhati-hatilah! Takutlah kepada Allah ketika berurusan dengan masalah orang miskin yang tidak mempunyai cukup sarana, yang papa, tak punya dan tak berdaya; di kalangan mi termasuk orang yang menanggung sengsaranya dengan diam-diam, dan orang-orang yang mengemis. Lindungilah hak-hak mereka, demi Allah yang telah meletakkan pada Anda kewajiban melindungi kepentingan mereka. Sediakan bagi mereka suatu bagian dari perbendaharaan negara (baitul mâl), dan bagian dari hasil bumi yang diambil sebagai zakat di setiap area, karena di dalamnya yang jauh maupun dekat mempunyai bagian yang sama. Hak-hak dari semua orang ini telah dipikulkan pada Anda. Karena itu jangan biarkan kemewahan apa pun menjauhkan Anda dari mereka. Anda tak akan beroleh dalih apa pun untuk mengabaikan hal-hal kecil karena Anda sedang memutuskan hal-hal besar. Maka janganlah Anda mengabaikan mereka, dan jangan palingkan wajah Anda dari mereka karena kesombongan.
Perhatikanlah urusan orang-orang dari kalangan mereka yang tidak mendekati Anda karena penampilannya yang tak enak dipandang atau mereka yang dipandang rendah oleh orang-orang. Angkatlah (pejabat) untuk (mengurusi) mereka orang-orang yang terpercaya dan takwa, dan sederhana. Mereka ini harus memberitahukan kepada Anda keadaan para fakir miskin. Kemudian perlakukan mereka (fakir miskin) dengan rasa tanggung jawab kepada Allah pada hari Anda akan menemui-Nya, karena bagian rakyat inilah, lebih dari yang mana pun, yang paling patut menerima perlakuan adil, sementara hak-hak orang lain pun harus Anda penuhi sebagai tanggung jawab kepada Allah.
Uruslah para yatim piatu dan orang-orang berusia lanjut yang tidak mempunyai sumber (nafkah) dan tidak mau meminta-minta. Ini berat bagi para penguasa, dan memang setiap hak itu berat. Allah meringankannya bagi orang-orang yang mencari akhirat dan dengan demikian mereka tabah menanggung kesulitan dan yakin akan kebenaranjanji Allah bagi mereka. Dan tetapkanlah waktu-waktu untuk mendengarkan keluhan mereka, di mana Anda mengkhususkan diri bagi mereka, dan duduklah bersama mereka, dan hendaklah Anda merasa sederhana demi Allah yang menciptakan Anda. (Pada kesempatan itu) Anda harus menjauhkan tentara dan para pembantu Anda, seperti para pengawal dan polisi, supaya setiap orang dari mereka yang hendak berkata kepada Anda dapat berkata tanpa rasa takut, karena saya pemah mendengar Rasulullah (saw) bersabda lebih dari sekali bahwa "Kaum di kalangan Anda di mana hak kalangan lemah tidak dipenuhi oleh kalangan yang kuat, tidak akan mencapai kesucian." Bersabarlah atas kekakuan dan ketidakmampuan mereka berbicara. Jauhkan dari Anda kepicikan dan kesombongan; karena hal itu maka Allah akan membentangkan di atas Anda rahmat-Nya dan memberikan ganjaran kepada Anda atas ketaatan kepada-Nya. Apa saja yang dapat Anda berikan kepada mereka, berikanlah dengan ramah, tetapi bila Anda menolak, tolaklah dengan baik dan tanpa berdalih.
Kemudian ada hal-hal tertentu yang tak dapat tidak harus Anda laksanakan sendiri. Misalnya, menjawab para pejabat Anda bilamana para sekretaris tak mampu melakukannya, atau untuk memulihkan keluhan-keluhan bila para pembantu Anda tak dapat melakukannya. Selesaikanlah pada setiap hari pekerjaan yang dimaksudkan pada hari itu, karena setiap hari membawa pekerjaannya sendiri.
Hubungan dengan Allah
Suatu hal khusus yang dengan itu Anda harus memumikan agama Anda bagi Allah hamslah merupakan pemenuhan kewajiban Anda yang khusus bagi-Nya. Oleh karena itu persembahkan kepada Allah sebagian dari kegiatan fisik Anda di waktu malam dan siang, dan (ibadah) apa saja yang Anda laksanakan untuk mencari kedekatan kepada-Nya haruslah sempurna, tanpa cacat atau kekurangan, usaha fisik apa pim yang mungkin terlibat di dalamnya. Dan bilamana Anda memimpin salat berjamaah, janganlah (terlalu panjang sampai) menjemukan, karena dalam jamaah mungkin ada orang sakit-sakitan maupun orang-orang yang mempunyai keperluannya sendiri. Ketika menerima perintah untuk berangkat ke Yaman, saya bertanya (kepada Rasulullah saw), bagaimana saya harus memimpin rakyat salat di sana, beliau menjawab, "Lakukanlah salat sesuai dengan yang dilakukan kaum yang paling lemah di antara mereka; dan bertenggang rasalah kepada orang-orang yang beriman."
Jangan Menjauhkan Diri
Janganlah Anda berlama-lama menjauhkan diri Anda dari rakyat, karena pengucilan diri penguasa dari rakyat adalah semacam pandangan sempit dan menyebabkan ketidaktahuan tentang keadaan mereka. Pengucilan diri dari mereka mencegah mereka dari mengetahui hal-hal yang tidak mereka ketahui dan sebagai akibatnya mereka mulai memandang hal-hal besar sebagai kecil dan hal-hal kecil sebagai besar, hal-hal yang baik sebagai buruk dan hal-hal buruk sebagai baik, sementara kebenaran dikacankan dengan kebatilan. Alhasil, gubemur adalah manusia dan tak akan dapat mengetahui hal-hal yang disembunyikan rakyat dari dia.
Tak ada tulisan besar di wajah kebenaran untuk membedakan pelbagai ungkapannya dari kebatilan. Maka Anda mungkin salah satu dari dua. Entah Anda pemurah dalam memberikan hak-hak; dan kalau demikian maka mengapa Anda bersembunyi padahal Anda melaksanakan kewajiban dan amal perbuatan baik dari kinerja Anda? Atau Anda korban kekikiran; dalam hal itu maka rakyat akan menyerah dari meminta kepada Anda karena mereka akan kehilangan harapan akan perlakuan baik dari Anda. Walaupun demikian, ada banyak keperluan rakyat pada Anda yang tidak melibatkan kesulitan pada Anda, seperti keluhan terhadap penindasan atau permohonan keadilan dalam suatu hal.
Selanjutnya, seorang gubemur mempunyai para favorit dan orang-orang yang mudah menemuinya. Mereka menyalahgunakan hal-hal, sombong dan tidak berlaku adil dalam urusan. Anda harus menghancurkan akar keburukan pada manusia dengan memutuskan penyebab cacat-cacat ini. Jangan memberikan hadiah-hadiah tanah kepada orang-orang yang bergantung kepada Anda atau para pendukung Anda. Mereka tak boleh mengharapkan dari Anda pemilikan tanah yang mungkin menimbulkan kerugian kepada orang-orang sekitarya tentang masalah pengairan dan pelayanan umum yang bebannya dipikulkan kepada orang lain oleh orang yang mendapatkan pemberian tanah itu. Secara ini, manfaat itu bukan bagi Anda melainkan bagi mereka, dan kesalahan akan terletak pada Anda di dunia ini dan di akhirat.
Berikan hak-hak kepada siapa saja yang memiliknya, baik dekat ataupun jauh dari Anda. Dalam hal ini Anda harus tabah dan waspada, sekalipun hal itu mungkin melibatkan famili atau favorit Anda, dan ingatlah selalu akan ganjaran atas apa yang nampaknya memberatkan Anda karena ganjarannya bagus.
Apabila rakyat mencurigai Anda berlaku sewenang-wenang, terangkan kepada mereka kedudukan Anda dan singkirkan kecurigaan mereka dengan penjelasan Anda, karena hal ini akan berarti latihan bagi jiwa Anda dan tenggang rasa kepada rakyat, sedang penjelasan ini akan mengamankan tujuan Anda untuk terus mengukuhkan mereka dalam kebenaran.
Janganlah Anda mengabaikan tawaran damai yang mungkin diajukan oleh musuh Anda dan di mana ada keridaan Allah, karena perdamaian memberikan istirahat kepada tentara Anda dan melegakan kecemasan Anda, dan keselamatan bagi negara Anda. Namun, setelah perdamaian, terdapat kekhawatiran besar dari (pihak) musuh, karena sering musuh menawarkan perdamaian hanya untuk mendapatkan manfaat atas kelengahan Anda. Karena itu, berhati-hatilah dan jangan bertindak menurut harapan khayali dalam hal ini.
Apabila Anda menerima suatu kesepakatan antara Anda dan musuh Anda atau memasuki perjanjian dengan dia maka penuhilah kesepakatan Anda dan laksanakanlah janji Anda dengan jujur. Tempatkan diri Anda sebagai perisai terhadap apa saja yang telah Anda janjikan karena di antara kewajiban dari Allah tak ada sesuatu di mana rakyat lebih dipersatukan dengan kuat walaupun terdapat perbedaan dalam gagasan mereka dan variasi pandangan mereka, ketimbang respek pada penepatan janji. Di samping kaum Muslim, bahkan kaum kafir pun menaati perjanjian, karena mereka menyadari bahaya yang akan menimpa setelah pelanggaran(nya). Oleh karena itu, janganlah menipu musuh Anda, karena tak ada yang dapat memurkakan Allah kecuali orang jahil dan orang jahat. Allah membuat kesepakatan dan janji-Nya (sebagai) tanda keamanan yang telah disebarkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya melalui rahmat-Nya dan suatu suaka di mana mereka tinggal dalam perlindungan-Nya dan mencari manfaat dari kedekatan dengan-Nya. Oleh karena itu, tak boleh ada penipuan, kelicikan atau kecurangan di dalamnya.
Janganlah mengadakan perjanjian yang memungkinkan perbedaan tafsiran, dan janganlah mengubah tafsiran dari kata-kata yang samar setelah penyimpulan dan pengukuhan (perjanjian itu). Apabila suatu perjanjian Allah melibatkan Anda dalam kesulitan, janganlah Anda mencan-cari dalih untuk menyangkalinya tanpa kebenaran, karena pemikulan kesulitan yang melaluinya Anda mengharapkan kelegaan dan hasil bagus adalah lebih baik daripada pelanggaran yang akibatnya Anda takuti, dan hendaklah Anda takut bahwa Anda akan dituntut Allah untuk mempertanggungjawabkannya dan Anda tak akan mampu mencari keampunan atasnya di dunia ini dan di akhirat.
Jauhkanlah diri Anda dari pertumpahan darah tanpa alasan yang sah, karena tak ada yang lebih mengundang azab Allah, yang lebih besar dalam akibat (buruknya), dan lebih efektif dalam merosotnya kemakmuran dan memendekkan usia, daripada menumpahkan darah tanpa alasan yang benar. Pada Hari Pengadilan Allah Yang Mahasuci akan memulai pengadilannya di aiitara manusia dengan perkara pembunuhan yang mereka lakukan. Oleh karena itu, janganlah memperkuat wewenang Anda dengan menumpahkan darah karena hal ini akan melemahkan dan merendahkan wewenang, lagi pula menghancurkannya dan menggesemya. Anda tak dapat mengajukan dalih apa pun di hadapan Allah atau di hadapan saya atas pembunuhan yang disengaja karena di dalamnya mesti ada pertanyaan atau pembalasan. Apabila Anda terlibat di dalamnya karena kekeliruan, dan berlebihan dalam menggunakan cambuk atau pedang Anda, atau keras dalam menimpakan hukuman, karena kadang-kadang bahkan satu pukulan tinju atau pukulan yang lebih kecil menyebabkan kematian, maka kesombongan kewenangan Anda tak boleh mencegah Anda dari membayar uang tebusan darah kepada ahli waris orang yang terbunuh itu.
Jauhilah sifat mengagumi diri dengan mengandalkan apa yang nampak baik pada diri Anda sendiri dan senang akan pujian yang berlebih-lebihan, karena hal itu merupakan salah satu kesempatan yang paling diandalkan setan untuk menghapus amal-amal baik dari orang berkebajikan.
Janganlah Anda menunjuk-nunjukkan (adanya) jasa Anda pada rakyat Anda karena Anda telah berbuat baik kepada mereka, atau memuji perbuatan Anda sendiri, atau berjanji lalu melanggamya, karena menunjuk-menunjukkan adanyajasa menghancurkan kebaikan, (sikap) puji diri membuang cahaya kebenaran, dan pelanggaran janji mendapatkan kebencian Allah dan (kebencian) rakyat. Allah yang Mahasuci berfirman,
"Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan. (QS. 61:3)
Janganlah tergesa-gesa melakukan sesuatu sebelum waktunya, lamban pada saat yang semestinya, ngotot atasnya bilamana ketepatan tindakan tidak diketahui, atau melemah bilamana (perlunya pekerjaan) itu menjadi jelas. Lakukanlah setiap sesuatu pada tempatnya yang semestinya, dan lakukan setiap pekerjaan pada waktunya yang tepat.
Janganlah gunakan untuk diri Anda sendiri apa-apa yang di dalamnya rakyat mempunyai hak yang sama, dan janganlah Anda mengabaikan hal-hal yang telah menjadi jelas dengan dalih bahwa Anda bertanggung jawab bagi orang-orang lain. Singkatnya, tirai-tirai dari semua hal akan diangkat dari pandangan Anda dan Anda akan dituntut untuk melakukan pemulihan kepada orang-orang yang tertindas. Kendalikanlah rasa presdse (Anda), setiap ledakan kemarahan, kekuatan tangan Anda, dan tajamnya lidah Anda. Jagalah terhadap semua mi dengan menjauhi ketergesa-gesaan dan dengan menangguhkan tindakan keras sampai marah Anda mereda dan mendapatkan lagi kendali diri Anda. Anda tak dapat menahan diri dari hal ini kecuali apabila Anda mengingat bahwa Anda akan kembali kepada Allah.
Perlulah Anda mengingat bagaimana keadaan yang beriaku pada orang-orang yang mendahului Anda, baik pemerintah atau tradisi besar atau suatu sunah dari Nabi kita (saw), atau perintah wajib yang terkandung dalam Kitab Allah. Kemudian Anda harus mengikutinya sebagaimana Anda melihat kami berbuat menurutnya dan Anda hams berusaha mengikuti apa yang telah disuruhkan kepada Anda dalam dokumen mi di mana saya telah melengkapi hujah saya atas Anda, supaya apabila hati Anda maju kepada hawa nafsunya Anda tak akan mempunyai hujah yang mendukungnya.
Saya memohon kepada Allah Yang Mahakuasa melalui rahmat-Nya yang tak terbatas, dan keagungan kekuasaan-Nya dalam memberikan kecenderungan yang baik, semoga la mendorong saya dan Anda untuk mengajukan suatu hujah yang jelas di hadapan-Nya dan di hadapan hamba-hamba-Nya dalam suatu cara yang mungkin menarik keridaan-Nya bersama dengan pujian yang baik di kalangan manusia, efek yang baik dalam negara, peningkatan dalam kemakmuran dan peninggian kemuliaan; dan semoga la memperkenankan kepada saya dan Anda untuk menjalani kematian berkebajikan dan kematian syahid. Sesungguhnya kita akan kembali kepada-Nya. Salam atas Rasulullah—semoga la mencurahkan salawat dan salam kepada beliau dan keturunannnya yang suci. Wasalam. •
[1] Dokumen yang patut disebut konstitusi politik Islam ini telah dipersiapkan oleh ahli terbesar dalam syariat dan bertindak atas dasarnya. Dari kajian tentang cara pemerintahan Amirul Muknunin di halaman-halaman ini dapat disimpulkan bahwa tujuannya hanyalah semata-mata pelaksanaan hukum Ilahi dan perbaikan kondisi sosial, bukan untuk merusak keamanan umum atau memenuhi perbendaharaan dengan merampok, atau berjuang untuk memperluas wilayah negara dengan jalan jujur atau licik. Pemerintahan duniawi pada umumnya mengambil konstitusi yang memenuhi keuntungan mereka yang sebesar-besamya dan berusaha mengubah setiap hukum yang menghalangi tujuan itu atau merugikan maksudnya. Tetapi setiap pasal konstitusi ini merupakan suatu perlindungan bagi kepentingan bersama dan sebagai pelindung organisasi kolektif. Pelaksanaannya tak mengandung sentuhan keakuan atau kepentingan diri sendiri. la mengandung prinsip-prinsip mendasar untuk pemenuhan kewajiban kepada Allah, perlindungan terhadap hak-hak manusia tanpa membeda-bedakan agama atau golongan, kepedulian terhadap fakir miskin dan pemberian bantuan kepada kalangan lemah yang tertindas; dari sini penuh petunjuk dapat diperoleh untuk penyebaran hak dan keadilan, penegakan kedamaian dan keamanan dan kesejahteraan serta kemakmuran rakyat.
Amirul Mukminin menulis dokumen ini untuk Malik al-Asytar ketika ia ditunjuk sebagai Gubernur Mesir di tahun 38 H. Malik al-Asytar adalah salah seorang sahabat utama Amirul Mukminin. la telah menunjukkan ketabahan dan kesabaran besar serta kepercayaan penuh pada Amirul Mukminin. la mencapai kedekatan dan keterpautan tertinggi kepadanya dengan membentuk perilaku dan karakter menurut perilaku dan karakter Amirul Mukminin. Ini dapat disimpulkan dari kata-kata Amirul Mukminin, "la bagi saya seperti saya bagi Nabi Allah." (Ibn Abil Hadid, XV, h. 98; al-A'lâm, VI, h. 131) Malik al-Asytar pun, digerakkan oleh perasaan pengabdian tanpa mementingkan diri, mengambil bagian sangat aktif dalam pertarungan militer dan membuktikan diri sebagai tangan Amirul Mukminin dalam seluruh pertempuran dan pertarungan. la menunjukkan keberanian dan keperkasaan yang diakui di seluruh Tanah Arab. Bersama dengan keberanian ini ia pun hebat dalam kesabaran dan ketabahan. Sehubungan dengan ini Warram ibn Abi Firas menulis bahwa pada suatu ketika Malik sedang melewati pasar Kufah dengan pakaian dan serbannya yang terbuat dari katun kasar. Seorang penjaga toko melihatnya dalam pakaian dan kondisi itu, lalu melemparinya dengan beberapa daun kotor, tetapi ia sama sekali tidak mempedulikan perilaku buruk itu, bahkan tidak menoleh kepadanya. Dengan tenang ia melangkah terus. Kemudian seseorang berkata kepada penjaga toko itu, "Tahukah Anda kepada siapa Anda telah beriaku demikian tak senonoh?" la menjawab bahwa ia tak mengenalnya, yang atasnya orang itu mengatakan bahwa itulah Malik al-Asytar. Ketika mendengamya ia kebingungan dan segera mengejar Malik untuk meminta ampun atas perlakuannya yang tak senonoh dan menghina itu. Sementara ia mencarinya, ia sampai ke mesjid di mana Malik sedang berdoa. Seusainya berdoa, lelaki penjaga toko itu maju lalu berlutut memohon ampun dengan penuh kesungguhan sambil menangis. Malik mengangkat janggut orang itu seraya berkata, "Demi Allah, saya telah datang ke mesjid untuk berdoa kepada Allah agar la mengampuni Anda." Beginilah sifat pemaaf dan kesabaran pejuang ini, yang namanya menggoncang keberanian orang dan kemahiran pedangnya diakui semua orang pemberani Arabia. Dan inilah tanda keberanian yang sesungguhnya dari seorang lelaki yang menguasai diri dalam pahitnya kemarahan dan keberangan, dan bersabar atas kesulitan dengan teguh dan tenang. Ini sesuai dengan kata-kata Amirul Mukminin, "Orang yang paling berani ialah orang yang menaklukkan hawa nafsunya."
Di samping ciri khas dan sifat-sifat ini, ia mempunyai bakat yang sempuma dalam organisasi dan pemerintahan. Ketika partai 'Utsmani mulai menyebarkan kuman kehancuran di Mesir dan berusaha mengacaukan hukum dan tata tertib negeri itu dengan kemungkaran dan pemberontakan, Amirul Mukminin menarik Muhammad ibn Abu Bakar dari kedudukannya sebagai gubemur dan mengangkat Malik al-Asytar sebagai gantinya, walaupun pada waktu itu ia menjabat sebagai Gubernur Nâshibîn. Amirul Mukminin mengirimkan pesan kepadanya bahwa ia harus menunjuk seseorang sebagai wakilnya di Nâshibîn lalu datang kepada Amirul Mukminin. Ketika mendengar perintah itu Malik menunjuk Syabib ibn 'Amir al-'Azdi menjadi wakilnya dan dia sendiri pergi kepada Amirul Mukminin. Amirul Mukminin memberikan kepadanya surat pengangkatan dan mengirimkannya ke Mesir, dan mengirimkan pula sepucuk perintah tertulis kepada orang Mesir untuk menaatinya. Ketika Muawiyah mendengar kabar tentang pengangkatan Malik al-Asytar melalui mata-matanya, ia menjadi bingung karena ia telah menjanjikan kepada 'Amr ibn al-Ash bahwa ia akan memberikan kepadanya jabatan gubernur Mesir sebagai upah atas pengabdiannya dan ia berharap bahwa 'Amr ibn al-'Ash akan dapat mengalahkan Muhammad ibn Abu Bakar dengan mudah lalu merebut kekuasaan darinya. Tetapi ia tak dapat membayangkan akan menaklukkan Mesir dengan mengalahkan Malik al-Asytar. Karena itu ia memutuskan akan menyingkirkannya sebelum ia mengambil alih kekuasaan. Untuk itu ia bersekongkol dengan seorang tuan tanah di kota 'Arisy bahwa bilamana Malik lewat di 'Arisy dalam perjalanannya ke Mesir, hendaklah ia membunuhnya dengan sesuatu siasat. Sebagai upahnya, hasil pendapatan dari kekayaannya tidak akan dipunguti pajak. Maka ketika Malik sampai di 'Arisy bersama pengantar dan pasukannya, tuan tanah itu menyambut rombongan itu dan mendesak supaya Malik menjadi tamunya. Malik menerima tawaran itu lalu menjadi tamu di tempatnya. Setelah makan, tuan rumah itu menyajikan minuman sirup madu yang telah dicampuri racun. Setelah meminumnya Malik segera menunjukkan efeknya, dan di hadapan mata setiap orang itu juga pejuang besar yang terkenal dalam keahliannya memegang pedang dan membingungkan barisan musuh itu meninggal dunia dengan tenang.
Ketika mendengar kabar tentang keberhasilan siasat itu, Mu'awiah sangat bersukacita dan berseru ria, "Oh, madu pun adalah tentara Allah," kemudian ia berpidato, yang di antara isinya,
"'Ali ibn Abi Thalib mempunyai dua tangan kanan. Yang satu telah diputuskan di Shiffin, yakni 'Ammar ibn Yasir, dan yang kedua sekarang telah diputuskan, yakni Malik al-Asytar."
Tetapi, ketika kabar pembunuhan Malik sampai kepada Amirul Mukminin, ia sangat berdukacita dan sedih, lalu ia berkata,
"Malik! Siapakah Malik? Apabila Malik adalah batu, ia keras dan padat; apabila ia karang, ia karang besar yang tiada taranya. Nampaknya seakan kematiannya telah menjadikan saya tak bernyawa. Saya bersumpah demi Allah bahwa kematiannya membuat orang Suriah bersukaria dan menyakiti orang 'Iraq."
Kemudian ia melanjutkan,
"Kaum wanita telah mandul untuk melahirkan yang seperti Malik." (ath-Thabari, I, h. 3392-3395; Ibn Atsir, III, h. 352-353; al-Ya'qubi, II, h. 194; al-Istî'âb, III, h. 1366; Ibn Abil Hadid, VI, h. 74-77; Ibn Katsir, VII, h. 313-314;Abul Fida',I,h. 179)
30
Nahjul Balaghah
SURAT 54 Kepada Thalhah dan Zubair (melalui 'Imran ibn al-Hushain al-Khuza'i).[1] Abu Ja'far al-Iskâfi telah menyebutkan hal ini dalam bukunya Kitab al-Maqâmât tentang kebajikan Amirul Mukminin as
Sekarang, Anda berdua mengetahui, walaupun Anda menyembunyikannya, bahwa saya tidak meminta mereka untuk membaiat kepada saya hingga mereka sendiri membaiat kepada saya. Sesungguhnya rakyat umum tidak membaiat kepada saya di bawah suatu paksaan atas mereka atau uang apa pun yang diberikan kepada mereka. Apabila Anda berdua membaiat saya dengan taat, kembalilah dan segeralah bertaubat kepada Allah, tetapi bila Anda membaiat kepada saya dengan enggan, sesungguhnya Anda telah memberikan alasan kepada saya untuk bertindak, dengan menunjukkan ketaatan Anda dan menyembunyikan pembangkangan Anda.2 Demi hidupku, Anda tidak lebih berhak daripada orang Muhajirin untuk menyembunyikan dan menyimpan hal ini. Penolakan Anda membaiat sebelum memasukinya akan lebih mudah ketimbang keluar darinya setelah menerimanya.
Anda telah mengatakan bahwa saya membunuh 'Utsman; maka biarkanlah sesorang dari kalangan rakyat Madinah yang tidak mendukung saya dan tidak pula (mendukung) Anda memutuskan hal itu antara saya dan Anda. Maka satu dari kita mesti menghadapi (perintah hukum) menurut keteriibatan(nya). Anda harus melepaskan jalan Anda sekarang, ketika pertanyaan besar di hadapan Anda hanyalah pertanyaan yang memalukan, sebelum Anda menghadapi pertanyaan yang memalukan itu dengan api neraka; Wasalam. •
[1] 'Imran ibn Hushain al-Khuza'i adalah seorang sahabat tingkat tinggi yang utama dalam pengetahuan dan prestasi, dan sangat cermat dalam meriwayatkan Hadis. la menerima Islam di saat Perang Khaibar dan ikut serta dengan Nabi dalam jihad. la diberi kehormatan dengan kedudukan hakim di Kufah; ia meninggal di Bashrah tahun 52 H.
Salah satu hadis shahih yang diriwayatkan oleh 'Imran ibn Hushain tentang Amirul Mukminin ialah,
Rasulullah membentuk suatu pasukan dan mengirimnya di bawah komando 'Ali ibn Abi Thalib. Dari khumus yang diterimanya, 'Ali menyisihkan seorang gadis budak untuk dirinya sendiri. Ini tak disukai oleh beberapa orang kawannya, dan empat orang darinya memutuskan untuk mengadukannya kepada Nabi (saw). Ketika kembali, mereka mendatangi Nabi, dan salah seorang di antara mereka berdiri seraya berkata, "Ya Rasulullah! Tidakkah Anda melihat bahwa 'Ali berbuat ini dan itu?" Nabi memalingkan wajah beliau darinya. Seorang lainnya berdiri dan mengajukan pengaduan yang sama dan Nabi memalingkan wajah beliau darinya. Yang seorang lagi mengulangi apa yang telah dikatakan kedua orang temannya dan mengalami reaksi yang sama. Kemudian orang keempat berdiri lalu mengatakan sebagaimana para pendahulunya. Nabi (saw) kemudian berpaling kepada mereka dengan tanda-tanda marah pada wajah beliau seraya berkata, "Apa yang Anda kehendaki untuk saya lakukan kepada ‘Ali? (dengan mengulanginya sebanyak tiga kali). Sesungguhnya 'Ali dari saya dan saya dari dia, dan sesudah saya ialah amir kaum mukmin." (at-Tirmidzi, al-Jâmi' ash-Shahîh, V, h. 632; Ahmad ibn Hanbal, al-Musnad, IV, h. 437-438; Abu Dawud ath-Thayalisi, al-Musnad, h. 111; al-Hakim, al-Mustadrak, fu, h. 110-111; Abu Nu'aim, Hilyah al-Auliyâ', VI, h. 294; adz-Dzahabi, Târîkh al-Islam, II, h. 196; Ibn Katsir, at-Târîkh, VII, h. 345; Ibn al-Atsir, Usd al-Ghâbah, IV, h. 27; Ibn Hajar, al-Ishâbah, II, h. 509)
Yakni, Anda adalah orang kaya yang mempunyai suku dan komunitas yang besar. Apa perlunya Anda berlaku curang seperti itu, atau menyembunyikan perasaan hati yang sesungguhnya, menunjukkan ketaatan dan membaiat dengan enggan dan tak suka. Tentu saja, apabila seseorang lain yang lemah dan tak berdaya mengatakan bahwa ia terpaksa membaiat, alasannya dapat diterima hingga ukuran tertentu. Tetapi, bilamana tak ada orang lain telah mengungkapkan ketidakberdayaannya dalam hal itu, mengapa maka ketidakberdayaan ini menimpa Anda sehingga sekarang Anda menganggap baiat Anda sebagai akibat ketidakberdayaan Anda?
SURAT 55 Kepada Mu'awiah
Amma ba'du, Allah Yang Mahasuci telah menjadikan dunia ini untuk apa yang akan datang sesudahnya dan menguji para penghuninya tentang siapa yang beramal baik; dan kita tidak diciptakan untuk dunia ini, tidak pula (kita) diperintahkan untuk berjuang demi itu, tetapi kita ditempatkan di (dunia) itu untuk menghadapi ujian di dalamnya. Maka Allah telah mencobai saya denganmu, dan mencobaimu dengan saya. Karena itu la telah membuat salah satu dari kita suatu hujah bagi yang lain.
Sekarang, engkau telah melompat pada dunia dengan penafsiran salah atas Al-Qur'an, dan menghendaki saya betanggung jawab atas apa yang tangan saya maupun lidah saya tidak (harus) bertanggung jawab, tetapi engkau dengan orang-orang Suriah meletakkan kesalahan kepada saya, dan orang pandaimu menghasut orang bodoh terhadap saya, dan orang yang duduk menghasut orang yang sedang berdiri. Engkau harus takut kepada Allah tentang diri Anda sendiri, dan janganlah membiarkan setan memimpinmu. Palingkan wajahmu ke dunia berikut karena itulah jalan kami dan jalanmu, dan takutlah kalau-kalau Allah melibatkan Anda dalam suatu musibah mendadak yang mungkin menghancurkan akar maupun memotong cabang-cabang. Saya bersumpah kepada Anda demi Allah, sumpah yang tidak akan dilanggar, bahwa apabila takdir membawa saya dan Anda berhadap-hadapan maka saya akan bersiteguh menghadapi Anda, Hingga Allah menetapkan di antara kita; dan Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya. (QS. 7:87) •
SURAT 56 Ketika Amirul Mukminin menempatkan Syuraih ibn Hani (al-Madzhiji) sebagai kepala pasukan depan yang mendahului ke Suriah, ia mengeluarkan surat instruksi ini
Bertakwalah kepada Allah di setiap pagi dan petang dan tetaplah khawatirkan tentang diri Anda mengenai dunia yang menipu ini, dan sekali-kali janganlah menganggapnya aman. Ketahuilah bahwa apabila karena takut akan sesuatu bencana Anda tidak menahan diri dari hal-hal yang Anda cintai, maka hawa nafsu akan melemparkan Anda ke dalam banyak kemudaratan. Oleh karena itu, jadilah pengekang dan pelindung diri Anda sendiri, dan (jadilah) penindas dan pembunuh kemarahan Anda. •
SURAT 57 Kepada rakyat Kufah di saat ia maju dari Madinah ke Bashrah
Amma ba'du, saya telah datang dari kota saya entah sebagai penindas atau sebagai yang tertindas, entah sebagai pemberontak atau orang yang terhadapnya telah dilakukan pendurhakaan. Bagaimanapun juga, kepada siapa pun surat saya ini sampai, saya mengajaknya dengan nama Allah supaya datang kepada saya, dan apabila saya dalam kebenaran, ia harus menolong saya; tetapi, apabila saya dalam kesalahan maka ia harus berusaha untuk membawa saya kepada yang benar menurut pendapatnya. •
SURAT 58 Ditulis kepada rakyat di berbagai daerah, menggambarkan apa yang terjadi antara dia dan kaum Shiffin
Semuanya mulai sedemikian rupa hingga kami dan orang Suriah bertemu dalam suatu pertarungan, walaupun kita percaya kepada Allah yang satu dan sama dan Nabi yang satu dan sama, dan risalah kita dalam Islam adalah satu dan sama. Kita tidak menghendaki mereka untuk menambahkan barang sesuatu dalam keimanan kepada Allah atau dalam mengakui Nabi-Nya (saw), dan tidak pula mereka menghendaki kita untuk menambahkan barang sesuatu seperti itu. Sebenarnya, ada suatu kesatuan yang lengkap, kecuali bahwa kita berbeda tentang masalah darah 'Utsman sementara kita tidak terlibat di dalamnya. Kami sarankan kepada mereka untuk meredakan situasi dengan menenangkan kekacauan sementra itu, dan menenangkan rakyat sampai umsan mengendap dan menjadi stabil ketika kita akan mendapatkan kekuatan untuk membetulkan urusan.
