• Mulai
  • Sebelumnya
  • 17 /
  • Selanjutnya
  • Selesai
  •  
  • Pengunjung: 22316 / Download: 700
Ukuran Ukuran Ukuran
Kisah-kisah Teladan dari Para Imam Maksum As

Kisah-kisah Teladan dari Para Imam Maksum As

pengarang:
Indonesia
Kisah-kisah Teladan dari Para Imam Maksum As Kisah-kisah Teladan dari Para Imam Maksum As




Di alihbahasakan dari Bahasa Inggris:

Lessons from Inffalibels As

Ma'sumah Jaffer

Terbitan: Ansyariyan Publications, Qum

Penerjemah: A. Kamil

Penyunting: Abu Ali Akbar

Diterbitkan oleh: Era of Appearance Foundation

Kuwait 2006

1
Kisah-kisah Teladan dari Para Imam Maksum As

Daftar Isi
Kata pengantar Penyusun - 7

Kisah-kisah teladan dari Nabi Muhammad Saw - 9

Kisah-kisah teladan dari Hadrat Fatimah az-Zahra As - 23

Kisah-kisah teladan dari Imam Ali al-Murtada As - 37

Kisah-kisah teladan dari Imam Hasan al-Mujtaba As - 51

Kisah-kisah teladan dari Imam Husain asy-Syahid As - 65

Kisah-kisah teladan dari Imam Ali Zainal Abidin As - 79

Kisah-kisah teladan dari Imam Muhammad al-Baqir As - 93

Kisah-kisah teladan dari Imam Ja'far as-Sadiq As - 109

Kisah-kisah teladan dari Imam Musa al-Kazim As - 123

Kisah-kisah teladan dari Imam Ali ar-Rida As - 141

Kisah-kisah teladan dari Imam Muhammad al-Jawad As -157

Kisah-kisah teladan dari Imam Ali al-Hadi an-Naqi As - 173

Kisah-kisah teladan dari Imam Hasan az-Zaki al-Askari As - 187

Kisah-kisah teladan dari Imam Muhammad al-Qaim al-Mahdi Ajf - 203

2
Kisah-kisah Teladan dari Para Imam Maksum As

Kata Pengantar

Dari Penyusun
Dengan Nama Allah Yang Mahakasih dan Mahasayang

Segala puja dan puji hanya untuk Allah Azza wa Jalla, yang telah membimbing kita untuk melakukan penyusunan buku sederhana ini. Lantaran kita tentu saja dapat melakukan hal ini tanpa bimbingan dari-Nya. Salawat dan salam semoga senantiasa tercurah ke atas Nabi Pamungkas dan Terbaik dari seluruh nabi-Nya, Muhammad al-Mustafa Saw dan ke atas keluarganya yang suci dan mulia.

Gagasan untuk menyusun buku ini telah terlintas dalam benak saya semenjak anak-anak saya semakin tumbuh besar. Mereka senang mendengarkan kisah-kisah (dongeng) pada saat ingin tidur. Dan saya lihat bahwa bahan-bahan cerita yang bertema dan bercorak islami yang tersedia dalam bahasa Inggris sangat sedikit.

Kemudian, saya memutuskan untuk mengumpulkan kisah-kisah dan cerita dari kehidupan para Maksum kita. Kehidupan 14 insan suci banyak meninggalkan warisan yang kaya dan berharga kepada kita melalui perbuatan dan perkataan mereka.

Beberapa bagian dari pekerjan ini telah diperkenalkan di beberapa madrasah di sini, di London dan mendapatkan sambutan yang sangat baik. Oleh karena itu saya termotivasi untuk mengumpulkan lebih banyak kisah dan cerita sehingga menghasilkan sebuah karya yang lebih lengkap dan komprehensif.

Dalam buku ini, terdapat empat bagian dari setiap kisah para Maksum As, yang ditujukan untuk anak-anak yang berusia 4 sampai 10 tahun. Setiap kisah yang termuat dalam buku ini, memiliki sebuah pesan moral, kegiatan (keterlibatan aktif) dan sebuah hadits. Saya telah mencoba untuk menyesuaikan bahasa dan kegiatan yang terkandung dalam buku ini dengan tingkatan usia anak-anak yang menjadi sasaran penyusunan buku ini.

Kegiatan-kegiatan yang ada dimaksudkan untuk mengingatkan anak-anak akan kisah yang telah mereka baca. Orang tua didorong untuk bekerjasama dengan anak-anak mereka untuk menyelesaikan kegiatan yang ada dan berdiskusi tentang pelajaran-pelajaran yang dapat disimpulkan dari setiap cerita.

Seluruh kisah dan hadits yang ditukil memiliki sumber-sumber rujukan. Saya memandang hal ini sangat penting untuk bacaan dan penelitian yang lebih jauh.

Dimana saya tidak dapat untuk mengakses kepada sumber-sumber primer, saya telah mengisyaratkan sumber-sumber kedua.

Saya berharap semoga orang tua, khususnya orang tua yang membesarkan anak-anak mereka di Barat, akan mendapatkan buku ini sebagai sebuah nara sumber yang berguna dan bermanfaat. Saya secara khusus berharap semoga anak-anak Muslim menikmati cerita-cerita dan kegiatan yang ada dan mengkaji lebih jauh tentang kehidupan para Maksum As.

Buku ini dipersembahkan untuk mencapai keridaan Allah dan mendapatkan kehormatan dari Nabi Muhammad Saw dan keluarganya yang suci.
Saya berdoa kepada Allah untuk menerima persembahan kecil dan sederhana ini dari hamba yang hina.

Semoga,

Masuma Jaffer

London, UK.

3
Kisah-kisah Teladan dari Para Imam Maksum As

Kisah-kisah Teladan dari Nabi Muhammad Saw
Nabi Muhammad Mustafa Saw

Lahir: Makkah, 17 Rabi-ul-Awwal 52 SH

Wafat: Madina, 28th Safar 11 H

Dikebumikan di Madina


1. Wanita Tua Yang Mendapatkan Pelajaran Berharga
Nabi Muhammad Saw merupakan seorang yang sangat baik hati dan tidak pernah marah kepada meskipun orang-orang berlaku buruk terhadapnya.
Konon pada suatu waktu, terdapat seorang wanita tua yang sangat buruk perangainya. Ia selalu melemparkan sampah ke arah Nabi Muhammad Saw bilamana Nabi Saw lewat di hadapan rumahnya.

Nabi Saw biasa lewat di hadapan rumah nenek tua tersebut setiap pagi bilamana beliau bertolak menuju ke masjid dan setiap pagi wanita jahat ini biasa melemparkan sampah kea rah Nabi Saw akan tetapi Nabi Saw tidak pernah marah kepadanya.

Tapi suatu hari, keadaan berubah. Kali ini Nabi Saw melewati rumah wanita tua tersebut, tidak ada lemparan sampah yang ditujukan kepada sang Nabi Saw. Nabi Saw merasa heran atas perubahan ini.

Dia berhenti dean bertanya perihal wanita tersebut kepada tetangganya apakah dia baik-baik saja karena dia tidak hadir untuk melemparkan sampah kepada Nabi Saw.

Tetangga wanita tersebut berkata bahwa wanita tua tersebut jatuh sakit dan terbaring di pembaringan.

Tatkala wanita tua tersebut melihat Nabi Muhamamad Saw, dia berpikir bahwa Nabi datang untuk menuntut balas atas perbuatanya.

Ia berkata "Mengapa Anda tidak menantikan aku hingga sembuh dan kuat?"

Nabi Muhamamad Saw berkata bahwa wanita tua tersebut bahwa dia tidak datang untuk menuntut balas, tetapi untuk melihat keadaan wanita tersebut sekiranya ia memerlukan pertolongan karena ia sakit. Beliau berkata bahwa Allah memerintahkan kepada kita manusia untuk merawat orang-orang sakit.

Wanita tua tersebut sangat terkejut mendapatkan Nabi Muhamamd Saw demikian baik terhadapnya setelah dia memperlakukan Nabi Saw secara buruk. Dia memutuskan untuk mendengarkan Nabi Saw dan menjadi seorang muslim.


Sumber Rujukan:
Majlisi, Biharul Anwar, bag. Kehidupan Nabi Muhammad Saw.



Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah teladan Nabi Muhammad Saw di atas adalah:
Berbuat baik kepada orang meskipun mereka jahat terhadap kalian. Sehingga mereka menyesali atas perlakuan buruk mereka dan menjadi orang yang baik.
Datang dan jenguklah orang-orang sakit dan tanyakan kepada mereka sekiranya mereka memerlukan pertolonganmu. Jika kalian sakit, tidakkah kalian akan merasa senang jika teman-teman kalian datang menjegukmu?


Kegiatan
Suatu waktu seseorang yang kalian kenal jatuh sakit, mengapa kalian tidak pergi menjenguknya - barangkali kalian dapat membawakan sedikit hadiah untuknya - sehingga mereka merasa bahagia!



Nabi Muhammad Saw bersabda:
Seluruh perbuatanmu seyogyanya dilakukan hanya untuk mencari keridaan Allah.




2. Masjid Nabawi
Ketika orang-orang jahat Mekkah melanjutkan tindak kekerasan terhadap Nabi Muhammad Saw dan kaum Muslimin, Nabi Saw memutuskan untuk hijrah meninggalkan Mekkah untuk selamanya. Beliau menyampaikan kepada kaum Muslimin untuk berhijrah bersama dengannya ke Madinah, di mana kaum Muslimin yang lainnya menantikan mereka. Gerakan ini disebut sebagai Hijrah Nabi Saw.

Ketika Nabi Muhammad Saw tiba di Madinah, kaum Muslimin merasa bahagia dan menyambut mereka dengan hangat.

Pekerjaan yang pertama kali yang mereka lakukan adalah membangun sebuah masjid untuk kaum Muslimin.

Beliau memilih sebidang tanah yang dimiliki oleh dua orang anak yatim. Setelah membeli tanah tersebut untuk pembangunan masjid, beliau meminta kaum Muslimin untuk membantunya membangun sebuah masjid yang sederhana.

Seluruh kaum Muslimin membantu dalam melapangkan jalan dan menebang pepohonan dan ilalang. Setelah itu, pekerjaan pembangunan masjid dimulai. Nabi
Saw juga turut serta membantu pelapangan jalan untuk pembangunan masjid tersebut.

Masjid Madinah didirikan tidak hanya untuk keperluan ibadah. Kaum Muslimin juga datang ke masjid itu untuk menuntut ilmu. Ketika Nabi Saw hadir di Masjid, mereka mendengarkan sabda-sabda beliau. Dan jika Nabi Saw tidak hadir di Masjid, sahabat-sahabat yang lain yang memberikan pelajaran yang didapatkan dari Nabi Muhammad Saw.

Suatu waktu Nabi Saw memasuki masjid untuk menunaikan salat. Beliau menjumpai dua kelompok di dalam masjid. Kelompok pertama sedang sibuk dengan salat mereka, kelompok lainnya sedang sibuk belajar dan mengajar. Mereka belajar membaca dan menulis dan mendiskusikan ajaran-ajaran Islam.

Melihat kedua kelompok ini, Nabi Saw bersabda: "Kedua kelompok melakukan hal yang berguna. Akan tetapi Aku adalah seorang pengajar. Aku akan bergabung dengan kelompok yang sedang sibuk belajar dan mengajar." Lalu Nabi Saw duduk dengan kelompok pelajar.


Sumber Rujukan:
Al-Garawi, al-Amtsalun Nabawiyyah.



Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah teladan Nabi Muhammad Saw di atas adalah:
Nabi Muhammad Saw tidak pernah duduk santai sementara orang-orang sibuk bekerja. Ketika masjid dibangun, beliau bekerja sebagaimana yang lain.
Mengkaji ilmu-ilmu Islam adalah bagian dari ibadah.


Nabi Muhammad Saw bersabda:
Ayyuhannas! Aku tinggalkan di tengah-tengah kalian dua pusaka berharga; Kitabullah (Al-Qur'an) dan Itrahti (Ahlul Baitku). Kalian tidak akan pernah tersesat selamanya jika berpegang teguh kepadanya. (Sunan Tirmidzi, Hadits 4036)



3. Dan Aku Yang Akan Mengambil Kayu Bakar
Nabi kita, Nabi Muhammad Saw diutus oleh Allah untuk menjadi guru kita. Beliau bersabda "Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak."

Beliau mengajarkan kepada kaum Muslimin dalam banyak jalan. Terkadang beliau mengajar mereka dengan kata-kata dan ceramah-ceramah.

Lain waktu, kaum Muslimin berbuat sesuatu di hadapan Nabi Muhammad Saw dan beliau tidak mmenegur. Maka, mereka dapat mengambil kesimpulan bahwa apa yang mereka lakukan sudah benar, karena kalau tidak, Nabi Saw pasti akan menegur mereka.

Suatu hari, Nabi Muhammad Saw dan beberapa sahabat pergi melakukan perjalanan. Setelah berjalan beberapa lama, mereka kelelahan, lalu mereka berhenti sejenak untuk beristirahat.

Mereka memutuskan untuk mendirikan tenda kecil dan memasak makanan.

Salah seorang dari mereka berkata bahwa dia akan pergi dan membunuh seekor domba sehingga mereka dapat masak. Yang lainnya berkata bahwa dia akan menguliti kulit domba tersebut sebelum dimasak. Yang lainnya berkata bahwa dia akan menyalakan api dan memasak daging.

Setiap orang berkata bahwa mereka akan melakukan pekerjaan tertentu sehingga mereka dapat melakukannya dnegan cepat dan seimbang.

Nabi Muhammad Saw bersabda bahwa dia akan pergi mengumpulkan dan membawa kayu baker dari hutan.

Seluruh sahabat berkata kepada beliau bahwa beliau tidak perlu untuk melakukan apa pun. Mereka yang akan melakukan semua hal ini.

Nabi Muhammad Saw berkata kepada mereka bahwa mereka dapat melakukan pekerjaan ini, akan tetapi Allah Swt tidak menyukai seseorang duduk berdiam diri dan membiarkan orang lain sibuk bekerja.

Nabi Saw juga berkata kepada mereka bahwa meskipun beliau adalah pemimpin mereka, akan tetapi beliau tidak suka mendapatkan perlakuan khusus dari mereka. Karena Allah tidak menyukai orang yang berpikir bahwa dirinya lebih baik dari orang lain.


Sumber Rujukan:
Mutahhari, Dastan-e Rastan


Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah teladan Nabi Muhammad Saw di atas adalah:
Ketika duduk berdiam diri dan membiarkan orang lain sibuk bekerja, sikap seperti ini akan membuat kita menjadi malas.
Kita harus bekerja bahu-membahu, sehingga pekerjaan yang ada dapat segera diselesaikan dengan cepat dan mudah.



Kegiatan
Bacalah kembali kisah di atas dan perhatikan dengan baik dan jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini:

Apa yang disabdakan oleh Nabi Muhammad Saw perihal maksud diutusnya beliau?
_______________________________________________
_______________________________________________

Tiga perkara apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw yang harus dilakukan oleh kaum Muslimin?
_______________________________________________
_______________________________________________

Pada masa perjalanan, mengapa Nabi Saw juga turut membantu dalam menunaikan pekerjaan yang ada?
_______________________________________________
_______________________________________________

Apa yang akan terjadi jika kita membiarkan orang lain melakukan pekerjaan untuk kita?
_______________________________________________
_______________________________________________

Pernahkan kalian mengadakan perjalanan dengan orang lain? Apakah kalian duduk berdiam-diri atau membantu menyelesaikan pekerjaan yang ada?
_______________________________________________
______________________________________________



Nabi Muhammad Saw bersabda:
Allah tidak melihat apa yang engkau katakan atau kekayaan yang engkau miliki, Dia melihat kepada apa yang engkau yakini dalam hati dan bagaimana engkau mengamalkannya. (Biharul Anwar, Vol 77, hal 88.)



4. Kita Semua Miskin di Hadapan Allah
Nabi Muhammad Saw sedang duduk di masjid di Madinah memberikan ceramah dan pengajaran kepada beberapa pengikutnya sembari menantikan waktu salat tiba.

Seorang kaya yang mengenakan busana mahal datang dan duduk di hadapan Nabi Muhammad Saw untuk mendengarkan ceramah beliau.

Sementara itu seorang lagi juga datang untuk mendengarkan ceramah Nabi Saw dan mengambil tempat duduk di samping si orang kaya tadi.

Orang yang kedua yang datang bukanlah orang kaya, dia adalah seorang miskin. Pakaian lusuh dan sobek yang ia kenakan menandakan betapa miskinnya dia.

Si orang kaya tidak senang kalau si miskin duduk di sampingnya. Dia menarik pakaian menarik, baru dan mahalnya lebih dekat, sehingga tidak akan tersentuh oleh pakaian kotor, lusuh dan sobek si miskin.

Nabi Muhammad Saw mengamati apa yang dilakukan oleh si kaya dan merasa kecewa dan terganggu oleh sikap orang kaya tersebut. Beliau bertanya kepada si kaya mengapa dia bersikap seperti itu.

Apakah karena dia berpikir bahwa kekayaannya akan berpindah kepada si miskin, atau karena takut kemiskinan akan mendatanginya?

Si orang kaya, yang bukan merupakan orang jahat, menyadari bahwa apa yang dilakukannya adalah salah dan merasa menyesal.

Untuk menebus kesalahannya dan menunjukkan betapa menyesalnya dia, dia meminta maaf kepada si miskin dan menawarkan kepadanya separuh dari kekayaannya.

Si miskin berkata kepadanya bahwa dia menerima permintaan maafnya dan memafkannya, namun tidak menginginkan separuh kekayaannya.
Ketika ditanya kenapa, dia berkata bahwa dia takut kekayaan itu akan membuatnya pongah terhadap saudara Muslimnya.


Sumber Rujukan:
Mutahhari, Daastan-e Raastan



Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah teladan Nabi Muhammad Saw di atas adalah:
Bagi Allah , kaya dan miskin tidak ada bedanya.
Orang yang paling dekat kepada Allah adalah orang yang mentaati-Nya dalam seluruh perbuatan.



Kegiatan
Bacalah kembali kisah di atas dan berilah jawaban atas beberapa pertanyaan di bawah ini:

Mengapa si orang kaya menjauh dari si miskin?
_______________________________________________

Sebutkan alasan-alasan apa yang membuat Nabi Muhammad Saw kecewa terhadap perbuatan si kaya tersebut?
_______________________________________________
_______________________________________________

Mengapa si miskin menolak tawaran si kaya?
_______________________________________________
_______________________________________________

Tahukah kalian siapa yang paling dekat dan mulia di hadapan Allah Swt?
Lihat dan salinlah terjemahan ayat 13 dari surah al-Hujurat untuk menemukan siapa orang yang paling dekat dan mulia di hadapan Allah Swt?
_______________________________________________
_______________________________________________


Nabi Muhammad Saw bersabda:
Janganlah murka jika sesuatu membuatmu marah. Duduklah dan inglatlah betapa pengasih dan penyabarnya Allah kepada kita ketika kita membuatnya murka. Meskipun dia memiliki kekuatan atas kita.

4
Kisah-kisah Teladan dari Para Imam Maksum As

Kisah-kisah Teladan Dari Hadrat Fatimah Zahra As
Hadrat Fatimah Zahra As

Lahir: Makkah, 20 Jumadi-ul-Akhir 8 SH

Syahid: Madina, 3 Jumadi-ul-Akhir 11 H

Dikebumikan di Madina


1. Tasbih Sayidah Fatimah As
Sayidah Fatimah As selalu bekerja keras di rumahnya. Dia selalu menggiling gandum untuk diolah menjadi tepung dengan menggunakan batu. Pekerjaan ini membuat tangannya memar, kendati demikian ia tidak pernah berkeluh-kesah.

Ayahandahnya, Nabi Muhammad Saw dapat melihat betapa kerasnya ia bekerja. Suatu hari Nabi Saw berkata bahwa beliau akan memberikan sesuatu yang akan membantu meringankan pekerjaannya. Nabi Muhammad Saw berkata bahwa apa yang akan diberikan kepadanya adalah lebih baik daripada dunia beserta isinya.

Tahukah kalian hadiah apa yang diberikan oleh Nabi kepada putri kinasihnya itu?

Nabi menunjukkan bagaimana Sayidah Zahra As dapat bertasbih. Beliau berkata bahwa setiap habis salat, ia harus melafadzkan:

Allahu Akbar - (Allah Mahabesar) - 34 kali

Alhamdulillah - (Segala puji untuk Allah) - 33 kali

Subhanallah - (Maha Suci Allah) - 33 kali

Sayidah Zahra As sangat senang menerima hadiah khusus ini. Dia senantiasa melakukan tasbih setiap selesai menunaikan salat dan tasbih ini kemudian lebih dikenal sebagai tasbih Fatimah atau tasbih az-Zahra.

Salat adalah ibarat sebuah kusuma yang indah dan tasbih Sayidah Fatimah memberikan bunga yang cantik ini aroma yang semerbak. Sehingga setiap mengerjakan salat kita harus membaca tasbih Sayidah Fatimah ini karena kita ingin salat kita seperti sebuah bunga yang indah dengan aroma yang semerbak.


Sumber Rujukan:
Da'im al-Islam (lihat bag. Fatimah az-Zahra As, hal. 172)


Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Sayidah Fatimah As di atas adalah:
Tasbih merupakan hadiah khusus dari Nabi Saw untuk kita semua.


Sabda Nabi Muhammad Saw ihwal Sayidah Fatimah As:
Sebaik-baik wanita yang pernah diciptakan Allah di dunia dan akhirat adalah Fatimah Ia adalah penghulu wanita di Surga. (Sahih Bukhari dan Muslim)


2. Kalung Yang Diberkati
Suatu hari, seorang miskin dan tua datang ke kediaman Nabi Saw dan meminta pertolongan. Nabi Saw berkata kepadanya bahwa beliau tidak memiliki sepeser uang pun ketika itu, akan tetapi meminta si orang tua miskin tersebut untuk pergi dan meminta pertolongan dari putrinya Sayidah Fatimah As.