Tetapi, mereka mengatakan bahwa mereka akan meneyelesaikan dengan peperangan. Maka, mereka menolak perintah kami dan sebagai akibatnya peperangan merentangkan sayap-sayapnya dan datang untuk tinggal. Nyalanya bangkit dan menjadi kuat. Ketika perang telah menggigit kita maupun mereka dan menusukkan kukunya kepada kita maupun mereka, mereka menerima apa yang telah kita sarankan kepada mereka. Maka kita menyetujui apa yang mereka sarankan dan bergegas memenuhi permohonan mereka. Dengan cara ini hujah menjadi jelas kepada mereka dan tiada dalih yang tertinggal pada mereka. Sekarang, barangsiapa di antara mereka berpegang pada (janji) ini akan diselamatkan Allah dari keruntuhan, dan barangsiapa menunjukkan (sikap) kepala batu dan bersikeras (pada kesalahan) adalah pemutar balik yang hatinya telah dibutakan Allah, dan kemungkaran akan mengelilingi kepalanya. •
SURAT 59 Kepada al-Aswad ibn Quthbah, Gubernur Hulwan
Sekarang, apabila tindakan-tindakan seorang gubemur mengikuti hawa nafsu, ia akan sangat terhalang dalam (urusan) keadilan. Semua orang hams sama dalam hak di hadapan Anda, karena kelaliman tak dapat menjadi pengganti bagi keadilan. Jauhkan hal-hal yang tidak Anda sukai bagi diri Anda sendiri. Berusaha keraslah Anda dalam apa yang telah diwajibkan Allah atas Anda, dengan berharap akan pahala-Nya dan takut akan hukuman-Nya.
Ketahuilah bahwa dunia ini adalah suatu tempat ujian. Barangsiapa yang telah menyia-nyiakan sesuatu saat dari waktunya, ia akan menyesalinya pada Hari Pengadilan, dan tak ada yang akan pemah membuat Anda terlalu puas sehingga tidak memerlukan hak. Satu dari hak-hak pada Anda ialah bahwa Anda harus melindungi diri Anda sendiri (dari dosa) dan mengurusi rakyat sekuat kuasa Anda. Manfaatnya yang akan Anda peroleh akan lebih besar daripada apa yang akan diperoleh (rakyat) melalui Anda. Wasalam. •
SURAT 60 Kepada para pejabat wilayah yurisdiksi yang dilalui tentara
Dari hamba Allah, 'Ali, Amiril Mukminin kepada semua pengumpul pendapatan (negara) dan para pejabat negara yang melalui wilayahnya tentara lewat.
Amma ba'du, saya telah mengirim tentara yang melewati Anda, apabila Allah menghendaki; telah saya intruksikan kepada mereka tentang apa yang telah diwajibkan Allah pada mereka, yakni bahwa mereka tak boleh mengganggu dan hams menghidari kemudaratan. Saya menganggap diri saya bersih di hadapan Anda dan orang-orang (kafir) yang berada di bawah perlindungan Anda dari setiap gangguan yang dilakukan oleh tentara itu, kecuali bilamana seseorang terpaksa oleh lapar dan tak adajalan lain untuk memuaskannya. Apabila seseorang di antara mereka mengambil barang sesutu melalui kekerasan maka ia akan dihukum. Tak ada di antara Anda sekalian yang akan cukup bodoh untuk menghalangi mereka atau mencampuri urusan-urusan yang telah kami izinkan kepada mereka sebagai pengeculaian. Saya sendiri ada di dalam tentara itu. Maka kembalikan kepada saya kelancangan mereka, dan sesuatu kesukaran yang disebabkan oleh mereka dan yang tak dapat Anda hindari kecuali melalui Allah dan melalui saya, maka saya akan menghindarinya dengan pertolongan Allah, apabila la menghendakinya. •
SURAT 61 Kepada Kumail ibn Ziyad an-Nakha'i, Gubernur Hit, mengungkapkan ketidaksenangan tentang ketidakmampuannya untuk mencegah perampokan oleh pasukan-pasukan musuh yang lewat
Amma ba 'du, kelalaian seseorang yang atasnya ia dijadikan penanggungjawabnya, dan melakukan apa yang harus dilakukan oleh orang lain, adalah suatu kelemahan yang nyata dan pandangan yang meruntuhkan. Sesungguhnya hasrat majunya Anda kepada orang Qirqisia, dan (tindakan) Anda meninggalkan gudang senjata yang atasnya kami telah menempatkan Anda, tanpa seseorang untuk melindunginya atau melawan pasukan musuh, mengesankan pemikiran yang berserakan. Secara ini Anda menjadi seperti sebuah jembatan bagi musuh yang datang menjarah pada sekutu-sekutu Anda sementara senjata Anda lemah, tak ada kekaguman atas Anda di sekitar Anda; Anda tak mencegah serangan musuh; Anda tak dapat mematahkan kekuatannya; Anda tak dapat membela rakyat daerah Anda dan Anda tak dapat melaksanakan tugas-tugas atas nama imam Anda. •
SURAT 62 Kepada rakyat Mesir, dikirim melalui Malik al-Asytar ketika ia diangkat menjadi gubernur wilayah itu
Amma ba'du, Allah Yang Mahasuci mengutus Muhammad (saw) sebagai pemberi peringatan bagi seluruh dunia dan saksi bagi semua nabi. Ketika Nabi wafat, kaum Muslim bertengkar tentang kekuasaan sepeninggal beliau. Demi Allah, tak pemah terpikir oleh saya, dan saya tak pemah membayangkan, bahwa setelah Nabi orang Arab akan merebut kekhalifahan dari Ahlulbait, tidak pula bahwa mereka akan mengambilnya dari saya setelah beliau, tetapi secara mendadak saya melihat orang mengelilingi lelaki itu untuk membaiat.[1]
Oleh karena itu, saya menahan tangan saya hingga saya melihat bahwa banyak orang sedang menghindar dari Islam dan bemsaha untuk menghancurkan agama Muhammad (saw). Maka saya khawatir bahwa apabila saya tidak melindungi Islam dan umataya lalu terjadi di dalamnya suatu perpecahan atau kehancuran, hal itu akan merupakan suatu pukulan yang lebih besar kepada saya daripada hilangnya kekuasaan atas Anda, yang bagaimanapun (hanyalah) akan berlangsung beberapa hari yang darinya segala sesuatu akan berialu sebagaimana berialunya bayangan, atau sebagai hilangnya awan melayang. Oleh karena itu, dalam peristiwa-peristiwa ini saya bangkit hingga kebatilan dihancurkan dan lenyap, dan agama mendapatkan kedamaian dan keselamatan.
Sebagian dari Surat yang Sama
Demi Allah, apabila saya telah bertamng dengan mereka sendirian, dan mereka demikian banyak sampai memenuhi bumi hingga melimpah, saya tidak akan cemas atau bingung. Saya bersih dan memiliki keyakinan dari Allah tentang kesesatan mereka dan terpimpinnya saya. Saya menaruh harapan dan berharap bahwa saya akan menemui Allah dan mendapatkan pahala-Nya yang baik. Tetapi saya cemas bila orang jahil dan mungkar akan menguasai urusan seluruh umat, dengan akibat bahwa mereka akan mencengkeram dana Allah sebagai milik mereka sendiri dan membuat umat-Nya menjadi budak-budak,[2] memerangi orang berkebajikan, dan bersekutu dengan pendosa. Sesungguhnya, ada yang minum (khamar) secara haram dan telah dicambuki dengan cara hukuman yang ditentukan oleh Islam,[3] dan ada orang yang tidak menerima Islam hingga ia telah mendapatkan keuntungan uang melaluinya.[4] Apabila tidak demikian maka saya tidak akan bersikeras mengumpulkan Anda, menyalahkan Anda, mengerahkan Anda dan mendesak Anda (untuk jihad); tetapi, apabila Anda menolak dan menunjukkan kelemahan, saya akan meninggalkan Anda.
Tidakkah Anda melihat bahwa perbatasan kota-kota Anda telah mengecil, daerah Anda yang berpenduduk telah ditaklukkan, milik-milik Anda telah direbut dan kota-kota dan negeri-negeri Anda telah diserang? Semoga Allah menaruh belas kasihan atas Anda; bangkitlah untuk memerangi musuh Anda dan janganlah tinggal bermalas-malas dan lalai; bila tidak demikian, Anda akan menghadapi penindasan dan menderita aib, dan nasib Anda akan menjadi yang terburuk. Pejuang harus jaga karena apabila ia tidur musuh tidak tidur. Wasalam. •
[1] Deklarasi Nabi tentang Amirul Mukminin bahwa "Ini adalah saudara saya, wakil dan khalifah saya di antara Anda," dan ketika sedang kembali dari haji perpisahan dengan mengatakan di Ghadir Khdm bahwa "Bagi barangsiapa yang saya adalah walinya, ‘Ali adalah walinya" telah menetapkan masalah penggantian diri beliau dan suksesi; tak perlu lagi pemilihan, dan tak dapat pula dikhayalkan bahwa penduduk Madmah akan merasa perlu mengadakan pemilihan. Tetapi, orang-orang yang haus kekuasaan mengabaikan ajaran yang jelas ini seakan-akan telinga mereka tidak pemah mengenalnya. Mereka memandang pemilihan demikian perlunya sehingga dengan meninggalkan persiapan pemakaman Nabi mereka berkumpul di Saqifah Bani Sa'idah dan memilih Abu Bakar sebagai khalifah dengan suatu pamer demokrasi. Ini saat yang paling kritis bagi Amiml Mukminin. Di satu sisi orang yang menaruh kepentingan tertentu menghasratkan agar ia mengangkat senjata, dan di sisi lain ia melihat bahwa orang-orang Arab yang telah menerima Islam karena tekanan kekuatan militer sedang meninggalkannya dan Musailamah al-Kadzdzab dan Tulaihah ibn Khuwailid sedang melemparkan suku derni suku ke dalam kesesatan. Dalam suasana itu, apabila timbul perang saudara dan kaum Muslim saling berperang maka kekuatan penghojat dan munafik akan bergabung dan menghancurkan Islam dari muka bumi. Oleh karena itu maka Amirul Mukminin memilih diam ketimbang berjuang; dengan tujuan untuk memelihara persatuan Islam ia memilih memprotes secara damai ketimbang mengangkat senjata. Ini disebabkan karena kekuasaan formal tidak begitu manis ketimbang kemaslahatan ummah. Untuk menghentikan rekayasa kaum munafik dan mengalahkan maksud para pembuat bencana, tak ada jalan lain kecuali mengelakkan api peperangan, dengan melepaskan klaimnya sendiri. Ini merupakan tindakan yang demikian agung demi Islam sehingga diakui oleh seluruh kalangan Muslim.
[2] 2Ini merujuk ucapan Nabi (saw) tentang anak-anak Umayyah dan anak-anak Abi al-'Ash ibn Umayyah (kakek 'Utsman ibn 'Affan dan para khalifah dinasti Marwan) sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Dzarr al-Ghiffari bahwa Nabi bersabda,
"Bilamana jumlah anak-anak (Bani) Umayyah mencapai empat puluh orang laki-laki, mereka akan memperbudak para hamba Allah, mencaplok dana Allah seakan harta mereka sendiri, dan membuat Kitab Allah menjadi penyebab kerusakan." (al-Mustadrak, IV, h. 479; Kanz al-'Ummâl, XI, h. 149)
Tentang anak-anak Abi al-'Ash, diriwayatkan oleh Abu Dzarr, Abu Sa'id al-Khudri, Ibn 'Abbas, Abu Hurairah dan lain-lain bahwa Nabi bersabda,
"Bilamana jumlah anak-anak (Bani) al-'Ash mencapai tiga puluh orang laki-laki, mereka akan mencaplok dana Allah seakan harta mereka sendiri, memperbudak manusia, dan menjadikan agama Allah penyebab kerusakan." (Ahmad ibn Hanbal, al-Musnad, III, h. 80; al-Hakim, al-Mustadrak, IV, h. 480; Ibn Hajar, Mathalib al-'Allah, IV, h. 332; al-Haitsami, Majma' az-Zawâ'id, V, h. 24; al-Muttaqi, Kanzal-'Ummâl, XI, h. 148, 149, 351, 354).
Sejarah Islam setelah wafatnya Nabi (saw) mengandung cukup petunjuk untuk membuktikan kebenaran ramalan Nabi ini; dan kekhawatiran Amirul Mukminin bagi umat Islam berdasarkan alasan ini.
[3] 3Orang yang menunum khamar itu adalah Walid ibn 'Uqbah ibn Abi Mu’ith. la seibu dengan Khalifah 'Utsman. Sebagai Gubernur Kufah, pada suatu hari Walid yang sedang mabuk mengimami salat subuh di mesjid jamik Kufah. la melakukan salah subuh, yang mestinya dua rakaat, sebanyak empat rakaat. Jamaah yang di dalamnya termasuk beberapa orang saleh, seperti Ibn Mas'ud, sangat marah, apalagi setelah menyelesaikan empat rakaat itu Walid berkata,
"Alangkah menyenangkan pagi ini! Saya akan memperpanjang salat apabila Anda setuju."
Keluhan telah disampaikan berulang-ulang kepada khalifah tentang Walid berkenaan dengan penyelewengannya, tetapi sering djtolak. Rakyat pun menyalahkan 'Utsman karena tidak memperhatikan keluhan mereka dan membela si penyeleweng. Secara kebetulan mereka berhasil melepaskan cincin stempel resmi dari jari gubemur itu ketika sedang terbaring tak sadar diri setelah minum khamar, lalu membawa cincin itu ke Madmah sebagai buktinya. Masih juga khalifah 'Utsman berlalai-lalai dan ragu-ragu untuk menghukum gubemur yang saudara seibunya itu. Ini menyebabkan celaan rakyat kepada khalifah sehingga ia akhiraya terpaksa menghukum Walid dengan empat puluh kali pukulan cambuk. Kemudian ia diturunkan dari jabatannya. Sa'd ibn al-'Ash, sepupu 'Utsman, menggantikan kedudukan Walid, dan ini menyebabkan 'Utsman sangat dicela." (al-Baladzuri, Ansâb al-Asyrâf, V, h. 33-35; Abul Faraj Isfahani, al-Aghânî, IV, h. 178-187; al-Istî’âb, IV, h. 1554-1557; Usd al-Ghâbah, V, h. 91-92; Thabari, I, 2843-2850; Ibn al-Atsir, 111, h. 105-107; Ibn Abil Hadid, XVII, 227-245)
[4] Orang yang menerima Islam dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan finansial adalah Mu'awiah yang menganut Islam hanya untuk keuntungan duniawi.
SURAT 63 Kepada Abu Musa ('Abdullah ibn Qais) al-Asy'arî, Gubernur Kufah, ketika Amirul Mukminin mendengar bahwa ia mencegah Kufah agar tidak bergabung dalam Pertempuran Jamal ketika Amirul Mukminin telah memanggil mereka untuk berjuang bersamanya
Dari hamba Allah, Amirul Mukminin, kepada 'Abdullah ibn Qais.
Amma ba'du, saya telah mendengar kata-kata yang Anda ucapkan yang bagi (keuntungan) Anda maupun terhadap Anda.[1] Maka, bilamana utusan saya sampai kepada Anda, bersedialah Anda dan bersiap, keluarlah dari liang Anda dan panggillah orang-orang yang ada bersama Anda. Lalu, apabila Anda yakin akan kebenarannya, bangkitlah; tetapi, apabila Anda merasa kecut, pergilah. Demi Allah, Anda akan tertangkap di mana pun Anda berada, dan Anda tak akan dibiarkan luput hingga Anda bingung sepenuhnya dan segala sesuatu tentang Anda terserak, dan hingga Anda tergoncang dari tempat düdük Anda. Maka, Anda akan ketakutan dari depan dan dari belakang Anda.
Yang Anda harap bukanlah suatu hal yang enteng melainkan suatu petaka yang parah. Kita harus menunggangi unta-untanya, mengatasi kesulitan-kesulitannya dan meratakan bukit-bukitnya. Tertibkan pikiran Anda, peganglah urusan Anda, dan dapatkan (nasib dan) bagian Anda. Apabila Anda tidak menyukainya maka pergilah ke mana Anda tidak disambut dan Anda tak dapat lepas darinya. Lebih baik bila Anda dibiarkan sendiri dan berbaring tidur. Maka tak seorang akan menanyakan di mana si Polan. Demi Allah, ini adalah perkara hak dengan orang yang berhak, dan karni tidak peduli akan apa yang dilakukan para penghujat. Wasalam. •
[1] Ketika Amirul Mukminin hendak menumpas pemberontakan penduduk Bashrah, ia mengirim surat ini melalui imam Hasan kepada Abu Musa al-Asy'arî, Gubernur Kufah, di mana ia menegurnya karena perilakunya yang ganda dan plin-plan, dan berusaha meyakinkannya untuk berjihad, karena di satu sisi ia mengatakan bahwa Amirul Mukminin adalah imam yang sebenarnya dan di sisi lain ia mengatakan bahwa peperangan melawan kaum Muslim tidaklah benar; tetapi hal itu adalah suatu bencana dan perlulah menjauhkan bencana itu. Maka Amirul Mukminin merujuk pandangan plin-plan ini dalam kata-kata, Hua lak wa 'alaik" (yang bagi Anda dan terhadap Anda). Maksudnya ialah bahwa bilamana Amirul Mukminin imam yang benar, maka bagaimana mungkin berperang bersamanya melawan musuh dipandang salah? Dan apabila berperang di pihaknya adalah salah maka apa makna bahwa ia imam yang benar?
Bagaimanapun juga, walaupun ia mengenggankan mereka untuk bertempur, penduduk Kufah datang bergabung pada tentara Amirul Mukminin dalam jumlah besar dan ikut serta sepenuhnya dalam pertempuran itu, mengalahkan orang Bashrah sampai mereka tak pernah lagi berani memberontak.
SURAT 64 Jawaban kepada Mu'awiah
Kemudian daripada itu, sesungguhnya kami dan engkau (dulu) berada dalam ketentuan yang bersahabat sebagaimana engkau katakan, tetapi perselisihan timbul antara kami dan engkau di hari lain, ketika kami menerima iman dan engkau menolaknya. Situasinya sekarang ialah bahwa kami sabar (dalam iman) tetapi engkau sedang menciptakan bencana. Orang-orang di antara engkau yang menerima Islam, menerimanya dengan enggan, dan itu pun ketika semua lelaki pemimpin telah menerima Islam dan bergabung dengan Rasulullah (saw).
Engkau mengatakan bahwa saya membunuh Thalhah dan Zubair, memaksa 'A'isyah keluar rumah dan mengambil kediaman di antara kedua kota (Kufah dan Bashrah)[1]. Ini adalah urusan yang dengan itu engkau tak bersangkutan dan tidak pula (urusan) itu melibatkan apa pun terhadapmu. Oleh karena itu, tidak ada keterangan tentang hal-hal itu yang patut bagimu.
Engkau pun mengatakan bahwa engkau akan mendatangi saya dengan suatu golongan orang Muhajirin dan Anshar, tetapi hijrah berakhir pada hari saudaramu ditawan. Apabila engkau tergesa-gesa, maka tunggulah sejenak karena saya mungkin datang untuk menemuimu dan itu akan lebih cocok sebab hal itu akan berarti bahwa Allah telah menunjuk saya untuk menghukummu. Tetapi, apabila engkau mendatangiku, hal itu akan menjadi seperti apa yang dikatakan penyair Bani Asad:
Mereka maju melawan angin musim panas,
Yang melemparkan batu kepada mereka,
Di tanah-tanah tinggi dan tanah rendah.
(Ingatlah) saya masih mempunyai pedang yang dengan itu saya mengirimmu, saudara ibumu dan saudaramu ke tempat yang satu dan sama. Demi Allah, saya tahu siapa engkau. Hatimu tersarung dan akalmu lemah. Adalah lebih baik mengatakan bahwa engkau telah naik ke mana engkau melihat pemandangan yang buruk yang menentangmu, bukan untuk kebaikanmu, karena engkau sedang mencari-cari suatu barang yang hilang dari orang lain, engkau sedang cenderung kepada ternak orang lain, dan engkau sedang menghasratkan sesuatu yang bukan kepunyaanmu, dan tidak pula engkau mempunyai suatu kaitan dengannya. Betapa jauh kata-katamu dari tindakanmu, dan betapa dekat engkau menyerupai paman-pamanmu dari pihak ayah dan dari pihak ibu yang dipimpin oleh kemungkaran dan cinta mereka kepada kebatilan untuk menentang Muhammad (saw) dan akibatnya mereka dibunuh sebagaimana engkau ketahui. Mereka tak dapat bertahan terhadap petaka dan tak dapat melindungi tempat keamanan mereka dari serangan pedang-pedang yang amat banyak dalam pertempuran itu dan yang tidak menunjukkan kelemahan.
Engkau telah mengatakan amat banyak tentang 'Utsman. Engkau mula-mula bergabung (membaiat), kemudian mencari putusan tentang (orang-orang yang tertuduh itu) dari saya dan saya akan menyelesaikan urusan itu antara engkau dan mereka menurut Kitab Allah Yang Mahatinggi. Tetapi apa yang kau tuju hanyalah puting susu palsu yang diberikan kepada seorang anak pada hari-hari pertama menyapih. Salam bagi orang-orang yang patut atasnya. •
[1] Mu'awiah telah menulis surat kepada Amirul Mukminin di mana setelah menyebut persatuan dan kasih sayang timbal balik, ia meletakkan kepadanya kesalahan atas terbunuhnya Thalhah dan Zubair dan memaksa 'A'isyah keluar dari rumahnya dan menyatakan keberatan atas diambilnya Kufah sebagai pusat pemenntahan ketimbang Madinah. Pada akhirnya ia memberikan ancaman perang dan mengatakan bahwa ia akan datang dengan suatu pasukan kaum Muhajinn dan Anshar untuk berperang.
Amirul Mukminin menulis surat ini sebagai jawaban atasnya, di mana ia mengomentari klaim Mu'awiah untuk persatuan. la mengatakan, "Mungkin ada persatuan di antara engkau dan kami dahulu, tetapi dengan datangnya Islam maka suatu jurang besar telah berkembang di antara keduanya yang tak mungkin dijembatani, dan telah terjadi perpisahan yang tak mungkin dihindarkan. Ini disebabkan karena kami menyambut seruan Nabi dan segera bergegas masuk Islam, tetapi engkau masih dalam kekafiran dan dengan itu kami dan kamu mengambil jalan yang terpisah. Tetapi, ketika Islam beroleh stabilitas dan para sesepuh Arabia masuk Islam, engkau pun terpaksa masuk Islam dan beroleh perlindungan atas hidup engkau dengan memakai topeng Islam, tetapi terus secara rahasia mengipasi bencana yang dimaksudkan untuk menghancurkan fondasi-fondasinya. Karena kami telah menerima Islam atas kehendak bebas dan kesukaan kami sendiri, kami bersiteguh padajalan kebenaran itu dan tak pemah goyah dalam ketabahan kami. Oleh karena itu maka penerimaan Islam oleh engkau pun tak dapat membuat kami menyetujui pengkaungan-pengkaungan engkau."
Mengenai tuduhan Mu'awiah bahwa Amirul Mukminin merekayasa pembunuhan Thalhah dan Zubair, sekalipun misalnya tuduhan ini diakui, itu bukankah suatu fakta yang menyebabkan mereka memberontak secara terang-terangan terhadap Amirul Mukminin dan bangkit berperang setelah melanggar baiat. Karena itu, apabila mereka terbunuh dalam hubungan pemberontakan maka darah mereka tertumpah dengan sia-sia dan pembunuhnya tak dapat disalahkan, karena hukuman bagi pemberontak adalah kematian, dan memeranginya diizinkan tanpa keraguan. Namun nyatanya tuduhan itu tidak mengandung kebenaran, karena Thalhah dibunuh oleh seorang lelaki dari pihaknya sendiri. Penulis al-Istî'âb mengatakan,
"Marwan ibn Hakam menembak Thalhah dengan panah, dan sambil berpaling kepada Abu Aban ibn 'Utsman ia berkata, 'Kami telah membunuh seorang pembunuh ayahmu dan membebaskanmu dari kewajiban membalas dendam.'" (al-lstî'âb, II, h. 223)
Tentang Zubair, ia dibunuh oleh 'Amr ibn Jurmuz dalam perjalanannya kembali ke Bashrah, dan tak ada peran Amiril Mukminin di dalamnya. Demikian pula, 'A'isyah sendiri keluar rumah sebagai pemimpin kelompok pemberontak sementara Amirul Mukminin menasihatinya beberapa kali untuk menyadari kedudukannya dan supaya tidak melangkah keluar batas-batasnya tetapi semua itu tak berpengaruh padanya.
Sejenis itu pula kritiknya bahwa Amirul Mukminin meninggalkan Madinah dan mengambil Kufah sebagai pusat pemerintahannya, karena Madinah mengusir orang-orang yang buruk dan membuang kotoran. Jawaban atasnya hanyalah bahwa Mu'awiah sendiri meninggalkan Madinah dan selalu mempertahankan Suriah sebagai ibu kotanya dan menjauh dari Madinah. Secara ini apa haknya untuk menaruh keberatan atas tindakan Amirul Mukminin memindahkan ibu kota.
Amirul Mukminin meninggalkan Madinah karena pemberontakan-pemberontakan yang muncul dari berbagai sisi. Untuk menumpas pemberontakan diperlukan suatu tempat sebagai ibu kota dari mana bantuan militer dapat dikerahkan setiap saat. Jadi, Amirul Mukminin telah melihat dalam Pertempuran Jamal bahwa sebagian besar penduduk Kufah telah mendukungnya dan karena itu, dengan menjadikannya basis tentara maka periawanan terhadap musuh dapat ditanggulangi secara lebih mudah, sedang Madinah tak sesuai bagi mobilisasi tentara atau untuk pasokan.
Akhirnya, tentang ancaman Mu'awiah bahwa ia akan maju dengan kaum Muhajirin dan Anshar, Amirul Mukminin hanya memberikan jawaban kepada pokok ini secara sangat halus, yakni, "bagaimana mungkin Engkau akan membawa Muhajirin sedang pintu Hijrah telah tertutup pada hari saudaramu, Yazid ibn Abi Sufyan ditawan". Orang ini ditawan pada hari jatuhnya Makkah dan tak ada cerita tentang Hijrah yang memungkinkan seseorang disebut Muhajir setelah pembebasan Makkah, sesuai ucapan Nabi, "Tak ada hijrah setelah penaklukan Makkah".
SURAT 65 Kepada Mu'awiah
Amma ba'du, inilah saatnya[1] Anda harus mengambil manfaat dengan melaksanakan pandangan yang jernih tentang masalah-masalah pokok, karena Anda telah melangkah di jalan kakek-kakek Anda dalam membuat pengakuan-pengakuan yang batil, menyebarkan kebohongan dan gagasan-gagasan yang tak benar, mengakui sendiri apa yang jauh di atas Anda dan menuntut apa yang tidak dimaksudkan untuk Anda, karena engkau hendak berpaling dari hak dan mendurhaka terhadap apa yang terpaut erat pada daging dan darahmu, yakni apa yang telah didengar oleh kedalaman telingamu dan telah memenuhi dadamu. Dan setelah meninggalkan yang benar, tak ada lagi yang tertinggal kecuali kesesatan yang jelas; dan setelah mengabaikan pemyataan (yang terang), tak ada lagi kecuali kebingungan. Oleh karena itu, engkau harus menjaga (dirimu) terhadap keraguan dan akibat-akibat buruk kebingungannya, karena selama waktu panjang bencana telah menyebarkan tirai-tirainya dan kegelapannya membutakan matamu.
Saya telah membaca suratmu yang penuh dengan ucapan-ucapan besar yang melemahkan maksud perdamaian, serta ungkapan-ungkapan kosong yang tidak dipersiapkan dengan pengetahuan dan kesabaran. Dengan alasan itu engkau telah menjadi seperti orang yang sedang tenggelam dalam suatu rawa atau meraba-raba di tempat yang gelap. Engkau telah mengangkat dirimu ke suatu kedudukan yang sulit didekati dan kosong dari setiap tanda (untuk memandu). Bahkan layangan raja pun tak dapat mencapainya. Itu sejajar dengan bintang 'Ayyuq di ketinggian.
Semoga dijauhkan Allah bila engkau menjadi penanggung jawab urusan umat setelah saya memegang wewenang sebagai Khalifah, atau bahwa saya mengeluarkan suatu fatwa atau dokumen yang membiarkan wewenang kepadamu atas salah seorang (saja pun) dari mereka. Oleh karena itu, sejak sekarang dan seterusnya, jagalah dirimu dan waspadalah, karena apabila engkau membangkang hingga hamba-hamba Allah (terpaksa) menyerbumu, maka urusan akan tertutup bagimu dan barang sesuatu yang dapat diterima hari ini tidak akan diterima saat itu. Wasalam. •
[1] Pada akhir perang Khariji, Mu'awiah menulis surat kepada Anunil Mukminin, di mana, sebagaimana biasanya, ia mengumbar diri dengan lemparan lumpur. Sebagai jawabannya Ainirul Mukminin menulis surat ini, di mana ia bemsaha menarik perhatian Mu'awiah kepada fakta-fakta yang jelas tentang pertempuran Khariji itu sendiri, karena pertempuran ini terjadi sesuai dengan ramalan Nabi (saw), sedang Amirul Mukminin sendiri pun telah mengatakan sebelum pertempuran itu bahwa selain kaum Jamal dan Shiffin ia masih hams memerangi suatu kelompok lain, yakni para penyeleweng agama, kaum Khariji. Terjadinya pertempuran ini, dan terbunuhnya lelaki dengan dada busung (Dzuts-Tsudayyah) mempakan bukti yang jelas bahwa Amirul Mukminin adalah di pihak yang benar. Apabila Mu'awiah tidak terobsesi dengan pengiklanan diri dan hawa nafsu untuk penaklukan, dan tidak menutup matanya terhadap kebenaran sebagaimana nenek moyangnya, Abu Sufyan dan 'Utbah tentu ia akan melihat yang benar dan datang kepada jalan kebenaran. Tetapi, karena terdesak oleh kecenderungan alami, ia selalu mengelakkan hak dan kebenaran dan membutakan diri terhadap kata-kata Nabi yang menyinari keimaman dan kekhalifahan Amirul Mukminin. Karena berada bersama Nabi pada Haji Perpisahan, ucapan Nabi tentang "Bagi siapa yang saya adalah walinya, maka 'Ali adalah walinya" dan karena kehadirannya di waktu perang Tabuk, ucapan Nabi bahwa, "Ya 'Ali, Anda bagi saya adalah seperti Harun bagi Musa" tidak tersembunyi baginya. Walaupun adanya semua ini, ia menjalani kehidupannya dengan menyembunyikan yang hak dan mendorong kebatilan. Ini tidak disebabkan karena sesuatu salah paham, tetapi nafsunya untuk kekuasaan terus mendorongnya untuk menekan dan memijak-mijak kebenaran dan keadilan.
SURAT 66 Kepada 'Abdullah ibn 'Abbas
(Surat ini telah termasuk dalam suatu versi lain) Amma ba'du, kadang-kadang seseorang merasa gembira atas sesuatu yang sama sekali ia tak akan gagal mendapatkannya, dan merasa sedih atas sesuatu yang sama sekali tak akan datang kepadanya. Oleh karena itu, hendaklah Anda tidak memandang pencapaian kesenangan dan kepuasan nafsu untuk membalas dendam sebagai nikmat terakhir dari dunia ini, melainkan (keberhasilan dalam) memadamkan (api) kebatilan dan menghidupkan lagi yang benar. Kesenangan Anda hendaklah untuk (amal baik) apa yang telah Anda kirimkan ke depan; kesedihan Anda hendaklah untuk apa yang akan Anda tinggalkan; dan kecemasan Anda hendaklah tentang apa yang akan menimpa setelah mati. •
SURAT 67 Kepada Qutsam ibn al-'Abbas, Gubernurnya di Makkah
Amma ba 'du, buatlah persiapan untuk haji oleh rakyat, ingatkan kepada mereka tentang hari-hari (yang akan diabdikan kepada) Allah. Duduklah untuk memberikan audensi kepada mereka pagi dan petang. Terangkanlah hukum kepada pencari, ajarilah orang yang tak tahu dan berdiskusilah dengan orang-orang berilmu. Tidak boleh ada perantara antara Anda dan rakyat, kecuali lidah Anda, dan tiada pengawal selain wajah sendiri. Jangan mencegah seseorang yang memerlukan, karena sekali orang yang memerlukan pulang dengan tak puas dari pintu Anda maka sekalipun kemudian Anda melakukannya, hal itu tidak membawa pujian kepada Anda.
Lihatlah apa yang telah dikumpulkan pada Anda tentang dana Allah (dalam perbendaharaan umum) dan manfaatkanlah itu bagi orang-orang berkeluarga, orang-orang yang dalam kesusahan, orang-orang yang lapar dan yang telanjang, pada bagian Anda. Lalu kirimkanlah sisanya kepada kami untuk dibagi-bagikan kepada orang-orang yang di sisi ini.
Mintalah kepada penduduk Makkah untuk menagih sewa bagi para penginap, karena Allah Yang Mahasuci mengatakan baik yang bermukim di situ (al-'âkif) atau di padang pasir (al-bâdî). (QS. 22:25) "Al-'âkif” (orang yang tinggal) dalam hal ini berarti orang yang tinggal di situ, sedang "al-bâdî" (orang asing) berarti orang yang tidak tennasuk penduduk Makkah, yang datang berhaji dari luar. Semoga Allah mengaruniai kami dan Anda dorongan untuk mencari cinta-Nya.(dengan melakukan amal baik). Wasalam. •
SURAT 68 Kepada Salman al-Farisi
sebelum kekhalifahan Amirul Mukminin
Amma ba'du, contoh dunia ini adalah ibarat ular yang lembut dalam sentuhan tetapi racunnya mematikan. Oleh karena itu, jauhkanlah diri Anda dari apa saja yang nampak baik bagi Anda, karena tinggalnya beserta Anda singkat. Janganlah Anda cemas atasnya karena keyakinan Anda bahwa ia akan mmeninggalkan Anda dan keadaannya tak tetap. Bilamana Anda merasa sangat tertarik kepadanya, jauhkanlah ia sekuat mungkin, karena bilamana seseorang telah yakin akan kebahagiaan di dalamnya, ia melemparkannya ke dalam bahaya; atau bilamana ia merasa aman di dalamnya, dunia mengubah keamanannya menjadi ketakutan. Wasalam. •
SURAT 69 Kepada al-Harist
(ibn 'Abdillah, al-A'war) al-Hamdani
Berpeganglah pada tali Al-Qur'an dan carilah pelajaran darinya. Pandanglah halalnya sebagai halal dan haramnya sebagai haram. Benarkanlah hak yang telah ada di waktu lalu. Ambillah pelajaran bagi kondisi dunia sekarang ini dari (kondisi) di waktu lampau, karena satu fasenya menyerupai yang lainnya, dan ujungnya akan menemui permulaanya, dan keseluruhannya akan bembah dan berangkat. Pandanglah nama Allah sebagai terlalu besar untuk menyebutkan-Nya selain dalam hal benar. Lebih seringlah mengingat mati, dan (apa yang akan datang) setelah kematian. Jangan merindukan kematian kecuali dalam keadaan yang dapat diandalkan.
Jauhilah setiap perbuatan yang disukai si pelaku untuk dirinya sendiri tetapi tidak (ia) sukai bagi kaum Muslim umumnya. Jauhilah setiap tindakan yang dilakukan dalam rahasia dan yang menimbulkan rasa malu bila dalam keadaan terbuka. Jauhillah tindakan yang apabila si pelaku ditanyai tentangnya ia sendiri memandangnya buruk atau ia berdalih atasnya. Janganlah bukakan kehormatan Anda untuk dijadikan pokok pembicaraan orang. Jangan ceritakan kepada orang semua yang Anda dengar, karena hal itu akan menjurus kepada kepalsuan. Jangan menandingi semua yang diceritakan orang kepada Anda karena hal itu akan berarti kebodohan. Bunuhlah amarah Anda, dan maafkanlah bilamana Anda kuasa (untuk menghukum). Tunjukkan kesabaran di saat berang, dan maafkanlah walaupun (Anda) berwenang, maka akhir kesudahan akan menguntungkan Anda. Carilah kebaikan dari setiap nikmat yang dianugerahkan Allah kepada Anda, dan jangan sia-siakan setiap nikmat Allah atas Anda. Efek nikmat Allah atas Anda haruslah nampak pada Anda.
Ketahuilah bahwa yang paling utama di antara kaum mukmin ialah orang yang paling depan dari mereka dalam menafkahkan dari dirinya sendiri, keluarganya dan hak miliknya, karena kebaikan apa saja yang Anda kirimkan ke depan akan tetap tersimpan bagi Anda, dan manfaat dari apa saja yang Anda simpan di belakang (yang Anda tahan) akan diambil oleh orang lain. Jauhilah berteman dengan orang yang pendapatnya tak sehat dan tindakannya tercela, karena manusia dinilai dari temannya.
Tinggallah di kota-kota besar karena (kota-kota) itu adalah pusat-pusat kolektif kaum Muslim. Jauhilah tempat-tempat kelalaian dan tempat-tempat kebodohan serta tempat-tempat di mana sedikit sekali para pendukung yang taat kepada Allah. Bataskanlah pikiran Anda pada hal-hal yang berguna bagi Anda. Jangan duduk di pusat-pusat pemasaran karena (tempat-tempat) itu adalah tempat pertemuan setan dan sasaran bencana. Seringlah melihat orang-orang yang atas mereka Anda unggul, karena inilah suatu cara untuk bersyukur.
Jangan melakukan perjalanan pada hari Jum'at sampai Anda telah menghadiri salat, kecuali apabila Anda akan pergi di jalan Allah, atau dalam urusan yang dapat diperkenankan. Taatilah Allah dalam semua urusan Anda karena ketaatan kepada Allah lebih utama atas semua hal lainnya. Bujuklah hati Anda kepada ibadat, bujuklah dia dan janganlah Anda paksa dia; libatkan dia (dalam ibadah) bilamana ia lapang dan gembira, kecuali mengenai kewajiban-kewajiban yang fardhu bagi Anda, karena (kewajiban-kewajiban) itu tak boleh diabaikan dan harus dilaksanakan pada waktunya. Waspadalah jangan sampai maut tumn kepada Anda sementara Anda melarikan diri dari Tuhan Anda dalam mencari kesenangan dunia. Jauhkanlah berteman dengan orang jahat karena kejahatan bergandengan dengan kejahatan. Selalu sadarlah akan kebesaran Allah, dan cintailah para pencinta-Nya. Jauhkan kemarahan karena (kemarahan) itu adalah tentara besar dari tentara iblis. Wasalam. •
SURAT 70 Kepada Sahl ibn Hunaif al-Anshari, Gubernurnya di Madinah tentang orang-orang yang telah membelot ke Mu'awiah
Amma ba'du, saya mendengar bahwa orang-orang tertentu dari sisi Anda sedang membelot secara sembunyi-sembunyi kepada Mu'awiah. Jangan menyesali jumlah mereka yang hilang dari Anda yang karenannya Anda kehilangan pertolongan mereka. Cnkuplah bahwa mereka telah pergi kepada kesesatan dan Anda terbebas dari mereka. Mereka melarikan diri dari petunjuk dan kebenaran lalu mendatangi kebutaan dan kejahilan. Mereka adalah pencari dunia ini dan sedang maju kepadanya dan sedang melompat kepadanya. Mereka telah mengetahui keadilan, melihatnya, mendengamya dan memahaminya. Mereka telah menyadari bahwa di sini, pada kita, semua orang sama dalam urusan hak. Oleh karena itu, mereka melarikan diri kepada keserakahan diri dan kepada sikap memihak. Biarlah mereka tinggal terpencil jauh.
Demi Allah, sesungguhnya mereka tidak meninggalkan penindasan lalu bergabung dengan keadilan. Dalam urusan ini, kita hanya menghasratkan kepada Allah untuk menyelesaikan kesukaran-kesukaran kita dan meratakan bagi kita ketidaksamaannya, apabila Allah menghendaki. Wasalam. •
31
Nahjul Balaghah
SURAT 71 Kepada al-Mundzir ibn Jarud al-'Abdi yang telah menyalahgunakan hal-hal tertentu yang termasuk tugas pemerintahannya
Amma ba'du, perilaku baik ayah Anda menipu saya tentang Anda; saya berpikir bahwa Anda akan mengikuti jalannya dan melangkah padajalannya. Tetapi, menurut apa yang telah sampai kepada saya tentang Anda, Anda tidak melepaskan diri dari mengikuti hawa nafsu Anda dan tidak menahan sesuatu perbekalan untuk akhirat Anda. Anda sedang memakmurkan dunia Anda dengan jalan melarikan kehidupan akhirat Anda, dan berbuat kepada kerabat Anda dengan memutuskan diri Anda dari agama.
Apabila yang sampai kepada saya itu benar, maka unta kerabat Anda dan tali sepatu Anda lebih baik dari diri Anda sendiri. Seorang lelaki dengan sifat-sifat seperti Anda tidak cocok untuk menutup sebuah lobang di tanah, tidak untuk melaksanakan barang sesuatu perbuatan, tidak untuk meningkatkan kedudukkannya, tidak untuk diambil sebagai mitra dalam suatu amanat, tidak untuk dipercayai teihadap penyalahgunaan. Oleh karena itu, datanglah kepada saya segera setelah surat saya ini sampai kepada Anda, bila Allah menghendaki.
Sayid Radhi berkata: Tentang al-Mundzir ibn Jarud al-'Abdi Amirul Mukminin berkata,
"Is sangat sering melihat bahunya, merasa bangga akan penampilannya dan melayangkan sepatunya." •
SURAT 72 Kepada 'Abdullah ibn 'Abbas
Amma ba 'du, Anda tak dapat melampaui batas hidup Anda, tak dapat pula Anda diberi rezeki yang bukan untuk Anda. Ingatlah bahwa kehidupan ini terdiri dari dua hari, sehari bagi Anda dan sehari terhadap Anda, dan bahwa dunia adalah rumah (yang berubah-ubah) pewenangnya. Apa saja yang di dalamnya yang ditentukan bagi Anda akan datang kepada Anda walaupun Anda lemah; dan apa saja di dalamnya yang berpaling dari Anda tak dapat dikembalikan walaupun Anda kuat. •
SURAT 73 Kepada Mu'awiah
Amma ba'du, (dalam) pertukaran jawaban dan dengan memperhatikan surat-suratmu, pandangan saya “lemah” dan kecerdasan saya “keliru”. Ketika engkau mengacu tuntutanmu kepada saya dan mengharapkan saya untuk mengirimkan kepadamu jawaban tertulis, engkau adalah seperti orang yang dalam tidur nyenyak sementara mimpi-mimpinya menentangnya, atau orang yang berdiri kebingungan dengan tidak mengetahui apakah barang sesuatu yang datang kepadanya adalah baginya atau akan terhadapnya. Engkau bukanlah orang seperti itu, tetapi ia adalah (hingga ukuran tertentu) sepertimu (karena engkau lebih buruk dari dia). Saya bersumpah demi Allah bahwa sekiranya bukan karena (saya) memberi waktu kepadamu, maka tentulah engkau sudah menghadapi bencana dari saya yang akan meremukkan tulang-tulang dan menyingkirkan daging. Ketahuilah bahwa setan telah mencegahmu berpaling kepada amal baik dan mendengarkan kata-kata nasihat. Salam atas orang-orang yang patut atasnya. •
SURAT 74 Ditulis oleh Amirul Mukminin sebagai suatu protokol antara suku-suku Rabi'ah dan rakyat Yaman. Diambil dari tulisan Hisyam ibn (Muhammad) al-Kalbi
Bagian dokumen ini mengandung apa yang disetujui oleh rakyat Yaman, termasuk penduduk kota dan pengembara, serta suku Rabi'ah, termasuk penduduk kota dan pengembara; bahwa mereka akan menganut Kitab Allah, akan menyeru kepadanya dan memerintah menurutnya dan akan menyambut panggilan apa saja yang menyeru kepadanya dan perintah-perintah yang sesuai dengannya. Mereka tidak akan menjualnya dengan harga apa pun dan tidak akan menerima sesuatu altematif atasnya. Mereka akan bergandeng tangan melawan siapa pun yang menentangnya dan meninggalkannya. Mereka akan saling menolong. Suara mereka akan satu. Mereka tidak akan melanggar baiat mereka karena comelan dari seorang pencomel, kemarahan dari seseorang yang marah, perlakuan menghina dari satu kelompok kepada yang lainnya, atau penggunaan istilah-istilah kasar oleh satu pihak terhadap yang lainnya.
Perjanjian ini berlaku bagi mereka yang hadir maupun yang tidak hadir, yang sabar maupun mereka yang bodoh, yang terpelajar maupun yang jahil. Bersama ini, perjanjian Allah juga mengikat mereka, dan perjanjian Allah akan dipertanggungjawabkan. •
SURAT 75 Kepada Mu'awiah, segera setelah Amirul Mukminin dibaiat. (Muhammad ibn 'Umar) al-Waqidi telah menyebutkan ini dalam bukunya Kitab al-Jamâl Dari hamba Allah, 'Ali, Amirul Mukminm, kepada Mu'awiah ibn Abu Sufyan:
Amma ba'du, Anda tahu tentang alasan-alasan saya di hadapan kaum Anda dan menjauhnya saya dari Anda hingga terjadi apa yang tak terelakkan dan yang tak dapat dicegah. Riwayatnya panjang, dan banyak yang harus dikatakan. Apa yang harus lewat telah lewat, dan apa yang akan datang, telah datang. Oleh kerena itu, ambillah baiat (kepada saya) dari orang-orang yang bersamamu dan datanglah dalam suatu pengutusan dari rakyatmu kepada saya. Wasalam. •
SURAT 76 Diberikan kepada 'Abdullah ibn 'Abbas pada saat pengangkatannya sebagai Gubernur Bashrah
Perlakukanlah rakyat dengan ramah, berikan kepada mereka kesempatan bebas untuk audensi dan sampaikan perintah-permtah yang ramah. Hindarilah kemarahan karena (kemarahan) itu adalah pertanda kepada jalan setan. Ingatlah bahwa segala yang mendekatkan Anda kepada Allah menjauhkan Anda dari api (neraka), dan segala yang menjauhkan Anda dari Allah mendekatkan Anda kepada api. •
SURAT 77 Kepada 'Abdullah ibn 'Abbas pada saat ia diutus untuk menghadapi kaum Khariji
Jangan berhujah pada mereka dengan Al-Qur'an, karena Al-Qur'an bermakna luas; Anda akan mengatakan (pendapat) Anda dan mereka akan mengatakan (pendapat) mereka. Tetapi berhujahlah pada mereka dengan sunah, karena mereka tak akan mendapatkan jalan lepas darinya. •
SURAT 78 Kepada Abu Musa al-Asy'ari sebagai jawaban atas suratnya mengenai kedua hakam. Sa'id ibn Yahya al-Umawi telah menyebutkan ini dalam bukunya Kitab al-Maghâzî
Sesungguhnya banyak orang telah berpaling dari banyak manfaat (yang langgeng, dari kehidupan akhirat), karena mereka membungkuk kepada dunia dan berbicara dengan hawa nafsu. Saya telah terpukul oleh keheranan dalam hal ini, yang atasnya orang-orang yang menipu diri sepakat. Saya sedang menyediakan suatu obat bagi luka mereka, tetapi saya khawatir kalau-kalau itu berkembang menjadi suatu gumpalan darah (dan menjadi tak tersembuhkan). Ingatlah bahwa tak ada orang yang lebih dari saya dalam persatuan Umat Muhammad (saw) dan solidaritasnya. Saya mencari melaluinya pahala yang baik dan tempat yang terhormat untuk tempat kembali.
Saya akan memenuhi apa yang telah saya janjikan atas diri saya sendiri sekalipun Anda mungkin kembali dari sikap Anda yang sehat yang ada ketika Anda meninggalkan saya yang terakhir, karena celakalah orang yang tidak mengambil manfaat dari kebijaksanaan dan pengalaman. Saya merasa berang apabila seseorang berkata batil, atau apabila saya melihat orang merusak urusan yang telah disehatkan oleh Allah. Oleh karena itu tinggal-kanlah apa yang tidak Anda mengerti, karena orang jahat akan menyampai-kan kepada Anda hal-hal keji. Wasalam. •
SURAT 79 Kepada para Perwira Tentara ketika Amirul Mukminin menjadi Khalifah
Amma ba'du, yang meruntuhkan orang-orang sebelum Anda ialah bahwa mereka menyangkali hak-hak rakyat dan kemudian mereka hams membelinya (dengan suapan), dan mereka memimpin rakyat kepada yang batil, dan rakyat mengikutinya. •
Hikmah dan Nasehat-nasehat Amirul Mukminin Ali as 1. Amirul Mukminin as berkata: Dalam masa kekacauan sosial, jadilah seperti unta remaja[1] yang tak berpunggung cukup kuat untuk ditunggangi dan tidak pula bersusu untuk diperah.
2. Amirul Mukminin as berkata: Barangsiapa mengambil serakah sebagai kebiasaan, ia menurunkan harga dirinya sendiri; barangsiapa membeberkan kesukaran-kesukarannya, ia menyetujui penghinaan; dan barangsiapa memperkenankan lidahnya menguasai jiwanya, ia mengaibkan jiwanya.
3. Amirul Mukminin as berkata: Kekikiran adalah malu; sifat pengecut adalah cacat; kemiskinan menggagalkan lelaki cerdas membela kasusnya; orang melarat adalah orang asing di kotanya sendiri.
4. Amirul Mukminin as berkata: Ketidakmampuan adalah petaka; kesabaran adalah keberanian; zuhud adalah kekayaan; pengendalian diri adalah perisai (terhadap dosa): dan sahabat terbaik adalah penyerahan (kepada Allah).
5. Amirul Mukminin as berkata: Pengetahuan adalah harta yang patut dimuliakan; perilaku baik adalah busana baru, dan pikiran adalah cermin yang jernih.
6. Amirul Mukminin as berkata: Dada si arif adalah peti besi rahasianya; keceriaan adalah ikatan persahabatan; kesabaran yang efektif adalah kuburannya kekurangan.
Dikatakan bahwa Amirul Mukminin as berkata dalam mengungkapkan artinya bahwa: Perdamaian adalah penutup kekurangan; orang yang pengagum diri menarik banyak lawan terhadapnya.[2]
7. Amirul Mukminin as berkata: Sedekah adalah obat mujarab, dan amal perbuatan manusia dalam kehidupan ini akan berada di hadapan matanya di waktu ajalnya.[3]
8. Amirul Mukminin as berkata: Manusia sungguh menakjubkan; ia bercakap dengan lemak, berkata dengan sekerat daging, mendengar dengan tulang dan bernafas melalui lobang.
9. Amirul Mukminin as berkata: Ketika dunia mendatangi seseorang (dengan kemurahannya), ia (dunia) mengatributkan kepadanya kebaikan orang lain; dan bilamana ia berpaling darinya, ia merebut kebaikannya (orang itu) sendiri (pula).[4]
10. Amirul Mukminin as berkata: Bergaullah dengan orang lain sedemikian rupa sehingga apabila Anda mati, mereka akan menangisi Anda dan selagi Anda hidup, mereka akan merindukan Anda.[5]
11. Amirul Mukminin as berkata: Bilamana Anda mendapatkan kekuasaan atas lawan Anda, ampunilah dia dengan bersyukur karena telah mampu mengalahkannya.[6]
12. Amirul Mukminin as berkata: Yang paling celaka dari semua manusia ialah orang yang tak dapat beroleh beberapa saudara dalam hidupnya, tetapi yang lebih celaka lagi ialah orang yang mendapat saudara tetapi menghilangkannya.[7]
13. Amirul Mukminin as berkata: Bilamana Anda (hanya) mendapatkan nikmat yang kecil, janganlah Anda menolaknya dengan tidak bersyukur.
14. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang ditinggalkan oleh kerabat dekat, akrab pada kerabat jauh.
15. Amirul Mukminin as berkata: Pembuat bencana bahkan tak dapat ditegur.[8]
16. Amirul Mukminin as berkata: Semua hal tunduk kepada takdir, sehingga kadang-kadang bahkan kematian merupakan akibat dari usaha.
17. Amirul Mukminin as diminta untuk menerangkan sabda Rasulullah SAWW bahwa: Buanglah usia tuamu (dengan mengecat rambut) dan janganlah menyerupai orang Yahudi. Amirul Mukminin menjawab: Nabi SAWW mengatakan ini di masa agama (Islam) baru terbatas pada beberapa orang, tetapi sekarang karena penyebarannya telah meluas dan (agama) itu telah berkedudukan kukuh, maka setiap orang bebas (melakukannya atau tidak).[9]
18. Amirul Mukminin as berkata tentang orang-orang yang mengelak berperang di pihaknya: Mereka meninggalkan kebenaran tetapi tidak mendukung kebatilan.[10]
19. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang berpacu dengan kendali longgar bertabrak dengan maut.
20. Amirul Mukminin as berkata: Ampunilah kekurangan orang-orang yang bertenggang rasa karena-bilamana mereka jatuh ke dalam kekeliruan Allah akan mengangkatnya.
21. Amirul Mukminin as berkata: Akibat ketakutan ialah kekecewaan, dan (konsekuensi) keengganan ialah frustrasi. Kesempatan lewat seperti awan. Karena itu, gunakanlah kesempatan yang baik.[11]
22. Amirul Mukminin as berkata: Kami mempunyai hak. Apabila diperkenankan kepada kami, syukurlah; bila tidak, kami akan menunggang di bagian belakang (punggung) unta sekalipun perjalanan malam itu panjang.
Sayid Radhi berkata:Ini ungkapan yang sangat indah dan fasih. Itu berarti bahwa apabila hak-hak kita tidak diberikan berarti kita dipandang rendah. Makna ini muncul, karena yang biasa duduk menunggang di bagian belakang punggung unta hanya para budak dan orang-orang sejenisnya.?
23. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang amalnya sesuai untuk kedudukan di belakang, tak dapat diberi kedudukan di depan karena nasabnya.
24. Amirul Mukminin as berkata: Membantu orang yang terlanda kesukaran dan menghibur orang yang dalam kesusahan berarti menebus dosa-dosa besar.
25. Amirul Mukminin as berkata: Wahai Bani Adam, bilamana Anda melihat bahwa Tuhan Yang Mahasuci menganugerahkan nikmat-Nya kepada Anda sementara Anda tidak menaati-Nya, hendaklah Anda takut kepada-Nya.[12]
26. Amirul Mukminin as berkata: Bilamana seseorang menyembunyikan barang sesuatu di hatinya, hal itu akan terungkap melalui kata-kata yang tak disengaja dari lidahnya dan (pada) rona wajahnya.[13]
27. Amirul Mukminin as berkata: Teruslah berjalan dalam sakit Anda sementara Anda masih sanggup.[14]
28. Amirul Mukminin as berkata; Zuhud yang terbaik ialah zuhud yang disembunyikan.
29. Amirul Mukminin as berkata: Bilamana Anda melarikan diri dari dunia, dan kematian sedang mendekat, tak ada masalah penangguhan dalam pertemuan.
30. Amirul Mukminin as berkata: Bertakwalah! Bertakwalah! Demi Allah, la menyembunyikan dosa-dosa Anda sedemikian rupa seakan-akan la telah mengampum(nya).
Iman, Kafir, Ragu, dan Dukungannya 31. Amirul Mukminin as ditanyai tentang keimanan, lalu ia berkata:
Iman berdiri di atas empat kaki: kesabaran, keyakinan, keadilan dan jihad.
Kesabaran pun mempunyai empat aspek: gairah, takut, zuhud, dan antisipasi (akan kematian)., maka barangsiapa bergairah untuk surga, ia akan mengabaikan hawa nafsunya; barangsiapa takut akan api (neraka), ia akan menahan diri dari perbuatan terlarang; dan barangsiapa mengantisipasi kematian ia akan bergegas kepada amal baik.
Keyakinan juga mempunyai empat aspek: penglihatan yang bijaksana, kecerdasan dan pengertian, menarik pelajaran dari hal-hal yang mengandung pelajaran, dan mengikuti contoh orang-orang sebelumnya. Oleh karena itu, barangsiapa melihat dengan bijaksana, pengetahuan bijaksana akan terwujud kepadanya, dan barangsiapa yang terwujud padanya pengetahuan bijaksana, maka ia akan menilai obyek-obyek yang mengandung pelajaran, dan barangsiapa menilai obyek-obyek yang mengandung pelajaran, samalah dia dengan orang-orang yang terdahulu.
Keadilan juga mempunyai empat aspek: pernahaman yang tajam, pengetahuan yang mendalam, kemampuan baik untuk memutuskan, dan ketabahan yang kukuh. Oleh karena itu, barangsiapa yang memahami akan mendapatkan kedalaman pengetahuan; barangsiapa mendapatkan kedalaman pengetahuan, ia meminum dari sumber keadilan; dan barangsiapa berlaku sabar, maka ia tak akan melakukan perbuatan jahat dalam urusannya, dan akan menjalani kehidupan yang terpuji di antara manusia.
Jihad juga mempunyai empat aspek: menyuruh orang berbuat baik, mencegah orang berbuat kemungkaran, berjuang (di jalan Allahj dengan ikhlas dan dengan teguh pada setiap kesempatan, dan membenci yang mungkar., maka barangsiapa menyuruh orang lain berbuat baik, ia memberikan kekuatan kepada kaum mukmin; barangsiapa menghentikan orang lain dari kemungkaran, ia menghinakan orang kafir; barangsiapa berjuang dengan ikhlas pada segala kesempatan, ia melaksanakan seluruh kewajibannya; dan barangsiapa membenci yang mungkar dan menjadi marah demi Allah, maka Allah akan marah untuk kepentingan dia dan akan tetap meridainya pada Hari Pengadilan.
Kekafiran berdiri pada empat topangan: mengumbar hawa nafsu, saling bertengkar, menyeleweng dari kebenaran, dan perpecahan., maka barangsiapa mengumbar hawa nafsu, ia tidak cenderung kepada yang benar; barangsiapa banyak bertengkar dalam kejahilan akan selalu buta terhadap yang benar; barangsiapa menyeleweng dari kebenaran, baginya baik menjadi buruk dan buruk menjadi baik dan ia tetap mabuk dengan kesesatan; dan barangsiapa membuat perpecahan (dengan Allah dan Rasul-Nya), jalannya menjadi sulit, urusannya menjadi rumit dan jalan lepasnya menjadi sempit.
Keraguan mempunyai empat aspek: ketidaknalaran, ketakutan, kegoyahan dan penyerahan yang tak semestinya kepada segala sesuatu., maka barangsiapa menempuh ketidaknalaran sebagai jalannya, baginya tak ada fajar setelah malam; orang yang takut akan apa yang menimpanya harus lari tunggang langgang; orang yang goyah dalam keraguan, iblis akan memijak-mijaknya; dan orang yang menyerah kepada kebinasaan dunia dan akhirat akan binasa di dunia dan akhirat.
Sayid Radhi berkata: Kami telah meninggalkan bagian lain dari ucapan ini karena khawatir akan panjangnya dan karena berada di luar tujuan bab ini.
32. Amirul Mukminin as berkata: Pelaku kebaikan lebih baik dari kebaikan itu sendiri, dan pelaku kemungkaran lebih buruk dari kemungkaran itu sendiri.
33. Amirul Mukminin as berkata: Jadilah dermawan, tetapi jangan mubazir; berhematlah, tetapi jangan kikir.
34. Amirul Mukminin as berkata: Kekayaan yang terbaik ialah meninggalkan hawa nafsu.
35. Amirul Mukminin as berkata: Apabila seseorang cepat dalam mengatakan hal-hal yang tidak mereka sukai tentang orang (lain), maka orang berbicara tentang apa yang mereka tidak tahu tentang dia.
36. Amirul Mukminin as berkata: Barangsiapa memperpanjang hawa nafsunya, ia menghancurkan amal perbuatannya.
37. Pada suatu waktu, saat Amirul Mukminin as sedang menuju ke Suriah, penduduk Anbar menemuinya. Ketika melihatnya mereka mulai berjalan kaki kemudian lari di depannya. la bertanya mengapa mereka berbuat demikian. Mereka menjawab bahwa begitulah cara mereka menghormati para pemimpinnya. Lalu ia berkata: Demi Allah, ini tak berfaedah bagi para pemimpin Anda. Anda menyibukkan diri di dunia ini dan dengan itu Anda menerima kemudaratan untuk dunia yang akan datang. Betapa ruginya melakukan pekerjaan yang kelak menghasilkan hukuman, dan betapa untungnya perkara yang menghasilkan kebebasan dari api (neraka).
38. Amirul Mukminin (as) berkata kepada putranya Hasan: Wahai anakku, pelajarilah empat hal dan empat hal (selanjutnya) dari saya; tak ada yang akan memudaratkan Anda apabila Anda melaksanakannya. Bahwa kekayaan yang termahal adalah kecerdasan; kehancuran terbesar adalah ketololan; keliaran yang paling liar adalah kesombongan, dan prestasi yang terbaik ialah kebaikan akhlak.
Wahai anakku, Anda harus mengelak dari bersahabat dengan orang tolol karena ia mungkin berniat untuk memberi manfaat kepada Anda tetapi ia merugikan Anda; Anda harus mengelak dari bersahabat dengan orang kikir karena ia akan melarikan diri dari Anda ketika Anda paling memerlukannya; Anda harus mengelak bersahabat dengan orang pendosa karena ia akan menjual Anda dengan cuma-cuma; dan Anda harus mengelak dari bersahabat dengan pembohong karena ia adalah seperti bayangan khayali, membuat Anda merasakan barang yang jauh seperti dekat dan barang yang dekat seperti jauh.
39. Amirul Mukminin as berkata: Ibadah yang sunah tak dapat membawa kedekatan kepada Allah, apabila hal itu menghalangi yang wajib.
40. Amirul Mukminin as berkata: Lidah orang bijaksana berada di belakang hatinya, dan hati orang tolol berada di belakang lidahnya.
Sayid Radhi berkata: Kalimat ini mempunyai makna yang indah luar biasa. Itu berarti bahwa orang bijaksana tidak berkata-kata dengan lidahnya sebelum meminta nasihat akalnya dan menggunakan imajinasinya, tetapi orang tolol mengucapkan apa saja yang sampai ke lidahnya tanpa berpikir. Dengan demikian, lidah orang bijaksana mengikuti hatinya sementara hati orang tolol mengikuti lidahnya.
41. Pengertian yang tepat itu juga telah diriwayatkan dari Amirul Mukminin as, dalam suatu versi lain, sebagai berikut: Hati seorang tolol berada di mulutnya sementara lidah orang bijaksana berada di hatinya.
Makna kedua ucapan (40 dan 41) sama.
42. Amirul Mukminin (as) berkata kepada salah seorang sahabatnya yang sedang sakit: Semoga Allah membuat sakit Anda menjadi sarana untuk menghapus dosa-dosa Anda, karena tak ada ganjaran bagi sakit selain bahwa ia menghapus dosa-dosa dan menggugurkannya seperti daun-daun (kering). Ganjaran terletak dalam mengikrarkan dengan lidah dan mengamalkan dengan tangan dan kaki. Sesungguhnya Allah Ta'ala memasukkan ke surga barangsiapa yang la kehendaki di antara hamba-hamba-Nya karena kebenaran niat dan kesucian hatinya.
Sayid Radhi mengatakan: Amirul Mukminin benar dalam mengatakan bahwa tak ada ganjaran bagi sakit itu sendiri, karena penghapusan dosa dapat diakui sehubungan dengan perbuatan Allah Yang Mahatinggi kepada hamba-harnba-Nya sebagai kesusahan, sakit dan yang serupa, sedang ganjaran dan pembalasan adalah atas amal perbuatan manusia. Inilah perbedaan antara keduanya, dan Amirul Mukminin telah menjelaskannya melalui pengetahuannya yang cemerlang dan pandangannya yang sehat.
43. Amirul Mukminin as berkata tentang Khabbab ibn al-Aratt:[15] Semoga Allah menaruh rahmat kepada Khabbab ibn al-Aratt karena ia menerima Islam dengan sukarela, berhijrah (dari Makkah) dengan taat, tetap puas dengan apa yang mencukupinya, rida dengan Allah dan menjalani hidup mujahid.