Orang tersebut langsung dituntun oleh Bilal Ra dan datang ke kediaman Sayidah Fatimah As dan berkata: "Salamun 'Alaikum, Wahai Ahlal Bait. Wahai keluarga tempat berdatangannya malaikat dan tempat Jibril turun dengan membawa wahyu Allah. Aku adalah seorang miskin dan lapar, tolonglah aku."

Sayidah Fatimah As tidak memiliki sesuatu apa pun untuk diberikan kepada si orang tua kecuali sebuah kalung yang diberikan oleh saudara sepupunya sebagai hadiah kepadanya.

Sayidah Fatimah As sedemikian pemurahnya sehingga dia segera melepas kalung tersebut dan menyerahkannya kepada si orang tua miskin tersebut, dengan berkata untuk kalung tersebut dan menggunakan uang hasil penjualannya.

Ammar Yasir Ra, yang merupakan seorang sahabat Nabi Saw, meminta kepada si orang tua miskin itu bahwa dia akan membeli kalung tersebut. Si orang tua miskin tersebut meminta makanan, sebuah baju dan beberapa keping uang.

Ammar memberikan lebih banyak dari yang diminta oleh si orang tua miskin tersebut dan si orang tua itu pergi dengan gembira dengan keberuntungannya.

Lalu, Ammar berkata kepada budaknya untuk mengembalikan kalung tersebut kepada Sayidah Fatimah dan berkata kepadanya bahwa Ammar mengirim kalung ini dan menghadiahkan budak itu kepadanya.

Sayidah Fatimah As berterima kasih kepada budak yang membawa kalung tersebut dan memberikan kebebasan kepadanya. Ketika budak yang bernama Sahm itu mendengar bahwa ia dibebaskan, dia tertawa. Sayidah Fatimah bertanya mengapa dia tertawa.

Ia berkata, "Betapa khususnya kalung ini! Ia memberikan makanan kepada orang yang lapar dan memberikan kepadanya pakaian dan kekayaan. Lalu membebaskan seorang budak dan kini kembali kepada pemiliknya!"


Sumber Rujukan:
Allamah Majlisi, Biharul Anwar, Vol 43 hal. 56-58


Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Sayidah Fatimah di atas adalah:
Jangan pernah mengusir seorang pengemis yang datang kepada kalian.
Jika kalian memberikan sedekah dengan niat yang tulus, maka Allah Swt akan senantiasa mengembalikan melebihi apa yang kalian berikan.


Sayidah Fatimah az-Zahra As bersabda:
Jika kalian menjaga hubungan kekerabatan dengan seluruh anggota keluarga kalian dan kerebat kalian, maka Allah akan mengangkat kehidupan kalian. A'yaan ul-Shia'h, vol 1, hal. 316


Kegiatan
Ceritakan kepada orang tua kalian ihwal kisah kalung Sayidah Fatimah As.


Sayidah Fatimah az-Zahra As bersabda:
Allah telah meminta kalian untuk berbuat baik dan mentaati orang tua kalian. Kebahagiaan orang tua laksana sebuah perisai yang melindungi kalian dari murkanya.


3. Kautsar
Hadrat Fatimah az-Zahra As lahir menghiasi kebahagiaan Hadrat Khadijah As dan Rasulullah Saw. Sebelum kelahirannya, Nabi Saw memiliki dua putra, Qasim dan Tahir, akan tetapi kedua putra beliau ini meninggal selagi mereka masih belia.

Nabi Saw memulai menyebarkan ajaran Islam dan mendapatkan musuh-musuh akibat dakwah ini. Sebagai hasilnya, beberapa kaum Musyrik memulai melancarkan ejekan kepada beliau akibat kematian putra beliau, dengan memanggilnya sebagai "Abtar".

Istilah Abtar ini bermakna seekor binatang yang tidak memiliki ekor - betapa kejinya orang-orang mengejek Nabi Saw dengan "Abtar" karena beliau tidak memiliki anak yang akan melanjutkan garis keturunannya.


Kemudian, ketika Hadrat Fatimah As lahir, turunlah surat al-Qur'an berikut ini:
بسم الله الرحمن الرحيم

Dengan Nama Allah Yang Mahakasih dan Mahasayang

اِناّ اَعْطَيْنكَ اَلْكَوْثَر °

ٍSesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu (wahai Muhammad) nikmat yang melimpah (kautsar),

فَصَلِّ لِرَِِِبِّكَ وَانْحَرْ °

Oleh karena itu, pujilah Tuhanmu dan berkorbanlah.

اِنَّ شا نئَك هُو البترٌ °

Sesungguhnya orang yang membencimu dialah yang terputus (tidak akan memiliki keturunan).

Ketika Nabi Saw ditanya tentang apa arti dari kautsar, beliau menjawab bahwa kautsar berarti sebuah sungai di Surga dan seseorang yang akan memberikan air dari sungai tersebut kepada orang-orang Mukmin adalah Imam 'Ali al-Murtada As.

Kemudian Nabi Muhammad Saw berkata bahwa kautsar juga bermakna nikmat yang melimpah, dan kelahiran Sayidah Fatimah menandakan bahwa, melalui dirinya, keturunan Rasulullah Saw akan melimpah ruah.

Janji Allah terbukti karena hari ini, keturunan Nabi Muhammad Saw tidak terhitung banyaknya, (Sayyid), sementara tidak ada orang yang mengklaim dirinya sebagai seorang keturunan dari kaum Musyrik Quraisy.

Lalu musuh-musuh Nabilah yang terbukti menjadi Abtar.


Sumber Rujukan:
Fakhruddin Razi, Tafsir Kabir, Tafsir Surah al-Kautsar.


Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Sayidah Fatimah As di atas adalah:
Keturunan Nabi Saw seluruhnya berasal dari Sayidah Fatimah As. Ketika kita melihat orang yang mengenakan surban hitam, kita harus senanitasa menghormatinya karena hubungan kekerabatannya dengan Nabi Muhamamad Saw.


Kegiatan
Baca kembali kisah di atas dan jawablah pertanyaan di bawah ini.

Apa maksud dari kalimat abtar dan mengapa orang-orang memanggil Nabi Muhammad Saw dengan sebutan seperti ini?
_______________________________________________
_______________________________________________

Apa arti dari kalimat kautsar dan mengapa kalimat ini berkenaan dengan Sayidah Fatimah As?
_______________________________________________
_______________________________________________

Dapatkah kalian memanggil seseorang sebagai seorang Sayyid keturunan Nabi Saw - dari warna surbannya, bagaiamana kalian dapat mengenalnya?
_______________________________________________
_______________________________________________

Cobalah hapal surah al-Kautsar - dan bacalah dalam salat kalian.


Sayidah Fatimah az-Zahra As bersabda:
Allah telah menjadikan ketaatan kepada kami, Ahl al-Bait, wajib bagi seluruh kaum Muslimin dan sebagai wasilah untuk menghindari perpecahan. A'yaan ul-Shia'h, vol 1, hal. 316


4. Pewahyuan Surat Dahr
Suatu ketika Imam Hasan al-Mujtaba As dan Imam Husain asy-Syahid As jatuh sakit.

Ketika Nabi Saw mengetahui tentang sakitnya mereka, beliau menganjurkan bahwa putrinya Sayidah Fatimah As dan menantunya Imam Ali As harus bernadzar.

Nazr merupakan sebuah janji yang kalian ikrarkan kepada Allah. Sesuatu yang kalian lakukan sebagai tambahan untuk mencari keridaan Allah jika keinginan kalian terkabulkan.

Imam 'Ali dan Sayidah Fatimah As melakukan nazar. Mereka melakukan puasa selama tiga hari untuk kesembuhan putra mereka. Bahkan pembantu mereka Fizza, yang sangat mencintai anak-anak itu turur bergabung melakukan nazar.

Allah mengabulkan nazar mereka dan Imam Hasan dan Imam Husain sembuh dari sakitnya.

Orang tua mereka memutuskan untuk berpuasa pada hari berikutnya untuk memenuhi janji mereka dan ketika anak-anak mengetahui perkara ini, mereka juga memutuskan untuk berpuasa.

Pada malam harinya ketika tiba waktu salat, mereka salat bersama lalu duduk untuk berbuka puasa. Ketika mereka baru saja akan duduk untuk menyantap hidangan buka puasa mereka berupa roti, terdengar seseorang mengetuk pintu. Di depan pintu seorang miskin berdiri meminta untuk diberi makan.

Mereka semuanya, satu per satu, memberikan roti mereka kepada si pengemis. Mereka hanya meminum air untuk berbuka puasa.

Pada hari berikutnya, mereka kembali berpuasa. Kembali mereka hendak berbuka puasa dengan sepotong roti yang mereka bakar pada pagi harinya.

Kembali pula ketika mereka hendak menyantap roti itu sebagai hidangan buka puasa. Kali ini seorang anak yatim datang meminta makanan kepada mereka.

Meskipun mereka sendiri selama dua hari lapar, mereka, satu per satu memberikan potongan rotinya kepada si anak yatim dan kembali mereka beranjak tidur tanpa makanan.

Pada hari ketiga puasa mereka, ketika mereka ingin duduk untuk berbuka puasa, seorang ibn sabil datang mengetuk pintu untuk meminta makanan.

Meskipun hingga kini keluarga suci tersebut dalam keadaan lapar tanpa menyentuh makanan selama tiga hari, mereka kembali memberikan potongan roti mereka. Pada hari berikutnya, Rasulullah Saw datang menengok mereka dengan membawa kabar gembira bahwa Allah telah menurunkan sebuah surah yang disebut surah ad-Dar untuk memuji pengorbanan yang dilakukan oleh keluarga suci ini.


Sumber Rujukan:
Zamakhsyari, Tafsir Kasysyaf, vol. 4, hal 169.


Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Sayidah Fatimah As di atas adalah:
Nazar merupakan amalan ekstra yang sangat mujarab.
Senantiasa pikirkanlah orang-orang yang berada di hadapan kalian.
Tidaklah penting berapa banyak yang kalian berikan kepada yang lain, akan tetapi perhatian yang kalian berikan itu "qurbatun IlalLah" yang akan mendekatkan kalian kepada Allah.

5
Kisah-kisah Teladan dari Para Imam Maksum As

Kisah-kisah Teladan Dari Imam 'Ali al-Murtada As
Imam Ali Al - Murtada As

Lahir: Makkah, 13 Rajab 23 SH

Syahid: Kufa, 21 Ramadhan 40 H

Dikebumikan di Najaf


1. Putra Ka'bah
Ketika Imam pertama kita, Imam 'Ali al-Murtada As akan lahir, ibundanya Hadrat Fatimah binti al-Asad beranjak menuju ke Ka'bah dan berdoa kepada Allah Swt supaya jabang bayi yang dikandungnya lahir dalam keadaan selamat.

Imam 'Ali al-Murtada As memiliki tiga saudara. Mereka adalah Talib, Aqil dan Ja'far. Kesemua saudara Imam 'Ali al-Murtada As ini dilahirkan di rumah, seperti anak-anak yang lain pada umumnya. Akan tetapi kali ini, Hadrat Fatimah bintul Asad merasa bahwa keadaannya kini berbeda. Dan dia benar.

Dia berdiri di samping dinding berhadapan dengan gerbang Ka'bah, berdoa kepada Allah ketika ada sebuah pecahan dinding di dekatnya. Pecahan dinding Ka'bah lambat laun semakin membesar hingga mencukupi bagi Hadrat Fatimah untuk menyelinap masuk ke dalamnya. Ia merasa ditarik masuk ke dalam Ka'bah, tiba-tiba saja ia telah berada di dalam bangunan kudus itu.

Ketika dia memasuki Ka'bah, pecahan itu mengecil dan mengecil. Pecahan itu kini masih dapat dijumpai di sekeliling Ka'bah hari ini.

Hari itu bertepatan dengan tanggal 13 Rajab, di dalam Ka'bah, Imam Pertama kita lahir ke dunia.

Beberapa orang yang berada di sekitar Ka'bah melihat apa yang telah terjadi dan bercerita kepada yang lainnya. Mereka segera pergi mengabarkan Abu Talib bahwa istriynya secara misterius memasuki Ka'bah dan tidak keluar setelah itu. Abu Talib menjadi risau atas berita ini, sehingga dia bergegas menyusul istrinya dan mengambil kunci-kunci gerbang Ka'bah. Kendati demikian gerbang tetap tidak terbuka.

Nabi Saw tidak berada di tempat ketika semuanya ini terjadi. Kira-kira pada waktu yang sama, beliau pulang dari perjalanannya dan mengetahui apa yang telah terjadi. Dengan segera, beliau ke Ka'bah.

Ketika beliau mencoba untuk membuka gerbang Ka'bah, gerbang Ka'bah yang terkunci kini telah terbuka dan Hadrat Fatimah beranjak keluar dengan menimang bayi dalam gendongannya.

Ketika Nabi Muhammad Saw menggendong Imam 'Ali As, dia membuka matanya untuk pertama kalinya. Hal pertama yang dilihat oleh Imam 'Ali adalah wajah Nabi Saw.

Nabi Muhamamd Saw sangat bersuka cita atas kelahiran saudara sepupunya tersebut. Beliau menyunggingkan senyuman dan berkata, "Engkau menantikanku dan Aku telah lama menantikanmu."

Imam 'Ali al-Murtada As adalah orang yang pertama kali yang lahir di dalam Ka'bah.


Sumber Rujukan:
Shah Waliallah Dehlavi, Izalat al-Khifa'; Hakim, Mustadrak, 3, hal. 483


Imam 'Ali al-Murtada As bersabda:
Seseorang tidak akan pernah menjadi seorang Muslim sejati hingga dia berhenti berdusta, baik berkelakar ataupun bersungguh-sungguh. Usul Kafi, vol 2, hal. 340


2. Kisah Dua Lembar Baju
Suatu hari Imam 'Ali al-Murtada As pergi ke pasar bersama budaknya, Qanbar.

Pada hari itu, Imam 'Ali bermukim di Kufah. Beliau adalah Khalifah seluruh kaum Muslimin, namun demikian, beliau tetap menjalani hidup dengan sederhana.

Di pasar, beliau bertanya kepada seorang penjaga took, "Mungkinkah membeli dua potong baju dengan uang 5 Dirham?". Si penjaga toko berkata, "Aku memiliki sepotong baju manis dengan harga 3 Dirham dan yang lebih murah dengan harga 2 Dirham."

Imam 'Ali al-Murtada As membeli kedua baju tersebut. Dia berkata kepada Qanbar untuk mengambil baju yang lebih baik, sementara beliau sendiri mengambil yang lebih murah.

Qanbar terkejut dan berkata kepada Imam 'Ali As bahwa akan lebih baik bilamana dia memakai baju yang lebih baik karena beliau adalah seorang pemimpin kaum Muslimin, sementara Qanbar hanyalah seorang budak belian.

Imam 'Ali al-Murtada As mengingatkan Qanbar bahwa Nabi Muhammad Saw senantiasa berkata bahwa budak-budak harus diberikan makanan dan pakaian yang sama dengan apa yang dimakan dan dipakai tuannya.

Kemudian, Imam Ali As berkata kepada Qanbar bahwa dia harus mengenakan pakaian yang lebih baik itu karena dia lebih mudah dan pakaian itu lebih cocok untuknya.

Imam Ali As tidak pernah membuat orang-orang susah merasa bahwa dia hidup mewah sementara mereka menderita.

Alangkah indahnya teladan yang diberikan oleh Imam 'Ali al-Murtada As kepada kita dengan perilakunya kepada Qanbar.

Dia tidak melihat bahwa dia adalah tuan dan Qanbar adalah budak, akan tetapi memperlakukannya bak seorang anggota keluarga.


Sumber Rujukan:
Al-Gharat, hal. 102.


Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Imam Ali al-Murtada di atas adalah:
Kalian harus senantiasa memberikan yang terbaik.
Kalian harus berbahagia dengan hal-hal sederhana dan tidak berhajat pada hal yang banyak.


Imam Ali al-Murtada As bersabda:
Ketika seorang Muslim membaca al-Qur'an dengan kesadaran, ia mendapatkan keuntungan dan kerugian. Keuntungannya adalah bimbingannya dan kerugiannya adalah kebutaannya. Al-Hayaat, vol 2, hal. 101.


3. Tidur Ternyenyak
Ketika para penyembah berhala Makkah mendapatkan bahwa Nabi Muhammad Saw mendakwahkan ajaran yang bertentangan dengan ajaran mereka, menyembah berhala. Mereka menjadi sangat gusar. Mereka memutuskan untuk membunuhnya.

Allah mengabarkan Nabi Muhammad Saw ihwal rencana keji mereka dan memerintahkan Nabi Saw untuk pindah dengan kaum Muslimin ke Madinah.
Kepindahan sang Nabi Saw disebut Hijrah.

Pada malam hari Nabi Muhammad Saw meninggalkan kota Makkah untuk hijrah ke Kota Madinah. 40 orang dari suku yang berbeda telah mengepung kediaman beliau untuk membunuhnya. Nabi Saw meminta kesediaan Imam 'Ali As untuk tidur di pembaringan beliau sehingga para penyembah berhala tersebut menyangka yang tidur di situ adalah Nabi Saw.

Imam dengan senang hati menjalankan tugas ini, karena dia tahu bahwa jiwa Nabi Saw akan terselamatkan dengan tugas ini. Kenyataannya, Imam 'Ali al-Murtada As senantiasa berkata kemudian bahwa tidur yang terbaik yang pernah dia alami adalah tidur pada malam itu.

Allah berkata kepada Jibrail As dan Mikail As bahwa salah seorang dari mereka tidak akan hidup lebih lama - Allah Swt meminta para malaikat apakah salah seorang dari mereka bersedia untuk menjadikan yang lainnya hidup sementara dia yang harus pergi. Mereka berdua menjawab bahwa mereka berdua memilih hidup lebih lama sehingga mereka dapat menyembah Allah Swt.

Allah Swt mengabarkan kepada mereka, "Di bumi sana, pada malam hari ini, seorang saudara merelakan hidupnya demi keselamatan saudaranya. Turunlah, dan selamatkan dia." Kedua malaikat tersebut turun ke bumi tepatnya ke kediaman Nabi Saw dan menjaga Imam 'Ali semalam suntuk.

Pada subuh harinya, para pembunuh menorobos masuk ke kediaman Nabi Saw dan menarik selimutnya. Mereka terkejut mendapatkan Imam 'Ali di sana, lalu mereka meninggalkan tempat itu dalam keadaan dongkol dan marah. Allah mencintai perbuatan luhur Imam 'Ali sedemikian sehingga Dia menurunkan sebuah ayat:

وَ مِِنْ الناسٍ مَنْ يَشْتَري نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ مَرْ ضَاتِ اللهِ وَاللهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ

Dan di antara manusia yang mengorbankan jiwa mereka untuk mencari keridaan Allah; dan Allah Mahasantun kepada hamba-hamba-Nya (Qs. al-Baqarah [2]:207).



Sumber Rujukan:
Al-Qundusi, Yanabi al-Mawadda, hal. 274.


Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Imam Ali al-Murtada As di atas adalah:
Ketika kalian melakukan sesuatu semata demi Islam, Allah Swt akan menolongmu.


Kegiatan
Bacalah kembali kisah di atas dan jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.

Mengapa malam Hijrat adalah malam paling damai yang pernah di alami olehnya?
_______________________________________________
_______________________________________________

LIhatlah gambar di atas. Jelaskan dengan pendapat kalian sendiri apa yang terjadi dalam gambar tersebut.
______________________________________________
_______________________________________________
_______________________________________________


Imam Ali al-Murtada As bersabda:
Janganlah kalian melihat siapa yang berkata, tapi dengarkan apa yang dia ucapkan. Ghurar al-Hikam, bab 85, hadits 40


4. Iman Vs Kufr
Dalam perang Khandaq, kaum Muslimin menggali parit di sekeliling Madinah untuk mempertahankan diri mereka sehingga pihak musuh tidak dapat melintas.

Seorang dari pihak musuh yang bernama 'Amr bin Abduwud, yang dikenal akan kekuatannya, keberaniannya dan seni tempurnya kini melintasi parit.

Seluruh kaum Muslimin merasa gentar untuk bertarung dengannya dan hanya Imam 'Ali al-Murtada As datang menyambut tantangan orang ini.

Tatkala Imam Ali al-Murtada As maju ke medan laga, Nabi Muhamamd Saw bersabda, "Seluruh iman kini maju berhadapan dengan seluruh kufr (kekafiran)."

Pertempuran seru berlangsung dan pada akhirnya Imam 'Ali al-Murtada As melemparkan 'Amr ke tanah dan hinggap di atas dada orang itu dan bersiap untuk membunuhnya.

Pada saat Imam Ali akan membunuh musuh Islam ini, dia meludahi wajah Imam.

Seluruh orang yakin bahwa karena penghinaan ini, 'Amr akan lebih cepat menjumpai maut.

Namun, mereka terkejut manakala mereka melihat Imam 'Ali bergerak menjauh dari dada Amr dan meninggalkannya.

'Amr menyerang Imam sekali lagi dan setelah beberapa waktu kemudian, Imam menaklukkkannya dan membunuhnya.

Setelah pertempuran berakhir, orang-orang bertanya kepada Imam Ali al-Murtada alasan mengapa dia menunda kematian Amr ketika dia pertama kali mengalahkannya.

Imam Ali al-Murtada As menjawab bahwa jika dia membunuhnya pertama kalinya, perbuatannya itu bukan demi Allah akan tetapi demi pemuasan amarahnya sehingga dia melepaskan Amr bin Abdu Wud.

Kemudian, Imam Ali As mengendalikan marahnya dan menghabisi Amr tulus semata-mata demi Allah Swt.


Sumber Rujukan:
Subhani, Furugh-e 'Abadiyyat, hal. 485-489.


Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Imam Ali al-Murtada As di atas adalah:
Meskipun niatmu tulus pada awalnya, niat ini mudah saja berubah maka senantasa yakinkan diri kalian melakukannya semata-mata tulus demi Allah Swt.
Marah dan berbahagialah karena Allah.


Kegiatan
Bacalah kembali kisah di atas dan berilah jawaban atas beberapa pertanyaan di bawah ini.