44. Amirul Mukminin as berkata: Diberkatilah orang yang terus mengingat kehidupan yang berikut, bertindak sedemikian rupa sehingga memungkinkan dia mempertanggungjawabkannya, tetap puas dengan apa yang mencukupinya, dan tetap rida kepada Allah.
45. Amirul Mukminin as berkata: Sekalipun saya memukul hidung seorang mukmin dengan ini, pedang saya, supaya membenci saya, ia tak akan membenci saya; dan sekalipun saya tumpukkan seluruh kekayaan dunia di hadapan seorang munafik untuk mencintai saya, ia tidak akan mencintai saya. Ini disebabkan karena suatu keputusan yang diikrarkan oleh lidah Nabi yang mulia SAWW, ketika beliau berkata,
"Wahai 'Ali, orang mukmin tak akan pernah membencimu, dan orang munafik tak akan pernah mencintaimu."[16]
46. Amirul Mukminin (as) berkata: Dosa yang meresahkan Anda lebih baik dalam pandangan Allah daripada kebajikan yang membanggakan Anda.[17]
47. Amirul Mukminin as berkata: Nilai seorang lelaki sesuai dengan keberaniannya; kejujurannya sesuai dengan keseimbangan perangainya; keperkasaannya sesuai dengan respek dirinya; dan kesuciannya sesuai dengan rasa malunya.
48. Amirul Mukminin as berkata: Kemenangan dicapai dengan tekad; tekad tercapai dengan pemikiran, dan pikiran dibentuk dengan menjaga rahasia.
49. Amirul Mukminin as berkata: Takutlah akan serangan orang terhormat ketika ia lapar, dan (serangan) orang hina ketika ia kenyang.[18]
50. Amirul Mukminin as berkata: Hati manusia adalah seperti binatang buas. Barangsiapa (hendak) menjinakkannya, akan diterkamnya.[19]
51. Amirul Mukminin as berkata: Selama kedudukan Anda baik, kekurangan Anda tertutup.
52. Amirul Mukminin as berkata: Yang paling mampu memaafkan ialah orang yang paling berkuasa untuk menghukum.
53. Amirul Mukminin as berkata: Kedermawanan ialah yang dengan inisiatif sendiri, karena memberi atas permintaan mungkin disebabkan oleh harga diri atau untuk mengelakkan celaan.
54. Amirul Mukminin as berkata: Tak ada kekayaan seperti kebijaksanaan, tak ada kemiskinan seperti kejahilan, tak ada warisan seperti kehalusan, tak ada dukungan seperti nasihat.
55. Amirul Mukminin as berkata: Kesabaran ada dua jenis, sabar atas apa yang menyakiti Anda dan sabar terhadap apa yang Anda serakahi.
56. Amirul Mukminin as berkata: Dengan kekayaan, tanah asing adalah negeri sendiri, sedang dengan kemiskinan bahkan tanah sendiri menjadi negeri asing.[20]
57. Amirul Mukminin as berkata: Kepuasan adalah harta yang tak berkurang.[21]
Sayid Radhi mengatakan: Ucapan ini juga telah diriwayatkan dari Nabi saw.
58. Amirul Mukminin as berkata: Kekayaan adalah sumber hawa nafsu.
59. Amirul Mukminin as berkata: Barangsiapa memperingatkan Anda, ia seperti memberi kabar gembira kepada Anda.
60. Amirul Mukminin as berkata: Lidah adalah hewan buas; bila dibebaskan ia menerkam.
61. Amirul Mukminin as berkata: Perempuan adalah ibarat kalajengking yang sengatannya manis.
62. Amirul Mukminin as berkata: Apabila Anda diberi hormat, balaslah dengan hormat yang lebih baik. Apabila tangan bantuan diulurkan kepada Anda, buatlah kebaikan yarig lebih baik sebagai balasan, kendatipun keutamaannya tetap berada pada si pemula.
63. Amirul Mukminin as berkata: Penengah adalah sayap dari si pencari.
64. Amirul Mukminin as berkata: Manusia duniawi adalah seperti musafir yang sedang dibawa sementara ia tertidur.
65. Amirul Mukminin as berkata: Ketiadaan sahabat berarti keterasingan.
66. Amirul Mukminin as berkata: Tidak mendapatkan apa yang diinginkan lebih enak daripada meminta pada orang yang tak pantas.[22]
67. Amirul Mukminin as berkata: Jangan merasa malu karena (hanya) memberikan sedikit, karena penolakan adalah lebih kecil dari (yang sedikit) itu.
68. Amirul Mukminin as berkata: Menahan diri adalah perhiasan kemiskinan sedang syukur adalah perhiasan kekayaan.
69. Amirul Mukminin as berkata: Apabila yang Anda tuju tak tercapai, maka janganlah cemas tentang apakah Anda dahulunya.
70. Amirul Mukminin as berkata: Anda tak akan mendapatkan orang jahil kecuali pada salah satu ujung ekstrem (yakni yang lalai atau yang berlebih-lebihan).
71. Amirul Mukminin as berkata: Ketika akal meningkat, kata-kata menyingkat.[23]
72. Amirul Mukminin as berkata: Waktu mengauskan tubuh, menyegarkan hasrat, membawa kematian lebih dekat, dan membawa pergi aspirasi-aspirasi. Barangsiapa berhasil dengannya, menghadapi kesusahan, dan barangsiapa tak mendapatkan kebaikannya, pun mengalami kesukaran.
73. Amirul Mukminin as berkata: Barangsiapa menempatkan diri sebagai pemimpin rakyat, ia harus mulai mendidik dirinya sendiri sebelum mendidik orang lain; dan pelajarannya haruslah melalui perilakunya sendiri sebelum mengajar dengan lidah. Orang yang mendidik dan melatih dirinya sendiri lebih berhak mendapat penghormatan ketimbang orang yang mendidik dan melatih orang lain.
74. Amirul Mukminin as berkata: Nafas seseorang adalah suatu langkah ke arah ajal.[24]
75. Amirul Mukminin as berkata: Setiap yang dapat dihitung akan lewat, dan setiap hal yang mesti datang akan terjadi.
76. Amirul Mukminin as berkata: Apabila urusan tercampur aduk, maka yang terakhir harus dinilai menurut yang lebih dahulu.[25]
77. Diriwayatkan bahwa ketika Dhirar ibn Hamzah (sebenarnya ibn Dhamrah) ad-Dhibabi pergi kepada Mu'awiyah dan Mu'awiyah rnenanyainya tentang Amirul Mukminin, ia berkata, "Saya bersaksi bahwa saya telah melihatnya pada beberapa kesempatan ketika malam telah membentang dan ia sedang berdiri di mihrab (mesjid) sambil memegang janggutnya seraya mengerang seperti orang digigit ular dan menangis seperti orang dalam kesedihan, lalu ia berkata: 'Hai dunia, hai dunia! Menjauhlah dari saya. Mengapa engkau datang kepada saya? Adakah engkau sangat menginginkan saya? Engkau tak mungkin mendapat kesempatan untuk mengesankan saya. Tipulah orang lain. Saya tak ada urusan denganmu. Saya telah menceraikanmu tiga kali, yang sesudahnya tak ada rujuk lagi. Kehidupanmu singkat, urgensitasmu kecil, kegemaran Anda sederhana. Sayang! Bekal sedikit, jalan panjang, perjalanan jauh, dan tujuan sukar dicapai.'[26]
Tentang Takdir 78. Seorang lelaki bertanya kepada Arnirul Mukminin, "Apakah kepergian kita untuk berperang melawan orang Suriah ditakdirkan Allah?" Amirul Mukminin memberikan jawaban yang mendetail yang sebagian darinya adalah sebagai di bawah ini.
"Celakalah Anda! Anda menganggapnya sebagai takdir yang terakhir dan tak terelakkan (yang menurutnya kami telah dipastikan akan bertindak).[27] Apabila demikian, maka tak akan ada masalah ganjaran atau hukuman, dan tak akan ada makna atas janji dan peringatan Allah. (Sebaliknya) Allah Yang Mahasuci telah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk bertindak menurut kehendak bebas, dan telah memperingatkan dan mencegah mereka (dari kejahatan). la telah menempatkan kewajiban-kewajiban ringan pada mereka dan tidak meletakkan kewajiban-kewajiban berat. la memberikan kepada mereka (ganjaran) yang banyak sebagai imbalan atas (amal perbuatan) yang sedikit. la tidak ditaati bukan karena la dikalahkan. la ditaad, tetapi tidak dengan memaksa. la tidak mengutus para Nabi hanya sekadar main-main. la tidak menurunkan Kitab bagi manusia tanpa tujuan. la tidak menciptakan langit, bumi dan segala yang ada di antaranya dengan sia-sia. "Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akah masuk neraka." (QS. 38:24)
79. Amirul Mukminin as berkata: Ambillah butir-butir kebijaksanaan di mana pun ia berada, karena apabila ucapan kebijaksanaan berada di dada seorang munafik, ia menggelepar sampai ia keluar dan bermukim dengan yang lain-lain yang sejenisnya di dada orang mukmin.
80. Amirul Mukminin as berkata: Kebijaksanaan adalah barang kaum mukmin yang hilang., maka ambillah dia walaupun dari orang munafik.
81. Amirul Mukminin as berkata: Nilai sedap orang adalah dalam prestasinya.[28]
Sayid Radhi mengatakan: Ini kalimat yang nilainya tak terperikan. Tak ada ungkapan arif dapat dibandingkan dengannya dan tak ada kalimat yang setara dengannya.
82. Amirul Mukminin berkata: Saya sampaikan kepada Anda lima hal, yang apabila Anda menunggang unta Anda dengan cepat untuk mencarinya, maka Anda akan mendapatkan bahwa usaha itu patut atasnya. Tak boleh ada sesuatu di mana Anda meletakkan harapan selain Allah; jangan menakuti sesuatu selain dosa terhadap-Nya; janganlah seorang pun di antara Anda merasa malu mengatakan, 'Saya tidak tahu', apabila ia ditanyai tentang sesuatu yang tidak diketahuinya; janganlah seseorang merasa malu untuk mempelajari sesuatu yang tidak diketahuinya; dan Anda harus mempraktikkan kesabaran, karena kedudukan sabar bagi iman adalah seperti kepala bagi tubuh, sehingga tepat sebagaimana tak ada baiknya tubuh tanpa kepala, tak ada kebaikan dalam iman tanpa kesabaran.
83. Amirul Mukminin as berkata tentang seseorang yang banyak memujinya, walaupun la tidak mengaguminya: Saya di bawah apa yang Anda ucapkan dan di atas apa yang Anda rasakan dalam hati Anda.
84. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang selamat dari pedang (dalam pertempuran) hidup lebih lama dan mempunyai banyak keturunan.
85. Amirul Mukminin as berkata: Barangsiapa berlepas dari mengatakan, "Saya tak tahu", maka ia akan menemukan kehancuran.
86. Amirul Mukminin as berkata: Saya menyukai pendapat seorang tua lebih dari tekad seorang muda. Atau, menurut versi lain, "lebih dari syahidnya seorang muda."
87. Arnirul Mukminin (as) berkata: Saya heran akan orang yang kehilangan harapan padahal ada kemungkinan untuk beroleh keampunan.
88. Imam Abu Ja'far Muhammad ibn 'Ali al-Baqir as telah meriwayatkan dari Amirul Mukminin (as) bahwa ia berkata, "Ada dua sumber penyelamatan dari hukuman Ilahi; salah satunya telah diangkat, sedang yang yang satunya ada di hadapan Anda. Karena itu Anda harus bertaut padanya. Sumber keselamatan yang telah diangkat ialah Nabi Allah SAWW, sedang sumber keselamatan yang tertinggal ialah mencari keampunan. Allah Ta'ala telah berfirman, 'Dan Allah tidak akan menghukum mereka sementara engkau ada bersama mereka, dan tidak pula Allah akan mengazab mereka sementara mereka memohon keampunan'." (QS. 8:33)
Sayid Radhi mengatakan, "Ini salah satu cara menarik makna yang paling indah dan cara penafsiran yang paling halus.
89. Amirul Mukminin as berkata: Apabila seorang lelaki berperangai patut dalam urusan antara dirinya sendiri dan Allah, maka Allah akan menjaga kepatutan urusan antara dia dan orang lain. Dan apabila seseorang menjaga secara patut urusannya dengan kehidupan akhirat, maka Allah akan menjaga secara patut baginya urusan dunia ini. Barangsiapa yang menjadi juru dakwah bagi dirinya sendiri akan dilindungi Allah.
90. Amirul Mukminin as berkata: Seorang hakim syariat yang sempurna adalah orang yang tidak membiarkan orang kehilangan harapan akan rahmat Allah, tidak membuatnya luluh hati akan kebaikan Allah, dan tidak membuatnya merasa aman dari hukuman Allah.
91. Amirul Mukminin as berkata: Hati ini menjadi muak ketika tubuh menjadi muak;, maka carikan ucapan-ucapan bijaksana yang indah untuknya.
92. Amirul Mukminin as berkata: Pengetahauan yang paling rendah ialah apa yang tinggal di lidah, dan pengetahuan yang paling mulia ialah yang tenvujud dalam (amal perbuatan) melalui anggota dan organ tubuh.
93. Amirul Mukminin berkata: Janganlah seorang di antara Anda sekalian mengatakan, "Ya Allah, aku mencari perlindungan-Mu dad kesusahan," karena tak seorang pun yang tidak terlibat dalam kesusahan; tetapi barangsiapa mencari perlindungan Allah, ia harus mencari perlindungan dari kesusahan yang menyesatkan, karena Allah berfirman, "Dan ketahuilah bahwa kekayaanmu dan anak-anakmu merupakan cobaan" (QS. 8:28), yang artinya adalah bahwa la menguji Anda dengan kekayaan dan ketunman untuk membedakan orang yang tidak merasa rela dengan rezekinya dan orang yang bahagia dengan apa yang telah dianugerahkan kepadanya. Walaupun Allah Yang Mahasuci mengetahui mereka lebih dari mereka mengetahui diri mereka sendiri, namun la berbuat demikian untuk membiarkan mereka melakukan perbuatan yang dengan itu mereka mendapatkan ganjaran atau hukuman, karena sebagian dari mereka senang mempunyai (anak) laki-laki dan tak senang mempunyai (anak) perempuan, dan sebagian suka mengumpul harta dan tidak menyukai kesusahan.
Sayid Radhi mengatakah: Ini salah satu tafsiran yang menakjubkan yang diriwayatkan darinya.
94. Amirul Mukminin ditanyai apakah baik itu, dan ia menjawab, "Yang baik bukanlah banyak kekayaan dan anak, melainkan pengetahuan yang banyak, kesabaran besar, dan saling berlomba dalam ibadat kepada Allah. Apabila berbuat baik, bersyukur kepada Allah, tetapi apabila Anda berbuat buruk, mintalah keampunan Allah. Di dunia ini kebaikan hanya untuk dua orang: orang yang berbuat dosa tetapi meluruskannya dengan bertaubat, dan orang yang bergegas melakukan perbuatan baik.
95. Amirul Mukminin (as) berkata: Amal yang disertai takwa kepada Allah tidaklah akan sia-sia, dan betapa mungkin suatu hal sia-sia padahal ia (sudahj diterima.[29]
96. Amirul Mukminin berkata: "Orang-orang yang paling terpaut pada para Nabi adalah orang-orang yang mengetahui apa yang telah dibawa para nabi." Kemudian Amirul Mukminin membacakan, "Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim tentulah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad) dan orang-orang yang beriman." (QS. 6:6) Kemudian ia berkata, "Sahabat (Nabi) Muhammad SAWW adalah orang yang menaati Allah, sekalipun ia tidak berhubungan darah, dan musuh Muhammad adalah orang yang tidak menaati Allah sekalipun ia keluarga dekat."
97. Amirul Mukminin mendengar tentang seorang Khariji yang berkata bahwa ia mendirikan salat malam dan membaca Al-Qur'an, lalu ia berkata: Tidur dalam keadaan iman yang kukuh lebih baik daripada salat dalam keadaan ragu-ragu.
98. Amirul Mukminin as berkata: Bilamana Anda mendengar suatu suatu hadis, ujilah itu menurut akal, jangan sekadar mendengar, karena periwayat pengetahuan ada banyak tetapi yang menjaganya hanya sedikit.
99. Amirul Mukminin mendengar seorang lelaki membaca, Sesungguhnya kita milik Allah dan kepada-Nya kita akan kembali' (QS. 2:256) lalu ia berkata: Bacaan kita "Innâ lillâhi" (Sesungguhnya kita milik Allah) adalah suatu pengakuan akan wilayah-Nya atas diri kita, dan bacaan kita, "Wa innâ ilaihi râji'ûn" (Dan sesungguhnya kepada-Nya kita akan kembali) adalah pengakuan bahwa kita fana.
100. Seseorang memuji Amirul Mukminin di hadapan beliau, lalu beliau berkata: 'Tuhanku, Engkau lebih mengetahui diriku daripada aku sendiri, dan aku sendiri mengetahui lebih banyak dari apa yang mereka ketahui. Tuhanku, jadikanlah kami lebih baik daripada apa yang mereka kira, dan ampunilah kami atas apa yang tidak mereka ketahui.
101. Amirul Mukminin as berkata: Pemenuhan kebutuhan (orang lain) menjadi kebajikan langgeng dalam dga hal: memandangnya kecil sehingga ia beroleh kebesaran, menyimpannya sehingga ia terwujud, dan melakukannya dengan cepat sehingga ia menjadi menyenangkan.
102. Amirul Mukminin as berkata: Segera akan tiba saat ketika ke-dudukan tinggi hanya akan diberikan kepada orang-orang yang mencemarkan orang lain, ketika orangorang keji akan dianggap cerdas, dan orang adil akan dianggap lemah. Orang akan memandang sedekah sebagai kerugian, hubungan kekeluargaan sebagai (beban) kewajiban, dan ibadah sebagai dasar untuk mengklaim kebesaran di antara orang lain. Pada saat itu wewenang akan dilaksanakan melalui nasihat kaum wanita, mendudukkan anak-anak untuk jabatan tinggi dan pelaksanaan urusan pemerintahan oleh para banci.
103. Amirul Mukminin as kelihatan berpakaian tua yang lusuh dengan tambalan-tambalan. Ketika hal itu ditunjukkan kepadanya, ia berkata: Dengan itu hati merasa takut, pikiran merasa sederhana dan kaum mukmin menandinginya. Sesungguhnya dunia ini dan dunia akhirat saling bermusuhan dan arah jalannya berbeda. Barangsiapa menyukai dan mencintai dunia ini ia akan membenci dunia akhirat dan menjadi musuhnya. Ini seperti timur dan barat. Apabila seseorang berjalan mendekati yang satu, maka ia menjauh dari yang lainnya. Mereka seperti dua istri yang dimadu.
104. Diriwayatkan oleh Nauf al-Bikali bahwa: "Saya melihat Amirul Mukminin as keluar dari tempat tidumya lalu melihat ke bintang-bintang, kemudian ia berkata kepada saya, 'Wahai Nauf, apakah Anda sedang jaga atau tidur?' Saya katakan, "Saya sedang bangun, ya Amirul Mukminin.' Lalu ia berkata, 'Diberkatilah orang yang berpantang atas dunia ini dan bergairah untuh akhirat. Mereka orang-orang yang memandang bumi ini sebagai lantai, dan debunya sebagai seperei; mereka membaca Al-Qur'an dengan suara rendah dan berdoa dengan nada tinggi dan kemudian mereka terputus dari dunia ini seperti 'Isa al-Masih. Wahai Nauf, Nabi Dawud as bangun pada suatu waktu seperti ini pada suatu malam seraya berkata, 'Pada saat ini apa saja yang didoakan seseorang akan dikabulkan kepadanya, kecuali ia pengumpul pajak, intelijen, perwira polisi, pemain seruling atau pemukul tambur.'
Sayid Radhi mengatakan: Juga dikatakan bahwa "arthabah" berarti "thabl"(tambur) dan “kûbah" berarti seruling.
105. Amirul Mukminin as berkata: Allah telah menempatkan pada Anda beberapa kewajiban yang tak boleh Anda abaikan, la meletakkan batas-batas yang tak boleh Anda langgar, la melarang Anda terhadap hal-hal tertentu yang tak boleh Anda langgar, dan la telah mendiamkan tentang hal-hal tertentu tetapi la tidak membiarkannya karena kekeliruan supaya Anda tidak mendapatkannya.
106. Amirul Mukminin as berkata: Apabila orang melepaskan sesuatu yang berhubungan dengan agama untuk melumskan urusan dunianya, Allah akan menimpakan kepadanya sesuatu yang lebih merugikan dari itu.
107. Amirul Mukminin as berkata: Sering ketidaktahuan orang berilmu meruntuhkannya sedang pengetahuan yang dipunyainya tidak menolongnya.
108. Amirul Mukminin as berkata: Pada manusia ada segumpal daging yang terpaut padanya dengan suatu nadi, dan itulah hal yang paling ajaib padanya. Itulah hati. la mengandung simpanan kebijaksanaan dan hal-hal yang bertentangan dengan kebijaksanaan. Apabila ia melihat sepercik harapan, gairah merendahkannya, dan apabila gairah meningkat, keserakahan meruntuhkannya. Apabila kekecewaan mengalahkannya, kesedihan membunuhnya, dan apabila marah bangkit padanya, keberangan yang parah berkembang. Apabila ia diberkati dengan kesenangan, ia lupa berlaku waspada. Apabila ia khawatir, ia menjadi tak peduli. Apabila kedamaian meluas di mana-mana, ia menjadi lalai. Apabila ia mendapat kekayaan, ketidakpedulian meletakkannya pada yang salah. Apabila kesusahan menimpanya, ketidaksabaran menjadikannya rendah. Apabila ia menghadapi kelaparan, derita mengalahkannya. Apabila lapar menyerangnya, kelemahan membuatnya duduk. Apabila, makaimya meningkat, beratnya perut menyakitinya. Alhasil, setiap kekurangan merugikannya, dan setiap kelebihan menyakitinya.
109. Amirul Mukminin (as) berkata: Kami (para anggota keluarga Nabi) adalah seperti posisi di tengah. Orang yang ketinggalan harus maju untuk menemuinya sedang yang telah melewati harus kembali kepadanya.
110. Amirul Mukminin as berkata: Tak seorang pun dapat menegakkan peraturan Allah Yang Mahasuci kecuali orang yang tak mengalah (dalam urusan hak), yang tidak berlaku seperti orang jahil, dan tidak serakah.
111. Sahl ibn Hunaif al-Anshari yang sangat dicintai Amirul Mukminin as meninggal di Kufah setelah kembalinya dari Perang Shiffin. Pada waktu itu Amirul Mukminin as berkata: Sekalipun sebuah gunung mencintai saya, ia akan runtuh (juga).
Sayid Radhi mengatakan: Artinya ialah bahwa karena cobaan pada manusia yang mencintai Amirul Mukminin as, kesusahan parah akan menimpanya dan hal ini hanya berlaku bagi orang yang takwa, berkebajikan dan orang pilihan. Ada suatu ucapan Amirul Mukminin as yang seperti itu (lihat No. 112 berikut).
112. Amirul Mukminin as berkata: Barangsiapa mencintai kami para anggota keluarga Nabi, hendaklah ia bersedia menghadapi kemiskinan.
Sayid Radhi mengatakan: Ini telah ditafsirkan dalam berbagai cara pula, tetapi tak sesuai untuk membicarakannya di sini."?
113. Amirul Mukminin as berkata: Tak ada kekayaan yang lebih menguntungkan ketimbang kebijaksanaan, tak ada kesepian yang lebih mengasingkan ketimbang puji-diri, tak ada pikiran sebaik kebijaksanaan, tak ada kemuliaan seperti takwa kepada Allah, tak ada sahabat seperti keramahan, tak adawarisan seperti kesopanan, tak adapandu seperti anjuran, tak ada pemiagaan seperti amal saleh, tak ada keuntungan seperti ganjaran Ilahi, tak ada mawas diri seperti diam pada saat ragu, tak ada pantangan seperti menghindari larangan, tak ada pengetahuan seperti pemikiran, tak ada ibadat seperti pelaksanaan kewajiban, tak ada iman seperti kesederhaan dan kesabaran, tak ada capaian seperti kerendahan hati, tak ada kehormatan seperti pengetahuan, dan tak ada dukungan yang lebih dapat diandalkan daripada nasihat.
114. Amirul Mukminin as berkata: Pada saat kebajikan sedang menjadi model di dunia dan di antara manusia, apabila seseorang mencurigai seseorang lain yang tak terlihat suatu kejahatan padanya, maka ia telah berlaku lalim. Dan pada saat kejahatan sedang menjadi model di dunia dan di kalangan manusia, apabila seseorang menaruh gagasan baik tentang seseorang lain, maka ia membuang diri ke dalam bahaya.
115. Amirul Mukminin as pernah ditanya: "Bagaimana keadaan Anda, ya Amirul Mukminin?" la menjawab, "Bagaimana keadaan orang yang hidupnya sedang digiring ke arah maut, yang keadaan sehatnya dapat berubah setiap saat menjadi sakit, dan yang harus ditangkap (oleh maut) dari tempat keamanannya."
116. Amirul Mukminin as berkata: Ada banyak orang yang diberi waktu (oleh Allah) dengan perlakuan baik terhadap mereka, dan banyak orang tertipu karena kegiatan dosanya ditirai (oleh Allah), dan banyak yang terpesona oleh pembicaraan baik tentang diri mereka sendiri. Dan Allah tidak mencobai seseorang seberat la mencobai orang yang diberi-Nya waktu (untuk tetap berdosa).
117. Amirul Mukminin as berkata: Dua jenis manusia akan menghadapi keruntuhan karena saya: orang yang mencintai saya secara berlebih-lebihan, dan orang yang sangat membenci saya.
118. Amirul Mukminin as berkata: Ketinggalan kesempatan menyebabkan kesedihan.
119. Amirul Mukminin as berkata: Dunia ini ibarat ular. la halus dalam sentuhan tetapi di dalamnya penuh bisa. Orang tak tahu yang jatuh ke dalam tipuannya, tertarik kepadanya; tetapi orang bijaksana dan cerdas tems berjaga-jaga terhadapnya.
120. Amirul Mukminin as ditanyai tentang kaum Quraisy. dan ia menjawab: "Tentang Bani Makhzum, mereka adalah kembang-kembang Quraisy. Menyenangkan bila berbicara pada lelakinya dan mengawini wanitanya. Tentang Bani 'Abdusy-Syams, mereka berpandangan jauh dan hati-hati tentang segala yang tersempunyi dari mereka. Tentang kami sendiri (Bani Hasyim) kami menafkahkan apa saja yang kami punyai, dan sangat dermawan dalam menyerahkan diri kepada maut. Akibatnya orang-orang itu lebih banyak jumlahnya, lebih berusaha merancang dan lebih buruk (rupa), sementara kami lebih fasih, berharap baik dan gagah.
121. Amirul Mukminin as berkata: Alangkah bedanya dua jenis perbuatan: perbuatan yang kesenangannya berlalu tetapi akibat (buruk)nya tertinggal, dan perbuatan yang kesusahannya berlalu tetapi ganjarannya tertinggal.
122. Amirul Mukminin as sedang menyertai suatu upacara pemakaman ketika ia mendengar seseorang tertawa. Lalu ia berkata: Apakah karena maut hanya ditentukan bagi orang lain? Apakah karena kebenaran hanya wajib bagi orang lain? Apakah karena orang-orang yang kita lihat berangkat dalam perjalanan kematiannya akan kembali kepada kita? Kita meletakkan mereka dalam kubumya dan kemudian menikmati harta mereka (seakan-akan kita akan hidup selama-lamanya setelah mereka). Kita telah mengabaikan setiap pengkhotbah, lelaki atau perempuan, dan telah membuka diri kita kepada setiap bencana.
123. Amirul Mukminin as berkata: Diberkatilah orang yang merendahkan dirinya, yang rezekinya suci, yang kebiasaannya saleh, yang membelanjakan simpanannya (dengan nama Allah), yang mencegah lidahnya dari kebusukan, yang menjaga agar manusia aman dari kejahatannya, yang senang akan sunah dan yang tak berhubungan dengan bidah.
Sayid Radhi berkata: Sebagian orang mengatributkan ucapan ini dan yang sebelumnya kepada Nabi Allah SAWW.
124. Amirul Mukminin as berkata: Kecemburuan seorang wanita (terhadap madunya) adalah hujatan, sedang kecemburuan lelaki adalah bagian dari iman.
125. Amirul Mukminin as berkata: Saya akan mendefinisikan Islam sebagai yang belum pernah ada orang mendefinisikannya: Islam adalah penyerahan, penyerahan adalah keyakinan, keyakinan adalah pengukuhan, pengukuhan adalah pengakuan, pengakuan adalah pelaksanaan (kewajiban), dan pelaksanaan kewajiban adalah amal.
126. Amirul Mukminin as berkata: Saya heran akan si kikir yang justru bergegas ke arah kemiskinan dan mana ia melarikan diri, dan tidak mendapatkan keenakan hidup yang justru dihasratkannya. Akibatnya ia melewati kehidupan di dunia iiu seperti orang miskin, tetapi harus menyampaikan tanggung jawab di dunia akhirat sebagai orang kaya.
Saya heran akan orang sombong yang hanya setetes mani kemarinnya dan akan berubah menjadi bangkai hari berikutnya. Saya heran akan orang yang meragukan Allah walaupun ia melihat ciptaan-Nya. Saya heran akan orang yang melupakan kematian walaupun ia melihat manusia mati. Saya heran akan orang yang menyangkali kehidnpan yang kedua walaupun ia telah melihat kehidupan yang pertama. Saya heran akan orang yang mendiami dunia fana ini tetapi mengabaikan dunia yang kekal.
127. Amirul Mukminin as berkata: Barangsiapa yang kurang beramal akan jatuh ke dalam kesedihan; dan Allah tak ada urusan dengan orang yang tidak membelanjakan sesuatu dari kekayannya dalam nama Allah.
128. Amirul Mukminin as berkata: Jagalah terhadap dingin pada mulanya (musim) dan sambutlah ia hingga akhir, karena ia mempengaruhi tubuh sebagaimana ia mempengaruhi tanaman. Pada awalnya ia menghancurkannya tetapi pada akhirnya ia memberikannya daun segar.[30]
129. Amirul Mukminin as berkata: Kebesaran Pencipta yang Anda sadari akan mengecilkan makhluk-makhluk dalam pandangan Anda.
130. Ketika Amirul Mukminin as kembali dari Shiffin dan mennperhatikan kubur-kubur di luar Kufah, ia berkata: Wahai para penghuni rumah yang memberi rasa sunyi, penghuni wilayah kehabisan penduduk dan kubur-kubur gelap. Wahai manusia dari debu, wahai mangsa kesepian, wahai mangsa keterasingan. Anda telah pergi mendahului kami, sementara kami akan menyusul dan menemui Anda. Rumah-rumah yang Anda tinggalkan telah dihuni orang lain; istri-istri (yang Anda tinggalkan) telah dikawini orang lain; harta telah dibagi-bagikan (di antara ahli waris). Ini berita tentang orang-orang sekitar kami; apa kabar tentang hal-hal di sekitar Anda?
Kemudian Amirul Mukminin as berpaling kepada para sahabatnya seraya berkata: Apabila diizinkan berbicara, mereka akan memberitahukan kepada Anda bahwa bekal yang terbaik ialah takwa kepada Allah.
32
Nahjul Balaghah
Tentang Orang-orang yang Menuduh Dunia ini Secara Batil 131. Amirul Mukminin as mendengar seorang lelaki mencela dunia, lalu ia berkata: Wahai Anda yang mencela dunia, wahai Anda yang telah ditipu oleh tipuannya dan terkicuh oleh kesalahan-kesalahannya. Anda menaruh serakah pada dunia, kemudian mencelanya? Anda menuduhnya, atau diakah yang seharusnya menuduh Anda? Kapan ia membingungkan atau menipu Anda? Apakah dengan jatuh dan membusuknya nenek moyang Anda, atau oleh tempat-tempat tidur ibu-ibu Anda di bawah bumi? Berapa banyak Anda mengnrusi mereka dalam sakit mereka dan merawat mereka dalam kepedihan mereka, menghasratkan agar mereka sembuh dan meminta bantuan dokter untuk mereka di pagi hari ketika obat Anda tidak mempan bagi mereka dan ratapan Anda tidak bermanfaat bagi mereka. Kecemasan Anda tentang mereka temyata tidak berguna dan Anda tak akan dapat mencapai tujuan Anda. Anda tak dapat mengelakkan (maut) dari mereka dengan segala kekuasaan Anda. Sebenamya, melalui orang yang akan mati itu dunia menyajikan suatu gambaran buat Anda, dan menunjukkan kepada Anda melalui contoh dari kejatuhannya betapa Anda (juga) akan jatuh.
Sesungguhnya dunia ini adalah mmah kebenaran bagi orang yang menilainya, suatu tempat keamanan bagi orang yang memahaminya, suatu rumah kekayaan bagi orang yang mengumpul bekal darinya (untuk dunia yang berikut), dan rumah pelajaran bagi orang yang menarik pelajaran darinya. la tempat ibadat bagi para pencinta Allah, tempat berdoa bagi malaikat-malaikat Allah, tempat di mana wahyu Allah turun, dan tempat berdagang bagi para pengabdi Allah. Di sini mereka menerima rahmat dan di sini mereka mendapatkan surga sebagai keuntungan.
Oleh karena itu, maka siapa yang dapat mencelanya padahal ia telah memaklumkan keberangkatannya untuk perpisahan dan menyerukan bahwa ia akan berangkat! la telah memberikan kabar akan kehancurannya sendiri dan kematian manusia penghuninya. Dengan kesulitannya ia memberikan contoh kesukaran mereka. Dengan kesenangannya ia menciptakan kegairahan bagi kesenangan-kesenangan (dunia akhirat). la membawa kelapangan di sore hari dan kesedihan di pagi hari melalui bujukan, penengahan, ancaman bahaya dan peringatan. Orang mencelanya di pagi hari pertaubatannya tetapi ada orang lain yang akan memujinya pada Hari Pengadilan. Dunia mengingatkan mereka akan kehidupan yang akan datang, dan mereka mencamkannya dalam pikiran. la menceritakan kepada mereka (hal-hal kehidupan akhirat) dan mereka mengakuinya. la berkhotbah kepada mereka dan mereka mengambil pelajaran darinya.[31]
132. Amirul Mukminin as berkata: Ada seorang malaikat Allah yang berseru setiap hari, "Melahirkan anak-anak untuk kematian, mengumpulkan harta untuk kehancuran, dan mendirikan bangunan untuk runtuh".
133. Amirul Mukminin as berkata: Dunia ini adalah tempat persinggahan, bukan tempat tinggal. Manusia di dalamnya ada dua jenis: yang satu adalah orang yang menjual dirinya (kepada hawa nafsu) dan dengan demikian menghancurkannya, dan yang lain adalah manusia yang membeli dirinya (dengan mawas diri terhadap hawa nafsu) dan membebaskannya.
134. Amirul Mukminin as berkata: Seorang sahabat bukanlah (sesungguhnya) sahabat, kecuali apabila ia memberikan perlindungan kepada temannya dalam tiga kesempatan: dalam kesukaran, dalam ketidakhadirannya dan dalam kematiannya.
135. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang dianugerahi empat hal bukannya dilarangi empat hal; orang yang mengajukan taubat bukan tidak beroleh sambutan, orang yang mencari keampunan bukan tidak diberi ampun, dan orang yang bersyukur bukan tidak diberi kelanjutan nikmat.
Sayid Radhi berkata:Ini sesuai dengan Al-Qur'an. "Serulah Aku, maka Aku akan menjawabmu. "(QS. 40:60) Tentang keampunan, Allah berkata, "Dan barangsiapa berbuat jahat, atau menganiaya dirinya sendiri kemudian memohon kepada Allah, akan mendapatkan bahwa sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. 4:110) Tentang syukur la berkata, "Apabila kamu bersyukur Aku akan menambahkan nikmat-Ku kepada kamu." (QS. 14:7) Tentang taubat la berfirman, "Sesungguhnya Allah hendak berpaling kepada kamu. "(QS. 4:21)
136. Amirul Mukminin as berkata: Bagi orang yang takwa, salat adalah sarana untuk mencari kedekatan kepada Allah; bagi orang lemah, haji adalah sebaik jihad. Bagi segala sesuatu ada pajaknya; pajak tubuh adalah puasa. Jihad seorang wanita ialah memberikan pertemanan yang menyenangkan kepada suaminya.
137. Amirul Mukminin as berkata: Carilah rezeki dengan memberi sedekah.
138. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang yakin akan imbalan yang baik, adalah dermawan dalam memberi.
139. Amirul Mukminin as berkata: Bantuan diberikan menurut keperluan.
140. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang sederhana tak akan menjadi miskin.
141. Amirul Mukminin as berkata: Keluarga kecil adalah salah satu cara (mendapatkan) kelapangan.
142. Amirul Mukminin as berkata: Saling mencintai adalah setengah kebijaksanaan.
143. Amirul Mukminin as berkata: Kesedihan adalah setengah dari ketuaan.
144. Amirul Mukminin as berkata: Kesabaran datang sesuai dengan musibah. Orang yang memukulkan tangannya ke paha dalam musibahnya, menghancurkan amal baiknya.
145. Amirul Mukminin as berkata: Banyak orang berpuasa yang puasanya tak lebih dari menahan lapar dan haus, dan banyak pendiri salat yang salatnya tidak lebih baik dari berjaga dan kesulitan. Tidur maupun, makan dan minum dari orang (takwa) yang cerdas jauh lebih baik.
146. Amirul Mukminin as berkata: Lindungilah keimanan Anda dengan sedekah; jaga kekayaan Anda dengan membayarkan bagian Allah, dan jauhilah gelombang bencana dengan berdoa.
Manusia ada Tiga Jenis Percakapan Amirul Mukminin dengan Kumail ibn Ziyad an-Nakha`i
147. Percakapan Amirul Mukminin as dengan Kumail ibn Ziyad an-Nakha'i. Kumail meriwayatkan: Amirul Mukminin as memegang tangan saya lalu membawa saya ke pekuburan. Kemudian ia menarik nafas keluhan yang dalam seraya berkata: "Wahai Kumail, hati ini adalah wadah. Yang terbaik di antaranya adalah yang memelihara (isinya). Karena itu, peliharalah apa yang saya katakan kepada Anda.
Manusia ada tigajenis. Yang satu adalah orang berilmu dan rohaniawan. Berikutnya adalah si pencari ilmu yang juga di jalan pembebasan. Kemudian (yang terakhir) si busuk yang memburu setiap penyeru dan tunduk kepada setiap arah angin. Mereka tidak mencari cahaya dari sinar pengetahuan, dan tidak mengambil perlindungan dari dukungan yang dapat diandalkan.
Wahai Kumail, pengetahuan lebih baik dari kekayaan. Pengetahuan menjaga Anda sementara Anda harus menjaga harta. Harta berkurang dengan pembelanjaan sedang pengetahuan berlipat ganda dengan pengeluarannya, dan akibat dari kekayaan mati bila kekayaan membusuk.
Wahai Kumail, pengetahuan adalah iman yang diamalkan. Bersamanya manusia mendapat ketaatan dalam hidupnya dan nama baik setelah matinya. Pengetahuan adalah penguasa sedang harta dikuasai. Wahai Kumail, orang yang mengumpul harta adalah orang mati sekalipun mereka masih hidup, sementara orang yang dikaruniai pengetahuan akan tetap ada sepanjang dunia masih ada. Tubuh mereka tak ada tetapi gambar mereka berada di hati (manusia). Lihat, di sini ada setumpuk pengetahuan (lalu Amirul Mukminin as menunjuk ke dadanya). Saya ingin mendapatkan seseorang untuk memilikinya. Ya, saya mendapatkan (orang semacam itu); tetapi entah ia dapat diandalkan. la akan memanfaatkan agama untuk keuntungan duniawi, dan dengan berkat nikmat Allah padanya ia akan mendominasi manusia dan dengan berdalihkan Allah ia akan menjadi majikan dari para pengabdi-Nya. Atau, orang yang taat kepada para pembawa kebenaran tetapi tak ada kecerdasan dalam dadanya. Pada penampilan pertama keraguan ia akan merasa was-was dalam hatinya.
Maka yang itu maupun yang ini tak cukup baik. Entah orang itu bergairah untuk kesenangan, mudah diantar oleh hawa nafsu, atau serakah untuk mengumpulkan dan menimbun kekayaan. Tak ada dari mereka yang mempunyai penghargaan atas agama dalam urusan apa pun. Contoh yang paling dekat tentang hal ini ialah ternak yang lepas. Beginilah caranya pengetahuan mati bersama kematian orang-orang yang mempunyainya.
Ya Tuhanku! Tetapi bumi tak pernah kosong dari orang-orang yang memelihara hujah Allah, baik secara terbuka dan terkenal ataupun, karena takut, tersembunyi, agar hujah dan bukti-bukti Allah tidak disangkal. Berapa banyak mereka dan di manakah mereka? Demi Allah, jumlah mereka sedikit, tetapi mereka besar dalam kehormatan di hadapan Allah. Melalui mereka Allab menjaga hujah-hujah-Nya dan bukti-bukti-Nya sampai mereka mengamanatkannya kepada orang lain seperti mereka sendiri dan menebarkan benihnya di hati orang-orang yang sama dengan mereka. Pengetahuan telah mengantarkan mereka kepada pernahaman yang sesungguhnya dan dengan demikian mereka mengaitkan dirinya dengan semangat keyakinan. Mereka mengentengkan apa yang dianggap sukar olch orang-orang yang mengentengkan. Mereka sangat mencintai apa yang dianggap aneh oleh orang jahil. Mereka hidup di dunia ini dengan tubuh mereka di sini, tetapi ruh mereka tinggal di tinggi di atas. Mereka adalah para khalifah Allah di bumi dan penyeru kepada agama-Nya. Betapa rindu saya akan melihat mereka. Pergilah sekarang, Kumail, ke mana saja Anda mau.[32]
148. Amirul Mukminin as berkata: Manusia tersembunyi di bawah lidahnya.[33]
149. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang tak mengenal nilai dirinya sendiri akan mengalami keruntuhan.
Tentang Dakwah 150. Amirul Mukminin as berkata kepada seorang laki-laki yang meminta kepadanya supaya berbicara: Jangan menjadi seperti orang yang mengharapkan (rahmat bagi) kehidupan di akhirat tanpa beramal, dan menunda taubat dengan memperpanjang hawa nafsu, yang mengucapkan kata-kata sebagai zahid di dunia ini tetapi bertindak sebagai orang yang bergairah untuk itu; apabila ia diberi sesuatu darinya, ia tidak merasa puas; apabila ia ditolak ia tak puas; ia tak bersyukur atas apa yang ia peroleh, dan menghasratkan penambahan dalam apa saja yang tertinggal padanya; ia mencegah orang lain tetapi tidak (mencegah) dirinya. la menyuruhkan kepada orang lain apa yang ia sendiri tidak melakukannya; ia cinta kepada orang bajik tetapi tak berlaku seperti mereka; ia membenci orang yang keji tetapi ia sendiri satu dari mereka; ia tidak menyukai maut karena kelebih-lebihan dosanya, tetapi menganut apa yang karena itu ia takut mati.
Apabila ia sakit ia merasa malu; apabila ia sehat ia merasa aman dan berkecimpung dalam kesenangan; apabila ia sembuh dari sakit, ia merasa sombong akan dirinya; apabila ia tertimpa musibah ia merasa putus asa; apabila kesusahan menimpanya, ia berdoa seperti orang kesurupan; bilamana ia mendapatkan kelapangan hidup, iajatuh ke dalam tipuan dan memalingkan mukanya menjauh; hatinya menaklukkannya dengan hal-hal khayali sementara ia tak dapat mengendalikan hatinya dengan keyakinan; bagi orang lain ia takutkan dosa-dosa kecil, tetapi bagi dirinya ia mengharapkan ganjaran yang lebih besar dari amalnya; bila ia menjadi kaya, ia menjadi angkuh dan jatuh ke dalam kejahatan; apabila ia menjadi miskin, ia berputus-asa dan menjadi lemah; ia berlaku singkat dalam beramal tetapi terlalu janh ketika meminta; bilamana hawa nafsu menguasainya, ia cepat berbuat maksiat, tetapi lambat bertaubat; apabila kesnkaran menimpanya, ia meninggalkan ketentuan agama; ia menggambarkan peristiwa-peristiwa yang mengandung pelajaran, tetapi ia sendiri tidak mengambil pelajaran; ia berkhotbah panjang lebar, tetapi tidak menerima khotbah apa pun bagi dirinya sendiri; ia tinggi dalam bicara tetapi pendek dalam amal; ia mendambakan hal-hal yang akan musnah dan mengabaikan hal-hal yang bertahan abadi; ia memandang keuntungan sebagai kerugian, dan kerugian sebagai keuntungan; ia takut akan kematian, tetapi tidak berbuat sesuatu untuk menghadapinya; ia memandang dosa-dosa orang lain besar tetapi memandang dosanya sendiri kecil; apabila ia berbuat sesuatu dalam menaati Allah, ia memandangnya banyak, tetapi apabila orang lain melakukan hal yang sama, ia menganggapnya sedikit; karena itu, maka ia mencela orang lain tetapi memuji dirinya; hiburan dalam pergaulan dengan orang kaya lebih dicintainya daripada mengingat (Allah) bersama orang miskin; ia menjatuhkan keputusan terhadap orang lain bagi kepentingannya sendiri, dan tidak berbuat demikian terhadap dirinya sendiri untuk kepentingan orang lain; ia menuntun orang lain tetapi menyesatkan dirinya sendiri; ia ditaati oleh orang lain; tetapi ia sendiri tidak menaati (Allah). la mencari kepuasan (kewajiban kepada dirinya sendiri) tetapi tidak memenuhi kewajiban (terhadap orang lain); ia takut kepada manusia (dan bertindak) bagi yang selain Allah, dan tidak takut kepada Allah dalam urusannya dengan manusia.
Sayid Radhi berkata:Apabila buku ini tidak berisi lain dari ucapan singkat ini, maka cukuplah ia sebagai penggalan khotbah yang berhasil, suatu contoh falsafah yang tinggi, obyek kebijaksanaan bagi pemirsa dan sumber pelajaran bagi pengamat yang merenungkannya.
151. Amirul Mukminin as berkata: Setiap manusia akan menemui kesudahannya, manis atau asam.
152. Arnirul Mukminin as berkata: Setiap pendatang mesti kembali, dan setelah kembali seakan-akan ia tak pernah ada.
153. Amirul Mukminin as berkata: Orang sabar tak akan luput dari keberhasilan, walaupun mungkin memakan waktu lama.
154. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang menyetujui tindakan sekelompok orang adalah seakan-akan ia bergabung dengan mereka dalam tindakan itu. Dan setiap orang yang beigabung dalam kebatilan, melakukan dua dosa—satu dosa karena melakukannya, dan satu lagi karena menyetujuinya.
155. Amirul Mukminin as berkata: Berpeganglah pada peijanjian, dan amanatkan pemenuhannya pada orang yang sabar.
156. Amirul Mukminin as berkata: Pada Anda terletak (kewajiban melaksanakan) ketaatan kepada seseorang tentang siapa Anda tak dapat menggunakan dalih ketidaktahuan.[34]
157. Amirul Mukminin as berkata: Sesungguhnya Anda akan sudah melihat sekiranya saja Anda peduli untuk melihat; sesungguhnya Anda akan sudah terbimbing sekiranya Anda peduli untuk mengambil petunjuk; dan sesungguhnya Anda sudah mendengar bilamana Anda peduli untuk meminjamkan telinga Anda.
158. Amirul Mukminin as berkata: Nasihati teman Anda dengan perilaku yang baik terhadapnya, dan jauhkanlah kejahatannya dengan berbuat baik kepadanya.[35]
159. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang menempatkan dirinya dalam keadaan bereputasi buruk tak boleh menyalahkan orang-orang yang menaruh gagasan buruk tentang dirinya.
160. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang mendapat wewenang, (biasanya) mengambil sikap berpihak.
161. Amirul Mukminin as berkata: Barangsiapa bertindak semata-mata dengan pendapatnya sendiri, akan runtuh; dan barangsiapa bermusyawarah dengan orang lain, ia ikut mempunyai pikiran mereka.
162. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang menjaga rahasianya memegang kendali di tangannya sendiri.
163. Amirul Mukminin as berkata: Kemiskinan adalah kematian terbesar.
164. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang memenuhi hak seseorang yang tidak memenuhi hak-haknya (adalah seakan-akan ia) menyembahnya.
165. Amirul Mukminin as berkata: Tak boleh menaati seseorang yang menentang perintah Allah.
166. Amirul Mukminin as berkata: Tak adaorang yang harus dipersalahkan karena menunda dalam (memperoleh) hak-haknya sendiri, tetapi kesalahan terletak pada orang yang mengambil apa yang bukan haknya.
167. Amirul Mukminin as berkata: Kesombongan mencegah kemajuan.[36]
168. Amirul Mukminin as berkata: Hari Pengadilan dekat sedang kehidupan bersama kita singkat.
169. Amirul Mukminin as berkata: Bagi orang bermata, fajar telah terbit.
170. Amirul Mukminin as berkata: Berpantang dari dosa lebih mudah dari memohon pertolongan sesudahnya.[37]
171. Amirul Mukminin as berkata: Banyak, makan tunggal (sekaligus) mencegah beberapa (kesempatan), makan.[38]
172. Amirul Mukminin as berkata: Manusia memusuhi apa yang tidak diketahuinya.[39]
173. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang mendapatkan beberapa pendapat, mengerti akan lobang-lobang jebakan.
174. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang meruncingkan giginya karena marah demi Allah, mendapatkan kekuatan untuk membunuh pembela kebatilan.[40]
175. Amirul Mukminin as berkata: Bilamana Anda takut akan sesuatu, menyelamlah langsung ke dalamnya, karena intensitas pemantangan darinya lebih besar (lebih bumk) dari apa yang Anda takuti.
176. Amirul Mukminin as berkata: Sarana untuk mendapatkan wewenang tinggi adalah lebamya dada (yakni kedermawanan).
177. Amirul Mukminin as berkata: Tegurlah si pembuat kejahatan dengan mengganjari si pembuat kebajikan.[41]
178. Amirul Mukminin as berkata: Putuskanlah kejahatan dah hati orang lain dengan menyentakkannya dari hati Anda sendiri.[42]
179. Amirul Mukminin as berkata: Kepala batu menghancurkan nasihat (yang baik).
180. Amirul Mukminin (as) berkata: Keserakahan adalah perbudakan yang langgeng.
181. Amirul Mukminin as berkata: Hasil kelalaian adalah malu, sedang hasil pandangan jauh adalah keselamatan.
182. Amirul Mukminin as berkata: Tak ada keuntungan dari berdiam diri dalam kebijaksanaan, sebagaimana tak ada kebaikan dalam mengatakan kebodohan.
183. Amirul Mukminin (as) berkata: Apabila ada dua seruan yang berbeda, maka yang satunya mestilah sesat.
184. Amirul Mukminin as berkata: Saya tak pernah merasa ragu tentang hak sejak hal itu ditunjukkan kepada saya.
185. Amirul Mukminin as berkata: Saya tidak (pernah) berkata dusta dan tak pernah orang mendustakan saya; saya tak pernah menyeleweng dan tak pernah diselewengkan.
186. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang memimpin dalam penindasan harus menggigit tangannya (dalam penyesalan) besok.
187. Amirul Mukminin as berkata: Perpisahan (dari dunia ini) sudah dekat.
188. Amirul Mukminin as berkata: Barangsiapa berpaling dari kebenaran, akan mengalami kehancuran.
189. Amirul Mukminin as berkata: Apabila kesabaran tidak memberikan kelegaan kepada seseorang, ketidaksabaran membunuhnya.
190. Amirul Mukminin as berkata: Betapa anehnya! Apakah kekhalifahan melalui persahabatan (Nabi) dan tidak melalui hubungan persahabatan dan kekerabatan (Nabi)?
Sayid Radhi berkata: "Bait-bait (syair) telah pula diriwayatkan dari Amirul Mukminin as dalam nada yang sama,
'Apabila Anda mengaku telah mendapatkan wewenang dengan musyawarah, bagaimana terjadinya bilamana orang-orang yang harus diajak musyawarah tidak hadir! Apabila Anda telah menang atas lawan-lawan Anda dengan kekerabatan, maka seseorang lain mempunyai hak yang lebih besar karena lebih dekat kepada Nabi'.?
191. Amirul Mukminin as berkata: Di dunia ini manusia adalah sasaran yang ke arahnya panah maut melayang, seperti kekayaan yang kehancurannya dipercepat dengan kesukaran. (Di dunia im) bersama setiap minuman ada ketegukan dan dengan setiap suapan (makanan) ada cekikan. Di sini tak seorang pun mendapatkan sesuatu tanpa kehilangan sesuatu lainnya, dan tak ada sehari dari usianya maju tanpa berlalunya satu hari dari hidupnya. Jadi, kita adalah penolong-penolong maut, dan kehidupan kita adalah sasaran kefanaan., maka bagaimana kita dapat mengharapkan kehidupan yang kekal, padahal malam dan siang tidak mendirikan sesuatu tanpa cepat-cepat mengatur bagi kehancuran segala yang telah mereka bangun dan memorakporandakan segala yang telah dipadukan.
192. Amirul Mukminin as berkata: Wahai putra Adam, segala yang Anda peroleh melebihi kebutuhan dasar Anda, hanya akan Anda jaga untuk orang lain.
193. Amirul Mukminin as berkata: Hati dilimpahi hawa nafsu dan kekuatan untuk maju dan mundur. Karena itu, maka dekatilah dia (hati) pada saat kegairahannya dan bilamana dia maju, karena apabila hati dipaksa (untuk melakukan sesuatu) dia (hati) akan dibutakan.
194. Amirul Mukminin as berkata: Apabila saya marah, bilamana saya akan melepaskan kemarahan saya—apakah waktu saya tak mampu untuk membalaskan dan dikatakan kepada saya, "Lebih baik Anda bersabar, atau bilamana saya mempunyai kekuatan untuk membalas dan dikatakan kepada saya, "Lebih baik memaafkan"?
195. Amirul Mukminin as lewat di sisi suatu tumpukan sampah seraya mengatakan: Inilah yang dihasrat-hasratkan orang kikir.
Dalam suatu riwayat lain disebutkan bahwa ia berkata: "Inilah yang Anda berlomba-lomba untuk mendapatkannya hingga kemarin.
196. Amirul Mukminin as berkata: Kekayaan yang memberikan pelajaran kepada Anda tidaklah menjadi sia-sia.[43]
197. Amirul Mukminin as berkata: Hati menjadi letih sebagaimana tubuh menjadi lelah. Karena itu Anda harus mencari ucapan-ucapan indah baginya mereka (untuk dinikmati sebagai penyegaran).
198. Bilamana Amirul Mukminin (as) mendengar slogan kaum Khariji, "Tak ada hukum selain dari Allah", ia berkata, "Kalimat itu benar tetapi ditafsirkan salah."
199. Amirul Mukminin as berkata tentang kerumunan manusia: Inilah orang yang bilamana berkumpul, mereka berlebih-lebihan, tetapi bilamana mereka bubar, mereka tak dapat dikenali.
Diriwayatkan bahwa ketimbang ini Amirul Mukminin as berkata: Inilah orang-orang yang bilamana berkumpul mereka menimbulkan kerugian tetapi apabila mereka bubar mereka berguna. Dikatakan kepadanya:
"Kami mengetahui kerugian mereka pada waktu mereka berkumpul, tetapi apa manfaatnya ketika mereka bubar?" la menjawab, "Para pekerja kembali ke pekerjaannya dan manusia beroleh manfaat darinya, misalnya kembalinya tukang batu ke tempat pembangunan, kembalinya penenun ke tempataya menenun, kembalinya pembuat roti ke tempat pembakaran roti."
200. Seorang pelanggar dibawa menghadap kepada Amirul Mukminin as, dan ada segerombolan orang bersama si pelanggar itu., maka Amirul Mukminin as berkata: Celakalah wajah-wajah yang hanya kelihatan pada kesempatan-kesempatan kotor.
201. Amirul Mukminin as berkata: Bersama setiap orang ada dua malaikat yang melindunginya: bilamana takdir (maut) mendekati, mereka membiarkannya dengan dia. Sesungguhnya ajal adalah perisai yang melindungi (terhadap hal-hal yang terjadi sebelumnya).
202. Ketika Thalhah dan Zubair berkata kepadanya, "Kami bersedia membaiat Anda dengan syarat bahwa kami mengambil bagian bersama Anda dalam urusan (kekhalifahan) ini, Amirul Mukminin as berkata: Tidak, tetapi Anda akan mempunyai bagian dalam memperkuat (kekhalifahan) dan dalam memberikan bantuan, dan Anda berdua akan membantu saya pada saat keperluan dan kesukaran.
203. Amirul Mukminin as berkata: Wahai manusia, bertakwalah kepada Allah yang bila Anda berkata kepada-Nya la mendengarkan dan bilamana Anda sembunyikan (suatu rahasia) la mengetahuinya. Bersiaplah Anda untuk memenui kematian yang akan menyusul Anda sekalipun Anda melarikan diri, menangkap Anda meskipun Anda tinggal, dan mengingat Anda walaupun Anda melupakannya.
204. Amirul Mukminin as berkata: Apabila seseorang tidak berterima kasih kepada Anda, itu tak seharusnya menghalangi Anda berbuat baik; karena (mungkui) seseorang akan merasa terima kasih tentang itu, walaupun ia tidak mendapat suatu keuntungan darinya, dan terima kasihnya akan lebih besar daripada terima kasih si penyangkal; dan Allah mencintai orang yang berbuat baik.
205. Amirul Mukminin (as) berkata: Setiap wadah menjadi semakin sempit dengan apa yang ditempatkan padanya, kecuali pengetahuan yang malah menjadi luas.
206. Amirul Mukminin as berkata: Ganjaran pertama yang diterima orang yang berlaku sabar ialah orang menjadi penolongnya terhadap ketidaktahuannya.
207. Amirul Mukminin as berkata: Apabila Anda tak dapat berlaku sabar, berusahalah berpura-pura sabar, karena jarang orang yang menyerupakan dirinya dengan suatu kelompok lalu tidak menjadi salah seorang dari mereka.[44]
208. Amirul Mukminin (as) berkata: Barangsiapa menuntut pertanggungan jawab dirinya sendiri, akan akan beruntung; dan barangsiapa mengabaikannya, akan menderita. Barangsiapa merasa takut, maka ia akan aman; barangsiapa mengambil pelajaran (dari keadaan sekitamya) akan beroleh cahaya, dan barangsiapa beroleh cahaya, maka ia beroleh pengertian, dan barangsiapa beroleh pengertian, maka ia beroleh pengetahuan.
209. Amirul Mukminin (as) berkata: Dunia akan menunduk kepada kita setelah berkeras kepala seperti induk unta yang penggigit tunduk kepada anaknya. Kemudian Amirul Mukminin as mengutip ayat, "Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi)." (QS. 28:5)[45]
210. Amirul Mukminin (as) berkata; Takutlah kepada Allah seperti orang yang bersiap-siap setelah melepaskan diri (dari urusan dunia) dan setelah bersiap secara itu, berusaha; kemudian ia bertindak dengan cepat dalam kurun waktu kehidupan ini, bergegas mengingat bahaya (kejatuhan ke dalam kebatilan) dan menggunakan matanya ketika maju ke tujuan akhir perjalanannya dan tempat kembalinya (yang sesungguhnya).
211. Amirul Mukminin as berkata: Kedermawanan adalah pelindung kehormatan, kesabaran adalah kendali bagi orang bodoh, maaf adalah pajak bagi orang yang berhasil, pengabaian adalah hukuman bagi yang berkhianat, musyawarah adalah jalan utama bimbingan. Orang yang puas dengan pandangannya sendiri (akan) menghadapi bahaya. Kesabaran menentang malapetaka, sementara ketidaksabaran adalah penolong bagi kesukaran dunia. Kepuasan yang terbaik ialah melepaskan diri dari hawa nafsu. Banyak jiwa budak tunduk kepada hawa nafsu yang mengalahkan. Kemampuan membantu pemeliharaan pengalaman. Cinta berarti hubungan yang digunakan dengan baik. Jangan mempercayai orang yang (dibikin) sedih.
212. Amirul Mukminin as berkata: Kesombongan manusia atas dirinya sendiri adalah musuh bagi akalnya.[46]
213. Amirul Mukminin as berkata: Abaikanlah kepedihan; kalau tidak, maka Anda tak akan pernah berbahagia. (Atau, menurut versi lain, Abaikanlah rasa sakit dan sedih, maka Anda akan selalu berbahagia.)[47]
214. Amirul Mukminin as berkata: Pohon yang berbatang lembut, berdahan besar.[48]
215. Amirul Mukminin as berkata: Perlawanan menghancurkan nasihat yang baik.
216. Amirul Mukminin (as) berkata: Orang yang dermawan mencapai kedudukan. (Atau, menurut versi lain: Orang yang mencapai kedudukan menyalahgunakannya.)
217. Amirul Mukminin (as) berkata: Melalui perubahan situasi kesejatian orang diketahui.
218. Amirul Mukminin as berkata: Iri hati seorang sahabat berarti cacat dalam cintanya.
219. Amirul Mukminin as berkata: Kebanyakan dari cacat pikiran terjadi karena kilasan keserakahan.[49]
220. Amirul Mukminin as berkata: Bukanlah keadilan yang menetapkan keputusan berdasarkan dugaan.
221. Amirul Mukminin as berkata: Bekal terburuk bagi Hari Pengadilan ialah berlaku sombong terhadap manusia.
222. Amirul Mukminin as berkata: Tindakan tertinggi dari seorang mulia ialah mengabaikan (yakni tidak menonjolkan) apa yang diketahuinya.
223. Amirul Mukminin as berkata; Barangsiapa yang berbusana kesederhanaan, cacat-cacataya tak terlihat.[50]
224. Amirul Mukminin as berkata: Keheningan berlebihan menimbulkan rasa takut; keadilan menghasilkan lebih banyak sahabat; kedermawanan meninggikan kedudukan; dengan kerendahan hati, rahmat melimpah; dengan menghadapi kesulitan, kepemimpinan tercapai; dengan perilaku adil, lawan dikalahkan; dan dengan kesabaran terhadap orang bodoh, sahabatnya bertambah.
225. Amirul Mukminin as berkata: Aneh bahwa orang pencemburu tidak menaruh cemburu akan kesehatanjasmani.[51]
226. Amirul Mukminin as berkata: Orang serakah berada dalam belenggu kenistaan.
227. Amirul Mukminin as ditanyai tentang iman, lalu ia berkata: Iman berarti pengakuan dengan hati, pernyataan dengan lidah dan pengamalan dengan anggota tubuh.
220. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang merasa sedih atas dunia ini sesungguhnya merasa tidak senang atas ketetapan Allah. Orang yang mengeluh atas petaka yang menimpanya berarti ia mengeluh tentang Allah. Orang yang mendekati dan membungkuk kepada orang kaya karena kekayaannya, maka sepertiga dari agamanya telah hilang. Apabila sese-orang membaca Al-Qur'an dan ketika mati masuk neraka, maka itu berarti bahwa ia termasuk di antara orang-orang yang memperlakukan ayat-ayat Ilahi dengan olok-olok. Apabila hati seseorang tertaut kepada dunia, maka ia mendapatkan tiga hal, yakni kecemasan yang tak pernah meninggalkannya, keserakahan yang tak pernah membebaskannya, dan hawa nafsu yang tak pernah dipenuhinya.
229. Amirul Mukminin as berkata: Kepuasan adalah sebaik-baik kekayaan dan kebaikan akhlak adalah sebaik-baik nikmat.
230. Amirul Mukminin as ditanyai tentang firman Allah, "Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik". (QS. 16:97) la berkata: Itu berarti kepuasan (qanâ'ah).[52]
231. Amirul Mukminin as berkata: Jadilah mitra orang yang berkelimpahan rezeki, karena ia lebih mungkin untuk mendapatkan kekayaan yang lebih besar dan secara wajar akan mendapatkan saham di dalamnya.
232. Amirul Mukminin as berkata tentang firman Allah: "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan"(QS. 16:90): Adil berarti pemerataan, dan ihsân (kebajikan) berarti nikmat.
233. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang memberi dengan tangannya yang pendek akan diberi dengan tangan yang panjang.
Sayid Radhi mengatakan: Arti ucapan ini ialah bahwa bila seseorang mendermakan dari kekayaannya walaupun sedikit, Allah Yang Mahatinggi memberikan kepadanya ganjaran yang besar dan banyak baginya. Dan dua "tangan" yang disebutkan itu berarti nikmat. Jadi, Amirul Mukminin as telah membedakan antara nikmat seseorang dan nikmat Allah; ia menggambarkan nikmat orang sebagai kecil dan nikmat Allah besar. Nikmat Allah selalu lebih besar dari nikmat manusia karena nikmat Allah adalah mendasar dalam pengertian bahwa setiap nikmat lainnya bersumber darinya dan berpaling kepadanya.