Mengapa kaum Muslimin gentar menghadapi tantangan 'Amr bin Abduwud?
_______________________________________________
_______________________________________________
Apa yang dikatakan oleh Nabi tatkala Imam 'Ali maju ke arah 'Amr dan apakah maksud perkataan Nabi tersebut?
_______________________________________________
_______________________________________________
Mengapa Imama 'Ali tidak membunuh 'Amr pertama kalinya?
_______________________________________________
_______________________________________________
Mengapa Imam 'Ali membunuh 'Amr kemudian?
_______________________________________________
_______________________________________________
Tahukah kalian siapa yang memberikan usulan untuk menggali parit kepada Nabi Saw?
_______________________________________________
_______________________________________________



Imam 'Ali al-Murtada bersabda:
Firdaus didapatkan dengan mengamalkan kebaikan, tidak dengan semata mengharap tanpa melakukan tindakan.
(Nahjul Balagha, Qisar al-Hikam, vol 10, hal. 470)

6
Kisah-kisah Teladan dari Para Imam Maksum As

Kisah-kisah Teladan dari Imam Hasan al-Mujtaba As
Imam Hasan Al - Mujtaba As

Lahir: Madina, 15 Ramadhan 3 H

Syahid: Madina, 7 Safar 50 H

Dikebumikan di Madina


1. Apakah Wudu'ku sudah benar?
Suatu hari di Madinah, seorang tua sedang melakukan wudu' untuk menunaikan salat.

Secara kebetulan, Imam Hasan al-Mujtaba As dan Imam Husain asy-Syahid As juga berada di tempat itu dan mereka memperhatikan bahwa orang tua ini tidak melakukan wudu' dengan benar.

Allah Swt meminta kita untuk membenarkan kesalahan orang apabila tidak sesuai dengan ajaran Islam. Tugas ini disebut sebagai Amr bil Ma'ruf (menyeru kepada kebaikan). Kedua Imam kita ini tahu bahwa mereka harus memberi tahu orang tua ini akan kesalahan.

Bagaimanapun, kedua Imam (Imam Hasan dan Imam Husain) kita ini masih belia ketika itu. Dan mereka merasa bahwa orang tua itu akan merasa malu jika dia dibenarkan oleh seorang muda.

Lalu, kedua Imam kita ini mendapatkan ide brilian bagaimana mengajarkan cara wudu' yang benar kepada orang tua ini. Mereka berpura-pura berbantahan satu sama lain.

Imam Hasan al-Mujtaba As berkata kepada saudaranya, "Aku pikir wudu'ku lebih benar dari wudu'mu." Imam Husain asy-Syahid As menjawab, "Tidak, Aku pikir wudu'kulah yang paling benar."

Orang tua itu mendengarkan adu-argumentasi mereka. Kini Imam Hasan berbalik kepadanya dan berkata, "Bapak tua, sudikah bapak menilai siapakah yang wudu'nya yang paling benar di antara kami?"

Orang tua itu setuju dengan permintaan mereka.

Kedua Imam tersebut melakukan wudu'. Orang tua itu mengamati secara seksama, dan menyadari bahwa keduanya hampir melakukan wudu' yang serupa.
Ia juga menyadari bahwa dia tidak melakukan wudu' dengan benar. Dia tahu bahwa anak-anak itu sedang berusaha untuk membenarkannya dengan santun.

Dia sangat menyukai perlakuan anak-anak itu. Dia berkata, "Ananda tercinta, Akulah yang tidak benar dalam melaksanakan wudu'. Terima kasih banyak atas "cara manis" yang telah kalian peragakan yang dapat membimbingku dari kesalahan.


Sumber Rujukan:
Mutahhari, Daastan-e Raastan


Pelajaran yangdapat kita petik dari kisah Imam Hasan As di atas adalah:
Sudah menjadi tugas kita untuk membenarkan seseorang yang melakukan kesalahan. Kita tidak boleh mengabaikan mereka.

Namun, ketika kita membimbing mereka, kita tidak boleh bersikap kasar atau keras. Kita harus melakukannya dengan sikap bersahabat dan santun sehingga mereka mendengarkan kita dan tidak merasa kesal.


Kegiatan
Tahukah kalian bagaimana melakukan wudu' dengan benar?

Mengapa kalian tidak meminta orang tua kalian untuk memeriksa wudu' kalian?

Ketika kalian dapat melakukannya dengan benar, mintlah ayah atau ibu kalian untuk mengisi nama kalian pada form di bawah ini.


Imam Hasan al-Mujtaba As bersabda:
Perlakukanlah orang-orang sebagaimana kalian ingin diperlakukan. Biharul Anwar, vol 78, hal. 116


2. Ayo Makanlah Bersama Kami
Imam Kedua kita, Imam Hasan Mujtaba As adalah Imam yang senantiasa berbuat baik kepada orang-orang papah dan miskin.

Suatu hari, Imam Hasan berjalan di sebuah jalan ketika dia melintas, beberapa orang miskin sedang duduk di tanah sedang menyantap sepotong roti kering.

Ketika mereka melihat Imam Hasan al-Mujtaba As, mereka memintanya untuk bergabung bersama mereka.

Imam Hasan As duduk di atas tanah dan memakan roti kering bersama mereka.

Dia berkata, "Allah Swt tidak mendekati orang-orang takabur."

Ketika mereka telah menyelesaikan makanannya, Imam Hasan al-Mujtaba As berdiri untuk pergi. Sebelum beliau pergi, beliau menyampaikan terima kasih atas makanan yang mereka sajikan.

Kemudian beliau berkata, "Aku menerima undangan kalian, kini terimalah undangan dariku."

Mereka setuju dan menyertai Imam Hasan As kembali ke rumahnya.

Ketika mereka tiba di kediamana beliau mereka dilayani dengan baik. Mereka diberikan makanan yang baik sekaligus pakaian oleh Imam Hasan As.


Sumber Rujukan:
Manaqib, Ibn Syahr Aasyub, vol. 4, hal. 23.


Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Imam Hasan al-Mujtaba As di atas adalah:
Janganlah kalian terlalu berbangga diri untuk tidak duduk bersama kaum Muslimin yang miskin.

Janganlah pernah menolak undangan seorang Muslim untuk makan bersama mereka.

Senantiasalah berikan kepada orang-orang lebih baik dari yang mereka berikan kepada kalian.


Kegiatan
Katakan kepada orang tua kalian bagaimana Imam Hasan al-Mujtaba As duduk bersama orang-orang miskin untuk makan sepotong roti kering.

Imam Hasan al-Mujtaba As kemudian mengundang orang-orang miskin tersebut untuk makan di kediaman beliau, gambarlah makanan apa yang terhidang di atasnya untuk orang-orang miskin.


Imam Hasan al-Mujtaba As bersabda:
Janganlah menunda melakukan kebaikan dan janganlah membual atas kebaikan itu setelahnya. Biharul Anwar, vol 78, hal. 113


3. Sup Panas
Imam Kedua, Imam Hasan al-Mujtaba As adalah seorang insan suci yang tidak mudah marah.

Terkadang orang-orang berbuat kasar kepadanya, khususnya mereka yang tidak mengenal beliau.

Imam Hasan bersikap santun terhadap orang-orang jahil ini dan acap kali mereka merasa malu atas perlakuan kasar mereka. Mereka merubuah perilaku
mereka setelah menyaksikan kesempurnaan perilaku Imam Hasan As.

Masyarakat Madinah berkata bahwa Imam Hasan al-Mujtaba As hampir mirip dengan datuknya, Nabi Muhammad Saw, baik dalam rupa dan perbuatan.

Suatu hari ketika menyantap makan malam, seorang pelayan menumpahkan semangkuk sup dan percikannya mengenai badan Imam Hasan As.

Pelayan wanita ini sangat ketakutan lantaran berpikir bahwa Imam Hasan As akan marah dan menghukumnya. Pelayan wanita ini, segera membaca sebuah ayat suci al-Qur'an.

وَالْكاظِمِينَ الغَيظ

(surga menantikan) Orang-orang yang menahan marahnya.

Imam Hasan tersenyum dan berkata bahwa dia tidak marah.

Lalu wanita tersebut membaca ayat berikutnya:

وَالعافِينَِ عَنْ الناسِ

Dan memaafkan (kesalahan) orang.

Imam Hasan al-Mujtaba As berkata bahwa dia memaafkannya.

Kemudian wanita tersebut mengakhiri dengan membaca ayat:

وَالله يُحِبُّ المُحْسِنِين

Allah Swt menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

Imam Hasan al-Mujtaba As berkata kepadanya bahwa dia kini adalah seorang hamba yang bebas.

Pada hari yang indah ini, Imam Hasan al-Mujtaba As menunjukkan bahwa jika seorang menyakitimu dengan kesalahan, abaikanlah kesalahan itu.

Ayat di atas dapat dijumpai pada al-Qur'an surah ke-3, Ali Imran, ayat 134.


Sumber Rujukan:
al-Tanufi, al-Faraj ba'd al-Shiddah, hal. 101


Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Imam Hasan al-Mujtaba As di atas adalah :
Allah Swt mencintai orang yang dapat mengendalikan amarah mereka dan memaafkan kesalahan-kesalahan serta melakukan kebaikan.


Kegiatan
Bacalah kembali kisah di atas dan jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.

Mengapa Imam Hasan As senantiasa mendengarkan dengan sabar orang-orang yang berbuat kasar kepadanya?
_______________________________________________
_______________________________________________
Dalam hal apa Imam Hasan al-Mujtaba As mirip dengan Nabi Muhammad Saw?
______________________________________________
_____________________________________________
Tiga hal apa yang dikatakan oleh pelayan wanita itu dan bagaiamana Imam Hasan As menjawabnya?
____________________________________________
_______________________________________________


Imam Hasan al-Mujtaba As bersabda:
Orang-orang membinasakan diri mereka sendiri jika dalam diri mereka terdapat kebiasaan buruk, sombong, tamak dan hasud. Biharul Anwar, vol 78, hal. 111.

4. Menghadapi Kemarahan Dengan Santun
Suatu waktu seorang pengikut Mua'wiyah datang dari Suriah ke Madinah. Ketika dia melihat Imam Hasan Mujtaba As, dia mulai memaki dan mendamprat Imam Hasan.

Perlakuannya terhadap Imam Hasan As lantaran di Suriah, Mua'wiyah menyebarkan dusta dan berita palsu tentang Imam 'Ali As untuk menjelekkan namanya.

Orang-orang Suriah sudah lama berada di bawah kekuasaan Mu'wiyah sehingga mereka percaya dusta dan kepalsuan yang disampaikan oleh Mua'wiyah dan tidak mengerti kedudukan tinggi Ahlul Bait As.

Di Suriah, kaum Muslimin tidak memberikan nama-nama seperti 'Ali, Hasan dan Husain kepada anak-anak mereka lantaran mereka mendengar banyak hal-hal buruk tentang mereka.

Imam Hasan al-Mujtaba As mengetahui bahwa orang Suriah yang berlaku kasar kepadanya telah disesatkan oleh Mua'wiyah dan orang-orang sebangsanya.

Jadi, Imam tidak berkata apapun dan mendengarkannya dengan baik. Para pengikut Imam hendak menghajar orang tersebut atas apa yang telah dia katakana, akan tetapi Imam meminta mereka untuk membiarkan orang Suriah itu pergi.

Imam Hasan kemudian berbalik kepada orang itu dan menyapanya dengan ucapan "Salam". Imam mengundang orang itu ke kediaman beliau untuk makan dan istirahat karena dia pasti letih setelah melakukan perjalanan jauh.

Ketika orang ini melihat perlakuan sempurna Imam, dia menyadari bahwa apa yang disampaikan oleh Mu'awiyah kepadanya adalah tidak benar.

Dia merasa malu atas apa yang telah dikatakannya kepada sang Imam. Dia mulai menangis lalu berkata, "Allah Swt niscaya menempatkan Nubuwwah dan Imamah kepada orang-orang tetbaik."

Orang itu memohon permintaan maaf dari Imam. Kemudian setelah itu, bilamana dia mendengar seseorang berkata-kata jelek tentang Imam, maka dia akan membenarkannya.


Sumber Rujukan:
Allamah Majlisi, Bihar al-Anwar, bag. Keutamaan Imam Hasan As.


Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Imam Hasan al-Mujtaba As di atas adalah:
Janganlah pernah marah kepada seseorang ketika mereka marah. Karena akan membawa kedua-keduanya ke dalam pertikaian.

Tidak masalah bagaimana orang berlaku kepada kalian, kalian harus senantiasa memiliki akhlak yang sempurna.


Kegiatan
Ceritakan kembali kisah di atas dan berilah jawaban atas beberapa pertanyaan di bawah ini:

Mengapa orang Suriah itu menghina Imam Hasan al-Mujtaba As?
_______________________________________________
_______________________________________________
Menurut kalian, mengapa Mu'awiyah menyebarkan berita dusta tentang Ahlul Bait di Suriah?
______________________________________________________________________________________________
Mengapa Imam Hasan al-Mujtaba As tidak berkata-kata kasar kepada orang Suriah itu?
_______________________________________________
_______________________________________________
Bagaimana Imam Hasan As memenangkan hati orang Suriah itu? _______________________________________________
_______________________________________________
Tahukah kalian siapakah yang naik ke tampuk kekuasaan di Suriah setelah Mu'awiyah?
______________________________________________________________________________________________


Imam Hasan al-Mujtaba As bersabda:
Ajarkanlah ilmu kepada orang lain dan belajarlah ilmu dari orang lain sehingga akan dapat membawa ilmumu ke tangga kesempurnaan. Biharul Anwar, vol 78, hal. 111

7
Kisah-kisah Teladan dari Para Imam Maksum As

Kisah-kisah Teladan dari Imam Husain asy-Syahid As
Imam Husain Asy - Syahid As

Lahir: Madinah, 3 Sya'ban 4 H

Syahid: Karbala, 10 Muharram 61 H

Dimakamkan di Karbala


1. Malaikat Yang Tidak Dapat Terbang
Imam ketiga, Imam Husain asy-Syahid As adalah putra kedua Imam 'Ali As dan Hadrat Fatimah As. Ketika ia lahir, Nabi Saw sangat berbahagiah dan segera datang melihatnya. Atas perintah Allah, Nabi Saw memberikan nama kepadanya dengan nama Husain.

Nabi Saw mengumandangkan azan pada telinga kanannya dan iqamah pada telinga kirinya.

Ketika Imam Husain lahir, Allah Swt mengutus Jibril turun ke bumi untuk menyampaikan ucapan selamat kepada Nabi Saw dan keluarganya.

Pada saat Malaikat Jibril turun ke bumi, dia melintasi sebuah pulau, sebuah pulau yang dihuni oleh malaikat yang bernama Fitrus.

Fitrus telah dikirim ke pulau tersebut akibat sikap bandelnya. Dulu Fitrus memiliki sayap namun telah di ambil oleh Allah Swt. Dia telah sekian lama beribadah di pulau tersebut dan memohon permintaan maaf dari Allah Swt.

Ketika Fitrus melihat Jibril, dia bertanya mau ke mana gerangan Jibril.

Jibril berkata kepadanya bahwa dia hendak mengunjungi Nabi Muhammad Saw dan keluarganya untuk menyampaikan selamat kepada beliau dan keluarganya atas kelahiran Imam Husain asy-Syahid As.

Fitrus meminta Jibril untuk serta membawanya. Dengan izin dari Allah Swt, Jibril menyetujui untuk membawa Fitrus bersamanya. Dan kemudian, kedua malaikat tersebut tiba di kediaman Nabi Saw.

Ketika kedua malaikat tersebut tiba di kediaman Nabi Saw, mereka menyampaikan ucapan selamat kepada sang Nabi dan keluarganya. Fitrus maju ke depan dan menceritakan apa yang telah terjadi atasnya.

Nabi Saw meminta Fitrus untuk melihat Imam Husain As. Nabi berkata, "Sentulah badan bayi merah ini dan kembalilah ke tempatmu di Surga."

Tatkala Fitrus menyentuh tubuh Imam Husain As, Allah Swt yang telah mengampuninya, mengembalikan kedua sayapnya yang telah lama hilang itu.

Dalam keadaan bersuka-cita, Fitrus segera kembali ke Surga, dalam keadaan memuji Nabi Saw dan cucunya yang baru lahir.


Sumber Rujukan:
Majlisi, Bihar al-Anwar, bagian Mukjizat Imam Husain As


Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Imam Husain asy-Syahid di atas adalah:
Jika kalian menghendaki sesuatu dari Allah Swt, salah satu jalan untuk meminta kepada-Nya adalah dengan bertawassul kepada para Imam As lantaran mereka adalah orang-orang yang lebih dekat kepada Allah Swt ketimbang kita.


Kegiatan
Mengapa Fitrus mendapatkan kembali kedua sayapnya?


Imam Husain asy-Syahid As bersabda:
Jangan pernah biarkan seseorang masuk ke rumah tanpa memberikan "Salam". (Kita harus membiasakan mengucapkan salam) Biharul Anwar, vol 78, hal. 117.


2. Lebih Manis Dari Madu
Pada akhir hayatnya, Imam Husain As harus bertempur melawan raja bengis Yazid dan pasukannya.

Yazid ketika memerintah mengubah agama Islam yang telah diajarkan dengan susah-payah oleh Nabi Saw. Kini tiba saatnya bagi seseorang untuk bangkit melawannya dan berkata kepadanya bahwa apa yang dilakukannya adalah keliru.

Imam meninggalkan Madinah pada akhir bulan Rajab tahun 60 H dan bertolak ke Makkah untuk mencari tahu bagaimana sikap kaum Muslimin terhadap Yazid.

Kemudian, masyarakat Iraq terus menulis surat untuk Imam untuk datang menolong mereka. Mereka bahkan berkata bahwa mereka akan adukan ke hadapan datuknya jika Imam Husain mengabaikan mereka.

Menanggapi surat mereka, Imam Husain mengutus saudara sepupunya, Muslim ke Kufah untuk melaporkan keadaan di sana. Sementara itu, Imam Husain melanjutkan mempersiapkan diri untuk menunaikan ibadah haji.

Lalu, Yazid mengirim beberapa orang ke Mekkah untuk membunuh Imam. Lantaran tidak ingin berperang di tanah suci, Imam meninggalkan Mekkah bertolak menuju Kufah.

Dalam perjalanan menuju Kufah, Imam Husain dihentikan oleh Hurr, seorang komandan tempur pasukan Yazid. Pada awal bulan Muharram tahun 61 H. Imam dipaksa untuk mendirikan tenda di tanah Karbala.

Selama dalam perjalanan, Imam Husain disertai oleh keluarganya. Anggota keluarganya itu terdiri dari wanita-wanita dan anak-anak beliau.

Ketika tiba saatnya untuk bertempur dengan pasukan Yazid, salah seorang kemenakan Imam yang bernama Qasim, sangat berhasrat untuk ikut bertempur.

Qasim adalah putra Imam Hasan As. Dia berusia 12 tahun. Dia senantaisa meminta Imam Husain untuk membiarkan dia pergi dan bertempur melawan musuh-musuh.Islam. Imam berbalik kepadanya dan bertanya, "Putraku, menurutmu apakah kematian itu?

Ia menjawab, "Mati di jalan Allah adalah lebih manis dari madu!"


Sumber Rujukan:
Allamah Majlisi, Bihar al-Anwar, bagian Peristiwa pada hari Asyura.


Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Imam Husain asy-Syahid di atas adalah:
Kita harus melakukan apa pun untuk dapat membantu Islam, baik kita seorang pemuda atau seorang tua.


Imam Husain asy-Syahid As bersabda:
Perbuatan tergesa-gesa dan terburu-buru merupakan suatu bentuk kebodohan. Biharul Anwar, vol 78, hal 122


3. Tiga Pertanyaan
Suatu hari seorang Badui Arab datang kepada Imam Husain As, Imam Ketiga kita. Dia berkata kepada Imam Husain As, "Aku memiliki hutang yang aku tidak dapat bayar." Aku datang kepada Anda untuk meminta bantuan karena aku telah mendengar kemuliaan dan kepemurahan Anda.

Imam As berkata kepadanya, "Aku akan mengajukan tiga pertanyaan kepadamu, jika engkau dapat menjawab pertanyaan pertama, aku akan memberikan uang untuk membayar sepertiga hutangmu. Jika engkau menjawab pertanyaan kedua, aku akan memberikan sepertiga yang lainnya. Jika engkau dapat menjawab ketiga pertanyaan dengan benar, aku akan memberikan uang yang engkau perlukan untuk membayar hutangmu."

Orang Badui itu risau atas masalah ini. Dia berkata, "Wahai Maulana (tuanku)! Anda adalah orang yang sangat berilmu dan aku adalah seorang dungu di hadapan anda!"

Imam menjawab, "Aku mendengat dari datukku, bahwa kebaikan harus dilakukan kepada seseorang berdasarkan pemahamannya terhadap agama dan kewajiban-kewajibannya kepada Allah."

Si Badui itu berkata, "Bertanyalah, Aku akan memberitahu apa yang aku ketahui. Jika aku tidak memiliki jawaban, aku akan belajar dari Anda dan mengingat jawabannya untuk keperluan masa depan."

Imam As bertanya kepadanya, "Di antara seluruh perbuatan yang baik. Manakah yang terbaik?"

Badui itu menjawab, "Beriman kepada Allah dan beriman kepada Tauhid-Nya."

Lalu, Imam As bertanya, "Apa yang dapat menyelamatkan manusia dari kebinasaan?"

Si Badui menjawab, "Bersandar kepada Allah dan mempercayakan kepada-Nya."

Imam bertanya lagi, "Apa yang memberikan manusia kemuliaan?"

Si Badui menjawab, "Ilmu pengetahuan disertai dengan sifat pemaaf (atas kesalahan-kesalahan orang lain).

Imam bertanya, "Jika dia tidak memiliki pengetahuan?"

Si Badui menjawab, "Kekayaan disertai dengan sifat pemurah."

Imam kemudian bertanya lagi, "Bagaimana jika hal ini juga tidak dia miliki?'

Si Badui berseru, "Biarlah petir datang dari angkasa menyambar dan membakarnya, karena dia layak mendapatkannya!"

Ketika mendengar seruan ini, Imam As tersenyum dan memberikan uang kepada si Badui melebihi keperluannya untuk membayar utangnya serta memberikan cincin kepadanya.