234. Amirul Mukminin as berkata kepads putranya Hasan: Jangan mencari peperangan; tetapi bila Anda terpanggil untuk itu, Anda harus menyambutnya, karena yang mencari peperangan adalah pendurhaka (pemberontak) dan pendurhaka pantas dihancurkan.[53]
235. Amirul Mukminin as berkata: Perilaku yang terbaik dari wanita adalah yang merupakan perilaku yang terburuk bagi pria, yakni: angkuh, penakut, dan kikir. Jadi, karena perempuan itu sombong ia tak mau mengizinkan siapa pun mendapat akses kepadanya; karena ia kikir ia akan memelihara hartanya sendiri dan harta suaminya, dan karena ia penakut ia takut akan segala yang menimpanya.
236. Amirul Mukminin as pernah ditanya: Gambarkanlah orang bijaksana bagi kami, lalu ia berkata: "Bijaksanalah orang yang menempatkan hal-hal pada tempatnya yang tepat." Lalu ia ditanyai tentang orang jahil, dan ia berkata, "Saya telah mengatakannya."
Sayid Radhi mengatakan: Artinya, orang jahil ialah yang tidak menempatkan hal-hal pada tempatnya yang semestinya. Amirul Mukminin as mengelak dari menggambarkannya karena sifat-sifatnya tepat berlawanan dengan orang bijaksana.
237. Amirul Mukminin as berkata: Demi Allah, dunia Anda ini lebih rendah dalam pandangan saya daripada isi perut babi di tangan seorang lepra.
238. Amirul Mukminin (as) berkata: Sekelompok oiang menyembah Allah karena menghasratkan ganjaran; ini ibadat pedagang. Suatu kelompok lain beribadat karena takut; ini ibadat budak. Suatu kelompok lagi menyembah Allah karena rasa syukur dan terima kasih; ini ibadat oiang merdeka.
239. Amirul Mukminin as berkata: Perempuan adalah jelek, dan yang terjelek dari kejelekannya itu ialah oiang tak dapat hidup tanpa mereka.
240. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang malas dan lamban kehilangan hak-haknya, dan oang yang percaya kepada penggunjing kehilangan teman.
241. Amirul Mukminin as berkata: Sebongkah batu yang diperoleh secaiajahat dalam sebuah rumah adalah jaminan atas keruntuhannya.
Sayid Radhi mengatakan: Dalam satu hadis, ucapan ini diatributkan kepada Nabi SAWW. Tak heran bahwa kedua ucapan itu saling menyerupai karena keduanya didorong dari sumber yang sama dan tersebar melalui sarana yang sama.
242. Amirul Mukminin as berkata: Hari kaum tertindas atas kaum penindas akan lebih keias daripada hari kaum penindas atas kaum tertindas.[54]
243. Amirul Mukminin as berkata: Takutlah kepada Allah hingga beberapa derajat, walaupun sedikit, dan pasanglah tirai antara Anda dan Allah, walaupun tipis.
244. Amirul Mukminin as berkata: Bila jawabannya banyak, pokok yang tepat tetap kabur.[55]
245. Amirul Mukminin as berkata: Sesungguhnya pada setiap nikmat ada hak Allah. Apabila seseorang memenuhi hak Allah itu, maka Allah akan meningkatkan nikmat itu, dan apabila seseorang tidak berbuat demikian, maka ia terancam akan kehilangan nikmat itu.
246 Arnirul Mukminin (as) berkata: Bilamana kemampuan bertambah, hawa nafsu berkurang.
247. Amirul Mukminin as berkata: Berjaga-jagalah agarjangan tergelincir keluar dari rahmat, karena yang melarikan diri tak akan kembali.
248. Amirul Mukminin as berkata: Kedermawanan lebih mendorong bagi kebajikan ketimbang menghormati persaudaraan.
249. Amirul Mukminin as berkata: Apabila seseorang mempunyai gagasan yang baik tentang Anda, buatlah gagasan itu menjadi kenyataan.
250. Amirul Mukminin as berkata: Amal yang terbaik ialah tindakan yang Anda harus memaksa diri untuk melakukannya.
251. Amirul Mukminin as berkata: Sayajadi mengenal Allah Yang Mahasuci melalui terpecahnya tekad, perubahan niat dan hilangnya keberanian.[56]
252. Amirul Mukminin as berkata: Asamnya dunia ini adalah manisnya dunia yang akan datang, sedang manisnya dunia ini adalah asamnya dunia yang akan datang.
253. Amirul Mukminin as berkata: Allah telah menetapkan keimanan untuk penyucian dari syirik, salat untuk penyucian dari kesombongan, zakat sebagai sarana rezeki, puasa sebagai ujian bagi manusia, Haji sebagai dukungan bagi agama, jihad sebagai kehormatan Islam, ajakan kepada kebaikan sebagai kebaikan bagi rakyat umum, mencegah kemungkaran sebagai kendali bagi orang jahat, penghormatan pada persaudaraan untuk peningkatanjumlah, kisas untuk menghentikan pertumpahan darah, balasan hukuman untuk mewujudkan pentingnya larangan, pemantangan minum khamar untuk melindungi akal, menjauhi pencnrian untuk menanamkan kesucian, berpantang zina untuk menjaga susila, berpantang homoseksual untuk meningkatkan keturunan, mengajukan kesaksian untuk melengkapi bukti tentang pendapat, menjauhi kebohongan untuk meningkatkan penghormatan kepada kebenaran, memelihara perdamaian untuk berlindung dari bahaya, imâmah untuk ketertiban masyarakat, dan ketaatan sebagai tanda honnat kepada imâmah.[57]
254. Amirul Mukminin as biasa berkata: Apabila Anda menghendaki seorang penindas mengambil sumpah, mintalah dia bersumpah bahwa (apabila ia berbohong, maka) ia berada di luar kekuasaan dan kekuatan Allah, karena apabila ia bersumpah palsu secara ini, maka ia akan segera dihukum, sedang apabila bersumpah demi Allah yang tak ada tuhan selain Dia, ia tak akan segera dihukum karena ia mengesakan Allah.[58]
255. Amirul Mukminin as berkata: Wahai putra Adam, jadilah wakil Anda sendiri dalam urusan harta Anda dan perbuatlah tentang hal itu apa yang ingin Anda lakukan dengan itu setelah matinya Anda.[59]
256. Amirul Mukminin as berkata: Kemarahan adalah sejenis kegilaan, karena korbannya menyesal sesudahnya. Apabila ia tidak menyesal, maka kegilaannya dikukuhkan.
257. Amirul Mukminin as berkata: Kesehatan badan datang dari ketiadaan iri hati.[60]
258. Amirul Mukminin as berkata (kepada Kumail ibn Ziyad an-Nakha'i): Wahai Kumail, arahkan rakyat Anda untuk keluar pada siang hari untuk mencapai perilaku mulia, dan pergi di malam hari untuk memenuhi kebutuhan orang-orang yang mungkin sedang tidur, karenasayabersumpah demi Dia Yang Pendengaran-Nya menjangkau seluruh suara bahwa apabila seseorang menyenangkan hati orang lain, maka Allah akan menciptakan suatu hal yang istimewa dari (perbuatan) menyenangkan itu sehingga bilamana suatu kesulitan menimpanya, maka (kebaikan) itu akan datang berlari seperti mengalimya air dan mengusir kesulitan seperti diusimya unta liar.
259. Amirul Mukminin as berkata: Bilamana Anda jatuh ke dalam kemiskinan, bemiagalah dengan Allah melalui sedekah.
260. Amirul Mukminin as berkata: Kesetiaan kepada para pengkhianat (ahlul ghadri) adalah kedurhakaan kepada Allah, sedang ketidaksetiaan kepada orang yang tidak beriman adalah kesetiaan kepada Allah.
261. Amirul Mukminin as berkata: Banyak orang yang dibawa secara berangsur-angsur kepada hukuman dengan perlakuan baik kepadanya; banyak orang yang tetap tertipu karena kejahatan-kejahatannya ditutupi; dan banyak orang yang berada dalam ilusi karena pembicaraan baik tentang dia; padahal tak ada cobaan Allah yang lebih besar daripada pemberian waktu (imla') kepadanya.
Sayid Radhi mengatakan: Ucapan ini telah muncul sebelumnya juga, tetapi di sini terdapat tambahan yang indah dan berguna.
Pada bagian ini kami telah memasukkan pilihan-pilihan dari ucapan Amirul Mukminin yang memerlukan keterangan 262/1. Suatu riwayat dari Amirul Mukminin as menyebutkan: Bilamana situasi akan seperti ini, maka pemimpin agama akan bangkit dan manusia akan berkumpul di sekelilingnya sebagai berkumpulnya penggalan-penggalan awan yang tak berair.
Sayid Radhi mengatakan: "Ya'sûb”? adalah pemimpin masyhur yang bertugas mengurusi urusan manusia, sedang "quza" berarti penggalan-penggalan awan yang tidak mengandung air."
263/2. Suatu riwayat dari Amirul Mukminin as mengatakan: la pembicara yang subur.[61]
Sayid Radhi mengatakan: "Syahsyah berarti seorang ahli dan bebas dalam berkata-kata, dan setiap orang yang bebas dalain berkata-kata atau berjalan disebut "Syahsyah". sedang makna lain kata itu berarti orang kikir atau lokek."
264/3. Suatu riwayat dari Amirul Mukminin as mengatakan: Pertengkaran menimbulkan kehancuran.
Sayid Radhi mengatakan: “Quhm” berarti keruntuhan, karena pertengkaran sering mendorong manusia kepada kehancuran dan kesedihan. Sama seperti bila dikatakan "Ouhmatul A'rab", yang berarti masa (kekeringan) bilamana ternak yang dimiliki orang Arab pedalaman merosot menjadi tulang-tulang, dan beginilah keadaan mereka tergiring. Argumen lain juga diajukan dalam hal ini, yakni situasi menggiring mereka ke daerah-daerah hijau. Dengan kata lain, kesulitan kehidupan di pedalaman mendorong mereka ke kota.
265/4. Suatu riwayat dari Amirul Mukminin as mengatakan: Bilamana anak gadis telah akil balik usia, maka hubungan pada sisi ayah lebih disukai.
Sayid Radhi mengatakan: Ketimbang “nashshal-higâq”, kombinasi “nashshal-haqâ'iq” juga telah diriwayatkan. "Nashsh" berarti ujung akhir sesuatu, atau batasnya yang terjsuh, seperti “an-nashshi fis-sair” berarti maksimum jauhnya seekor binatang hapat berjalan. Atau, kita katakan, misalnya, "Nashashtur-rajula 'anil-amrr”, bilamana Anda telah menanyai seseorang secara ekstrem untuk memaksanya mengatakan apa yang ada padanya., maka, "nashshul-hagâ'iq' berarti kebijaksanaan karena merupakan batas akhir masa kanak-kanak, bilamana seseorang melewati masa kanak-kanak dan memasuki kedewasaan; ini merupakan rujukan yang sangat fasih kepada pokok itu, dan sangat asing pula, Amirul Mukminin bermaksud mengatakan: Bilamana anak perempuan mencapai tahap ini, hubungan dengan pihak ayah lebih mengandung hak ketimbang ke pihak ibunya, asal saja mereka adalah mahramnya, seperti para saudara lelakinya dan pamannya dari pihak ayah, untuk mengurusi perkawinan mereka apabila mereka menghendakinya. "Al-Hiqâq” juga berarti pertengkaran antara si ibu dengan seorang kerabat si gadis dari pihak ayah. Pertengkaran ini ialah bahwa masing-masingnya mengatakan mempunyai hak atas si gadis. Itulah sebabnya dikatakan, "Hâgatuhu hiqâqan" selaras dengan "Jâdaltuhu jidâlan". Dikatakan bahwa "nashshul hiqâq" berarti mendapat pengertian, yakni kebijaksanaan, karena Amirul Mukminin merujuk tahap ketika hak-hak dan kewajiban telah dapat diterapkan. Orang yang meriwayatkan kata itu sebagai "haqâ'iq "bermaksud mengartikannya sebagai bentuk jamak dari "haqiqah "(hakikat).
Yang di atas itu adalah yang dinyatakan oleh Abu 'Ubaid al-Qasim ibn Salam (dalam Gharîb al-Hadits, III. h. 45&458); tetapi saya pikir maksud kata " nashshul-hiqâq' di sini adalah seorang gadis yang mencapai tahap usia kawin dan mengizinkannya melaksanakan hak-haknya atas dasar kias "bil-hiqâqi minal-ibili" (masa kedewasaan unta) di mana "hiqâq" adalah bentukjamak dari "hiqqah "atau "hiqq" yang berarti genapnya usia tiga tahun dan memasuki tahun keempat, ketika ia sudah dapat dikendalikan dan ditunggangi. "Haqâ'iq" pun adalah bentuk jamak dari "hiqqah". Jadi, kedua versi itu menuding kepada arti yang sama, yakni penafsiran lebih sesuai dengan cara orang Arab ketimbang yang telah disebutkan sebelumnya.
266/5. Sebuah hadis dari Amirul Mukminin as mengatakan: Iman menghasilkan "lumazhah" dalam hati. Ketika iman berkembang, "lumazhah" itu juga bertambah.
Sayid Radhi mengatakan: "Lumazhah" adalah suatu bintik berwarna putih atau sesuatu seperti itu. Atas dasar analogi itu apabila seekor kuda mempunyai suatu titik putih di bagian bibir bawahnya, maka ia disebut "Farasun almazh", yakni kuda yang berbintik putih.
267/6. Suatu riwayat dari Amirul Mukminin as mengatakan: Apabila seseorang mempunyai suatu "ad-dainuzh-zhanûn" (hutang yang meragukan), adalah kewajibannya untuk membayar zakat atasnya selama tahun-tahun yang lalu itu apabila ia melewatinya.
Sayid Radhi mengatakan: "Azh-Zhanûn adalah pinjaman yang tentang itu si pemberi pinjaman tidak mengetahui apakah ia akan mampu mendapatkan pembayarannya kembali dari si peminjam. la seperti orang yang terombang-ambing oleh harapan akan mendapatkan atau kehilangan. Ini cara pengungkapan yang paling fasih. Dengan demikian segala sesuatu yang tentang itu Anda tidak mengetahui di mana Anda berdiri, berada dalam zhanûn. Dalam garis yang sama penyair al-A'sya (Maimun ibn Qais al-Wa'ili) (m. 7 H./629 M.) mengatakan:
"Sumur azh-Zhanûn (sumur yang mungkin berair dan mungkin tidak) yang juga tidak mendapatkan hujan dari awan hujan, tak dapat dibandingkan dengan (sungai) Efrat yang gelombangnya bangkit meninggi yang menghanyutkan perahu maupun perenang yang tangkas."
Judd berarti sumur (di belantara), sedang zhanûn adalah sumur yang tak diketahui apakah berair atau tidak.
268/7. Suatu riwayat dari Amirul Mukminin as menyebutkan bahwa ia mengatur suatu pasukan untuk maju berjihad seraya berkata: I'dzibû (menjauhlah) dari wanita sejauh kemampuan Anda.
Sayid Radhi mengatakan: l'dzibû berarti apa yang "menjauhkan" pikiran dari wanita dan dari kelengketan pada mereka, dan jangan berhubungan dengan mereka: karena semua ini menghasilkan kelemahan dalam gairah, mempengaruhi keteguhan tekad, melemahkan diri terhadap musuh dan mencegah usaha keras dalam pertempuran. Apa yang menghalangi dari sesuatu disebut 'adzaba 'anhu, yakni dipalingkan darinya., maka, al-'âdzib dan al-'adzûb berarti yang melepaskan diri dari, makan dan minum.
269/8. Suatu riwayat dari Amirul Mukminin as mengatakan: Sebagai penembak berhasil (yâsir al-fâlij) yang mengharapkan keberhasilan pada tembakannya yang pertama.
Sayid Radhi mengatakan: "Al-yâsirûn” (jamak dari yâsir) berarti orang yang menembak dengan panah pada seekor unta yang telah disembelih, secara taruhan, sedang "al-fâlij” berarti yang berhasil atau berjaya. Misalnya dikatakan, "Falaja 'alaihim" atau "falajahum" (yakni ia beroleh kemenangan atas mereka atau mengalahkan mereka). Seorang penyair mengatakan sebagai seruan perang,
"Ketika kulihat orang berhasil beroleh kemenangan."
270/9. Suatu riwayat dari Amirul Mukminin (as) mengatakan: Ketika gawatnya pertempuran memanas menjadi sengit kami mencari perlindungan pada Nabi Allah SAWW, dan tak ada di antara kami yang lebih dekat kepada musuh selain Nabi.
Sayid Radhi mengatakan: Ini berarti bahwa bilamana ketakutan kepada musuh meningkat dan pertempuran menjadi sengit, kaum Muslim mulai berpikir bahwa karena Rasulullah sendiri telah melakukan peperangan itu, tentulah Allah akan memberikan kemenangan kepada beliau dan oleh karena itu mereka akan selamat dari segala bahaya karena keberadaan beliau.
Dan kata-kata "Idzâ ahmarral ba'su" (apabila krisis menjadi merah panas) merujuk parahnya keadaan itu. Untuk maksud itu beberapa ungkapan telah digunakan, dan yang tersebut di atas itu adalah yang terbaik darinya, karena Amirul Mukminin menyerupakan perang dengan api yang panas dan merah dalam tindakan maupun wama. Ini dikukuhkan oleh kata-kata Rasiilullah SAWW ketika pada Pertempuran Hunain beliau melihat kaum Hawazin bertempur, beliau mengatakan, "Sekarang wathîs sedang memanas", sedang wathîs adalah tempat menyalakan api. Dengan demikian Rasulullah SAWW menyerupakan sengitnya pertempuran oleh manusia dengan panas dan nyala api.
Bagian ini berakhir di situ (No.270/9)
271. Ketika berita tentang serangan orang-orang Mu'awiah atas Anbar sampai kepada Arnirul Mukminin as, ia sendiri keluar sambil berjalan hingga ke Nukhailah, di mana orang menemuinya seraya berkata, "Ya Amirul Mukminin, kami cukup untuk mereka." Lalu ia berkata: Anda tak mungkin cukup bagi saya terhadap diri Anda sendiri, maka bagaimana Anda akan cukup bagi saya terhadap orang lain? Di hadapan saya rakyat mengeluh tentang penindasan penguasa mereka, tetapi saya harus mengeluh tentang tindakan salah dari rakyat saya; seakan-akan saya dipimpin oleh mereka dan mereka adalah pemimpin, atau saya adalah rakyat dan mereka penguasa.
Periwayat itu mengatakan: Ketika Amirul Mukminin as mengucapkan ini dalam pembicaraan panjangnya yang telah kami masukkan dalam koleksi khotbah (No. 27), dua orang sahabatnya maju kepadanya dan salah seorang di antaranya berkata, "Saya tidak menguasai kecuali diri saya sendiri dan saudara saya (QS. 5:25)., maka perintahkanlah kami ke mana saja Anda mau, ya Arnirul Mnkminin, dan kami akan melaksanakannya." Atasnya Amirul Mukminin as berkata, "Bagaimana Anda dapat melaksanakan apa yang saya tujui?"
272. Amirul Mukminin as berkata: Dikatakan bahwa Harits ibn Hut datang kepada Amirul Mukminin as seraya berkata: "Apakah Anda mengira saya dapat membayangkan bahwa kaum Jamal berada dalam kebatilan?" Amirul Mukminin as berkata: "Wahai Harits, Anda telah melihat ke bawah diri Anda sendiri tetapi tidak ke atas Anda, dan karena itu Anda menjadi bingung. Sesungguhnya Anda tak mengenal kebenaran, maka bagaimana Anda akan mengetahui orang yang berada dalam kebenaran? Dan Anda tak mengenal kebatilan, maka bagaimana Anda akan mengetahui orang yang berada dalam kebatilan?" Lalu Harits berkata, "Dalam hal itu saya akan mengundurkan diri bersarna Sa'd ibn Malik dan 'Abdullah ibn 'Umar." Atasnya Amirul Mukminin as berkata: "Oh! Sa'd dan 'Abdullah ibn 'Umar tak berpihak pada kebenaran dan tidak pula meninggalkan kebatilan.[62]
273. Amirul Mukminin (as) berkata: Pemegang wewenang adalah seperti penunggang singa — ia diiri karena kedudukannya tetapi ia tahu benar akan posisinya.[63]
274. Amirul Mukminin (as) berkata: Berbuat baiklah kepada orang lain yang terlanda musibah supaya orang berbuat baik kepada kerabat Anda yang terlanda musibah.
275. Amirul Mukminin as berkata: Bilamana ucapan orang bijaksana tepat mengenai sasaran, hal itu merupakan obat; tetapi apabila salah, maka ia menjadi penyakit.[64]
276. Orang meminta kepada Amirul Mukminin as untuk mendefinisikan agama baginya., maka berkatalah Amirul Mukminin as: Datanglah kepada saya besok supaya saya mencerahkan Anda di hadapan orang banyak, sehingga apabila Anda lupa akan apa yang saya katakan, orang lain akan mengingatnya, karena ucapan adalah seperti buman yang menggelepar yang mungkin dapat ditangkap oleh seseorang tetapi tidak oleh orang lain.
Sayid Radhi mengatakan: Kami telah menyatakan pada bab sebelumnya apa jawaban Arnirul Mukminin as kepada orang ini, yakni ucapannya bahwa "Keimanan mempunyai empat aspek". (Hikmah No. 31)
277. Amirul Mukminin as berkata: Wahai putra Adam, jangan menimpakan kecemasan hari yang belum datang pada hari yang telah datang, karena apabila hari itu berada dalam masa hidup Anda, maka Allah pun akan memberikan rezekinya pula.
278. Amirul Mukminin as berkata: Cintailah sahabat Anda sampai ke suatu batas, karena mungkin ia akan berbalik menjadi musuh Anda di suatu hari. Dan bencilah musuh Anda hingga ke suatu batas karena mungkin kelak ia berbalik menjadi sahabat Anda.
279. Amirul Mukminin as berkata: Ada dua jenis pekerja di dunia ini. Yang satu bekerja untuk dunia mi dan pekerjaannya membuat dia tak peduli akan dunia yang akan datang. la takut akan kemiskman bagi orang-orang yang akan ditinggalkannya tetapi merasa dirinya aman tentang hal itu., maka ia menjalani hidupnya bagi kebaikan orang lain. Yang lainnya ialah orang yang bekerja di dunia ini untuk apa yang akan datang, dan ia menyimpan bagiannya dari dunia ini tanpa susah payah. Dengan demikian ia mendapatkan kedua manfaatnya sekaligus. Secara ini ia bermartabat di hadapan Allah. Apabila ia meminta sesuatu kepada Allah, maka la tidak akan menolaknya.
280. Diriwayatkan bahwa pada zaman (Khalifah) 'Umar ibn Khaththab, banyaknya perhiasan Ka'bah disebutkan kepadanya dan seseorang menyarankan: "Apabila dengan itu Anda mempersiapkan tentara Muslim, maka hal itu akan sangat menguntungkan; dan apa hubungan Ka'bah dengan perhiasan?" 'Umar berpikir untuk berbuat demikian, tetapi ia bertanya kepada Amirul Mukminin (as), dan Amirul Mukminin berkata:
"Ketika Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi SAWW, ada empat jenis harta. Pertama, harta para individu Muslim yang dibagi-bagikannya kepada ahli warisnya menurut bagian yang tertentu. Kedua, fai' yang ia bagi-bagikan kepada orang-orang yang dimaksudkan. Ketiga, khumus yang untuk itu Allah menetapkan cara menafkahkannya. Keempat, jumlah sedekah yang cara menafkahkannya juga ditetapkan Allah. Perhiasan Ka'bah telah ada di hari-hari itu, tetapi Allah membiarkannya sebagaimana adanya, tidak meninggalkannya dengan mengabaikannya dan tidak pula hal itu tidak diketahui-Nya. Karena itu hendaklah Anda biarkan itu di mana Allah dan Rasul-Nya telah menetapkannya." Atasnya 'Umar berkata, "Sekiranya Anda tidak di sini, maka kami sudah terhina." la pun meninggalkan perhiasan itu sebagaimana adanya.[65]
281. Diriwayatkan bahwa dua orang dibawa kepada Amirul Mukminin as. Mereka telah melakukan pencurian atas Baitul Mal. Yang seorang adalah budak yang telah dibeli dengan uang baitul mal dan yang lainnya telah dibeli oleh salah seorang rakyat. Amirul Mukminin as berkata:
Tentang yang seorang ini, yang milik umum, tak ada hukuman baginya karena itu berarti bahwa satu milik Allah telah mengambil milik Allah lain. Tentang yang satunya, ia harus dihukum. (Akibatnya, tangannya dipotong.)
282. Amirul Mukminin as berkata: Apabila langkah saya beroleh keteguhan dari tempat yang menggelincirkan ini, saya akan mengubah beberapa hal.[66]
283. Amirul Mukminin as berkata: Ketahuilah dengan sepenuh keyakinan bahwa Allah tidak menetapkan bagi seseorang rezeki yang lebih banyak dari yang telah ditentukan dalam Dzikril-Hakim, walaupun sarananya (untuk mencari rezeki) besar, hasratnya untuk itu kuat dan usahanya keras. Tidak pula kelemahan seseorang atau kemiskinan sarananya akan menghalangi jalan di antara apa yang telah ditentukan dalam Dzikril-Hakim dan dirinya. Orang yang menyadarinya dan bertindak berdasarkan hal itu adalah yang terbaik di antara mereka semua dalam segi kesenangan dan kemanfaatan. Sedang orang yang mengabaikannya dan meragukannya, melebihi semua orang dalam kerugiannya. Sangat sering orang yang diridai digiring perlahan-lahan kepada kehancuran melalui nikmat-nikmat itu. Dan sangat sering orang yang tertimpa kesusahan diperlakukan baik melalui penderitaannya. Oleh karena itu, wahai pendengar, tingkatkanlah rasa syukur Anda, kurangi ketergesaan Anda dan bertahanlah pada batas-batas rezeki Anda.
284. Amirul Mukminin as berkata: Jangan ubah pengetahuan Anda menjadi kejahilan, atau keyakinan Anda menjadi keraguan. Bilamana Anda memperoleh pengetahuan, bertindaklah menurutnya, dan bilamana Anda mendapatkan keyakinan, majulah terus (di atas basisnya).[67]
285. Amirul Mukminin as berkata: Keserakahan membawa seseorang ke tempat perairan, tetapi ia membawanya pulang tanpa membiarkannya minum. (Keserakahan) itu mengambil tanggung jawab tetapi tidak memenuhinya. Sering orang yang minum tersedak sebelum memuaskan hausnya. Makin besar nilai suatu hal yang dirindukan, makin besar kesedihan atas kehilangannya. Bagian yang telah ditakdirkan akan sampai kepada orang yang tidak mendekatinya (sekalipun).
33
Nahjul Balaghah
Sambungan Tentang Dakwah.... 286. Amirul Mukminin as berkata: Ya Allah, Tuhanku, aku memohon perlindungan-Mu dari ini: bahwa aku tampil sebagai baik di mata manusia sementara batinku jelek di hadapan-Mu, dan bahwa aku menjaga diriku (dari dosa) hanya untuk pamer di hadapan manusia padahal Engkau tahu segalanya tentang aku. Dengan demikian aku akan tampil di hadapan manusia dalam bentuk yang baik walaupun perbuatan burukku akan ditempatkan di hadapan-Mu. Ini akan berarti mencapai kedekatan kepada manusia tetapi kejauhan dari keridaan-Mu.
287. Amirul Mukrninin as berkata: Saya bersumpah demi Dia Yang melewatkan kanu melalui malarn gelap setelah hari cerah, bahwa yang begitu itu tidak terjadi.[68]
288. Amirul Mukminin as berkata: Sedikit amal yang dilanjutkan dengan teratur lebih bermanfaat daripada amal yang panjang yang dilakukan dengan rasa enggan.
289. Amirul Mukminin as berkata: Bilamana masalah sunah menghalangi jalan yang wajib, tinggalkanlah (sunah) itu.
290. Amirul Mukminin as berkata: Barangsiapa terus memperhatikan jarak perjalanan, maka ia selalu bersiap.
291. Amirul Mukminin as berkata: Penginderaan dengan mata bukanlah pengamatan yang sesungguhnya, karena mata sering mengicuh manusia; tetapi kearifan tidak mengicuh siapa pun yang dinasihatinya.
292. Amirul Mukminin as berkata: Di antara Anda dan khotbah ada tirai lupa.
293. Amirul Mukminin as berkata: Orang jahil di antara Anda sekalian mendapatkan terialu banyak, sedang orang yang terpelajar hanya ditangguhkan.
294. Amirul Mukminin as berkata: Pengetahuan mengusir dalih orang yang mengajukan dalih-dalih.
295. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang terburu oleh maut secara dini, memohon waktu, sedang orang yang kematiannya ditunda mengajukan dalih-dalih untuk menunda-nunda (beramal baik).
296. Amirul Mukminin as berkata: Untuk segala sesuatu yang atas-nya manusia berkata, "Alangkah bagusnya!" ada tersembunyi di dalamnya suatu keburukan di dunia ini.
297. Amirul Mukminin as ditanyai tentang takdir, lalu ia berkata: (Takdir) itu adalah suatu jalan gelap, janganlah melangkah di atasnya; itu samudra yang dalam, jangan menyelam ke dalamnya; dan itu adalah rahasia Allah, jangan merisaukan diri untuk mengetahuinya.
298. Amirul Mukminin as berkata: Bilamana Allah bemiat hendak menghina seseorang, la tidak memberinya pengetahuan.
299. Amirul Mukminin (as) berkata: Di waktu lalu saya mempunyai saudara seiman,[69] yang bermartabat dalam pandangan saya karena dunia rendah di matanya; kebutuhan perut tidak menguasainya; ia tidak merindukan apa yang tidak diperolehnya; apabila ia mendapatkan sesuatu, ia tidak meminta lebih; dalam kebanyakan waktunya ia diam; apabila ia bicara, ia mendiamkan pembicara lain, ia memuaskan dahaga orang yang bertanya; ia lemah lembut tetapi di saat bertempur ia seperti singa rimba atau ular lembah; ia tidak akan mengajukan argumen selain argumen yang menentukan.
la tidak mencerca siapa pun dalam hal yang dapat dimaafkan; ia tak akan berbicara tentang suatu kesusahan kecuali setelah hilangnya kesusahan itu; ia mengatakan apa yang dilakukannya, dan tidak mengatakan apa yang tidak dilakukannya; sekalipun ia dapat diatasi dalam berbicara, ia tak dapat diatasi dalam diamnya; ia lebih bergairah untuk berdiam diri daripada berbicara; apabila dua hal menghadapinya, ia akan melihat apa yang lebih akrab pada hawa nafsu hati lalu ia akan melawannya.
Sifat-sifat ini wajib ada pada Anda sekalian., maka Anda harus mendapatkannya dan berlomba-lomba di dalamnya. Sekalipun Anda tak dapat memperolehnya, hendaklah Anda tahu bahwa mendapatkan sebagian darinya lebih baik daripada tidak sama sekali.
300. Amirul Mukminin as berkata: Seandainya pun Allah tidak memperingatkan tentang hukuman atas orang-orang yang tak taat kepada-Nya, kewajiban untuk mensyukuri nikmat-Nya mengharuskan la tak boleh didurhakai.
301. Amirul Mukminin as berkata dalam menghibur Asy'ats tentang putranya: Wahai Asy'ats, apabila Anda bersedih karena putra Anda, tentulah itu akibat hubungan darah; tetapi apabila Anda bersabar, maka Allah memberikan imbalan atas setiap musibah. Wahai Asy'ats, sekalipun Anda bersabar, segala sesuatu akan bergerak lagi sebagaimana ditetapkan Allah, tetapi dalam hal ini Anda akan mendapatkan ganjaran; sedangkan apabila Anda kehilangan sabar, segalanya akan bergerak sebagaimana ditetapkan Allah, tetapi dalam hal ini Anda akan memikul beban (dosa). Wahai Asy'ats, putra Anda (ketika masih hidup) memberikan kebahagiaan kepada Anda walaupun ia mempakan ujian dan kesulitan, dan (ketika ia meninggal) ia membuat Anda sedih walaupun ia sebenamya merupakan sumber pahala dan rahmat bagi Anda.
302. Amirul Mukminin as berkata di, makam Rasulullah SAWW pada saat penguburan: Sesungguhnya kesabaran adalah baik kecuali mengenai Anda, meratap adalah buruk kecuali atas Anda, dan musibah tentang diri Anda adalah besar, sedang setiap musibah lainnya, sebelum atau sesudahnya, adalah kecil.
303. Amirul Mukminin as berkata: Jangan bercampur gaul dengan orang dungu karena ia akan menghiasi perbuatannya di hadapan Anda dan menghasratkan agar Anda pun menjadi seperti dia.[70]
304. Amiru! Mukminin as ditanyai tentang jarak antara timur dan barat, lalu ia berkata: Satu hari perjalanan matahari.
305. Amirul Mukminin as berkata: Sahabat Anda ada tiga dan musuh Anda ada tiga. Sahabat Anda adalah: sahabat Anda, sahabat dari sahabat Anda dan musuh dari musuh Anda. Dan musuh Anda adalah: musuh Anda, musuh sahabat Anda, dan sahabat musuh Anda.
306. Amirul Mukminin as melihat seorang lelaki sedang sibuk berusaha menentang musuhnya dengan apa yang merugikan dirinya sendiri pula, maka ia berkata: Anda seperti orang yang menembuskan sebuah lembing melalui dirinya sendiri untuk membunuh orang yang duduk di belakangnya.
307. Amirul Mukminin as berkata: Berapa banyak obyek pelajaran tetapi betapa sedikit yang mengambil pelajaran.[71]
308. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang melampaui batas dalam pertengkaran adalah orang berdosa, tetapi apabila tidak bertengkar, ia akan tertindas; dan sukar bagi orang yang suka bertengkar untuk bertakwa kepada Allah.
309. Amirul Mukminin as berkata: Saya tidak cemas akan suatu kesalahan yang sesudah itu saya beroleh waktu untuk salat dua rakaat dan memohon keselamatan dari Allah.
310. Amirul Mukminin as ditanyai bagaimana Allah akan melakukan hisab pada semua orang padahal jumlah mereka amat besar. la menjawab: "Sebagaimana la memberikan kepada mereka rezeki walaupun jumlah mereka besar." Kemudian dikatakan kepadanya, "Bagaimana la akan melakukan hisab mereka tanpa mereka melihat-Nya?" la menjawab: "Sebagaimana la memberikan rezeki kepada mereka walaupun mereka tidak melihat-Nya."
311. Amirul Mukminin as berkata: Utusan Anda adalah penafsir pikiran Anda, sedang surat Anda lebih fasih dari bicaranya (utusan Anda).
312. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang tertimpa kesulitan tidak lebih membutuhkan doa daripada orang yang diluputkan dari kesulitan tetapi tidak kebal darinya.
313. Amirul Mukminin as berkata: Manusia adalah anak dunia dan orang tak dapat disalahkan karena mencintai ibunya.
314. Amirul Mukminin as berkata: Orang miskin adalah rasul Allah. Barangsiapa menolaknya berarti ia menolak Allah dan barangsiapa memberi kepadanya, maka berarti ia memberi kepada Allah.
315. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang menghormati dirinya sendiri tak akan melakukan penzinaan.
316. Amirul Mukminin as berkata: Keterbatasan hidup yang pasd cukuplah untuk selalu berjaga-jaga.[72]
317. Amirul Mukminin as berkata: Orang mungkin dapat tidur pada saat kematian putranya, tetapi tidak pada saat kehilangan hartanya.
Sayid Radhi mengatakan: Itu berarti bahwa seorang lelaki bersabar atas kematian anaknya tetapi tidak ketika kehilangan hartanya.
318. Amirul Mukminin (as) berkata: Kasih sayang antara para ayah menciptakan hubungan antara anak-anak. Kekerabatan lebih memerlukan kasih sayang ketimbang kasih sayang memerlukan kekerabatan.
319. Amirul Mukminin as berkata: Takutlah akan gagasan-gagasan orang mukmin, karena Allah Yang Mahatinggi telah menaruh kebenaran pada lidah mereka.
320. Amirul Mukminin as berkata: Keimanan seseorang tak dapat dipandang benar kecuali apabila keyakinannya atas apa yang ada pada Allah lebih kokoh daripada keyakinannya atas apa yang ada padanya sendiri.
321. Ketika Amirul Mukminin as datang ke Bashrah, ia mengutus Anas ibn Malik kepada Thalhah dan Zubair untuk mengingatkan mereka apa yang telah didengarnya sendiri dari Nabi SAWW mengenai mereka berdua, tetapi ia mengelak untuk melakukannya; dan ketika ia kembali kepada Amirul Mukminin as ia mengatakan bahwa ia lupa akan pokok itu. Atasnya Amirul Mukminin as berkata: Apabila Anda berkata dusta, semoga Allah menimpakan kepada Anda belang putih yang bahkan tak tertutup oleh serban.
Sayid Radhi mengatakan: Belang putih berarti leucoderma. Setelah beberapa waktu, penyakit ini menimpa wajah Anas sedemikian rupa sehingga ia selalu bercadar.·
322. Amirul Mukminin as berkata: Kadang-kadang hati bergerak ke depan dan kadang-kadang bergerak ke belakang. Bilamana hati bergerak ke depan, usahakan dia melaksanakan yang sunah (pula); tetapi, bila ia bergerak ke belakang, tahanlah dia terbatas pada yang wajib saja.
323. Amirul Mukminin as berkata: Al-Qur'an mengandung berita-berita tentang masa lalu, meramalkan tentang yang akan datang, dan perintah-perintah untuk saat sekarang.
324. Amirul Mukminin as berkata: Lemparkanlah batu sebagai balasan ke mana asal batu itu datang kepada Anda, karena keburukan hanya dapat dibalas dengan keburukan.
325. Amirul Mukminin as berkata kepada sekretarisnya 'Ubaidullah ibn Rafi': Masukkan serpih katun di dalam tempat tinta, peliharalah ujung mata pena Anda supaya tetap panjang, tinggalkan ruang di antara barisan, dan tutuplah surat, karena hal itu baik bagi keindahan penulisan.
326. Amirul Mukminin as berkata: Saya adalah Ya'sub (pemimpin) kaum mukmin, sedang harta adalah pemimpin orang jahat.
Sayid Radhi mengatakan: Ini berarti bahwa kaum mukmin mengikuti saya sementara orang jahat mengikuti kekayaan, sebagaimana lebah mengikuti ya'sûb yang adalah pemimpin mereka.?
327. Beberapa orang Yahudi berkata kepada Amirul Mukminin as, "Anda belum mengubur Nabi Anda ketika Anda mengadakan perselisihan tentang dia." Amirul Mukminin menjawab: Kami tidak berselisih tentang beliau, tetapi kami berselisih sesudah beliau (yakni tentang penerusnya); sedangkan Anda, belum kering kaki Anda setelah keluar dari sungai (Nil) ketika Anda mulai meminta kepada nabi Anda Musa, "Hai Musa, buatkanlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala)."[73] (QS. 7:138)
328. Amirul Mukminin as ditanyai, dengan apa ia mengalahkan lawan-lawannya. la menjawab: Bilamana saya menghadapi seseorang, ia membantu saya terhadap dirinya sendiri.
Sayid Radhi mengatakan bahwa Amirul Mukminin (as) memaksudkan pukulan ketakutan di hati orang terhadap dirinya sendiri.?
329. Amirul Mukminin as berkata kepada putranya Muhammad ibn Hanafiah: Putraku, saya khawatir kalau-kalau kemelaratan menimpa Anda. Karena itu, maka Anda harus memohon perlindungan Allah darinya; karena kemelaratan adalah kekurangan dalam keimanan agama, kebingungan pikiran dan menjurus kepada kebencian orang.
330. Amirul Mukminin as menjawab seseorang yang menanyaikan suatu hal yang sulit: Bertanyalah kepada saya untuk pengertian, tetapi jangan menanyai saya untuk menjadi bingung; karena orang jahil yang berusaha untuk belajar adalah seperti orang terpelajar, tetapi orang terpelajar yang berusaha untuk menciptakan kebingungan adalah seperti orang jahil.
331. 'Abdullah ibn 'Abbas menasihati Amirul Mukminin as terhadap pandangan-pandangannya, maka ia berkata: Anda hanya perlu menasihati saya, dan kemudian saya harus melihat (apa yang akan dilakukan); dan apabila saya berbuat bertentangan dengan nasihat Anda, maka Anda harus mengikuti saya.[74]
332. Ketika Amirul Mukminin as kembali ke Kufah dari Shiffin, ia melewati kediaman orang Syibam dan mendengar kaum wanita menangisi orang-orangnya yang gugur di Shiffin. Pada saat itu seorang Syibam, Harb ibn Syurahbil, yang merupakan salah seorang terkemuka dari kaum itu, datang kepadanya. Amirul Mukminin (as) bertanya kepadanya, "Apakah para wanita Anda memegang kendali atas Anda mengenai ratapan yang saya dengar? Apakah Anda tidak menahan mereka dari menangis itu?" Harb mulai berjalan bersamanya sementara Amirul Mukminin as berada di atas punggung kuda., maka Amirul Mukminin as berkata kepadanya: "Kembalilah, karena berjalannya lelaki seperti Anda dengan orang seperti saya adalah kejahatan bagi si penguasa dan kehinaan bagi si mukmin."
333. Amirul Mukminin as melewati mayat-mayat orang Khariji pada Hari Pertempuran Nahrawan seraya berkata: "Celaka bagi Anda; Anda telah dirugikan oleh orang yang menipu Anda." la ditanyai, "Siapa yang menipu mereka?" dan ia menjawab, "Iblis, si penipu, dan ruh batin yang mengantarkan orang kepada kejahatan, menipu mereka melalui hawa nafsu, memudahkan mereka untuk memasuki dosa, menjanjikan kemenangan bagi mereka, dan akhimya melemparkan mereka ke dalam neraka."
334. Amirul Mukminin as berkata: Berhati-hatilah melanggar Allah dalam kesendirian, karena Saksinya adalah juga Hakim.
335. Ketika berita tentang pembunuhan Muhammad ibn Abu Bakar[75] sampai kepada Amirul Mukminin as, ia berkata: Kesedihan kami atasnya adalah sebesar kegembiraan mereka (musuh) atasnya, kecuali bahwa mereka telah kehilangan musuh sedang kita kehilangan sahabat.
336. Amirul Mukminin as berkata: Usia yang sejauh itu Tuhan menerima dalih dari seorang manusia adalah enam puluh tahun.
337. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang dosanya mengalahkan bukanlah pemenang, dan orang yang mendapat kemenangan dengan kejahatan adalah (sesungguhnya) orang yang kalah.
338. Amirul Mukminin as berkata: Allah telah menentukan rezeki orang miskin dalam kekayaan orang kaya. Akibatnya, bilamana seorang miskin tetap lapar adalah itu karena beberapa orang kaya telah menolak (bagiannya). Allah akan menanyainya tentang hal itu.
339. Amirul Mukminin as berkata: Tidak perlunya mengajukan alasan lebih baik daripada mengajukan alasan yang sesungguhnya.[76]
340. Amirul Mukminin as berkata: Hak Allah yang paling kecil atas Anda ialah bahwa Anda tidak menggunakan nikmat-Nya untuk berbuat dosa kepada-Nya.[77]
341. Amirul Mukminin as berkata: Bilamana orang cacat jasmani tak dapat sepenuhnya melaksanakan amal ketaatan kepada Allah, adalah itu suatu kesempatan yang baik yang diberikan Allah bagi akal untuk melakukan amal itu.
342. Amirul Mukminin as berkata: Penguasa adalah pengawas Allah di bumi.
343. Amirul Mukminin as berkata dalam menggambarkan seorang mukmin: Seorang mukmin berwajah ceria, hati yang sedih, dada yang sangat lebar (penuh kedermawanan), dan hati yang paling rendah. la membenci kedudukan tinggi, tidak naenyukai kemasyhuran. Kesedihannya panjang, keberaniannya menjangkau jauh, diamnya banyak, dan waktunya diisi. la merasa syukur, kesabaran tertanam dalam pikirannya, kikir dalam meminta-minta (kepada orang lain), berwajah cerah dan bertemperamen lembut. la lebih kuat dari batu, tetapi lebih merendah dari budak.
344. Amirul Mukminin as berkata: Apabila seseorang kebetulan melihat akhir hayat dan nasibnya yang terakhir, ia akan membenci hawa nafsu dan tipuannya.
345. Amirul Mukminin as berkata: Ada dua pemilik saham dalam kekayaan setiap orang—ahli warisnya dan malapetaka.
346. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang didekati dengan permohonan adalah orang merdeka sampai ia berjanji.
347. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang berdoa tetapi tidak berusaha adalah seperti orang yang menembakkan panah tanpa tali busur.
348. Amirul Mukminin as berkata: Pengetahuan ada dua macam— yang diserap dan yang hanya didengar. Pengetahuan yang didengar tidak akan bermanfaat kecuali setelah diserap.
349. Amirul Mukminin as berkata: Tepatnya keputusan berjalan bersama kekuasaan. la muncul dengan kemunculan yang satunya dan lenyap bila yang satunya lenyap.[78]
350. Amirul Mukminin as berkata: Indahnya kemiskinan ialah kesucian, dan indahnya kekayaan ialah rasa syukur.
351. Amirul Mukminin as berkata: Hari keadilan akan lebih keras pada si penindas daripada hari penindasan bagi si tertindas.
352. Amirul Mukminin as berkata: Kekayaan yang terbesar ialah tidak menaruh mata pada kepunyaan orang lain.
353. Amirul Mukminin as berkata: Ucapan terpelihara dan perbuatan akan diuji. "Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya." (QS. 73:38) Orang akan dikurangi (mengenai tubuh) dan dicampuri (sehubungan dengan akal pikiran) kecuali orang-orang yang dilindungi Allah. Penanya di antara mereka bertujuan untuk membingungkan, dan penjawab menciptakan kesulitan. Orang yang mempunyai pandangan terbaik di antara mereka mungkin akan terseleweng dari pemikiran sehatnya oleh kesenangan atau ketidaksenangan, dan mungkin kerlingan sekilas dapat mempengaruhi orang yang bahkan mempunyai kebijaksanaan terbaik di antara mereka, atau satu ucapan mungkin mengubahnya.
354. Amirul Mukminin as berkata: Wahai jamaah, takutlah kepada Allah, karena banyak orang yang mendambakan apa yang tidak diperolehnya, banyak pembangun rumah yang tidak tinggal di dalamnya, dan banyak pengumpul apa yang harus ditinggalkannya. Mungkin ia telah mengumpulkannya dengan jalan salah atau dengan menolak hak (orang). la mendapatkannya secara tak halal dan harus memikul beban dosa karenanya. Sebagai akibatnya, ia kembali (dari dunia ini) dengan beban itu dan datang ke hadapan Allah dengan sedih dan pilu. "Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata." (QS. 22:11)
355. Amirul Mukminin as berkata: Tiadanya jalan memasuki dosa adalah juga sejenis kesucian.
356. Amirul Mukminin as berkata: Martabat wajah Anda utuh tetapi meminta-minta meleburkannya; oleh karena itu, lihatlah dengan hati-hati di hadapan siapa Anda meleburkannya.
357. Amirul Mukminin as berkata: Memuji melebihi yang sebenarnya adalah menjilat; memuji secara kurang adalah karena ketidakmampuan berbicara atau karena iri hati.
358. Amirul Mukminin as berkata: Dosa yang paling parah adalah yang dianggap ringan oleh pelakunya.[79]
359. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang melihat kekurangan-kekurangannya sendiri akan menjauh dari melihat kekurangan orang lain. Orang yang merasa bahagia dengan rezeki yang diberikan Allah kepadanya, tidak akan bersusah hati atas apa yang tidak diperolehnya. Orang yang menghunus pedang pendurhakaan akan terbunuh olehnya. Orang yang berjuang tanpa sarana, akan musnah. Orang yang memasuki gelombang beigejolak, akan tenggelam. Orang yang mengunjungi tempat-tempat maksiat, akan disalahkan.
Orang yang berbicara lebih banyak, membuat kekeliman lebih banyak. Orang yang berbuat lebih banyak kesalahan menjadi tak bermalu. Orang yang tak bermalu menjadi kurang takut kepada Allah. Orang yang kurang takut kepada Allah, hatinya mati. Orang yang hatinya mati akan memasuki neraka. Orang yang mengamati kekurangan orang lain dan mencelanya lalu menerimanya bagi dirinya sendiri adalah yang sesungguhnya tolol. Kepuasan adalah modal yang tidak berkurang. Orang yang banyak mengingat kematian, puas dengan nikmat kecil dunia ini. Orang yang mengetahui bahwa kata-katanya adalah juga bagian dari tindakannya, berbicara lebih sedikit kecuali di mana ia mempunyai suatu tujuan.
360. Amirul Mukminin as berkata: Penindas (orang lalim) di kalangan manusia mempunyai tiga tanda: ia menindas atasannya dengan mendurhakainya, dan (menindas) bawahannya dengan menekankan wewenangnya, dan ia mendukung penindas lainnya.
361. Amirul Mukminin as berkata: Pada ujung kesulitan datang kebebasan; dan pada mengetatnya rantai cobaan, datang kemudahan.
362. Amirul Mukminin as berkata kepada salah seorang sahabatnya: Jangan persembahkan terbanyak dari kegiatan Anda kepada istri dan anak-anak Anda. Karena, apabila istri dan anak-anak Anda itu pencinta Allah, maka la tidak akan meninggalkan mereka tak terurus, dan apabila mereka itu musuh Allah, maka mengapa Anda harus mencemaskan dan menyibukkan diri mengurusi musuh Allah.
363. Amirul Mukminin as berkata: Cacat yang paling buruk ialah memandang cacat (pada orang lain), padahal cacat itu ada pada diri Anda.[80]
364. Seseorang mengucapkan selamat kepada seorang lain di kehadiran Amirul Mukminin as atas kelahiran seorang putra dengan mengatakan, "Selamat mendapatkan penunggang kuda." Lalu Amirul Mukminin as berkata: Jangan berkata begitu. Katakanlah, "Anda berkesempatan bersyukur kepada Allah Yang Maha Pemberi, dan berbahagialah dengan apa yang telah diberikan kepada Anda. Semoga ia mencapai usia sepenuhnya dan Anda ikut mendapatkan kebajikannya."
365. Salah seorang pejabat Amirul Mukminin as membangun sebuah rumah mewah, yang tentang itu Amirul Mukminin as berkata: Ini mata uang perak yang menonjolkan wajahnya. Pastilah mmah ini berbicara tentang kekayaan Anda.
366. Dikatakan kepada Amirul Mukminin as, "Apabila seseorang ditinggalkan dalam rumahnya dan pintunya tertutup, dari mana rezekinya akan sampai kepadanya?" la menjawab: Dari jalan mana saja kematiannya akan mencapainya.[81]
367. Ketika menyatakan belasungkawa di kalangan orang yang kematian, Amirul Mukminin as berkata: Hal ini tidak dimulai dari Anda dan tidak pula berakhir dengan Anda. Sahabat Anda ini sedang dalam perjalanan, dan karena itu lebih baik anggaplah ia masih dalam perjalanan. la akan bergabung dengan Anda atau Anda akan bergabung dengan dia.
368. Amirul Mukminin (as) berkata: Wahai manusia, biarlah Allah melihat takwa Anda di saat bahagia sebagaimana Anda takut di saat kesusahan. Sesungguhnya orang yang diberi kelapangan (hidup) dan tidak menganggapnya sebagai sarana pendekatan periahan-lahan ke arah cobaan, memandang dirinya aman terhadap apa yang harus ditakuti; sementara orang yang tertimpa kesempitan tetapi tidak memandangnya sebagai ujian, kehilangan ganjaran yang dihasratkan.
369. Amirul Mukminin as berkata: Wahai para hamba hawa nafsu, pangkaslah dia karena orang yang bersandar kepada dunia ini tidak mendapatkan apa-apa darinya kecuali pedihnya kesukaran. Wahai manusia, pikullah sendiri pendidikan diri Anda dan berpalinglah dari dikte kecenderungan alami Anda.
370. Amirul Mukminin as berkata; Janganlah menganggap ungkapan yang diucapkan seseorang sebagai buruk apabila Anda dapat menemukan kemungkinannya mengandung suatu kebaikan.
371. Amirul Mukminin as berkata: Apabila Anda memerlukan Allah Ysang Mahasuci, maka mulailah dengan memohon salawat Allah atas Nabi-Nya kemudian mintalah keperluan Anda, karena Allah terlalu pemurah untuk menerima salah satu dari dua permohonan yang diajukan kepada-Nya dan menolak yang lainnya.
372. Amirul Mukminin (as) berkata: Orang yang cemburu akan kehormatannya hendaklah menjauhi pertengkaran.
373. Amirul Mukminin as berkata: Bergegas sebelum waktu yang tepat atau menunda setelah kesempatan yang tepat, kedua-duanya tolol.
374. Amirul Mukminin as berkata: Jangan bertanya tentang hal-hal yang tak akan terjadi karena cukup banyak yang perlu Anda cemaskan.
375. Amirul Mukminin as berkata: Pikiran adalah cermin yang jemih, dan mengambil pelajaran (dari keadaan sekitar) memberikan peringatan dan nasihat. Cukuplah untuk memperbaiki diri Anda bila Anda mengelakkan apa yang Anda anggap buruk pada orang lain.
376. Amirul Mukminin as berkata: Ilmu berhubungan dengan amal. Oleh karena itu, maka orang yang berilmu harus beramal, karena pengetahuan memanggil amal; jika ada jawaban alangkah baiknya, apabila tidak, maka ilmu itu berpisah dari dia.
377. Amirul Mukminin as berkata: Wahai manusia, kekayaan dunia ini adalah seperti rumput yang membawa wabah; karena itu, menghindarlah dari lahan penggembalaan ini. Meninggalkannya lebih baik daripada tinggal dengan damai di dalamnya, dan bagiannya yang cukup untuk rezeki lebih membawa kebahagiaan daripada kekayaannya. Kesengsaraan telah ditetapkan bagi mereka yang kaya di sini, sedang kesenangan telah ditentukan bagi orang-orang yang menjauh darinya. Apabila seseorang tertarik oleh gemerlapnya, ia membutakan kedua matanya, dan apabila seseorang beroleh kegairahan kepadanya, maka ia memenuhi hatinya dengan kesedihan yang tems berubah-ubah di bagian hitam hatinya, suatu kesedihan mencemaskannya dan yang lain memberikan kepedihan kepadanya. Ini berlangsung terus sampai cekikan kematian berhasil mengejamya. la dilemparkan kepada keterbukaan sementara kedua kuil (perbendaharaan) hatinya diputuskan hubungannya. Mudah bagi Allah untuk mematikannya dan (mudah) bagi kawan-kawannya untuk memasukkannya ke dalam kubur.
Orang mukmin melihat dunia dengan mata yang mengambil pelajaran dan mengambil darinya cukup, makanan untuk keperluan yang paling sedikit. la mendengar di dalamnya dengan telinga kebencian dan permusuhan. Apabila dikatakan (tentang seseorang) bahwa ia telah menjadi kaya, dikatakan pula bahwa ia telah jatuh miskin; dan apabila kesenangan ditinggalkan pada kehidupan seseorang, kematian dirasakan atas kematiannya. Inilah keadaannya, walaupun belum tiba harinya berpatah hati.
378. Amirul Mukminin as berkata: Sesungguhnya Allah telah meletakkan ganjaran atas ketaatan kepada-Nya dan hukuman atas dosa terhadap-Nya, untuk menyelamatkan manusia dari hukuman-Nya dan menggiring mereka ke surga.
379. Amirul Mukminin as berkata: Suatu saat akan datang ketika tak ada yang tertinggal dari Al-Qur'an kecuali tulisannya, dan tak ada (yang tertinggal) dari Islam selain namanya. Masjid di hari-hari itu akan sibuk dengan urusan pembangunan tetapi sepi dari bimbingan. Orang yang tinggal di dalamnya dan mereka yang mengunjunginya adalah yang terbumk di muka bumi. Dari mereka kejahatan akan muncul dan kepada mereka semua kebatilan akan berpaling. Apabila seseorang memisahkan diri darinya, mereka akan melemparkannya kembali ke situ; dan apabila seseorang melangkah mundur darinya, mereka akan mendorongnya kepadanya. Allah Mahasuci bersabda (dalam sebuah Hadits Qudsi), "Aku bersumpah demi Diri-Ku sendiri bahwa Aku akan mengirimkan kepada mereka suatu cobaan (fitnah) di mana orang yang sabar (halim) akan kebingungan," dan la akan berbuat demikian. Kami memohon keampunan Allah dari terantuk karena lalai.
380. Diriwayatkan bahwa jarang Amirul Mukminin as naik ke mimbar tanpa mengucapkan yang berikut ini sebelum berkhotbah: Wahai manusia, bertakwalah kepada Allah, karena manusia tidak diciptakan sia-sia sehmgga boleh menyia-nyiakan dirinya; tidak pula ia dibiarkan tanpa diurusi sehingga ia boleh berbuat sia-sia. Dunia yang nampak indah baginya ini tidak mungkin merupakan pengganti dunia akhirat yang nampak buruk di matanya, tidak pula orang yang sia-sia akan berhasil di dunia akhirat walaupun sedikit.
381. Amirul Mukminin as berkata: Tak ada keistimewaan yang lebih tinggi dari Islam, tak ada kemuliaan yang lebih mulia daripada takwa kepada Allah, tak ada tempat perlindungan yang lebih baik daripada menahan diri, tak ada perantara yang lebih efektif dari taubat, tak ada perbendaharaan yang lebih berharga daripada kepuasan, dan tak ada kekayaan yang lebih besar sebagai penghindar kemiskinan daripada merasa puas dengan sekadar rezeki. Orang yang membataskan diri pada apa yang sekadar cukup untuk hidup mencapai kesenangan dan mempersiapkan tempat kediaman dalam kelapangan. Hasrat hawa nafsu adalah kunci kepada kesedihan dan pembawa kesusahan. Keserakahan, kesia-siaan dan dengki adalah perangsang untuk jatuh ke dalam dosa, dan kejahatan adalah kum-pulan semua kebiasaan buruk.
382. Amirul Mukminin as berkata kepada Jabir ibn 'Abdullah al-Anshari: Wahai Jabir, orang utama dalam agama dan dunia ada empat orang: ulama (orang berilmu) yang bertindak berdasarkan ilmunya, orang bodoh yang tak merasa malu untuk belajar, dermawan yang tidak kikir bagi dirinya sendiri, dan orang miskin yang tidak menjual kehidupannya yang akan datang dengan keuntungan duniawinya. Akibataya, bilamana si ulama menyia-nyiakan pengetahuannya, orang bodoh akan merasa malu belajar; dan bilamana si dermawan kikir terhadap dirinya sendiri, maka orang miskin akan menjual dirinya dengan keuntungan duniawi.
Wahai Jabir, apabila nikmat Allah melimpah pada seseorang, maka keperluan manusia kepadanya juga melimpah. Oleh karena itu, barangsiapa yang memenuhi semua kewajibannya kepada Allah dalam hal ini, maka la akan memelihara (nikmat Allah) itu secara berkelanjutan dan langgeng, sedang orang yang tidak memenuhi kewajiban-kewajiban itu akan menyebabkan harta itu membusuk dan binasa.
383. Ibn Jarir Thabari, dalam buku sejarahnya (Tarikh, II, h. 1086) dan Ibn Atsir (Tarikh, IV, h. 478) meriwayatkan dari 'Abdur-Rahman ibn Abi Laila, faqih, yang adalah salah satu dari orang yang telah bangkit dengan ('Abdur-Rahman) Ibn Asy'ats untuk berperang melawan Hajjaj, bahwa ia (Ibn Laila) sedang menyuruh manusia untuk berjihad dengan mengingatkan mereka bahwa pada saat pertempuran dengan orang Suriah ia mendengar Amirul Mukminin as berkata: Wahai kaum mukmin, barangsiapa melihat perbuatan melampaui batas sedang dilakukan dan orang sedang dipanggil kepada kejahatan, lalu ia mencelanya dengan hatinya, ia selamat dan bebas dari tanggung jawab untuk itu, dan barangsiapa mencelanya dengan lidah akan diganjari dan berada dalam kedudukan yang lebih tinggi daripada yang (hanya) mencelanya dalam hati; tetapi barangsiapa yang mencelanya dengan pedangnya agar kalimat Allah tetap tinggi dan kata-kata penentangnya tetap rendah, ia beroleh pegangan pada jalan petunjuk dan berdiri pada jalan yang benar, sedang hatinya dismari dengan keyakinan.
384. Suatu ucapan lain dengan nada yang sama berbunyi sebagai berikut: Di antara mereka (Ummat Islam) ada yang menegah kemungkaran dengan tangan, lidah dan hati. Orang ini telah menggunakan dengan sempurna kebiasaan bajik itu. Kemudian ada orang yang mencegah kemungkaran dengan lidahnya dan hatinya tetapi tidak dengan tangan. Orang ini hanya menggunakan dua kebiasaan bajik tetapi tidak menggunakan yang satu. Ada yang ketiga yang mencegah kemungkaran dengan hati tetapi tidak dengan lidah dan tangan. Ini orang yang tidak mempunyai kedua kualitas yang lebih baik dari yang tiga dan hanya memegang yang satu. Kemudian ada pula orang yang tidak menegah kemungkaran dengan lidah, hati ataupun tangan. la hanyalah orang mati di kalangan orang hidup. Semua amal kebajikan, termasuk perang atas nama Allah, dibandingkan dengan anjuran berbuat baik dan mencegah kemungkaran, hanyalah seperti meludah di laut dalam. Anjuran kepada yang baik dan mencegah yang mungkar tidak membawa kematian menjadi lebih dekat dan tidak pula mengurangi rezeki. Dan yang lebih baik dari semua ialah mengucapkan ungkapan yang benar di hadapan penguasa yang lalim.
385. Diriwayatkan bahwa Abu Juhaifah mengatakan bahwa ia mendengar Amirul Mukminin as berkata: Jihad pertama dengan apa Anda akan digagahi ialah perjuangan dengan tangan, kemudian dengan lidah Anda, dan kemudian dengan hati Anda. Akibatnya, orang yang tidak mengakui kebajikan dengan hatinya atau yang tidak mencegah kemungkaran akan dijungkir-balikkan. Jadi, bagian atasnya akan dijungkirkan ke bawah dan bagian bawahnya akan diputar ke atas.
386. Amirul Mukminin as berkata: Sesungguhnya kebenaran itu berat dan sehat, sedang kebatilan itu ringan dan menular.
387. Amirul Mukminin as berkata: Jangan merasa aman dari hukuman Allah sekalipun orang terbaik di seluruh umat, karena Allah Yang Mahatinggi berkata, "Tiada yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi." (QS. 7:99). Dan lagi, janganlah berputus asa, bahkan bagi manusia terburuk dari umat, karena Allah berfirman, "Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir." (QS. 12:87)
388. Amirul Mukminin as berkata: Kekikiran mengandung segala macam keburukan lainnya, dan ia adalah kendali yang dengan itu manusia dapat dijuruskan ke setiap macam keburukan.
389. Amirul Mukminin as berkata: Ada dua jenis rezeki: rezeki yang Anda cari dan rezeki yang mencari Anda; apabila Anda tak mencapainya, ia akan datang kepada Anda. Karena itu janganlah Anda palingkan kecemasan Anda sehari ke dalam kecemasan Anda setahun. Apa saja yang Anda dapat setiap hari akan cukup bagi Anda untuk hari itu. Apabila Anda hidup sepanjang tahun sekalipun, Allah Yang Mahatinggi akan memberikan kepada Anda setiap hari berikut apa yang telah ditentukannya sebagai bagian Anda. Apabila Anda tidak akan hidup setahun, mengapa, maka Anda mencemaskan apa yang bukan untuk Anda? Tak ada pencari yang akan mencapai rezeki Anda sebelum Anda, dan tak seorang pun mengalahkan Anda dalam urusan rezeki. Begitu pula, apa yang telah ditentukan sebagai bagian Anda tak akan tertunda bagi Anda.
Sayid Radhi mengatakan: Ucapan ini telah muncul di suatu tempat lain dalam pasal ini, tetapi di sini lebih jelas dan rinci. Inilah sebabnya, maka kami mengulanginya sesuai dengan prinsip yang diletakkan pada pengantar buku ini.
390. Amirul Mukminin as berkata: Banyak orang menghadapi suatu hari yang sesudah itu ia tidak mendapatkan hari lain, dan banyak orang berada dalam kedudukan yang patut diiri di bagian malam yang lebih dini, tetapi ditangisi oleh wanita-wanita yang meratap di bagian malam yang lebih kemudian.