Sumber Rujukan:
Allamah Majlisi, Biharul Anwar, Bagian keutamaan Imam Husain As.


Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Imam Husain asy-Syahid di atas adalah:
Seseorang harus berupaya menolong seorang Muslim untuk membayarkan hutangnya ketika dia tidak mampu melakukannya.

Tidak setiap orang layak mendapatkan pertolongan yang sama. Mereka yang baik, mengamalkan amal seorang Muslim harus lebih dibantu..


Kegiatan
Bacalah kembali kisah di atas dan berilah jawaban atas beberapa pertanyaan di bawah ini:

Menurut kalian, mengapa Imam Husain bertanya kepada si Badui sebelum menolongnya?
_______________________________________________
_______________________________________________
Jawaban apa yang diberikan oleh si Badui ketika ditanya oleh Imam Husain As tentang apa yang memberikan manusia kemuliaan?
______________________________________________________________________________________________
Apa yang membuat Imam Husain As tersenyum?
______________________________________________________________________________________________



Imam Husain asy-Syahid As bersabda:
Seorang yang menolong saudaranya Muslim di dunia ini, akan ditolong oleh Allah Swt pada hari kiamat. Biharul Anwar, vol 78, hal. 121.


4. Orang Seperti Aku Tidak Akan Membaiat Orang Seperti Dia
Imam Husain As berperang melawan penguasa Bani Umayyah Yazid pada tahun 61 H. demi menyelamatkan Islam.

Imam Husain As dipaksa untuk bertempur dengan lasykar Yazid karena beliau tidak memberikan baiat kepada Yazid.

Ketika engkau memberika baiat kepada penguasa zalim, artinya bahwa engkau berjanji akan senantiasa mentaati dan membantunya.

Imam Husain As berkata tentang Yazid, "Orang seperti Aku tidak akan memberikan baiat kepada orang seperti Yazid. " Beliau bermaksud bahwa sebagai Imam bagi kaum Muslimin dan pembimbing mereka, beliau tidak akan pernah memberikan baiat kepada Yazid, yang berdiri untuk segalanya dalam menentang Islam.

Imam Husain as berkata bahwa apa yang diyakini oleh Yazid adalah bertentangan sepenuhnya dengan apa yang diyakini oleh Imam Husain As. Yazid adalah pengikut syaitan sementara Imam Husain As adalah pengikut Allah Swt.

Imam As mengetahui bahwa beliau dan keluarganya serta sahabat-sahabatnya akan syahid di Karbala. Beliau juga tahu bahwa ini adalah satu-satunya jalan untuk menghentikan Yazid dari merusak Islam.

Pada lasykar Imam Husain As tidak terdapat pasukan yang kuat - hal ini tidaklah diperlukan untuk bergabung dengan lasykar Imam. Untuk masuk bergabung menjadi lasykar Imam, engkau meyakini dan mengamalkan Islam.

Imam menghendaki umat, ketika mereka mendengar tentang tragedy Karbala, supaya mengetahui bahwa dia tidak berperang untuk mendapatkan kekuasaan atau menciptakan keonaran. Akan tetapi, untuk menyelamatkan agama yang telah dibawa oleh datuknya.

Dalam pasukannya, Imam memiliki lasykar yang kaya akan kemuliaan. Beliau memiliki budak-budak merdeka. Beliau memiliki orang tua dan anak muda. Beliau memiliki orang yang telah melakukan kesalahan dan kemudian menyesal dan bertaubat (seperti Hurr - seorang komandan tempur pasukan Yazid). Akan tetapi mereka satu dalam ketakwaan, yang mencintai Allah dan Islam.

Bilamana kaum Muslimin yang lain mendengar tentang tragedy Karbala, mereka akan bertanya kepada diri mereka sendiri, mengapa orang-orang yang berasal dari latar belakang yang berbeda, berbeda lingkungan, berbeda cara hidup, datang bersama bertempur dan syahid bersama Imam Husain As?

Setiap Muslim, tanpa memandang warna, ras, latar-belakang, keadaan keuangan, usia, dapat mengidentifikasi dirinya setidak-tidaknya dengan salah seorang syahid dalam lasykar Imam Husain As dan melalui pengidentifikasian ini ia dapat memahami mengapa Imam Husain melakukan semua ini.


Sumber Rujukan:
Syaikh Mufid, al-Irsyad, Bagian Kehidupan Imam Husain As.

Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Imam Husain asy-Syahid As di atas adalah:

Imam tidak dapat memberikan baiat kepada Yazid lantaran bertentangan dengan apa yang diyakininya. Kalian harus bertahan dengan apa yang kalian yakini.


Kegiatan
Bacalah kembali kisah di atas dan jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.

Apa yang dikatakan Imam tentang baiat terhadap Yazid? Apa yang dimaksudkan dengan perkataannya itu?
_______________________________________________
_______________________________________________
Menurut kalian, mengapa Imam membawa wanita-wanita dan anaknya bersama ke Karbala sekalipun beliau tahu bahwa mereka mungkin akan dibunuh di sana?
______________________________________________________________________________________________



Imam Husain asy-Syahid As bersabda:
Janganlah berkata-kata tentang saudara Muslimmu ketika mereka tidak ada lantaran kalian tidak suka mereka berkata-kata tentangmu ketika kalian tidak ada. Biharul Anwar, vol 78, hal. 127


8
Kisah-kisah Teladan dari Para Imam Maksum As

Kisah-kisah Teladan Dari Imam 'Ali Zainal 'Abidin As
Imam Ali Zain Al-'Abidin As

Lahir: Madina, 5 Sya'ban 38 H

Syahid: Madina, 25 Muharram 95 H

Dimakamkan di Madinah


1. Di Luar Rumah pada Kegelapan Malam
Imam Keempat kita, Imam 'Ali Zainal 'Abidin As merupakan orang yang paling baik kepada kaum Muslimin yang miskin dan membutuhkan. Beliau senantiasa keluar dengan jalan apa saja untuk membantu mereka.

Tatkala kegelapan malam menyelimuti kota dan orang-orang sedang tertidur, Imam As terjaga, menaruh beberapa makan dalam sebuah karung dan memikul di pundaknya untuk dibawa ke rumah-rumaha orang miskin.

Meskipun dalam keadaan gelap dan orang-orang sedang tertidur, Imam menutup wajahnya khawatir kalau-kalau ada yang melihatnya. Beliau tidak ingin orang-orang yang dia tolong mengetahuinya sehingga membuat mereka malu.

Dengan cara diam-diam, Imam merawat kurang-lebih 100 keluarga tanpa mereka ketahui siapa yang menolong mereka.

Imam Sajjad (gelar Imam Zainal Abidin As) berkata, "Menolong orang dengan diam-diam menghilangkan murka Allah Swt pada Hari Kiamat."

Ketika beliau menolong seorang pengemis, beliau mencium tangan si pengemis sehingga si penerima tidak akan merasa malu. Imam berkata, "Aku tidak memberikannya kepadamu, akan tetapi aku memberikannya kepada Allah Swt."

Imam Sajjad As merawat keluarga-keluarga miskin seperti keluarganya sendiri. Imam Baqir As meriwayatkan bahwa, "Ayahku membeli sebuah mantel tebal untuk musim dingin. Ketika musim panas tiba, beliau memerintahkannya untuk dijual dan menyerahkan uangnya sebagai sedekah."

Hal ini menunjukkan bahwa Imam Sajjad As menggunakan uang ekstra yang beliau miliki untuk menolong kaum miskin.

Hanya tatkala beliau wafat dan orang-orang lama tidak lagi menerima makanan, mereka mengetahui bahwa pastilah Imam Zainal Abidin As yang telah menolong mereka selama ini.


Sumber Rujukan:
Hilyat al-Awliya, vol. 3, hal. 136


Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Imam Zainal Abidin As di atas adalah:
Salah satu kewajiban kita bila Allah Swt memberikan kita harta adalah membaginya kepada orang yang kurang beruntung dari kita.

Ketika kalian melakukan sebuah pekerjaan yang baik, kalian tidak boleh mengatakan kepada orang lain, lantaran Allah Swt dapat melihat dan Dialah yang akan memberikan kalian ganjaran atas apa yang telah kalian lakukan.


Imam Sajjad As bersabda:
Memandang dengan ceria kepada seorang Muslim adalah bagian dari ibadah. Tuhaful Uqul, hal. 282


2. Hajar Aswad yang Berbicara
Setelah syahadah Imam Husain As, Imam Keempat kita, Imam Zainal Abidin As dan seluruh wanita di Karbala dibawa ke Damaskus oleh orang-orang kejam Yazid dan menjebloskan mereka ke dalam penjara di Damaskus.

Setelah setahun berlalu, Imam Sajjad As diizinkan untuk meninggalkan Damaskus, dan beliau memutuskan untuk kembali ke Madinah tempat tinggalnya. Di Madinah, Imam memiliki banyak kerabat dan sahabat, termasuk pamannya, Muhammad al-Hanafiyyah.

Suatu hari, tatkala mereka berdua pergi ke Makkah, pamannya meminta untuk bersua dengan Imam Sajjad As secara khusus. Ketika mereka bertemu, Muhammad al-Hanafiyyah berkata bahwa lantaran dia adalah saudara Imam Husain As dan putra Imam Ali As, seyogyanya dialah yang menjadi Imam selepas Imam Husain As. Muhammad al-Hanafiyyah juga mengingatkan Imam bahwa dia lebih tua darinya dan sepanjang yang ia ketahui bahwa, Imam Husain As belum mengumumkan siapa yang kelak menjadi Imam selepasnya.

Imam Sajjad As berkata, "Wahai Paman, takutlah kepada Allah, percayalah kepadaku bahwa masalah Imamah adalah kepunyaanku bukan untukmu."

Namun, Muhammad al-Hanafiyah tetap saja membantah Imam Sajjad As hingga mereka tiba di Ka'bah.

Imam Sajjad As berkata, "Jika engkau ingin bukti bahwa aku adalah Imam yang sesungguhnya, mengapa kita tidak bertanya kepada Hajar al-Aswad untuk memberitahukannya kepada kita."

Muhammad al-Hanafiyyah setuju dan berdiri di hadapan Hajar al-Aswad dan berulang kali dia bertanya untuk mendapatkan penegasan dari batu hitam tersebut bahwa dialah imam. Tidak ada respon dari batu hitam tersebut.

Kemudian Imam As maju dan berkata, "Wahai Hajar al-Aswad! Aku bertanya kepadamu, Demi Allah yang telah mengajarkanmu nama-nama para nabi dan imam, katakanlah kepada kami dalam bahasa Arab yang jelas, siapakah Imam Zaman sekarang ini?"

Tiba-tiba Hajar al-Aswad mulai bergetar dan bergoyang, seakan-akan hendak keluar dari Ka'bah. Lalu, dengan izin Allah Swt, Hajar al-Aswad berbicara dengan suara yang lantang dan berkata, "Imam zaman adalah Ali bin Husain bin Ali."

Kala mendengar pesan yang menakjubkan ini, Muhammad al-Hanafiyah berbalik ke arah Imam Sajjad As dan berkata, "Wahai anak saudaraku! Memang benar bahwa engkau adalah Imam dan aku adalah pengikutmu"


Sumber Rujukan:
Syaikh Kulaini, al-Kafi, vol. 1, hal. 348


Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Imam Zainal Abidin As di atas adalah:
Imam adalah orang yang dipilih oleh Allah, bukan oleh manusia.

Apabila diperlukan, Allah mengabarkan kepada manusia ihwal siapa imam melalui mukjizat.


Imam Zainal Abidin As bersabda:
Jika seseorang menghinamu namun kemudian datang meminta maaf, maka terimalah maafnya. Tuhaful Uqul, hal. 282.


3. Berusaha untuk Membuat Orang Tertawa
Suatu saat, Imam Keempat kita , Imam 'Ali Zainal 'Abidin As berjalan di sebuah jalan di Madinah dengan para sahabat dan murid-muridnya.

Pada masa itu, ada seorang yang berlaku konyol yang biasa mengerjain orang sehingga membuat yang lain tertawa. Dia tidak memiliki hal yang lain untuk dikerjakan.

Orang ini melihat Imam Sajjad As dan datang menghampiri para sahabat Imam. Dan, sebagaimana biasa, dia berpikir untuk membuat orang lain tertawa.

Ketika Imam Sajjad As melintasinya, dia merebut aba'a (jubah) Imam dari pundaknya dan membawanya kabur.

Imam bertanya, "Siapakah dia?" Mereka berkata, "Dia adalah orang yang senantiasa berbuat konyol kepada orang-orang yang melintas."

Imam berkata, "Katakan kepadanya bahwa Allah Swt telah menjadikan suatu hari (Hari Kiamat) ketika mereka yang menghabiskan waktunya untuk melakukan perbuatan konyol dan hal-hal yang tidak berguna dalam keadaan memikul kerugian besar.

Perbuatan yang sama terjadi di Kufa, ketika seseorang menghantam kepala seorang botak yang melintas untuk membuat orang tertawa.

Ketika temannya mengabarkan bahwa orang yang baru saja dia candai adalah panglima perang kaum Muslimin, Malik Asytar. Mendengar nama ini, orang ini menjadi sangat ketakutan.

Lalu dia mengejar Malik untuk meminta maaf. Akan tetapi Malik berkata, "Aku baru saja berdoa kepada Allah Swt untuk memberimu petunjuk supaya berperlaku yang lebih baik."

Orang tersebut sangat malu atas perbuatan konyol yang dilakukannya.


Sumber Rujukan:
Amali, Syaikh Saduq, hal. 220, Daastan-e Raastan, Syahid Mutahhari.


Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Imam Zainal Abidin As di atas adalah:
Kita tidak sepatutnya menghabiskan waktu kita melakukan perbuatan konyol untuk menarik perhatian orang.

Janganlah bercanda dengan orang lain sehingga orang tertawa atas apa yang engkau katakan, dengan melakukan itu, engkau telah mencederai perasaan orang yang engkau candai.


Kegiatan
Bacalah kembali kisah di atas dan berilah jawaban atas beberapa pertanyaan di bawah ini:

Mengapa orang tersebut merampas jubah Imam Sajjad As?
_______________________________________________
_______________________________________________
Nasihat apakah yang disampaikan oleh Imam Sajjad As kepada orang-orang untuk diteruskan kepada orang tersebut?
______________________________________________________________________________________________
Siapakah Malik as-Asytar itu? Usahakanlah untuk mencari tahu lebih banyak tentang Malik al-Asytar selain dari apa yang dikisahkan di atas?
_______________________________________________
_______________________________________________
Menurutmu, mengapa orang yang memukul Malik al-Asytar menyesal atas perlakuannya?
_______________________________________________
_______________________________________________


Imam Ali Zainal Abidin As bersabda:
Janganlah berkawan dengan seorang pendusta lantaran dia ibarat sebuah fatarmorgana. Dia menunjukkan hal yang dekat sebagai sesuatu yang jauh dan yang jauh sebagai yang dekat. Tuhaful Uqul, hal. 279.


4. Zabur Keluarga Nabi
Setelah tragedi pilu Karbala, Imam Keempat kita, Imam 'Ali Zainal 'Abidin As, kembali ke Madinah setelah menghabiskan masa setahun dalam penjara Yazid di Damaskus.

Di Madinah, Imam Sajjad As secara ketat diawasi oleh orang-orang Yazid, yang ingin mencari tahu kalau-kalau Imam Sajjad As memulai kegiatan yang merongrong pemerintahan Yazid.

Imam Ali Zainal Abidin As bertugas untuk mengajarkan dan membimbing kaum Muslimin, dan ia melakukannya dengan berbagai cara.

Imam Sajjad As dikenal oleh para ulama sebagai seorang yang ahli dalam bidang hadits Nabi Muhamamd Saw. Banyak ulama datang ke hadiratnya untuk menuntut ilmu darinya.

Salah satu jalan yang ditempuh oleh Imam untuk membimbing umat adalah melalui jalan doa dan munajat kepada Allah Swt. Ia membaca doa dan umat akan ikut serta bersamanya berdoa. Pada saat yang sama umat dapat belajar banyak tentang Islam berkat doa-doa yang memuat banyak pesan dan ajaran itu.

Sebagai hasilnya, hari ini kita memiliki kumpulan doa dalam sebuah buku yang disebut sebagai, "as-Sahifah al-Kamilah al-Sajjadiyah." Imam Ali Zainal Abidin As dikenal sebagai as-Sajjad. Kitab doa ini juga dikenal sebagai Zabur Ahlul Bait As."

Salah satu doa yang terkenal dari kitab doa ini adalah Makarimul Akhlaq.

Dalam satu bait doanya, Imam Sajjad As bersenandung:

Allahummah (Ya Allah)!

Sampaikan salawat dan salam ke atas Muhamamad dan keluarganya yang kudus,

Janganlah Engkau angkat aku satu derajat pun di hadapan manusia,

Tanpa Engkau turunkan aku juga semisal dengan itu dalam diriku,

Dan jangan Engkau datangkan kepadaku kemegahan lahir

Tanpa Engkau berikan kerendahan batin dalam diriku


Demikianlah doa yang dilantunkan oleh Imam kita yang mulia.


Sumber Rujukan:
Sahifah as-Sajjadiyah, Doa No. 20, Makarimul Akhlaq


Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Imam Ali Zainal Abidin As di atas adalah:
Doa merupakan jalan untuk meminta sekaligus terkandung pelajaran di dalamnya.

Kita harus mencoba membaca doa-doa dari kitab Sahifah al-Kamilat as-Sajjadiyah dan merenungkan kandungannya.


Kegiatan
Apakah kalian memiliki kitab Sahifah as-Sajjadiyah di rumah?

Jika tidak, mintalah kepada orang tua kalian untuk membelinya. Bacalah beberapa bagian dari doa-doa sesering mungkin dan kajilah ajaran-ajaran Imam Sajjad As dari doa-doa tersebut.

Ayat-ayat berikut ini merupakan ayat-ayat al-Qur'an tentang doa

Bacalah ayat-ayat berikut ini dan tulislah arti ayat tersebut di bawahnya.

وَ اِذا سالَکَ عِبادِيْ عَنِّي فِانِّي قَرِ يبٌ ¸اُجِيْبُ دَعْوةَ الدّاعِ اِذَا دَعاَنِ

¸فَلْيَسْتَجِيْبُوا لِي وَلْيُؤمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ

(Surah al-Baqarah [2]:186)
_______________________________________________
_______________________________________________

وَ قاَلَ رَبُّکُمْ اُدْعُوْنِي اَسْتَجِبْ لَکُمْ ¸اِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَکْبِرُونَ عَنْ عِبادتيْ سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ داخِريْنَ °


(Surah al-Ghafir [40]:60)
______________________________________________________________________________________________


Imam Ali Zainal Abidin As bersabda:
(Setelah menguraikan panjang lebar tentang apa saja yang dilakukan oleh seorang ibu untuk anaknya, ia berkata), "Ibu memikul sarat beban untukmu, maka, engkau harus berupaya keras untuk berterima kasih kepadanya dan membuatnya rida." Tuhaful Uqul, hal. 263.

9
Kisah-kisah Teladan dari Para Imam Maksum As

Kisah-kisah Teladan Dari Imam Muhammad Baqir As
Imam Muhammad al-Baqir As

Lahir: Madina, 1 Rajab 57 H

Syahid: Madina, 7 Dzul Hijja 114 H

Dimakamkan di Madinah


1. Janji Jabir
Pada masa Imam Kelima, Imam Muhammad al-Baqir As, hiduplah seorang tua yang dipanggil sebagai Jabir bin Abdullah al-Ansari Ra.

Jabir adalah seorang Muslim yang taat yang pernah hidup semasa dengan Rasulullah Saw.

Suatu hari Nabi Saw berkata kepada Jabir Ra bahwa usianya akan panjang untuk melihat cucu Rasullah Saw, Imam Muhammad Baqir As. Nabi Muhammad Saw berkata, "Sesungguhnya engkau akan melihatnya." Namanya mirip dengan namaku dan sifat-sifatnya seperti denganku." Nabi Muhammad Saw lalu meminta Jabir bin Abdullah al-Ansari Ra untuk menyampaikan salam kepadanya.

Jabir Ra tahu bahwa dia tidak akan meninggal sebelum perjumpaan ini. Setelah Nabi Saw wafat, Jabir tetap hidup dalam beberapa waktu lamanya persis seperti apa yang disampaikan Nabi Saw. Pada masa-masa akhir usia Jabir Ra, ia merupakan satu-satunya orang yang hidup yang pernah menyaksikan Nabi Muhammad Saw dengan mata kepalanya sendiri.

Suatu hari, Jabir Ra yang telah menjadi seorang yang renta, mengunjungi Madinah. Kala itu ia menjumpai seorang anak kecil. Perilaku anak tersebut mengingatkan Jabir Ra atas kekasihnya Rasullah Saw.

Anak itu adalah Imam kita yang kelima.

Jabir Ra bertanya kepada anak tersebut perihal dirinya. Ketika Imam Baqir As menjawab bahwa ia adalah Muhammad bin Ali As, Jabir Ra sedemikian gembira sehingga air matanya luruh. Jabir mengecup tangan anak tersebut dengan bahagia.

Jabir Ra berpaling kepada Imam dan berkata bahwa Rasulullah Saw, datuk Imam Baqir As, memintanya untuk menyampaikan salam kepadanya.

Ia berkata kepada Imam Baqir As bahwa Nabi Saw mengabarkan kepadanya bahwa gelar anak tersebut "al-Baqir", seorang yang mengajarkan ilmu-ilmu yang tersembunyi kepada manusia.


Sumber Rujukan:
Kulaini, al-Kafi, vol. 1, hal. 496


Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Imam Muhammad al-Baqir As di atas adalah:
Nabi Saw dapat berkata tentang apa yang akan terjadi di masa datang lantaran telah dianugerahi ilmu pengetahuan yang khusus oleh Allah.


Imam Baqir As bersabda:
Jangalah engkau bersikap malas, kurang sabar, dan lekas marah. Sifat-sifat ini merupakan kunci banyak kejahatan. Tuhaful Uqul, hal. 295


2. Memanah di Istana
Pada suatu musim, Imam Muhammad Baqir As pergi ziarah Haji, disertai oleh Imam Keenam (Imam Ja'far Sadiq As) dan anggota keluarga yang lain.

Pada saat itu, raja yang bernama Hisyam bin Abdul Malik, datang dari Suriah dengan maksud yang sama yaitu melakukan ziarah Haji.

Selama musim Haji, ribuan kaum Muslimin berkumpul mengerumuni Imam Baqir As untuk belajar darinya. Mereka memuja ilmu dan perilaku mulia sang Imam.

Hisyam menjadi sangat iri atas segala perhatian orang yang diterima oleh Imam Baqir As. Ia juga risau bahwa Imam akan menjadi popular sehingga orang akan menuntutnya menjadi penguasa menggantikan Hisyam.

Ketika Hisyam kembali ke ibukotanya Damaskus, ia memerintahkan kedua Imam itu dikirim dari Madinah ke Suriah. Ia berencana menunjukkan kepada orang-orang bahwa Imam Baqir As tidak mengetahui segalanya.

Tatkala Imam Baqir As tiba di istananya, Hisyam duduk dengan segala kebesarannya dan kala itu pertandingan memanah sedang berlangsung. Beberapa prajurit sedang memamerkan keahliannya, memanah dari jarak yang jauh.

Sesuai yang direncanakan, Hisyam meminta Imam Baqir As untuk menunjukkan kebolehannya dalam memanah. Ia hendak menjatuhkan Imam di hadapan orang-orang.

Imam Baqir As meminta untuk dimaaafkan. Ia berkata bahwa ia adalah seorang yang renta; akan tetapi si raja tetap bersikeras.

Akhirnya, Imam Baqir As mengambil busur dan anak panah. Ia menembak ke arah sasaran dan tepat mengenai sasaran. Imam Baqir As tetap menarik busur dan melesakkan lebih anak panah hingga mengenai sembilan kali sasaran. Setiap anak panah yang dilesakkan tepat mengenai sasaran dengan sempurna.

Orang-orang yang hadir kala itu berdecak kagum, akan tetapi Hisyam sangat gusar menyaksikan kepiawaian sang Imam. Ia menyembunyikan kegusaran dan kekecewaannya, dan maju memeluk dan memberikan selamat kepada Imam.

Hisyam dengan basa-basi bertanya, "Apakah putramu sepiawai dirimu?" Kegusaran dan keiriannya semakin memuncak tatkala Imam menjawab, "Kami (para Imam) mewarisi kesempurnaan dari satu dengan yang lain."


Sumber Rujukan:
al-Qarasyi, Life of Imam Muhammad al-Baqir As.


Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Imam Muhammad al-Baqir As di atas adalah:
Para Imam adalah manusia sempurna dalam segala hal. Kepiawaian mereka menggunakan senjata sama dengan kepiawaian ilmu mereka.


Imam Muhammad al-Baqir As bersabda:
Seorang Muslim adalah seorang yang tidak akan menghina saudaranya yang Muslim atau menyembunyikan sesuatu darinya atau berpikir buruk tentangnya. (Tuhaful Uqul, hal. 296)


3. Mata Uang bagi Negeri Kaum Muslimin
Pada masa Imam Kelima, Imam Muhammad Baqir As. Kaum Muslimin menggunakan mata uang Roma sebagai mata uang mereka.

Khalifah kaum Muslimin kala itu adalah Abdul Malik bin Marwan. Suatu hari ia memperhatikan kaum Muslimin. Buku dan barang-barang lainnya yang dibeli oleh kaum Muslimin dari Emperium Roma memiliki tanda salib di dalamnya. Tanda-tanda ini menunjukkan bahwa Tuhan memiliki sekutu, sekutunya adalah Putra dan Ruh al-Kudus.

Abdul Malik tidak rela dengan keadaan ini yang menentang ajaran Islam ini. Ia memerintahkan gubernurnya untuk mengenyahkan seluruh buku dan pakaian yang menunjukkan tanda salib di pelbagai negeri kaum Muslimin.

Sebagai ganti dari tanda salib ini, ia menginstruksikan orang-orang untuk menggunakan kalimat tauhid, "La Ilaha Illallah" (Tiada tuhan selain Allah).

Tatkala Kaisar Roma mengetahui hal ini, ia sangat murka. Pertama-tama, ia menulis surat kepada Abdul Malik untuk merubah keputusannya dan mengirimkan hadiah-hadiah yang berharga. Namun, ketika Khalifah Abdul Malik menolaknya, ia menggunakan ancaman yang ia yakini dapat diandalkan. Kaisar Roma mengancam akan membuat mata uang yang membawa pesan-pesan yang menghina Nabi Muhammad Saw.

Abdul Malik kebingungan. Ia tahu bahwa tanpa mata uang Roma, ia akan menghadapi banyak kesulitan. Ia bertanya kepada penasihatnya, apa yang harus ia lakukan.

Seseorang menyarankan bahwa Imam Baqir As harus dimintai nasihatnya lantaran tidak terdapat seorang pun yang dapat memberikan masukan dan saran dalam menghadapi masalah yang pelik seperti ini.

Imam Baqir As diundang ke Damaskus dan menyodorkan sebuah solusi. Setelah mempelajari situasi dan kondisi, Imam berkata, "Panggil beberapa orang yang pandai membuat mata uang. Perintahkan kepadanya untuk mengukir surat Tauhid pada satu sisi, dan nama Nabi Saw pada sisi lainnya. Buat Dirham uang dengan nilai sepuluh Dirham dan Dinar dengan nilai tujuh Dinar."

Khalifah menyetujui usulan sang Imam dan memujinya bahwa usulan ini merupakan usulan yang cemerlang. Dan menindak lanjuti usulan Imam, mata uang kaum Muslimini dibuat.


Sumber Rujukan:
Ibn Katsir, al-Bidayah wan Nihayah, vol. 9, hal. 68


Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah di atas adalah:
Pada saat menghadapi masa-masa sulit dan pelik, musuh-musuh pun datang kepada para Imam untuk meminta pertolongan. Para Imam As tidak pernah menolak untuk memberikan pertolongan ketika diminta.

Berkat nasihat Imam Baqir As, kaum Muslimin mendapatkan kebebasan dalam melakukan kegiatan perekonomian terlepas dari kendali kaum Romawi.


Kegiatan
Bacalah kembali kisah di atas dan berilah jawaban atas beberapa pertanyaan di bawah ini.

Menurutmu mengapa sedemikian penting bagi kaum Muslimin untuk memiliki mata uang?
_______________________________________________
_______________________________________________
Menurutmu mengapa kaum Muslimin menggunakan mata uang Roma untuk beberapa lama?
_______________________________________________
_______________________________________________

Dapatkah kalian membuat koin Dinar dari emas seperti yang terdapat pada masa Imam Kelima As.


Imam Muhammad Baqir As bersabda:
Tidak seorang pun orang yang terlepas dari dosa kecuali ia menjaga lisannya (berpikir baik-baik sebelum berkata-kata). Tuhaful Uqul, hal. 296


4. Bekerja merupakan bagian Ibadah kepada Allah
Pada suatu siang yang terik, Imam Kelima kita, Imam Muhamamd Baqir As sedang bekerja keras di ladangnya.

Seseorang yang bernama Muhammad bin Munzir sedang berjalan dengan cepat. Tatkala ia melihat Imam kepanasan dan kelelahan dari kerja keras yang telah ia lakukan. Sang Imam sedang beristirahat dengan kedua budaknya.

Muhammad bin Munzir berkata kepada Imam bahwa ia tidak perlu bekerja keras lantaran ia adalah seorang alim yang terkemuka.

Orang itu lebih jauh berkomentar, "Apa yang akan engkau lakukan bila sang maut datang menjemputmu sementara engkau sedang sibuk mengejar urusan duniawi?"

Tuturan orang itu membuat Imam gusar. Ia berkata, "Biarkanlah sang maut datang menjemputku sementara Aku beribadah kepada Allah Swt. Aku bekerja untuk menutupi keperluanku dan keperluan keluargaku."

Maksud Imam Baqir As adalah bahwa bekerja keras untuk mendapatkan uang dengan tujuan untuk membantu diri dan keluarga merupakan kewajiban bagi setiap Muslim. Islam tidak suka melihat kita bermalas-malasan dan meminta-minta kepada orang lain.

Orang itu menjadi malu atas komentarnya yang tidak senonoh tersebut kepada Imam, "Anda benar. Aku ingin memerintahmu, akan tetapi Andalah yang memerintahku."

Sabda Imam Baqir tersebut adalah sebuah catatan penting bahwa bekerja keras untuk memperoleh pendapatan merupakan kewajiban yang telah dititahkan oleh Allah kepada setiap Muslim.

Imam Baqir As bersabda, "Barang siapa yang bekerja untuk memperoleh pendapatan, ia akan semakin mendapatkan kemudahan, bebannya akan menjadi ringan dan keluarganya terbebas dari kemalangan dan kerisauan."

Imam As tidak menyukai kemalasan apa pun bentuknya. Ia senantiasa menentang setiap bentuk kemalasan. Imam bersabda, "Berhati-hatilah dari sikap malas dan rasa jenuh, lantaran keduanya merupakan kunci segala kejahatan."

Imam As mencela orang yang bersandar kepada sedekah sebagai mata pencaharian mereka. Ia berkata, "Aku benci kepada orang yang tidak punya pekerjaan yang hanya berlaku santai dan berpangku tangan sembari berkata, "Wahai Tuhanku, berikanlah, berikanlah." Ia meminta Allah untuk berbuat baik kepadanya sementara seekor semut kecil pun keluar dari sarangnya untuk mencari pendapatan yang dapat membiayai hidupnya."


Sumber Rujukan:
Qarasyi, Life of Imam Muhammad al-Baqir As., hal. 220


Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Imam Muhammad al-Baqir As di atas adalah:
Bekerja keras hingga dapat berdiri sendiri merupakan bagian ibadah kepada Allah Swt.


Kegiatan
Bacalah kembali kisah di atas dan berilah jawaban atas beberapa pertanyaan di bawah ini.

Mengapa Muhammad bin Munzir memberikan nasihat atas apa yang dilakukan oleh Imam Baqir As?
______________________________________________________________________________________________
Mengapa komentar orang tersebut membuat gusar Imam Baqir As?
______________________________________________________________________________________________
Apa yang dikatakan oleh Imam Baqir tentang orang-orang yang bekerja keras untuk mendapatkan penghasilan hidup?
_______________________________________________
_______________________________________________
Apa yang dikatakan oleh Imam Baqir tentang sikap malas dan rasa jenuh?
_______________________________________________
_______________________________________________
Apa yang dikatakan oleh Imam Baqir As tentang orang-orang yang hidup dari sedekah?
_______________________________________________
_______________________________________________
_______________________________________________


Imam Muhammad Baqir As bersabda:
Berpuasa merupakan tameng terhadap api neraka dan bersedekah menghapus dosa-dosa, laksana orang yang melakukan zikir kepada Allah Swt di tengah kesunyian malam. (ketika menunaikan salat).Usul Kafi, vol. 2, hal. 23.

10
Kisah-kisah Teladan dari Para Imam Maksum As

Kisah-kisah Teladan dari Imam Ja'far as-Sadiq As
Imam Ja'far Al - Sadiq (A)

Lahir: Madinah, 17 Rabi-ul-Awwal 83 H

Syahid: Madinah, 25 Syawal 148 H

Dimakamkan di Madinah


1. Ladang Kurma
Imam Kelima kita, Imam Ja'far Sadiq As dalam hidupnya senantiasa berupaya membantu orang-orang Madinah sebanyak yang ia mampu.

Ia membantu mereka untuk memberikan pemahaman Islam yang lebih baik, dan juga ia membantu mereka dengan cara-cara yang lain.

Imam Sadiq As memiliki sebuah ladang kurma dan setiap tahun pohon-pohon kurma di ladang itu menghasilkan ribuan tandan kurma yang manis. Nilai kurma ini sangat tinggi.

Akan tetapi pada masa menuai, Imam Sadiq As melakukan sesuatu yang tidak biasa!

Tatkala seluruh kurma siap untuk dimakan, Imam Sadiq As akan membuka gerbang ladang dan setiap orang datang dipersilahkan untuk datang dan menyantap kurma.

Salah seorang sahabat Imam As tidak mengerti mengapa Imam berlaku seperti itu.

Ia bertanya kepada Imam Sadiq As, "Apabila Tuan menjual kurma-kurma ini, tentunya akan banyak menghasilkan uang."

Imam Sadiq As tersenyum dan berkata, "Aku tidak memerlukan uang. Syukur kepada Tuhan, Aku mampu memberi makan kepada keluargaku dari uang yang aku dapatkan dari merajut kesetan

Sang Imam cukup memiliki uang untuk memenuhi keperluannya sehingga ia dapat membagi sebagian hartanya kepada orang fakir dan miskin kota Madinah.

Seluruh orang di Madinah mengetahui bahwa jika mereka terbelit dengan masalah, atau terbentur dengan kesulitan, Imam senantiasa berada di sana untuk membantu mereka.


Sumber Rujukan:
Allamah Majlisi, Biharul Anwar, bag. Keutamaan Imam Sadiq As


Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Imam Ja'far as-Sadiq As di atas adalah:
Selalulah mengingat orang lain, khususnya kaum Muslimin, yang tidak memiliki dan yang kurang beruntung selainmu.


Kegiatan
Apakah kalian membagi barang-barang manis milikmu kepada teman-temanmu? Imam Keenam kita senantiasa melakukan hal ini.


Imam Ja'far Sadiq As bersabda:
Hanya orang-orang yang bodohlah yang menjawab tanpa mendengar dan bertengkar sebelum mengerti. Biharul Anwar, vol. 78, hal. 278


2. Menolong Kaum Fakir
Suatu hari, Imam Keenam kita, Imam Ja'far Sadiq As sedang duduk dengan sekelompok sahabatnya di Mina, memakan beberapa anggur, ketika itu datanglah seorang dan meminta pertolongan.

Imam Ja'far Sadiq As memberika setandan anggur kepadanya. Orang fakir itu mengambil anggur yang diberikan kepadanya dan bersyukur kepada Allah.

Imam As kemudian memberikan beberapa uang. Kembali, orang tersebut bersyukur kepada Allah. Imam lalu memberikan jubahnya kepada orang itu. Orang itu kemudian mengambil uang tersebut dan berlalu sembari mendoakan Imam As.

Jika orang tersebut tetap melanjutkan menyatakan syukur kepada Allah atas apa yang diberikan oleh Imam kepadanya, maka Imam akan tetap memberikan apa-apa yang dimilikinya hingga tidak tersisa lagi baginya sesuatu untuk diberikan.

Imam dulunya secara tetap mengirimkan makanan kepada orang-orang miskin dan kaum papah di Madinah. Ia sendiri yang biasa mengirimkan loaves roti segar ke rumah-rumah mereka.

Sudah merupakan kebiasaan Imam untuk memberikan gula dalam bersedekah lantaran ia sangat menyukai makanan-makanan manis.

Imam Ja'far Sadiq As bersabda, "Aku mengkonsumsi lebih banyak gula, sehingga Aku harus bersedekah dengan gula lantaran Allah Swt berfirman dalam al-Qur'an,

لَنْ تَنالوا البِرَّ حَتَّ? تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ

Engkau sekali-kali tidak akan menjadi orang yang baik hingga engkau menginfakkan apa yang engkau miliki. (QS. Ali Imran [3]:92)


Sumber Rujukan:
Allamah Majlisi, Biharul Anwar, bag. Keutamaan Imam Ja'far as-Sadiq As


Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Imam Ja'far as-Sadiq As di atas adalah:
Kapan saja engkau mendapatkan sesuatu ingatlah bahwa meski ia berasal dari seseorang, ketahuilah bahwa itu dari Allah yang menghendakinya untuk engkau miliki.


Kegiatan
Menurutmu mengapa Imam Sadiq As senantiasa memberikan hadiah yang melimpah kepada orang-orang fakir dan miskin?


Imam Ja'far Sadiq As bersabda:
Berbuat baiklah kepada orang tuamu dan kasihilah mereka, dan anak-anakmu akan mengasihimu. Biharul Anwar, vol. 27, hal. 242


3. Wanita Buta yang Beruntung
Pada masa Imam Keenam kita, Imam Ja'far Sadiq As, hidup seorang yang bernama Zakariyyah yang baru saja meninggalkan agamanya yang dulu, Kristen dan memeluk Islam.

Tatkala Zakariyyah berangkat untuk menunaikan ibadah Haji, ia berhenti di Madinah untuk menjumpai Imam Ja'far Sadiq As. Zakariyya bertanya kepada Imam As ihwal bagaimana ia berperilaku terhadap bapak, ibu dan anggota keluarga yang lainnya yang masih beragama Kristen. Zakariyyah masih risau dan kuatir lantaran ia masih tinggal bersama mereka serta menyantap makan bersama dengan keluarganya.

Imam Ja'far Sadiq As bertanya apakah mereka menyimpan anggur dan babi dalam peralatan makan mereka. Ketika Zakariyya menjawab dengan nada negatif, (maksudnya mereka tidak menyimpan anggur dan babi dalam peralatan makan mereka, AK.)

Kemudian, Imam Ja'far Sadiq As menasihati Zakariyya untuk berbuat lebih baik dari lebih banyak membantu ibunya melebihi apa yang ia lakukan sebelumnya terhadap ibunya.

Manakala Zakariyyah kembali ke rumahnya, ia menuruti nasihat Imam Sadiq As dan menaruh perhatian yang lebih kepada ibunya yang tuna-netra itu melebihi perhatian yang ia berikan sebelumnya. Ia mendengarkan ibunya dan mengasihinya, serta senantiasa siap untuk menolongnya. Ia memberikan makan dan minum dengan kedua tangannya. Ia mencucikan tangan dan pakaian-pakaiaan ibundanya. Serta senantiasa merapikan dan menata rumahnya. Dan pada saat-saat longgar, ia akan duduk dan bercengkerama dengannya serta membuatnya bergembira.

Ibunya menjadi sangat kaget dan bertanya kepada putranya, Zakariyya tentang apa yang telah membuatnya sedemikian baik kepadanya.
Zakariyyah menjelaskan bahwa Imamnya, Imam Keenam kita, telah mengajarkannya untuk berlaku demikian.

Ibunya ingin tahu ajaran apa lagi yang telah diajarkan Islam kepadanya.

Zakariyya duduk bersama ibunya dan mengatakan kepadanya ihwal seluruh ajaran Islam dan tatkala selesai, ibunya juga kemudian memeluk Islam.

Ia melakukan salat siang dan malam bersama putranya, akan tetapi pada malam itu, ia jatuh sakit dan wafat pada hari berikutnya. Alangkah beruntungnya ia lantaran anaknya telah mengajarkan Islam kepadanya sebelum wafatnya.


Sumber Rujukan:
Allamah Majlisi, Biharul Anwar, bagian Keutamaan Imam Ja'far Sadiq As


Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Imam Ja'far Sadiq As di atas adalah:
Selalulah berlaku dan bermoral baik kepada orang lain. Apabila mereka dapat menyaksikan alangkah berbudi dan santunya engkau, maka mereka akan mengkaji lebih jauh tentang Islam.


Kegiatan
Bacalah kembali kisah di atas dan jawablah beberapa pertanyan di bawah ini:

Menurutmu, mengapa Islam mengajarkan kepada kita untuk berakhlak baik kepada setiap orang, tanpa memandang mereka seorang Muslim atau tidak?
_______________________________________________ _______________________________________________
Mengapa orang tua sangat memiliki banyak hak-hak dalam Islam?
______________________________________________________________________________________________
Bagaimanakah Zakariyya merubah perasaan ibunya terhadap Islam?
______________________________________________________________________________________________
Menurutmu, mengapa wanita tuna netra itu merupakan wanita yang beruntung?
______________________________________________________________________________________________


Imam Ja'far Sadiq As bersabda:
Seorang Muslim hendaklah menyapa kepada sesama Muslim dengan ucapan "salam". Tatkala ia jatuh sakit ia hendaklah menjenguknya dan membela kehormatannya tatkala ia tidak ada. Usul Kafi, vol. 2, hal. 171


4. Menimbun Barang dan Mengambil Keuntungan dari Kemalangan Orang
Pada masa Imam Keenam kita, Imam Ja'far Sadiq As terjadi kelangkaan gandum di kota Madinah. Sebagai hasilnya, rakyat Madinah terpaksa membeli gandum dengan harga yang sesuai dengan kemampuan mereka.

Pada saat itu terdapat sebagaian orang yang sangat miskin dan tidak mampu untuk membeli gandum untuk hari itu.

Orang-orang ini harus membayar sedikit lebih untuk menebus harga gandum setiap harinya lantaran gandum yang tersedia sangat jarang dan langka.

Imam Sadiq As memperhatikan harga gandum melambung tinggi. Ia bertanya kepada budaknya ihwal seberapa banyak gandum yang tersisa di rumahnya.

Sang budak menjawab bahwa mereka memiliki persediaan yang memadai bagi mereka selama beberapa bulan.

Lalu, Imam Sadiq As berkata kepada budaknya untuk membawa gandum ke pasar dan menjualnya dengan harga murah kepada masyarakat.

Sang budak berdalih bahwa apabila Imam melakukan hal tersebut, maka kemungkinan mereka akan tidak mampu membeli kembali gandum. Dan juga mereka harus membayar lebih untuk membeli kembali.

Imam Sadiq berkata bahwa tidak ada masalah. Ia berkata kepada budaknya bahwa setelah ia menjual seluruh gandum tersebut, ia harus membeli gandum setiap hari untuk keperluan mereka. . Imam Sadiq As berkata, "Nasib seluruh masyarakat secara umum juga akan menjadi nasib kita."

Imam Sadiq berkata kepada budaknya bahwa semenjak saat itu, roti yang ada di kediamannya harus terbuat dari 1/2 gandum dan 1/2 gerst.

Pada saat yang lain, Imam Sadiq As mengutus budaknya, Musrif ke Mesir untuk melakukan perniagaan. Tatkala para peniaga dari Madinah sampai di Mesir, mereka jumpai bahwa barang-barang yang mereka bawa termasuk barang langka di daerah itu. Lalu mereka memutuskan untuk melipatgandakan harganya.