391. Amirul Mukminin as berkata: Kata-kata berada dalam kendali Anda sebelum Anda mengucapkannya. Tetapi setelah Anda mengucapkannya, maka Anda berada di bawah kendalinya. Karena itu jagalah lidah Anda seperti Anda menjaga emas dan perak Anda, karena sering suatu ucapan merenggut nikmat dan mengundang hukuman.
392. Amirul Mukminin as berkata: Jangan katakan apa yang tidak Anda ketahui; malah, jangan katakan semua yang Anda ketahui, karena Allah telah meletakkan beberapa kewajiban bagi semua anggota badan Anda yang dengan itu la akan mengajukan hujah melawan Anda di Hari Pengadilan.
393. Amirul Mukminin as berkata: Takutlah jangan sampai Allah melihat Anda sementara Anda berbuat dosa kepada-Nya, atau tidak melihat Anda menaati-Nya bilamana telah waktunya untuk menaati-Nya dan sebagai hasilnya Anda menjadi orang yang merugi. Karena itu, bilamana Anda kuat, jadilah kuat dalam menaati Allah, dan bilamana Anda lemah jadilah lemah dalam berbuat dosa kepada-Nya.
394. Amirul Mukminin (as) berkata: Bersandar pada dunia ini padahal Anda telah melihat apa yang ada padanya, adalah tolol; dan tertinggal dalam perbuatan baik bilamana Anda yakin akan ganjaran baik atasnya, jelaslah merupakan kerugian; sedang mempercayai seseorang sebelum mengujinya adalah kelemahan.
395. Amirul Mukminin as berkata: (Bukti dari) kerendahan dunia ini di hadapan Allah ialah bahwa hanya di sini la tidak ditaati, dan nikmat-nikmat-Nya tak tercapai kecuali dengan meninggalkannya.
396. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang mencari sesuatu, akan mendapatkannya; paling tidak sebagian darinya.
397. Amirul Mukminin (as) berkata: Kebaikan bukanlah kebaikan bila setelah itu ada neraka; dan kesulitan bukanlah kesulitan bila sesudah itu ada surga. Setiap kebahagiaan selain surga adalah kecil dan setiap bencana selain neraka adalah kesenangan.
398. Amirul Mukminin (as) berkata: Hati-hatilah, kemiskinan adalah bencana, tetapi lebih buruk dari kemiskinan adalah sakitnya badan, sementara lebih buruk dari sakitnya badan adalah penyakit hati. Hati-hatilah, kelimpahan harta adalah suatu nikmat, tetapi yang lebih baik dari kelimpahan harta adalah kelimpahan kesehatan badan, sedang yang lebih baik lagi dari kesehatan badan ialah kesucian hati.
399. Amirul Mukminin as berkata: Barangsiapa yang tindakannya tertahan di belakang, silsilahnya tak dapat menempatkannya di depan. Dalam versi lain dikatakan: Barangsiapa tidak mendapatkan prestasi pribadinya, ia tak dapat diuntungkan oleh prestasi nenek moyangnya.
400. Amirul Mukminin as berkata: Waktunya orang mukmin mempunyai tiga kurun: waktu ketika ia dalam komunikasi dengan Allah, waktu ketika ia berusaha untuk rezekinya, dan waktu ketika ia menikmati apa yang halal dan menyenangkan. Tak pantas bagi seorang bijaksana untuk menjauh (dari rumahnya) kecuali karena tiga urusan, yakni untuk tujuan beroleh pendapatan, atau pergi untuk sesuatu demi kehidupan di akhirat, atau untuk menikmati apa yang tak dilarang.
401. Amirul Mukminin as berkata: Berpantanglah dari dunia sehingga Allah menunjukkan kepada Anda kejahatannya yang sesungguhnya, dan janganlah lalai karena (dalam keadaan bagaimanapun) Anda tak akan dilalaikan.
402. Amirul Mukminin as berkata: Bicaralah supaya Anda dikenal, karena orang tersembunyi di bawah lidahnya.
403. Amirul Mukminin (as) berkata: Ambillah kenikmatan dunia yang datang kepada Anda, dan menjauhlah dari yang menjauh dari Anda. Apabila Anda tak dapat berlaku demikian, berlaku sederhanalah dalam pencarian Anda.
404. Amirul Mukminin as berkata: Banyak ungkapan yang lebih efektif dari serangan.
405. Amirul Mukminin as berkata: Setiap hal yang kecil yang memuaskan adalah cukup.
406. Amirul Mukminin as berkata: Biarlah mati, asal jangan hina. Biarlah kecil asal tidak melalui orang lain. Orang yang tidak mendapatkan sementara duduk, tidak pula akan mendapatkan dengan berdiri. Dunia mempunyai dua hari, satu bagi Anda dan satu terhadap Anda. Bilamana hari itu untuk Anda, janganlah merasa bangga, tetapi bilamana ia terhadap Anda, bersabarlah atasnya.
407. Amirul Mukminin as berkata: Bau yang terbaik adalah kesturi; bobotnya ringan sedang baunya penuh harum.
408. Amirul Mukminin as berkata: Janganlah bersombong, lepaskan tipu-diri, dan ingatlah akan kuburan Anda.
409. Amirul Mukminin as berkata: Anak mempunyai hak atas ayahnya sedang si ayah pun mempunyai hak atas si anak. Hak ayah atas si anak ialah bahwa si anak harus menaati si ayah dalam segala hal kecuali dalam berbuat dosa kepada Allah Yang Mahasuci, sedang hak si anak atas si ayah adalah bahwa ia harus memberikan kepadanya nama yang bagus, memberikan kepadanya pendidikan yang baik, dan mengajarinya Al-Qur'an.
410. Amirul Mukminin as berkata: Pengaruh buruk penglihatan adalah hak, kepesonaan adalah hak, sihir adalah hak, dan mengambil pertanda baik adalah haK; dan penyeoaran suatu penyakit adalah hak, sedang mengambil pertanda buruk[82] tidak hak, dan penyebaran penyakit dari yang satu kepada yang lainnya adalah tidak hak. Bau memberikan kesenangan, madu memberikan kesenangan, dan melihat yang hijau-hijau memberikan kesenangan.
411. Amirul Mukminin as berkata: Kedekatan dengan manusia dalam akhlak mereka menimbulkan keamanan dari kejahatan mereka.
412. Seseorang mengucapkan suatu ungkapan di atas kedudukannya, lalu Amirul Mukminin as berkata kepadanya: Anda telah mulai terbang segera setelah tumbuh bulu dan mulai mengomel sebelum mencapai usia remaja (saqb).
Sayid Radhi mengatakan: Di sini syakir berarti bulu-bulu yang pertama tumbuh pada burung sebelum cukup kuat untuk terbang. Dan saqb berarti unta muda yang tidak menggerutu kecuali apabila ia menjadi besar.
413. Amirul Mukminin as berkata: Barangsiapa menghasratkan pertentangan, tak akan mendapatkan sarana keberhasilan.
414. Ketika ditanyai arti "La haula wa la quwwata illa billah" (tiada daya dan tiada kekuatan kecuali pada Allah), Amirul Mukminin as berkata: Kita sama sekali bukan majikan bersama dengan Allah atas apa pun, dan kita bukanlah majikan selain yang dijadikan-Nya kita majikannya., maka ketika la menjadikan kita majikan atas sesuatu yang tentang itu la adalah Majikan Yang Tertinggi ketimbang kita, la juga menetapkan beberapa kewajiban kepada kita; dan bilamana la mengambilnya, maka la akan mengambil kewajiban-kewajiban itu juga.[83]
415. Amirul Mukminin as mendengar 'Ammar ibn Yasir bercakap-cakap dengan Mughirah ibn Syu'bah, lalu ia berkata: Biarkanlah dia, wahai 'Ammar, karena ia telah memasuki agama hanya sejauh mendapatkan keuntungan dari dunia, dan ia dengan sengaja melibatkan diri dalam keraguan agar dapat mengambilnya sebagai penutup kekurangannya.
416. Amirul Mukminin as berkata: Adalah baik bagi orang kaya untuk menunjukkan kerendahan di hadapan orang miskin demi mendapatkan ganjaran dari Allah, tetapi lebih baik dari itu ialah kebanggaan orang miskin terhadap orang kaya berupa keyakinan kepada Allah.
417. Amirul Mukminin as berkata: Allah tidak memberikan kebijaksanaan kepada seseorang melainkan pada suatu hari la akan menyelamatkannya dari keruntuhan dengan pertolongan (kebijaksanaan) itu.
418. Amirul Mukminin as berkata: Barangsiapa bertabrak dengan kebenaran, akan terpukul jatuh olehnya.
419. Amirul Mukminin as berkata: Hati adalah kitabnya mata.
420. Amirul Mukminin as berkata: Takut kepada Allah adalah tabiat utama watak manusia.
421. Amirul Mukminin as berkata: Jangan Anda cobakan ketajaman lidah Anda terhadap Dia yang memberikan kepada Anda kemampuan berbicara, janganlah pula (anda coba) kefasihan bicara Anda terhadap Dia yang menempatkan Anda di jalan yang benar.
422. Amirul Mukminin (as) berkata: Cukuplah bagi disiplin Anda sendiri bila Anda berpantang dari apa yang tidak Anda sukai pada orang lain.
423. Amirul Mukminin as berkata: Orang harus sabar sebagai orang merdeka, atau diam sebagai orang bodoh.
Pada suatu riwayat lain diriwayatkan bahwa Amirul Mukminin as berkata kepada Asy'ats ibn Qais berupa belasungkawa: "Bersabarlah sebagai orang besar atau Anda akan lupa sebagai hewan."
424. Amirul Mukminin as berkata tentang dunia: la menipu, ia merugikan dan ia melintas lewat. Allah tidak menyukainya sebagai ganjaran bagi para pencinta-Nya, dan tidak pula sebagai hukuman bagi musuh-musuh-Nya. Sesungguhnya manusia dunia ini adalah seperti para penumpang yang segera setelah mereka turun pengemudi berteriak kepada mereka lalu mereka mereka berbaris pergi.
425. Amirul Mukminin as berkata kepada putranya Hasan as: Jangan tinggalkan apa pun dari dunia ini, karena Anda akan meninggalkannya untuk dua jenis orang: orang yang menggunakannya untuk menaati Allah dan karenanya ia akan mendapatkan kebaikan melalui apa yang buruk bagi Anda, atau orang yang akan menggunakannya untuk melanggar perintah Allah dan karenanya ia mendapatkan keburukan dengan apa yang Anda kumpulkan untuk dia, dan dengan demikian Anda menolong dia dalam dosanya; dan tiada dari keduanya yang patut Anda pilih atas diri Anda sendiri.
Sayid Radhi berkata: Ucapan ini juga diriwayatkan dalam suatu versi lain, yakni,
"Apa saja dari dunia ini yang sekarang ada pada Anda ada bersama orang-orang lain sebelum Anda, dan akan beralih ke beberapa orang lain sesudah Anda. Jadi, Anda sedang mengumpulkan apa-apa untuk salah satu dari dua jenis manusia: orang yang menggunakan apa yang Anda kumpulkan dalam ketaatan kepada Allah dan untuk mendapatkan kebajikan dengan apa yang buruk bagi Anda, atau orang yang menggunakannya dalam melanggar perintah Allah dan karenanya Anda akan mendapatkan kejahatan atas apa yang Anda kumpulkan. Dan tak satu dari kedua (hal) ini yang akan lebih patut Anda sukai ketimbang diri Anda sendiri, atau yang untuknya Anda patut membebani diri Anda . Oleh karena itu, maka harapkanlah rahmat Allah bagi yang telah meninggal dan rezeki llahi bagi dia yang masih hidup.
426. Seseorang mengucapkan, "Astaghfirullah" (saya memohon ampunan kepada Allah), lalu Amirul Mukminin as berkata: "Ibu Anda boleh menangisi Anda; Anda tak tahu apa arti astaghfirullah. Astaghfirullah dimaksudkan bagi orang-orang yang berkedudukan tinggi. Kata itu berdiri di atas enam topangan. Yang pertama ialah bertaubat atas yang lalu-lalu; yang kedua, bertekad sungguh-sungguh untuk tidak kembali kepadanya; yang ketiga ialah memenuhi hak-hak manusia supaya Anda menemui Allah dengan bersih tanpa ada sesuafu untuk dipertanggungjawabkan; yang keempat memenuhi setiap kewajiban yang Anda abaikan (di waktu lalu) sehingga sekarang Anda boleh berlaku adil atasnya; yang kelima mengenai daging yang tumbuh sebagai hasil rezeki yang haram agar Anda dapat meleburkannya dengan kesedihan (karena bertaubat) sampai kulit menyentuh tulang, dan tumbuh daging baru di antara (kulit dan tulang) itu; dan yang keenam ialah membuat tubnh merasakan keperihannya ketaatan sebagaimana (dahulunya) Anda membuatnya merasakan manisnya pelanggaran. Pada keadaan semacam itu Anda boleh mengatakan, "Astaghfirullah".
427. Amirul Mukminin as berkata: Kearifan adalah (ibarat) keluarga.
428. Arnirul Mukminin as berkata: Betapa sengsaranya anak Adam; ajalnya tersembunyi, sakitnya tersimpan, perbuatannya terpelihara, sengatan nyamuk menyakitinya, tercekik menyebabkan kematiannya, dan keringat memberikan kepadanya bau busuk.
429. Diriwayatkan bahwa Amirul Mukminin as sedang duduk-duduk dengan para sahabatnya ketika seorang wanita cantik lewat dan mereka mulai melihat kepadanya. Atasnya Amirul Mukminin as berkata: "Mata para lelaki ini serakah, dan lirikan ini adalah penyebab mereka menjadi rakus. Bilamana seseorang di antara Anda melihat seorang wanita yang menarik hatinya, hendaklah ia menemui istrinya, karena setiap wanita adalah wanita."
Lalu salah seorang Khariji berkata, "Semoga Allah membunuh si kafir ini. Betapa logisnya dia!" Orang-orang lalu melompat ke arah Khariji untuk membunuhnya, tetapi Amirul Mukminin (as) berkata: "Tunggu sebentar. Haruslah penghinaan untuk penghinaan, atau maaf dari si terlanggar."
430. Amirul Mukminin as berkata: Cukuplah apabila kebijaksanaan Anda membedakan untuk Anda jalan-jalan sesat dari jalan-jalan petunjuk.
431. Amirul Mukminin as berkata: Berbuat baiklah dan janganlah memandang suatu bagian darinya kecil, karena kecilnya itu besar dan sedikitnya banyak. Tak seorang pun di antara Anda boleh mengatakan bahwa "orang lain lebih patut dari saya dalam berbuat baik"; bilamana demikian, demi Allah, maka hal itu akan benar-benar menjadi begitu. Ada manusia yang (berbuat) baik dan (ada yang berbuat) jahat. Bilamana Anda meninggalkan salah satu dari keduanya orang-orang lain akan melakukannya.
432. Amirul Mukminin as berkata: Barangsiapa membenahi sisi batinnya, Allah membenahi sisi lahimya. Barangsiapa berbuat amal bagi agamanya, Allah melaksanakan perbuatannya di dunia ini. Barangsiapa yang urusan antara dia dan Allah baik, Allah membuat urusan antara dia dan orang lain menjadi baik.
433. Amirul Mukminin as berkata: Sabar (hilm) adalah tirai untuk menutupi, dan akal adalah pedang yang tajam. Karena itu simpanlah kelemahan dalam perilaku Anda dengan kesabaran Anda, dan bunuhlah hawa nafsu Anda dengan akal Anda.
434. Amirul Mukminin (as) berkata: Ada beberapa orang yang Allah khususkan dengan nikmat untuk kemanfaatan manusia; oleh karena itu la menyerahkannya di tangan mereka sepanjang mereka memberikannya kepada orang lain; tetapi bilamana mereka tak mau memberikannnya kepada orang lain, la mengambilnya dari mereka dan mengirimkannya kepada orang lain.
435. Amirul Mukminin as berkata: Tak pantas seorang lelaki mengandalkan dua hal: kesehatan dan harta; karena banyak orang yang Anda lihat sehat tetapi segera jatuh sakit, dan banyak orang yang kaya yang menjadi miskin.
436. Amirul Mukminin as berkata: Barangsiapa mengeluhkan kebutuhannya kepada seorang mukmin, adalah seperti ia telah mengeluh kepada Allah; tetapi barangsiapa mengeluhkannya kepada orang kafir seakan-akan ia mengeluhkan Allah.
437. Amirul Mukminin as berkata pada suatu hari 'ld (Hari Raya): Ini hari raya bagi orang yang puasanya diterima Allah dan yang atas salatnya Allah berterima kasih; dan (sesungguhnya) setiap hari di mana tak dilakukan dosa terhadap Allah adalah 'Id.[84]
438. Amirul Mukminin as berkata: Pada Hari Pengadilan, penyesalan yang terbesar akan dirasakan oleh orang yang mendapatkan kekayaan melalui cara-cara dosa, tetapi diwarisi oleh orang yang membelanjakannya dalam menaati Allah Yang Mahasuci dan diganjari surga karenanya, sementara orang pertama itu masuk neraka karenanya.
439. Amirul Mukminin as berkata: Yang terburuk dalam tawar-menawar dan yang paling tak berhasil dalam perjuangan ialah orang yang berusaha keras mencari kekayaan tetapi nasib tidak menolongnya dalam tujuannya, dan sebagai akibatnya ia meninggalkan dunia ini dalam keadaan sedih sementara di akhirat pun ia akan menghadapi akibat-akibat buruknya.[85]
440. Amirul Mukminin as berkata: Rezeki ada dua macam: yang mencari dan yang dicari. Karena itu, maka orang yang sangat menghasratkan dunia ini, maut mengikutinya sampai ia memalingkannya keluar darinya; tetapi orang yang menghasratkan akhirat, kelapangan dunia sendiri mencarinya, dan ia menerima rezeki darinya.
441. Amirul Mukminin as berkata: Para pencinta Allah adalah orang-orang yang melihat sisi batin dari dunia, sedang orang lain melihat sisi lahirnya; mereka menyibukkan diri dengan manfaatnya yang lebih jauh sementara orang lain naenyibukkan diri dalam manfaat yang segera. Mereka membunuh hal-hal yang mereka takuti akan membunuh mereka, dan mereka tinggalkan di dunia ini apa yang mereka pandang akan meninggalkan mereka. Mereka menganggap penumpukan harta oleh orang lain sebagai hal kecil dan menganggapnya sebagai merugi. Mereka adalah musuh hal-hal yang dicintai orang lain, sementara mereka mencintai hal-hal yang dibenci orang lain. Melalui mereka Al-Qur'an dipelajari, dan mereka diberi pengetahuan melalui Al-Qur'an. Bagi mereka Al-Qur'an adalah langgeng sementara mereka bersiteguh pada Al-Qur'an. Mereka tidak melihat suatu obyek harapan lebih dari yang mereka harap dan tak ada obyek ketakutan di atas apa yang mereka takuti.
442. Amirul Mukminin as berkata: Ingatlah bahwa kesenangan akan berlalu sedang akibatnya akan tinggal.
443. Amirul Mukminin (as) berkata: Ujilah seseorang, maka Anda akan membencinya.
Sayid Radhi berkata: Sebagian orang mengatakan bahwa ucapan ini berasal dari Nabi SAWW, tetapi yang menguatkan bahwa itu ucapan Amirul Mukminin as ialah pernyataan yang diriwayatkan oleh Tsa'lab dari Ibn 'Arabi yakni bahwa Khalifah al-Ma'mun berkata: Apabila 'Ali tidak mengatakan ukhbur taqlihi" (Ujilah sesorang, maka Anda akan membencinya), maka saya akan sudah mengatakan, “aqlihi takhbur” (Bencilah dia untuk mengujinya).
444. Amirul Mukminin (as) berkata: Tidaklah Allah akan membiarkan pintu syukur terbuka bagi seseorang dan menutup pintu kelimpahan atasnya, atau membuka pintu doa bagi seseorang dan menutup pintu penerimaan atasnya, atau membuka pintu taubat bagi seseorang dan menutup pintu keampunan baginya.
445. Amirul Mukminin as berkata: Orang yang paling pantas untuk kedudukan mulia ialah orang yang menurun dari orang-orang mulia.
446. Amirul Mukminin as ditanyai mana yang lebih baik dari kedua hal ini: keadilan atau kedermawanan. Amirul Mukminin as menjawab: Keadilan menempatkan hal-hal pada tempatnya, sementara kedermawanan mengambilnya keluar dari arah-arahnya; keadilan adalah pengurus umum sedang kedermawanan adalah manfaat khusus., maka keadilan lebih utama dari antara keduanya.
447. Amirul Mukminin as berkata: Manusia adalah musuh dari apa yang tidak diketahuinya.
44B. Amirul Mukminin as berkata: Keseluruhan zuhud terbatas di antara ungkapan Al-Qur'an. Allah Yang Mahasuci berfirman, "Supaya kamu jangan berduka-cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu." (QS. 57:23) Barangsiapa tidak bersedih atas apa yang tak diperolehnya dan tidak bergembira ria atas apa yang datang kepadanya, mendapatkan zuhud dari kedua sisinya.
449. Amirul Mukminin as berkata: Betapa ddur mematahkan keputusan-keputusan hari itu!
450. Amirul Mukminin as berkata: Pemenntahan adalah lahan ujian bagi manusia.
451. Amirul Mukminin as berkata: Tak ada kota yang mempunyai hak lebih besar pada Anda ketimbang yang lainnya. Kota yang terbaik bagi Anda ialah kota yang melahirkan Anda.
452. Ketika kematian al-Asytar (ra) sampai kepada Amirul Mukminin as, ia berkata: Malik, bukan main Malik itu! Demi Allah, sekiranya ia gunung, ia gunung yang besar, dan apabila ia batu, ia batu yang keras; tak ada penunggang kuda yang dapat mencapainya dan tak ada burung dapat terbang di atasnya.
Sayid Radhi berkata: "Find" berarti gunung yang sepi (menjulang tinggi).
453. Amirul Mukminin as berkata: Sedikityang langgeng lebih baik daripada banyak yang membawa kesedihan.
454. Amirul Mukminin as berkata: Apabila seseorang mempunyai sifat terbuka, tunggu dan lihatlah sifat-sifatnya yang lain.[86]
455. Amirul Mukminin as berkata kepada Ghalib ibn Sha'sha'ah, ayah (penyair besar) Farazdaq dalam suatu percakapan di antara keduanya: "Bagaimana tentang jumlah untamu yang banyak?" Orang itu menjawab. "Mereka telah tersapu habis (dalam melaksanakan) kewajiban, ya Amirul Mukminin as." Atasnya Amirul Mukminin as berkata: "Itu cara yang paling terpuji (untuk memhabiskannya).
456. Amirul Mukminin as berkata: Barangsiapa berdagang tanpa mengetahui peraturan hukum agama, maka ia akan terlibat dalam riba.
457. Amirul Mukminin as berkata: Barangsiapa memandang kesedihan kecil sebagai besar, maka Allah melibatkannya dalam kesedihan besar.
458. Annirul Mukminin as berkata: Barangsiapa hanya melihat pendapatnya sendiri, hawa nafsunya nampak enteng baginya.
459. Amirul Mukminin as berkata: Bilamana seseorang memotong sebuah lelucon, maka ia berpisah sedikit dari akalnya.
460. Amirul Mukminin as berkata: Berpalingnya Anda dari orang yang cenderung kepada Anda adalah suatu kerugian atas bagian dari keuntungan Anda, sementara kecenderungan Anda kepada orang yang berpaling dari Anda adalah penghinaan atas diri Anda sendiri.
461. Amirul Mukminin as berkata: Kekayaan dan kemiskinan akan ada setelah menghadap kepada Allah.
462. Amirul Mukminin as berkata: Zubair tetap seorang lelaki dari rumah kami sebelum anak celakanya 'Abdullah muncul.[87]
463. Amirul Mukminin as berkata: Apa urusan manusia dengan kesombongan. Asalnya adalah mani dan akhimya adalah bangkai, yang tak dapat memberi, makan dirinya sendiri dan tidak dapat menjauhi maut.[88]
464. Amirul Mukminin as ditanyai tentang penyair terbesar, lalu ia berkata: Dua kelompok dari mereka tidak berjalan pada garis yang sama sehingga tidak diketahui tingginya keagungan mereka; tetapi bila hal itu harus dilakukan, maka ia adalah "Malik al-adh-Dhilil" ("Raja yang sesat").
Menurut Sayid Radhi, yang dimaksud Amirul Mukminin as ialah Imri'il-Qais.?
465. Amirul Mukminin as berkata: Tak adakah orang merdeka yang dapat meninggalkan suapan (dunia) yang (sudah) terkunyah ini kepada orang yang menyukainya? Sesungguhnya satu-satunya harga bagi Anda sendiri ialah surga., maka janganlah menjual diri Anda kecuali dengan surga.
466. Amirul Mukminin as berkata: Dua orang rakus tak pernah kenyang, pencari ilmu dan pencari dunia.
467. Amirul Mukminin as berkata: Iman berarti bahwa Anda lebih menyukai kebenaran (sekalipun) bilamana hal itu mengganggu Anda, ketimbang kebatilan walaupun menguntungkan Anda; bahwa kata-kata Anda tak lebih dari tindakan Anda dan bahwa Anda takut kepada Allah bilamana berbicara tentang orang lain.
468. Amirul Mukminin as berkata: Miqdar (nasib) mengatasi taqdir sampai usaha pun menimbulkan keruntuhan.
Sayid Radhi berkata: Sesuatu yang semakna dengan ini telah muncul sebelumnya namun dalam kata-kata yang berbeda.
469. Amirul Mukminin as berkata: Kesabaran dan ketabahan adalah kembaran dan merupakan hasil keberanian tinggi.
470. Amirul Mukminin as berkata: Menggunjing adalah alat orang yang lemah.
471. Amirul Mukminin as berkata: Banyak orang terjerumus ke dalam kejahatan karena dipuji-puji.
472. Amirul Mukminin (as) berkata: Dunia ini diciptakan untuk selain dari (dunia) itu sendiri dan tidak diciptaklan untuk dirinya sendiri.
473. Amirul Mukminin as berkata: Bani Umayyah mempunyai masa tertentu (mirwad) di mana mereka mempunyai jalannya. Tetapi ketika perselisihan akan timbul di kalangan mereka, maka apabila rubah saja pun menyerang mereka, maka mereha (rubah) akan mengalahkannya.
Sayid Radhi berkata: "Di sini "Mirwad" adalah bentuk objek dari "irwad", dan berarti memberi waktu, menunggu. Ini merupakan ungkapan yang fasih luar biasa dan menakjubkan. Seakan-akan Amirul Mukminin as telah rnenyerupakan masa Bani Umayyah pada area terbatas yang dimaksudkan untuk pelatihan kuda lomba di mana mereka sedang ber-lari ke ujungnya, sehingga bilamana mereka sampai ke titik ujung, maka organisasinya akan hancur."?
474. Amirul Mukminin as berkata memuji dalam kenangan kepada para Anshar: Demi Allah, mereka mengasuh Islam dengan tangan-tangan dermawan dan lidah fasih mereka seperti mengasuh anak sapi berusia setahun.
475. Amirul Mukminin (as) berkata: Mata adalah tali pengikat dari belakang.
Sayid Radhi berkata:Ini metafora yang menakjubkan; seakan-akan Amirul Mukminin as menyerupakan bagian belakang tubuh dengan kantong dan menyerupakan mata dengan tali pengikat. Bilamana tali pengikat itu dilonggarkan, maka kantong itu tak dapat menahan apa-apa. Menurut pandangan yang terkenal dan masyhur, itu adalah ucapan Nabi SAWW. Al-Mubarrad menyebutkannya dalam bukunya Muqtadzab pada Bab "Kata-kata dengan Huruf Tunggal". Kami pun telah membahas metafora ini dalam buku kami berjudul Majâzât al-Atsar an-Nabawiyyah.
476. Amirul Mukminin as berkata dalam salah satu ucapannya sendiri: Seorang penguasa datang pada kedudukan di atas mereka. la tetap adil dan membuat mereka menjadi adil sampai agama menjadi kokoh.
477. Amirul Mukminin as berkata: Suatu masa yang dahsyat akan menimpa manusia di mana orang kaya menahan miliknya dengan giginya (karena kekikiran) padahal mereka tidak disuruh berbuat demikian. Allah yang Mahasuci berfirman, "Dan janganlah kamu melupakan keutamaan di antara kamu." (QS. 2:238) Pada masa itu orang jahat akan naik sementara orang bajik akan tetap rendah, dan pembelian akan dilakukan dari orang-orang tak berdaya walaupun Rasulullah SAWW telah melarang mem-beli dari orang tak berdaya.[89]
478. Amirul Mukminin as berkata: Dua jenis manusia yang terjerumus ke dalam keruntuhan tentang saya adalah: pencinta yang berlebih-lebihan dan yang menyalahkan secara palsu.
Sayid Radhi berkata:Ini segaris dengan ucapan Amirul Mukminin as yang lain: "Dua jenis manusia akan mengalami kehancuran tentang saya: pencinta yang berlebih-lebihan dan pendengki."?
479. Ketika Amirul Mukminin as ditanyai tentang Tauhid (Keesaan Allah) dan Keadilan, ia menjawab: Keesaan berarti bahwa Anda tidak menjadikan-Nya subyek keterbatasan khayalan Anda, dan keadilan berarti bahwa Anda tidak meletakkan suatu kesalahan kepada-Nya.[90]
480. Amirul Mukminin as berkata: Tak baik berdiam diri dalam kebijaksanaan, sama sebagaimana tidak baik berbicara dalam kejahilan.
481. Amirul Mukminin as berkata dalam doanya memohon hujan: Semoga Allah menurunkan hujan kepada kami melalui awan yang tunduk, bukan melalui awan yang membangkang.
Sayid Radhi mengatakan: Ini ungkapan kefasihan yang menakjubkan, karena Amirul Mukminin as telah menyerupakan awan yang disertai guntur, petir, angin dan kilat dengan unta galak yang melemparkan pelana dan menjatuhkan penunggang, dan menyerupakan awan yang bebas dari hal-hal yang dahsyat ini dengan unta jinak yarrg mudah diperahi susunya dan taat ditunggangi.
482. Dikatakan kepada Amirul Mukminin (as): "Kami menghasratkan Anda mengubah rambut Anda yang beruban, ya Amirul Mukminin." Lalu ia berkata: Mewamai adalah menghias, sementara kami sedang dalam keadaan bersedih.
Sayid Radhi berkata: Amirul Mukminin (as) merujuk wafatnya Nabi.
483. Amirul Mukminin as berkata: Pejuang di jalan Allah yang syahid tidak akan mendapat ganjaran yang lebih besar daripada orang yang tetap suci ('afif) walaupun dalam kesusahan. Seorang suci mungkin menjadi salah seorang malaikat.
484. Amirul Mukminin as berkata: Kepuasan adalah kekayaan yang tak pernah habis.
Sayid Radhi berkata: Sebagian orang telah meriwayatkan bahwa ucapan ini berasal dari Nabi SAWW.
485. Ketika Amirul Mukminin as menempatkan Ziyad ibn Abih menggantikan 'Abdullah ibn 'Abbas sebagai Gubernur Fars (di Persia) dan pengurusan pajaknya, ia berbicara panjang dengannya di mana ia melarangnya untuk memajukan (waktu) pemungutan pajak. Di dalamnya ia berkata: Bertindaklah atas dasar keadilan dan jauhilah kekerasan dan penganiayaan, karena kekerasan menjuruskan mereka meninggalkan tempat tinggalnya sedang penganiayaan mendorong mereka mengangkat senjata.
486. Amirul Mukminin (as) berkata: Dosa yang terburuk ialah dosa yang dipandang enteng oleh pelakunya.
487. Amirul Mukminin as berkata: Allah tidak mewajibkan orang bodoh belajar sebelum la mewajibkan orang terpelajar mengajar.
488. Amirul Mukminin as berkata: Kawan yang terburuk ialah yang kepadanya formalitas harus dilakukan.[91]
Sayid Radhi mengatakan: Ini disebabkan karena formalitas tak terpisahkan dari kesukaran dan ini suatu keburukan yang disebabkan oleh kawan yang harus diperlakukan dengan formalitas. Akibatnya, ialah yang terburuk dari semua sahabat.
489. Amirul Mukminin as berkata: Apabila seorang mukmin membuat saudaranya marah, itu berarti bahwa ia meninggalkannya.
Sayid Radhi berkata:Dikatakakan bahwa hasyamahu atau ahsyamahu berarti "ia memberangkannya". Menurut pendapat lain, artinya "ia menghinakannya". Sedangkan ihtasyamahu berarti "ia mencari hal-hal ini untuk dia", dan itu sangat boleh jadi menyebabkan dia berpisah.