Ketika Musrif kembali dari berniaga, ia menyodorkan keuntungan ekstra kepada Imam Sadiq As. Imam As bertanya secara detail kepadanya ihwal perjalanan niaga. Kala ia mendengar apa yang terjadi selama dalam perjalanan, ia merasa gusar dan menukas kepada Musrif, "Engkau tidak boleh mengambil keuntungan lebih dari yang sewajarnya."

Imam Sadiq As sangat gundah lantaran para peniaga mengambil keuntungan dari orang-orang dengan menjual barang-barang pokok dengan harga yang sangat tinggi.


Sumber Rujukan:
Syaikh Kulaini, al-Kafi, vol. 5, hal. 166


Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Imam Ja'far Sadiq As di atas adalah:
Seseorang hendaklah senantiasa mengetahui situasi dan kondisi orang-orang di sekitarnya dan hidup sewajarnya.


Kegiatan
Bacalah kembali kisah di atas dan jawablah beberapa pertanyaan di bawah ini:

Mengapa masyarakat kota Madinah membeli seluruh gandum sebanyak yang mereka mampu?
______________________________________________________________________________________________

Mengapa Imam Ja'far Sadiq As menjual gandumnya?
______________________________________________________________________________________________
Mengapa Imam Ja'far Sadiq As mengganti cara untuk membuat roti di rumahnya?
______________________________________________________________________________________________
Mengapa Imam Ja'far Sadiq As merasa gusar dengan perbuatan Musrif?
_______________________________________________ _______________________________________________


Imam Ja'far Sadiq As bersabda:
Apabila engkau melihat seorang Muslim berada dalam kesulitan dan engkau tidak menolongnya meskipun engkau mampu, maka engkau telah berbuat maksiat terhadapnya. Amali Saduq, hal. 162.


11
Kisah-kisah Teladan dari Para Imam Maksum As

Kisah-kisah Teladan dari Imam Musa al-Kazim As
Imam Musa al-Kazim As

Lahir: Abwa, 7 Safar 128 H

Syahid: Baghdad, 25 Rajab 183 H

Dimakamkan di Kazimain, Iraq


1. Putra Rasulullah Saw
Pada masa Imam Ketujuh kita, Imam Musa al-Kazim As, penguasa yang memerintah ketika itu adalah seorang penguasa yang keji dan kejam yang bernama Harun, yang tidak mendengarkan saran dan nasihat Imam Musa al-Kazim As.

Suatu hari, Harun ar-Rasyid datang berkunjung ke Madinah tempat Imam Musa berkediaman. Manakala ia pergi ke makam Rasulullah Saw, ia berkata, "Salam padamu Ya Rasulullah! Salam padamu wahai saudara sepupu."

Harun ar-Rasyid berkata demikian lantaran ia hendak menunjukkan kepada orang-orang bahwa ia layak menjadi khalifah karena datuknya adalah Abbas, paman Rasulullah Saw.

Imam Musa As juga hadir di masjid kala itu dan ia pergi ke makam Rasulullah Saw dan berkata, "Salam padamu wahai Rasulullah! Salam padamu wahai ayah."

Imam Musa As ingin mengingatkan si khalifah bahwa yang paling dekat hubungan kekerabatannya dengan Rasulullah Saw adalah dirinya.

Ketika Harun melihat hal ini, ia menjadi sangat marah dan iri kepada Imam Musa. Ia kemudian menangkapnya dan membawanya dari Madinah ke sebuah penjara di Basra.

Imam Musa As merupakan seorang yang sangat berbudi baik dan bertutur kata yang halus serta santun kepada setiap orang, bahkan kepada Yahya yang menjaganya dalam penjara.

Segera Yahya merasa sedih dan bersalah lantaran menahan orang baik seperti itu dalam penjara. Ia mulai berbaik hati kepada Imam Musa As.

Harun ar-Rasyid mengetahui hal ini dan memindahkan Imam ke penjara lainnya di bawah seorang penjaga yang baru.

Sekali lagi, Imam Musa As, melalui perilaku santun dan budiman, membuat orang-orang tahanan penjara merubah sikap dan perasaan mereka terhadapnya.


Sumber Rujukan:
Jawadi, Nuqasy-e Ismat, hal. 475


Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Imam Musa Kazhim As di atas adalah:
Jika kalian adalah seorang yang santun dan berbudi baik kepada orang lain yang jahat dan keji terhadapmu, maka segera mereka akan merasa gelisah akan perilakunya terhadapmu.

Seorang Muslim adalah seorang yang senantiasa yang bersikap santun kepada orang lain.


2. Nilai Sikap Santun
Pada masa Imam Ketujuh, terdapat seorang miskin, seorang peladang yang tidak terdidik berlaku sangat kasar kepada Imam Musa al-Kazim As, manakala ia melihatnya.

Tanpa memandang betapa kasar orang ini, Imam Musa As tidak pernah merasa gusar dan tidak pernah berkata kasar sebagai balasan atas orang itu.

Para sahabat Imam Musa bermaksud untuk menghajar orang itu, akan tetapi Imam tidak membolehkan mereka melakukan hal itu. Imam Musa Kazim As berkata kepada mereka bahwa ia sendirilah yang akan mengajar orang itu.

Suatu hari Imam Musa As menunggangi kudanya bertolak menuju ladang tempat orang yang kasar itu bekerja. Tatkala ia melihat Imam Musa As, ia menghentikan kerjanya dan berkacak pinggan, bersiap-siap untuk berlaku kasar kembali.

Imam turun dari kudanya dan maju mendekat orang tersebut dan memberikan salam dan senyum bersahabat kepadanya. Imam Musa As berkata kepadanya bahwa ia hendaknya tidak terlalu banyak bekerja sendiri dan ladang yang ia miliki merupakan ladang yang baik. Imam bertanya kepadanya ihwal berapa banyak yang ia harapkan untuk ia terima ketika menuai hasil ladangnya.

Si peladang menjadi sangat kaget pada sikap santun dan ketulusan Imam. Ia berpikir sesaat, dan ia kemudian berkata bahwa ia mengharapkan 200 keping emas dari tanah garapannya ini. Imam Musa As merogoh sebuah kantong dan menyerahkan kepada si peladang bahwa dalam kantung uang tersebut terdapat 300 keping emas, lebih dari nilai hasil ladang garapanmu. Imam Musa As berkata kepada orang itu untuk mengambil uang itu dan juga tetap memiliki hasil garapan. Dan ia berharap untuk mendapatkan lebih banyak dari itu.

Tatkala ia mendapatkan perlakuan yang demikian baik dan santun, si peladang kasar itu menjadi sangat malu kepada dirinya dan meminta kepada Imam Musa As untuk memaafkannya.

Setelah itu, manakala peladang kasar itu melihat Imam Musa As, ia segera menyapa Imam Musa As dengan santun. Para sahabat Imam Musa As sangat takjub akan perilaku orang tersebut.

Suatu hari Imam melintas di hadapan seorang miskin. Ia menyapanya dengan sopan dan berbicara dengannya selama beberapa menit., menanyakan apakah ia baik-baik saja.

Tatkala Imam Musa As akan pergi, ia berkata kepada orang miskin tersebut kalau-kalau ada yang dapat dilakukan untuk orang itu, ia akan melakukannya.

Para pengikut Imam Musa As melihat dan mendengar betapa baiknya Imam kepada orang papah ini. Mereka berkata kepada Imam bahwa tidak pantas orang sebesar Imam berkata dan menawarkan jasa kepada orang seperti orang itu.

Imam menjawab bahwa mereka lupa bahwa mereka semuanya merupakan hamba Allah, dan Allah Swt menciptakan seluruh manusia sama. Juga bahwa jika seorang miskin tidak berarti bahwa ia akan tetap miskin seumur hidupnya dan demikian juga bagi seorang yang kaya.

Imam Musa Kazim As berkata kepada mereka bahwa siapa yang memerlukan pertolongan darimu hari ini boleh jadi akan menolongmu suatu hari kelak.


Sumber Rujukan:
Allamah Majlisi, Biharul Anwar, bag. Keutamaan Imam Musa al-Kazim As


Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Imam Musa Kazhim As di atas adalah:
Islam mengajarkan kepada kita untuk memperlakukan setiap orang dengan perlakuan yang sama. Kita harus bersikap santun setiap saat, kepada siapa pun kita berbicara.
.
Islam tidak membenarkan adanya penimbunan barang.


Imam Musa al-Kazim As bersabda:
Seorang Muslim yang harinya dengan sama dengan dua hari sebelumnya dalam keadaan merugi. (Kita harus berupaya untuk memperbaiki tingkah laku kita setiap hari). Biharul Anwar, vol 78, hal. 327


3. Perdana Menteri
Imam Ketujuh kita, Imam Musa al-Kazim As, memberikan dorongan kepada sahabat-sahabatnya yang cakap dan mampu untuk ikut serta dalam pemerintahan.

Dengan cara demikian, mereka akan dapat membantu Syi'ah dengan diam-diam, yang banyak menghadapi kesulitan pada masa itu.

Salah seorang pengikut Imam Musa al-Kazim As yang bernama Ali bin Yaqtin menjadi seorang yang sangat berpengaruh pada istana Khalifah Harun al-Rasyid.

Ali bin Yaqtin menjabat sebagai perdana menteri Khalifah Harun al-Rasyid.

Ali biasa menggunakan kekuasaannya untuk membantu Syi'ah dan Imam Musa al-Kazim As manakala ia mampu. Harun al-Rasyid tidak mengetahui perihal ini, kalau tidak ia tentunya akan sangat murka dan boleh jadi akan membunuh Ali bin Yaqtin.

Suatu hari, khalifah menerima sebuah jubah yang sangat mahal dan ia memberikannya kepada perdana menterinya, Ali bin Yaqtin sebagai hadiah. Ali mengirim jubah tersebut kepada Imam Musa al-Kazim As sebagai hadiah lantaran jubah itu sangat indah dan menarik.

Namun kemudian, salah seorang budak Ali bin Yaqtin tidak sepakat dengannya dan berpikir untuk menjerembabkan Ali bin Yaqtin ke dalam masalah. Lalu ia pergi menghadap ke khalifah dan melaporkan bahwa Ali bin Yaqtin merupakan pengikut Imam Musa al-Kazim.

Ketika Harun meminta sejumlah bukti, budak tersebut berkata bahwa ia sendiri memberikan hadiah yang mahal itu kepada Imam Musa al-Kazim hadiah yang diberikan oleh khalifah kepada Ali bin Yaqtin.

Harun sangat gusar mendengarkan laporan budak tersebut. Ia kemudian dengan segera memanggil Ali bin Yaqtin dan bertanya kepadanya mengapa ia tidak menggunakan jubah pemberiannya itu.

Ali bin Yaqtin menjawab bahwa ia tidak mengenakannya lantaran ia tidak ingin jubah mahal itu ternodai kotoran, oleh karena itu ia membungkusnya dengan rapi dan menyimpannya pada sebuah kotak di rumahnya. Harun menuntut untuk melihatnya dan Ali bin Yaqtin mengutus seseorang untuk mengambilnya di kediamannya.

Ketika Harun melihat jubah tersebut, murkanya kepada Ali bin Yaqtin sirna. Ia puas menyaksikan bahwa perdana menterinya ini merupakan orang yang setia kepadanya.

Budak yang licin itu, tentu saja, mendapatkan hukuman dan deraan yang keras dari khalifah.


Sumber Rujukan:
Jawadi, Nuqasy-e Ismat, hal. 475.


Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Imam Musa Kazhim As di atas adalah:
Imam mengetahui tentang banyak hal yang akan terjadi di masa datang.

Kita harus melakukan apa pun untuk dapat membantu saudara Muslim yang lain.


Kegiatan
Bacalah kembali kisah di atas dan jawablah beberapa pertanyaan di bawah ini:

Mengapa Imam Musa al-Kazim As mendorong para pengikutnya untuk ikut serta dalam penyelenggaraan pemerintahan?
_______________________________________________
_______________________________________________
Mengapa Ali bin Yaqtin mengirimkan hadiah khalifah kepada Imam Musa al-Kazim As?
______________________________________________________________________________________________
Mengapa Imam Musa al-Kazim As mengirim kembali hadiah yang diberikan oleh Ali bin Yaqtin kepadanya?
______________________________________________________________________________________________
Mengapa budak Ali bin Yaqtin mengadukan Ali bin Yaqtin?
______________________________________________________________________________________________
Bagaimana Harun merasa puas terhadap kesetiaan dan loyalitas Ali bin Yaqtin?
______________________________________________________________________________________________


Imam Musa al-Kazim As bersabda:
Allah Swt telah melarang surga dari orang-orang yang menggunakan bahasa kotor dan kasar. Orang yang menggunakan bahasa kotor dan kasar adalah orang yang tidak peduli atas apa yang dikatakannya atau apa yang dikatakan oleh orang lain terhadapnya. Tuhaful Uqul, hal. 394.


4. Imam Musa al-Kazim As bersua dengan Abu Hanifah
Suatu hari, kala Imam Ketujuh kita, Imam Musa al-Kazim yang masih berusia 5 tahun, salah seorang murid ayahnya yang bernama Abu Hanifah datang berkunjung untuk bertanya beberapa masalah kepada ayah Imam Musa al-Kazim As.

Imam Keenam kita, ayah Imam Musa al-Kazim, Imam Ja'far as-Sadiq sedang sibuk bersama dengan tamunya yang lain dan Abu Hanifah menunggu untuk beberapa waktu.

Lalu, ia melihat Imam Musa al-Kazim As sedang bermain dengan seekor binatang. Ia berkata kepada binatang tersebut, "Bersujudlah kepada Allah yang telah menciptakanmu."

Abu Hanifah bertanya-tanya apakah si bocah belia ini akan menjadi Imam selanjutnya. Ia memutuskan untuk bertanya kepada Imam Musa al-Kazim As beberapa pertanyaan. Abu Hanifah berkata kepada Imam belia, "Bolehkah aku ajukan sebuah pertanyaan kepadamu?"

Lalu Imam Musa al-Kazim berdiri dan dengan mantap berkata kepada Abu Hanifa, silahkan ajukan pertanyaan apa pun yang engkau sukai?"

Kemudian Abu Hanifah mengajukab sebuah pertanyaan yang telah membuatnya kebingungan. Ia bertanya, "Apakah seluruh perbuatan manusia terlaksana dari kebebasannya atau berada dalam kendali Tuhan dan membuatnya melakukan hal itu (terpaksa)?

Imam Musa al-Kazim menjawab bahwa ada tiga kemungkinan di balik pertanyaan ini:

1. Allah Swt memaksanya untuk melakukan sebuah perbuatan.

2. Antara Allah Swt dan manusia bertanggung jawab atas perbuatan itu.

3. Manusia melakukannya sendiri, dalam rangkuman kebebasannya.

Imam Musa al-Kazim As menjelaskan:

Apabila kemungkinan atau anggapan pertama benar maka manusia tidak seyogyanya diadili pada Hari Hisab dan dikirim ke surga atau neraka, lantaran ia tidak pantas mendapatkan hal itu. Manusia tidak bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya. Anggapan ini tidaklah demikian adanya.

Apabila kemungkinan dan anggapan kedua benar bahwa antara Allah Swt dan manusia keduanya harus diadili pada Hari Hisab. Anggapan ini juga tentu saja tidak masuk akal.

Kemudian, tersisa kemungkinan dan anggapan yang ketiga dan menjadi anggapan satu-satunya yang tersisa. Anggapan yang benar adalah anggapan yang ketiga, lantaran manusia telah diberikan kebebasan setelah menerima bimbingan dan tuntunan tentang apa yang baik dan apa yang buruk.

Abu Hanifah berujar bahwa alangkah luar biasanya rumah tangga seperti ini. Bahkan bocah kecil sekalipun dapat menjawab dan memberikan kepuasan atas kumpulan beberapa pertanyaan!

Ia berkata bahwa tidak perlu lagi ia bersua dengan Imam Keenam, Imam Ja'far Sadiq As, dan ia kembali ke rumahnya setelah mendapatkan jawaban dari Imam Musa Kazim As.


Sumber Rujukan:
Majlisi, Biharul Anwar, bag. Keutamaan Imam Musa al-Kazim As.


Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Imam Musa al-Kazim As di atas adalah:
Meskipun Allah Swt memiliki kekuasaan atas segalanya, Dia memberikan izin kepada kita untuk melakukan apa yang kita senangi sehingga amal dan perbuatan kita dapat dihisab dan diperhitungkan pada Hari Kiamat.


Kegiatan
Bacalah kembali kisah di atas dan berilah jawaban atas beberapa pertanyaan di bawah ini:

Mengapa Abu Hanifah datang berkunjung ke kediaman Imam Ja'far Sadiq As?
_______________________________________________
_______________________________________________
Mengapa ia meninggalkan kediaman Imam Ja'far Sadiq As tanpa bertemu dengannya?
_______________________________________________
_______________________________________________
Sebutkan 3 Keadaan yang dijelaskan oleh Imam Musa al-Kazim atas amal dan perbuatan manusia? Manakah di antara 3 keadaan itu yang tepat?
_______________________________________________
_______________________________________________
_______________________________________________


Imam Musa al-Kazim As bersabda:
Seburuk-buruknya manusia adalah orang yang memiliki dua wajah (munafik) dan dua lisan. Ia memuji saudaranya Muslim ketika di hadapannya akan tetapi menghibahnya tatkala di belakangnya tatkala ia tidak hadir. Jika saudaranya menerima sesuatu yang baik ia merasa iri dan dengki kepadanya dan tatkala ia terhimpit kesulitan, ia meninggalkannya. Biharul Anwar, vol. 78, hal. 310.

12
Kisah-kisah Teladan dari Para Imam Maksum As

Kisah-kisah Teladan Kehidupan Imam 'Ali ar-Rida As
Imam 'Ali Ar-Rida As

Lahir: Madina, 11 Dzul Qai'da 148 H

Syahid: Tus, 29 Safar 203 H

Dimakamkan di Masyhad


1. Hadits Silsilahtu adz-Dzihab
Suatu ketika Imam Kedelapan kita, Imam Ali ar-Rida As melakukan perjalanan ke suatu kota yang bernama Naisyabur. Penduduk di kota ini meminta Imam Ali ar-Rida As untuk mengajarkan kepada mereka beberapa hadits Nabi Saw.

Imam Rida menyampaikan kepada mereka hadits berikut ini:

"Dari ayahku Musa al-Kazim As berkata kepadaku,

dari ayahnya Ja'far as-Sadiq As,

dari ayahnya Muhammad al-Baqir As,

dari ayahnya Ali Zainal Abidin As,

dari ayahnya Sayyid Syuhada al-Husain As,

dari ayahnya Ali bin Abi Talib As,

dari Rasulullah Saw,

dari Jibril As,

dari Allah Swt yang berfirman,

"Kalimat La Ilaha Illallah adalah bentengKu, dan barang siapa yang mengucapkannya akan memasuki bentengKu, dan barang siapa yang memasuki bentengKu akan selamat dari azabKu."

Hadits ini dikenal sebagai hadits silsilatu adz-dzihab (mata rantai emas). Disebut hadits yang bermata rantai emas boleh jadi karena setiap perawi dari silsilah rantai tersebut adalah orang-orang maksum.

Beberapa orang berkata bahwa seorang serdadu yang telah menuliskan hadits di atas dengan tinta emas dan menjaganya setiap saat. Setelah wafatnya, ia mendatangi sahabatnya dalam mimpi dan menyampaikan kepadanya bahwa seluruh dosa-dosanya diampuni lantaran berkah dari hadits mulia ini.

Orang-orang Naisyabur dengan keras membaca kalimat tayyibah ini.

Akan tetapi sebelum meninggalkan tempat itu, Imam Rida As menambahkan bahwa ada satu syarat lagi yang harus dipenuhi untuk terjaga selamat dalam benteng ini.

Imam Rida As berkata, "Syarat tersebut adalah bahwa engkau harus mematuhi dan mentaati seluruh perintah Nabi Muhammad Saw dan ajaran-ajaran para Imam Maksum As.


Sumber Rujukan:
Ahmad bin Hanbal, Musnad


Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Imam Ali ar-Rida As di atas adalah:
Ketika kita membaca kalimat tauhid atau kalimat tayyibah, kita berkata kepada Tuhan bahwa kita hanya akan menyembah-Nya dan hanya akan mendengarkan apa yang diajarkan RaNabi Muhammad Saw dan para Imam Maksum As.


Kegiatan
Cobalah untuk menghafal hadits yang sangat berharga sebagaimana yang disebutkan pada kisah di atas.


Imam Ali ar-Rida As bersabda:
Allah Swt telah menjadikan puasa wajib sehingga kita dapat mengetahui akan artinya lapar dan dahagah orang-orang yang kurang beruntung dari kita dan mengingat tentang dahaga dan kelaparan pada Hari Kiamat. Uyun Akhbar ar-Rida, vol. 2, hal. 109


2. Pelayan yang Tak Tahu Menaruh Hormat
Khalifah yang memerintah pada masa Imam Kedelapan kita, Imam Ali ar-Rida As adalah seorang yang bernama Makmun. Ketika ia naik takhta khilafah, ia menghendaki pertolongan Syiah untuk bertempur melawan saudaranya Amin.

Untuk mendapatkan pertolongan Syiah, ia berpura-pura menghormati Imam Ali ar-Rida As sehingga para pengikut Imam (Syiah) akan merasa bahagia. Bahkan, Makmun mengumumkan bahwa Imam Ridalah yang akan menjadi pewaris khilafah.

Manakala perdana menteri dan anggota keluarganya mendengar hal ini, mereka sangat marah dan cemburu.

Mereka tidak tahu bahwa khalifah tidak bermaksud menjadikan Imam Ali ar-Rida As sebagai pewarisnya segera setelah dia wafat. Ia hanya menantikan hingga kekuasaannya cukup kuat dan kemudian berencana untuk menghabisi Imam Ali ar-Rida As.

Karena Imam Rida As telah hijrah dari Madinah ke Baghdad, ia sering berkunjung ke istana khalifah. Sudah merupakan kebiasaan umum para pelayan istana mengangkat tirai sehingga para tamu istimewa dapat memasuki ruang istana.

Suatu hari, para pelayan istana diperintahkan oleh menteri-menteri lain untuk tidak menghormati Imam Rida dengan cara demikian. Sehingga, untuk menunjukkan kepada Imam Rida As bahwa mereka tidak menaruh hormat kepadanya, para pelayan memutuskan bahwa tatkala ia masuk ke ruang istana mereka tidak akan membukakan pintu untuknya, atau mengangkat tirai bagi Imam Rida As untuk lewat.

Hari itu, tatkala Imam Ali ar-Rida As memasuki ruang istana, berhembuslah angin yang cukup kencang yang membuat tirai istana terbuka sehingga Imam Rida As dapat memasuki ruang istana. Ketika ia ingin meninggalkan istana, sekali lagi, angina berhembus kencang yang membuat tirai istana tersingkap lebar.

Keajaiban ini terjadi berulang kali selama beberapa hari.

Pada akhirnya, para pelayan menjadi sangat takut dan merasa malu atas perlakuan buruk mereka pada awalnya. Sekali lagi, mereka resumed tugas mereka membukakan pintu-pintu dan tirai-tirai untuk dilewati oleh Imam Ali ar-Rida As.


Sumber Rujukan:
Syablakhi, Nur al-Absar, hal. 143


Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Imam Ali ar-Rida As di atas adalah:
Kita tidak boleh merasa iri tatkala seseorang mendapatkan kehormatan selain dari diri kita.

Tidak seorang pun yang dapat melakukan sesuatu ketika Allah Swt menjagamu, karena Allah Swt adalah Mahaperkasa dan Mahakuasa atas segala sesuatu.


Kegiatan
Ceritakan kepada orang tua kalian apa yang terjadi tatkala para pelayan yang tak tahu diri memutuskan untuk tidak membukakan pintu-pintu dan tirai-tirai bagi Imam Kedelapan kita, Imam Ali ar-Rida As untuk lewat.


Imam Ali ar-Rida As bersabda:
Allah Swt telah menjadikan syukur kepadanya beserta dengan syukur kepada orang tua. Sehingga apabila seseorang tidak berterima kasih kepada orang tuanya, ia tidak berterima kasih (bersyukur) kepada Allah Swt. Uyun al-Akhbar ar-Rida, vol. 1, hal. 258

Imam Kedelapan kita, Imam Ali al-Rida juga dikenal sebagai Imam Zamim As. Zamim merupakan kata yang bermakna yang menyediakan keamanan.

Terkadang, tatkala kita mengadakan perjalanan, orang tua kita membawa beberapa jumlah uang dan menaruhnya dalam pakaian dan mengikatkannya pada lengan kita bagian atas. Kita menyebut perbuatan ini sebagai, Zamim.

Kebiasaan ini pertama kali bermula pada masa Imam Ali ar-Rida As, tatkala khalifah Ma'mun membuat koin dengan nama Imam terukir di dalamnya.

Kaum Syiah, yang sangat mencintai Imam Ali ar-Rida As, menyimpan koin-koin ini ketika mereka mengadakan perjalanan atau safar atau ketika mereka jatuh sakit.

Mereka percaya bahwa dengan berkah nama Imam Ali ar-Rida As, mereka akan kembali ke rumah mereka masing-masing dengan selamat atau segera mendapatkan kesembuhan.

Bahkan setelah tidak terdapat lagi nama Imam Rida As di dalam koin tersebut, orang-orang Syiah yang datang kemudian (setelah masa Imamah Imam Rida As) tetap melanjutkan kebiasaan ini dan bersedekah atas nama Imam Rida As.

Imam Ali ar-Rida As, sebagaimana para Imam yang lain terkadang menunjukkan kemampuannya bercakap dalam banyak bahasa. Tatkala orang-orang asing datang berkunjung dan bersua dengan Imam Ali ar-Rida As, ia berbicara kepada mereka dalam bahasa mereka dengan mudah dan fasih.

Mereka sangat terkesan dan banyak dari mereka yang siap menjadi pengikut Imam Ali ar-Rida As, lantaran mereka sadar bahwa Imam Rida As memiliki anugerah khusus dari Allah Swt.

Imam Rida As dapat mengerti bahasa binatang, persis seperti Nabi Sulaiman As.

Suatu hari tatkala Imam berjalan keluar, ia berpapasan dengan seorang pemburu yang nyaris membunuh seekor kijang. Si kijang berusaha untuk kabur dan tatkala ia melihat Imam Rida As, ia berkata sesuatu kepada sang Imam.

Imam Rida As meminta si pemburu untuk membiarkan supaya si kijang pergi dan memberikan makan terhadap anaknya yang sangat kelaparan. Imam Rida As berkata kepada si pemburu bahwa segera setelah si kijang memberikan makan terhadap anaknya yang masih bayi itu, ia akan kembali.

Si pemburu membiarkan si kijang pergi lantaran Imam Rida As telah memintanya untuk melakukan hal itu, akan tetapi si pemburu tidak yakin bahwa si kijang akan kembali.

Imam Ali ar-Rida As menanti bersama si pemburu hingga si kijang kembali.

Si pemburu sangat kaget akhirnya ia membebaskan si kijang pergi


Sumber Rujukan:
Majlisi, Biharul Anwar, bag. Keutamaan Imam Ali ar-Rida As.


Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah di atas adalah:
Para Imam As merupakan pembimbing dan pemberi petunjuk bagi seluruh makhluk, baik manusia ataupun hewan.


Kegiatan
Bacalah kembali kisah di atas dan jawablah beberapa pertanyaan di bawah ini:

Mengapa kita memanggil Imam Kedelapan, Imam Ali ar-Rida As sebagai Imam Zaamin?
_______________________________________________ _______________________________________________
Mengapa orang-orang Syiah pada masa Imam Rida As menyimpan koin-koin yang menunjukkan nama Imam di dalamnya?
______________________________________________________________________________________________
Kekuatan khusus apa yang telah dianugerahkan Allah Swt kepada Nabi Sulaiman As?
______________________________________________________________________________________________
Menurutmu mengapa si pemburu membiarkan si kijang pergi?
______________________________________________________________________________________________


Imam Ali ar-Rida As bersabda:
Ketahuilah bahwa al-Qur'an merupakan kalamuLlah; janganlah engkau melampauinya dan jangan mencari bimbingan selainnya, kalau tidak engkau akan tersesat. (Biharul Anwar, vol. 92, hal. 117)


4. Berlaku Pemurah tapi Tidak Boros
Imam Kedelapan kita, Imam Ali ar-Rida As, sangat masyhur karena kemurahannya. Terdapat banyak riwayat tentang hidupnya yang menyebutkan watak pemurahnya.

Ketika kita mengkaji riwayat-riwayat ini, kita dapat mengambil pelbagai pelajaran dari Imam Ali ar-Rida As. Meskipun ia tidak berada di hadapan kita, ia masih tetap mengajarkan dan membimbing kita melalui ucapan-ucapan, amal dan perbuatannya.

Suatu hari, seorang datang kepada Imam Rida As dan meminta sesuatu kepadanya sesuai dengan keluasan kebaikannya. Imam Ali ar-Rida berkata, "Aku tidak dapat menyanggupi permintaanmu itu." Lalu orang itu berkata, "Kalau begitu, berikanlah sesuai dengan keadaan diriku." Maka Imam Ali ar-Rida As meminta budaknya untuk memberikan uang sebanyak dua ratus Dinar kepada orang itu.

Alasan mengapa Imam Ali ar-Rida tidak memberi sesuai dengan luasnya kebaikannya, seperti yang diminta oleh orang itu pertama kali, adalah lantaran ia tidak memiliki uang banyak untuk ia berikan.

Imam Ali ar-Rida As selalu peduli terhadap keadaan orang-orang miskin. Kapan saja ia duduk untuk menyantap makanan, pertama-tama ia akan membawa sebuah piring besar dan memenuhinya dengan makan yang terbaik di atas meja makan.

Kemudian, ia akan memerintahkan kepada budaknya untuk dibagi-bagikan kepada orang-orang miskin.

Setelah itu, Imam berkata, "Allah Swt mengetahui bahwa tidak seorang pun memiliki kemampuan untuk membebaskan seorang budak, namun demikian Dia memberikan jalan bagi mereka untuk menggapai surga (dengan memberikan makan terhadap orang lain).

Imam Ali ar-Rida tidak menyukai sikap boros. Yasir, salah seorang pelayannya, berkata bahwa para tamu Imam Ali ar-Rida As sedang memakan buah-buahan suatu hari dan mereka membuang bagian yang masih layak untuk dimakan.

Imam As melihat mereka dan berkata kepada mereka, "Segala puji bagi Allah Swt! Jika engkau telah memenuhi perutmu, masih banyak orang yang masih kelaparan, oleh karena itu, kalian hendaklah memberikan makan kepada mereka.


Sumber Rujukan:
Allamah Tabataba-i, a Shi'ite Anthology


Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Imam Ali ar-Rida As di atas adalah:
Kita hendaknya senantiasa menolong orang yang kurang beruntung daripada kita, menolong orang yang malang merupakan salah satu jalan untuk bersyukur kepada Allah Swt atas segala anugerah yang diberikan-Nya kepada kita.

Ketika kita duduk untuk menyantap makanan kita, kita harus memikirkan orang Muslim yang belum tentu memiliki makanan, kita harus berupaya untuk menolongnya.


Kegiatan
Bacalah kembali kisah di atas dan jawablah beberapa pertanyaan di bawah ini:

Mengapa Imam Ali ar-Rida menolak untuk memberikan kepada seorang peminta-minta sesuai dengan keluasan kebaikannya?
_______________________________________________
_______________________________________________

Mengapa Imam Ali ar-Rida As berkata bahwa ada jalan lain untuk mencapai Surga selain membebaskan budak?
_______________________________________________
_______________________________________________
Apa yang dilihat oleh Imam Ali ar-Rida As atas perbuatan yang dilakukan oleh pelayan-pelayannya terhadap makanan mereka?
_______________________________________________
_______________________________________________
Apa yang dikatakan oleh Imam Rida As tentang perbuatan mereka?
_______________________________________________
_______________________________________________
Apakah kalian pernah memberikan makananmu atau uang sakumu terhadap kaum miskin? Tulislah di bawah ini apa yang kalian lakukan terhadap kaum miskin?
_______________________________________________
_______________________________________________


Imam Ali ar-Rida As bersabda:
Allah Swt adalah Maha Pengasih dan Pemurah kepada orang yang menaruh perhatian kepada kami (Ahlul Bait, penj). Imam ditanya, "Bagaimana kami dapat melakukan hal itu? Imam menjawab, "Dengan belajar ilmu-ilmu kami dan mengajarkannya kepada yang lain. Wasail Syi'ah, vol.18, hal. 102

13
Kisah-kisah Teladan dari Para Imam Maksum As

Kisah-kisah Teladan Dari Imam Muhammad Taqi al-Jawad As
Imam Muhammad al-Jawad As

Lahir : Madinah 10 Rajab 195 H

Syahid: Baghdad, 29 Dhul Qai'da 220 H

Dimakamkan di Kazimain, Iraq


1. Ujian Sang Khalifah
Suatu ketika, Imam Kesembilan kita, Imam Muhammad Taqi al-Jawad As masih berusia belia, ia berdiri di tepi jalan, tempat beberapa anak sedang bermain.

Khalifah Makmun, sedang pergi berburu dan melintasi jalan itu bersama para serdadunya. Seluruh anak-anak yang bermain di jalan itu berlarian menjauh dari tempat itu tatkal mereka melihat serdadu sang khalifah, akan tetapi Imam Jawad tetap tidak bergeming dari tempat itu.

Makmun meminta rombongannya berhenti dan ia bertanya kepada Imam Jawad As mengapa ia tidak kabur sebagaimana yang lain.

Imam Jawad As menjawab bahwa ia tidak melakukan kesalahan dan jalan tempat ia berdiri cukup luas untuk keduanya gunakan bersama.

Khalifah Makmun sangat terkejut mendengarkan jawaban matang ini. Oleh karena itu, ia bertanya siapa gerangan anak itu. Anak itu menjawab, Aku adalah Muhammad putra Ali ar-Rida As.

Sang raja berlalu meneruskan pekerjaannya berburu, dan pada hari itu, elangnya menangkap mangsa yang tidak biasa. Mangsa elang kali ini adalah seekor ikan kecil.

Tatkala ia kembali dari berburu, Makmun masih melewati jalan yang sama dan ia masih melihat Imam Muhammad Taqi al-Jawad berdiri di sana.

Khalifah Makmun ingin menguji ilmu pengetahuan Imam Jawad As dan ia menyembunyikan ikan tangkapannya dalam tangannya lalu bertanya kepada Imam Jawad As, " Dapatkah engkau katakan kepadaku, apa yang ada di dalam genggamanku?

Imam Jawad As menjawab, "Allah Swt menciptakan gugusan awan di antara langit dan bumi. Elang-elang raja kadang-kadang menangkap ikan dalam gugusan awan ini dan membawanya ke hadapan raja. Mereka menyembunyikan ikan tersebut dalam genggamannya dan mencoba untuk menguji ilmu para Imam dari keluarga Nabi Saw."

Khalifah Makmun mengetahui apa yang dikatakan oleh Imam Jawad As dan ia berkata, "Sesungguhnya engkau adalah putra berharga ayahmu."

Ia lalu mengundang Imam Jawad As untuk tinggal pada sebuah rumah di hadapan istana dan kemudian menikahkan putrinya Ummul Fadl dengan Imam Muhammad Taqi al-Jawad As.


Sumber Rujukan:
Majlisi, Biharul Anwar, bag. Keutamaan Imam Muhammad Taqi al-Jawad As.


Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Imam Jawad As di atas adalah:
Para Imam As merupakan orang-orang utama - mereka senantiasa lebih mengetahui daripada orang-orang yang ada di sekelilingnya.

Jika kalian melakukan sebuah kesalahan, kalian hendaknya tidak takut pada apa pun atau siapa pun karena Allah Swt adalah Mahaperkasa dan Dia akan senantiasa menjagamu.


Kegiatan
Menurutmu, mengapa sang raja berkeinginan untuk menguji Imam Jawad As?


Imam Muhammad Taqi al-Jawad As bersabda:
Kalian tidak dapat menyembunyikan sesuatu apa pun dari pandangan Allah Swt, maka berhati-hatilah dari segala sesuatu yang kalian lakukan (jangan sampai kalian membuat-Nya tidak rida). Tuhaful Uqul, hal. 455.


2. Usia Bukan Sebuah Alasan
Ketika Imam Kesembilan kita, Imam Muhammad Taqi al-Jawad As masih berusia 9 tahun, ayahnya, Imam Kedelapan kita, Imam Ali ar-Rida As secara diam-diam dibunuh oleh Khalifah Makmun.

Banyak orang bertanya-tanya karena ia masih sangat belia untuk dapat membimbing mereka. Namun demikian, Imam Muhamamad Taqi al-Jawad As segera membuat mereka sadar bawha usianya yang belia tidak memberikan perbedaan apa pun dalam keluasan ilmunya.

Ia menyatakan siap untuk menjawab seluruh pertanyan yang diajukan oleh kaum Muslimin kepadanya.

Orang-orang sangat takjub terhadap keluasan ilmu Imam Jawad As. Ulama-ulama terkemuka mengajukan beberapa pertanyaan kepadanya untuk menguji ilmunya namun Imam Jawad mampu menjawab seluruh pertanyaan mereka hingga mereka merasa puas.

Lagi pula, Imam Jawad As juga mengajarkan kepada mereka jawaban-jawaban yang benar ketika mereka membuat kesalahan.

Suatu waktu, seorang Syiah bertanya kepada Imam Jawad As ihwal ganjaran apa yang akan didapatkan oleh orang-orang yang menjadi sahabat Imam Jawad dan orang-orang yang menjadi pelayannya.

Imam Jawad As memberikan jawaban dengan menukil cerita salah seorang pelayan Imam Sadiq As. Imam Jawad berkata bahwa Imam Ja'far Sadiq As dulu memiliki seorang pelayan yang senantiasa mengurus kuda Imam Ja'far Sadiq As. Suatu hari, seorang datang kepadanya dan berkata bahwa apabila ia dibolehkan untuk menjaga kuda Imam Ja'far Sadiq As, maka ia akan mendapatkan seluruh hartanya sebagai gantinya.

Pelayan itu menjawab bahwa ia tidak mau mengganti posisinya, lantaran meskipun di dunia ini ia sekedar merupakan seorang pelayan, pada Hari Kiamat kelak ia akan mendapatkan Surga berkat pelayanannya kepada Imam.

Kemudian, Imam Jawad As berkata, "Pada Hari Kiamat, Nabi Muhammad Saw akan berada pada sebuah tempat di dekat cahaya Allah Swt, Imam Ali akan berada paling dekat kepada Nabi Saw dan para Imam yang lainnya akan berada pada sebuah tempat dekat pada Imam Ali As. Dan para sahabat kami dan
Syiah akan berada dekat pada tempat kita, mendapatkan ganjaran dari Allah Swt sebagaimana kita."

Orang Syiah itu berkata kepada Imam Jawad As bahwa jika keluarganya tidak tinggal terlalu jauh darinya dan memerlukan dirinya, ia juga tentunya akan tinggal bersama Imam As.

Imam Jawad As tersenyum dan kemudian memberikan kepada pengikutnya itu beberapa jumlah uang sebagai hadiah dan berkata kepadanya bawha ia akan segera mendapatkan manfaat dari hadiah tersebut. Ketika orang itu kembali ke kampung halamannya, ia jumpai dirinya membutuhkan beberapa uang ekstra.

Jika Imam Jawad As tidak memberikannya sejumlah uang ekstra kepadanya, tentu saja ia akan mengalami kesulitan.


Sumber Rujukan:
Majlisi, Biharul Anwar, bag. Keutamaan Imam Muhamamad Taqi al-Jawad As


Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Imam Jawad As di atas adalah:
Kita harus mengerahkan upaya kita sebaik mungkin untuk menunjukkan bahwa kita adalah sahabat-sahabat dan pengikut-pengikut para Imam As sehingga pada Hari Kiamat, mereka akan berada dekat pada kita dan membantu kita apabila kita berada dalam kesulitan.


Kegiatan
Orang-orang datang dari tempat yang jauh dan dekat untuk mengajukan beberapa pertanyaan yang mereka miliki - Imam Jawad As menjawab seluruh pertanyaan itu dengan penuh percaya diri dan mudah.


Imam Muhamamad Taqi al-Jawad As
Allah Swt senantiasa memberikan segala sesuatu kepadamu dari rahmat-Nya dan tidak berhenti memberi kecuali engkau berhenti berterima kasih kepada-Nya. (Tuhaful Uqul, hal. 457.)


3. Orang Tua yang Menaruh Hormat
Imam Kesembilan kita, Imam Muhammad Taqi al-Jawad As menjadi imam pada usia yang masih sangat belia ketika ayahnya, Imam Kedelapan kita, Imam Ali ar-Rida As diracun oleh Khalifah Makmun.

Kaum Muslimin merasa ragu untuk mengikut seorang anak belia sebagai imam mereka. Akan tetapi segera setelah mereka berjumpa dan berbicara dengannya, mereka menyadari bahwa usianya yang muda dan belia tidak memberikan pengaruh atas ilmu dan hikmat yang dimilikinya.

Imam Muhammad Taqi al-Jawad As memiliki seorang kakek-paman yang bernama Ali bin Ja'far, yang sangat dalam ilmunya dan seorang yang bertakwa. Ali bin Ja'far merupakan saudara Imam Musa al-Kazim As. Bilamana ia pergi ke masjid, orang-orang akan segera mengerumuninya untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan.

Suatu hari, Ali bin Ja'far sedang duduk di dalam Masjid Nabawi di Madinah dengan sekelompok orang.

Imam Muhammad Taqi al-Jawad As memasuki masjid. Tatkala Ali bin Ja'far, kakek-pamannya melihat dirinya, ia segera berdiri untuk menyambut dan menyapanya. Ali bin Ja'far mengecup tangan Imam Jawad As sebagai tanda hormatnya kepada Imam As.

Imam Jawad As memanjatkan doa untuk kakek-pamannya dan memintanya untuk duduk. Ali bin Ja'far menjawab, "Bagaimana mungkin Aku dapat duduk sementara engkau masih berdiri!"

Kemudian, setelah Imam Jawad meninggalkan tempat itu, Ali bin Ja'far kembali ke tempat sahabat-sahabatnya berkumpul. Mereka berkomentar bahwa tidak pada tempatnya bagi dirinya menunjukan hormat yang terlalu tinggi kepada seorang pemuda. Mereka berkata, "Bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini, sementara engkau adalah paman ayahnya?"

Ali bin Ja'far menjawab bahwa ia menunjukkan hormat kepada pemuda belia tadi karena kedudukan dan derajatnya di sisi Allah Swt.

Ia melanjutkan bahwa Imamah merupakan sebuah jabatan dan kedudukan dari Allah Swt, dan Allah Swt tidak memandang dirinya, seorang tua renta, layak dan cakap untuk menjabat pemimpin bagi kaum Muslimin, akan tetapi memandang pemuda belia itu cakap dan layak untuk menjabat imam.

Ali bin Ja'far mengumumkan bahwa ia hanya merupakan seorang pelayan bagi Imam Jawad As dan mereka semuanya hendaknya mengenal, mentaati dan mengikuti Imam yang hak.


Sumber Rujukan:
Majlisi, Biharul Anwar, bag. Keutamaan Imam Muhammad Taqi al-Jawad As.


Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Imam Jawad As di atas adalah:
Usia seseorang tidak menjadi ukuran penting akan tetapi kualitas seseoranglah yang menjadi ukuran penting.

Imam kita (Imam Jawad As) menjadi Imam selagi ia masih berusia belia.

Kita tidak boleh terlalu angkuh untuk (tidak) menghormati seseorang yang lebih muda dari kita.


Kegiatan
Bacalah kembali kisah di atas dan jawablah beberapa pertanyaan di bawah ini:

Mengapa orang-orang merasa segan untuk mengikuti Imam Jawad As pada mulanya?
______________________________________________________________________________________________
Dengan jalan apa, Ali bin Ja'far menunjukkan hormatnya kepada Imam Jawad As?
_______________________________________________
_______________________________________________
Alasan apa yang dimiliki oleh Ali bin Ja'far dalam menghormati Imam Jawad dengan penuh hormat?
______________________________________________________________________________________________
Nasihat apa yang diberikan Ali bin Ja'far kepada para sahabatnya?
_______________________________________________
_______________________________________________
Mengapa Imam Jawad As harus mengemban peran Imamah pada usia yang sangat belia?
_______________________________________________
_______________________________________________


Imam Muhammad Taqi al-Jawad As bersabda:
Janganlah berkawan dengan seorang yang memiliki kebiasaan buruk lantaran ia ibarat sebuah pedang yang kelihatan cantik dan menawan, akan tetapi memiliki pengaruh buruk. (Biharul Anwar, vol. 78, hal. 364)


4. Imam Jawad As di Istana Khalifah
Ketika Imam Kesembilan kita, Imam Muhammad Taqi al-Jawad As masih berusia belia, Khalifah Makmun telah menyusun sebuah program tanya-jawab antara Imam Jawad As dan Yahya bin Akhtam, yang merupakan seorang yang terkenal akan ilmu dan pengetahuannya pada masanya.

Istana dipenuhi oleh massa yang membludak yang berdatangan dari segala penjuru negeri. Dan setiap orang dapat melihat apa yang akan terjadi.

Yahya bin Akhtam yang pertama kali memiliki kesempatan untuk mengajukan pertanyaan. Dan pertanyaan pertamanya adalah, Apa yang menjadi kaffarah bagi seseorang yang berpakaian ihram yang berburu dan membunuh buruannya?

Imam Muhammad Taqi al-Jawad menjawab bahwa pertanyaan yang diajukan oleh Yahya bin Akhtam tersebut sangat global dan Imam Jawad As memintanya untuk lebih rinci sebelum ia menjawab pertanyaan tersebut. Imam Jawad As bertanya kepadanya,

" Apakah orang yang berpakaian ihram tersebut adalah orang yang baligh atau tidak?

" Apakah ia seorang yang merdeka atau seorang budak?

" Apakah ia mengetahui hukum-hukum (syariah) tentang berburu atau tidak?

" Apakaha pakaian ihram yang dikenakannya adalah untuk haji atau umrah?

" Apakah ia sengaja melakukan perbuatan berburu atau tidak?

" Apakah perbuatan ini adalah untuk pertama kalinya atau tidak?

" Apakah ia yang sedang mengenakan pakaian ihram melakukan perbuatan berburu itu di dalam Masjidil Haram (Ka'bah) atau di luar?

" Apakah ia berburu pada siang hari atau malam?

" Apakah binatang buruannya itu kecil atau besar?

" Apakah binatang buruannya itu seekor burung atau binatang lainnya?

" Apakah ia merasa menyesal atau tidak?

Yahya bin Akhtam merasa takjub atas jawaban yang diberikan oleh Imam muda dan tidak tahu apa yang harus dikatakannya. Ia mulai stutter dan seluruh orang yang hadir di tempat itu menyadari bahwa ilmunya tidak sebanding dengan ilmu yang dimiliki Imam Jawad As.

Khalifah Makmun meminta Imam Jawad As untuk menjawab pertanyaan Yahya bin Akhtam dengan syarat-syarat yang disebutkan di atas. Dan tentu saja Imam Jawad As menjawab seluruh pertanyaan dengan syarat-syarat yang disebutkan olehnya sendiri.

Dan kini giliran Imam Jawad As untuk bertanya kepada Yahya bin Akhtam, akan tetapi Yahya tidak mampu menjawab pertanyaan itu, maka Imam Jawad As menjawab pertanyaan tersebut untuknya.


Sumber Rujukan:
Al-Fusul al-Muhimmah fi Ahwal al-Aimmmah, hal. 268


Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Imam Jawad As di atas adalah:
Untuk menjawab sebuah pertanyaan agamis tidaklah semudah yang kalian pikirkan, atas alasan inilah ulama kita menghabiskan puluhan tahun dari usia mereka untuk menkaji dan melakukan penelitian.

Dan atas alasan inilah mengapa kita harus bertaklid kepada seorang marja' (persis sebagaimana kita mengambil nasihat dari seorang doctor ketika kita menderita sakit, kita harus mengambil nasihat dari seorang marja dalam urusan-urusan agama.


Kegiatan
Bacalah kembali kisah di atas dan jawablah beberapa pertanyaan di bawah ini:

Dapatkanlah buku al-Irsyad karya Syaikh Mufid Ra dari perpustakaan yang ada di tempatmu - yang tersedia dalam bahasa Inggris, atau Arab atau bahkan apabila sudah diterjemahkan ke dalama bahasa Indonesia. Dari bab tentang Imam Muhammad Taqi al-Jawad, tulislah bagaimana Imam Jawad As menjawab pertanyaannya sendiri yang terdiri dari 11 pertanyaan dan disodorkan kepada Yahya bin Akhtam.

Hukuman (kaffarah) apabila seseorang berburu dan ia mengenakan pakaian ihram:

Apabilah dia adalah seorang baligh dan tidak baligh.
_______________________________________________ Apabilah ia seorang yang merdeka atau seorang budak.
_______________________________________________
Mengetahui hukum-hukum Syariah dalam berburu atau tidak.
_______________________________________________ Apabila ia berpakaian ihram untuk haji atau umrah.
_______________________________________________
Berburu dengan sengaja atau tidak.
_______________________________________________
Berburu untuk pertama kalinya atau yang kesekian kalinya.
_______________________________________________
Berburu di dalam lingkungan Masjidil Haram (Ka'bah) atau di luar.
_______________________________________________
Berburu pada siang hari atau malam hari.
_______________________________________________ Berburu seekor binatang yang besar atau kecil.
_______________________________________________
Berburu seekor burung atau binatang yang lainnya.
_______________________________________________
Apakah ia menyesali perbuatannya atau tidak.
_______________________________________________



Imam Muhammad Taqi al-Jawad As bersabda:
Terdapat tiga amal dan perbuatan yang membuat kita dicintai oleh Allah Swt:

" Merasa menyesal atas perbuatan buruk yang kita lakukan,

" Bersabar terhadap orang yang berbuat salah kepada kita,

" Sering bersedekah. Ihqaq al-Haq, vol 12, hal. 438

14
Kisah-kisah Teladan dari Para Imam Maksum As

Kisah-kisah Teladan dari Kehidupan Imam 'Ali al-Hadi As
Imam Ali al-Hadi As

Lahir: Madinah, 15 Dzul-Hijja 212 H.

Syahid: Samarrah, 3 Rajab 254 H.

Dimakamkan di Samarra, Iraq


1. Sakit Sang Khalifah
Pada masa Imam Kesepuluh kita, Imam Ali al-Hadi an-Naqi As, khalifah (raja) yang memerintah adalah seorang yang sangat berperilaku buruk yang bernama Mutawakkil.

Suatu hari Khalifah Mutawakkil jatuh sakit. Ia menderita sores di bagian mulutnya. Para tabib telah berusaha semaksimal mungkin dan telah mencoba berbagai macam obat akan tetapi tidak membuatnya lebih baik.

Ibu sang khalifah sangat masygul hatinya dan perasaannya menjadi sendu. Sang ibu lalu meminta Imam Ali al-Hadi As untuk menolong anaknya tersebut.
Imam Ali al-Hadi As berkata kepada ibu si khalifah ihwal obat apa yang harus dikonsumsi supaya sang khalifah pulih kembali. Imam Hadi As memintanya untuk menggunakan obat dari lemak kambing dan air bunga mawar.

Ketika si ibu menggunakan obat yang dianjurkan oleh Imam Hadi As tersebut, Khalifah Mutawakkil pulih kembali. Seluruh tabib yang telah berupaya untuk menyembuhkan sakit yang diderita sang khalifah sangat terkejut melihat kenyataan ini.

Ibu Mutawakkil demikian senang dan puasnya, ia lalu mengirimkan sebuah kantong yang berisikan uang yang melimpah. Imam Ali al-Hadi As sama sekali tidak menyentuh uang itu di rumahnya.

Suatu hari beberapa orang berkata kepada Khalifah Mutawakkil bahwa Imam Ali al-Hadi As memiliki banyak senjata yang ia simpan dalam rumahnya dengan alasan untuk menghimpun sebuah pasukan untuk berperang melawan kekuasan khalifah (raja).

Mutawakkil mengirim serdadunya untuk mencari dan menggeledah kediaman Imam Ali al-Hadi As. Akan tetapi mereka tidak mendapatkan apa pun kecuali sebuah tikar untuk salat, beberapa lembar pakaian dan uang yang dikirimkan oleh ibu khalifah kepada Imam Ali al-Hadi As.

Mereka membawa kembali uang itu seluruhnya ke hadapan Khalifah Mutawakkil.

Tatkala ia melihat uang dengan stempel ibunya tertera di atas kantung uang tersebut, ia bertanya mengapa ia mengirim uang sebanyak itu kepada Imam Ali al-Hadi As.

Ibunya berkata bahwa berkat obat Imamlah yang telah menyembuhkan ia dari penyakit ketika para tabib tidak kuasa lagi untuk menyembuhkannya.

Sang khalifah (raja) menjadi sangat malu karena telah meragukan Imam Ali al-Hadi As dan ia mengirim kembali uang itu setelah menambahkannya dengan uang yang lebih banyak. Ia meminta maaf kepada Imam Ali al-Hadi As lantaran telah mengganggu sang Imam.

Kendati Mutawakkil adalah seorang yang sangat berperilaku buruk, Imam Ali al-Hadi tetap membantunya, lantaran ibunya yang telah datang kepada sang Imam untuk meminta pertolongan darinya.


Sumber Rujukan:
Maliki, al-Fusul al-Muhimma, hal. 282.


Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Imam Ali al-Hadi an-Naqi As di atas adalah:
Jika seseorang meminta pertolongan darimu maka engkau harus menolongnya meskipun ia bukan seorang yang baik-baik.


Kegiatan
Apakah kalian pernah menderita sakit dan mendapatkan obat untuk dapat pulih kembali? Kalian dapat pulih berkat pertolongan dari Allah Swt yang membuat obat itu bekerja. Bersyukur dan berterima kasihlah kepada Allah Swt yang telah menganugerahkan kesehatan kepadamu.


Imam Ali al-Hadi an-Naqi As bersabda:
Antara guru dan murid mendapatkan kebaikan dan keberuntungan dari duduk mereka satu dengan yang lainnya. Biharul Anwar, vol. 78, hal. 367.


2. Pemotong Mutiara
Suatu waktu, pada masa Imam Kesepuluh kita, Imam Ali al-Hadi As, seseorang datang kepadanya dan berkata bahwa jika Imam Hadi As tidak menolongnya maka ia akan dibunuh.

Imam Ali al-Hadi As memintanya untuk menjelaskan duduk perkaranya. Orang itu berkata bahwa ia adalah seorang pedagang mutiara yang bekerja di istana khalifah.

Akhir-akhir ini, khalifah, Mutawakkil, tidak banyak dan jarang menerima mutiara yang berharga mahal sebagai hadiah dari orang-orang.

Khalifah telah memberikan mutiara yang sangat berharga kepadanya.

Khalifah Mutawakkil menginginkan pedagang mutiara tersebut mengukir sebuah pesan dalam mutiara itu.

Orang itu melanjutkan, ketika ia mengukir sesuatu di atasnya, mutiara itu terbelah menjadi belahan-belahan kecil.

Kini, orang itu menjadi sangat ketakutan lantaran sang khalifah akan sangat murka apabila ia mengetahui apa yang telah terjadi, dan barangkali akan membunuhnya.

Orang itu berkata, bahwa ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Pada akhirnya, ia datang ke hadirat Imam Ali al-Hadi As untuk meminta pertolongan darinya. Imam Ali al-Hadi As mendoakan orang itu, lalu berkata kepadanya untuk tidak terlalu risau, Allah Swt akan menjaganya dari segala mara-bahaya yang akan datang.

Pada hari berikutnya, ketika sang khalifah datang untuk mengambil batu mutiara pesanannya, bergetar tubuh orang itu karena ketakutan. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan.

Namun, urusannya menjadi sangat berbeda dari apa yang ia takutkan.

Sang khalifah berkata kepada orang itu bahwa ia telah berubah pikirannya. Dan kini ia menghendaki mutiara itu dibelah hingga menjadi belahan-belahan kecil, masing-masing satu belahan dihadiahkan untuk kedua putrinya dengan tulisan yang terukir masing-masing pada mutiara tersebut.

Betapa kuatnya pengaruh doa!


Sumber Rujukan:
Allamah Majlisi, Biharul Anwar, bag. Keutamaan Imam Ali al-Hadi an-Naqi As.

Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Imam Ali al-Hadi an-Naqi As di atas adalah:

Persoalan apa pun yang kalian hadapi, hendaknya kita senantiasa percaya kepada Allah Swt dan meminta bantuan dari-Nya. Karena Allah Swt dapat membuat segala sesuatu dapat terjadi.

Doa merupakan hadiah yang sangat menakjubkan yang dianugerahkan Allah Swt kepada kaum Muslimin. Oleh karena itu, kita harus senantiasa berdoa kepada Allah Swt.


Imam Ali al-Hadi an-Naqi As bersabda:
Iri dan dengki menghancurkan perbuatan-perbuatan baik kita dan mengundang azab dari Allah Swt. A'yan as-Syi'ah, vol. 2, hal. 39


3. Dalam Kandang Singa
Suatu ketika, di masa Imam Kesepuluh kita, Imam Ali al-Hadi an-Naqi, seorang wanita datang kepada Khalifah Mutawakkil. Wanita tersebut mengklaim sebagai Zainab al-Kubra As, putri Hadrat Sayidah Fatimah As, putrid Rasullah Saw.

Khalifah Mutawakkil berkata kepadanya bahwa apa yang diklaimnya tersebut tidaklah benar lantaran beberapa puluh tahun telah berlalu semenjak masa Zainab al-Kubra As hidup, dan wanita yang kini hadir di hadapannya terlihat sangat muda.

Wanita itu menjawab bahwa ia sesungguhnya adalah Zainab al-Kubra dan adapun ia terlihat muda karena Nabi Muhammad Saw telah melintaskan tangannya di atas kepala wanita tersebut dan mendoakan baginya untuk tetap muda selamanya.

Mutawakkil tidak tahu apa yang harus dilakukannya, maka dipanggillah seluruh orang-orang pandai dan bijak untuk meminta dari mereka nasihat. Seluruh orang pandai yang dipanggil ini berkata bahwa wanita ini berkata dusta, akan tetapi tidak tahu harus berbuat apa untuk membuktikan hal ini.

Pada akhirnya, mereka memutuskan untuk memanggil Imam Ali al-Hadi As dan bertanya kepadanya apa yang harus dilakukannya menghadapi klaim wanita ini.

Imam Ali al-Hadi an-Naqi As meminta Mutawakkil untuk meletakkan wanita tersebut dalam sebuah kandang singa dan apabila ia berkata benar, maka singa-singa tersebut tidak akan menerkamnya. Lantaran binatang-binatang buas tidak akan menyakiti putri Hadrat Sayidah Fatimah As.

Wanita cerdik itu berkata bahwa Imam Hadi As ingin membunuhnya dan apabila ia berkata benar maka ialah yang harus pergi pertama kalinya.

Imam Ali al-Hadi an-Naqi sepakat dan ia pergi memasuki kandang singa tersebut. Singa-singa yang ada dalam kandang itu tidak mencederai Imam Hadi As sama sekali dan sebaliknya, mereka mengelus-ngelus Imam Hadi As. Lalu, Imam Hadi As keluar dari kandang tersebut dan meminta wanita itu bahwa kini telah tiba giilirannya untuk masuk ke dalam kandang singa.

Wanita itu mulai menangis dan meminta maaf. Ia berkata bahwa ia tidak bermaksud untuk berkata dusta, klaim yang diajukannya itu tidak lain kecuali sekedar sebuah lelucon.

Akan tetapi Khalifah Mutawakkil tetap memerintahkan agar ia tetap masuk ke dalam kandang singa.


Sumber Rujukan:
Allamah Majlisi, Biharul Anwar, bag. Keutamaan Imam Ali al-Hadi an-Naqi As.


Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Imam Ali al-Hadi an-Naqi As di atas adalah:
Kalian jangan pernah berdusta (meskipun sekedar bercanda) karena suatu hari engkau akan dapat getahnya.

Bahkan apabila kalian melakukan hal ini dan tidak ada yang mengetahuinya, makwa ingatlah Allah Swt pasti mengetahui hal tersebut dan Dia merupakan tempatmu kembali untuk mendapatkan ganjaran atau azab.


Kegiatan
Bacalah kembali kisah di atas dan jawablah beberapa pertanyaan di bawah ini:

Siapakah wanita yang diklaim oleh wanita pendusta itu?
_______________________________________________
______________________________________________

Bagaimana ia berkata bahwa ia telah membuat dirinya untuk hidup lebih lama?
____________________________________________
____________________________________________

Saran apa yang disodorkan Imam Ali al-Hadi As untuk membuktikan bahwa wanita itu berkata dusta?
_______________________________________________
____________________________________________

Mengapa singa-singa itu tidak mencederai Imam Ali al-Hadi As.?
_______________________________________________
____________________________________________

Menurutmu musibah apa yang menimpa wanita itu?
_______________________________________________
____________________________________________


Imam Ali al-Hadi an-Naqi As bersabda:
Allah Swt tidak akan menerima amal saleh orang yang tidak meyakini amal saleh tersebut. Perbuatan yang harus ia lakukan dengan tulus dan ikhlas. Tuhaful Uqul, hal. 473


4. Guru yang Menjadi Murid
Imam Kesepuluh kita, Imam Ali al-Hadi an-Naqi As menjadi seorang Imam pada usia 8 tahun.

Pada waktu Imam Hadi As berusia belia itu, Khalifah Abbasiyah ketika itu adalah Mu'tasim yang menyebabkan kematian Imam Kesembilan kita, Imam Muhammad Taqi al-Jawad As.

Khalifah menceritakan kepada Ummul Fadl, ibu tiri Imam Ali al-Hadi As. Ummul Fadl menulis surat kepada khalifah bahwa Imam Ali al-Hadi As tidak memiliki guru lantaran ayahnya meninggalkan kota Madinah dan pergi ke kota Baghdad, tempat ia dipenjara.

Khalifah sangat tidak menaruh perhatian terhadap Imam Ali al-Hadi As. Akan tetapi, ia menggunakan pengaruhnya untuk memaksa Imam Hadi As untuk pergi kepada seorang pujangga tua yang ternama yang bernama Ubaidallah Junaidi untuk dibimbing.

Ubaidillah Junaidi merupakan orang yang sangat cerdas, akan tetapi ia membenci Ahlul Bait As.

Khalifah masa itu memaksa Imam Ali al-Hadi As untuk pergi ke Junaidi sehingga ia dapat mempengaruhi Imam Ali al-Hadi As. Khalifah berharap bahwa apa saja yang dikatakan atau dilakukan oleh Imam Hadi As dalam hidupnya akan sesuai dengan ajaran-ajaran yang ia terima dari Ubaidillah Junaidi.

Mu'tasim menghendaki orang-orang supaya berpikir bahwa Imam Hadi As menerima ilmunya dari seorang pujangga ternama. Akan tetapi setelah beberapa waktu berlalu, sang khalifah bertanya kepada Junaidi ihwal bagaimana Imam Hadi As belajar kepadanya.

Pertanyaan sang khalifah itu dijawab oleh Junaidi bahwa ia tidak lagi menjadi seorang guru, tetapi ia telah menjadi seorang murid Imam Ali al-Hadi As. Ia berkata, "Orang-orang berpikir bahwa aku yang mengajarinya, akan tetapi demi Allah, ialah yang mengajariku. Ilmu pengetahuan dan pemahamannya jauh lebih luas dan dalam ketimbang ilmu yang aku miliki.

Ia memberikan laporang kepada khalifah yang kecewa, "Aku bersumpah, demi Allah, tidak ada orang yang lebih baik di bumi ini daripada Imam Hadi As."

Terdapat banyak rujukan dalam kitab-kitab sejarah ihwal keluasan dan kedalaman ilmu dan pengetahuan Imam Hadi As.

Di antara kemampuan dan kelebihan yang diperhatikan orang-orang adalah bahwa Imam Ali al-Hadi an-Naqi As senantiasa berbicara dengan orang-orang asing dengan bahasa mereja sendiri.


Sumber Rujukan:
Jawadi, Nuqusy-e Ismat, hal. 574


Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Imam Ali al-Hadi an-Naqi As di atas adalah:
Para Imam As memiliki ilmu yang sangat luas dan dalam sehingga mereka mampu menjawab pertanyaan apa pun yang diajukan kepada mereka.

Tidak menjadi urusan berapa usiamu, akan tetapi yang menjadi urusan adalah seberapa banyak engkau mengatahui sesuatu. Orang-orang akan memperlakukanmu seperti anak kecil kecuali engkau menunjukkan kepada mereka - melalui ilmu dan pengetahuan serta akhlak karimah yang engkau miliki.


Kegiatan
Bacalah kembali kisah di atas dan jawablah beberapa pertanyaan di bawah ini:

Mengapa Khalifah Mu'tasim mengirim Imam Ali al-Hadi As kepada Junaidi?

_______________________________________________

Istri siapakah Ummul Fadl itu? Dan bagaimana ia bercerita kepada khalifah?
____________________________________________
_______________________________________________

Apa yang ditemukan Junaidi perihal Imam Ali al-Hadi an-Naqi As?
____________________________________________
_______________________________________________

Mengapa khalifah sangat kecewa dengan Junaidi? _______________________________________________
_______________________________________________

Dengan jalan khusus apa Imam Ali al-Hadi As berbicara dan bercakap-cakap dengan orang-orang asing?

_______________________________________________


Imam Ali al-Hadi an-Naqi As bersabda:
Berbicara dusta dan hal yang sia-sia merupakan cara-cara orang bodoh menghabiskan waktunya dan pekerjaan ini merupakan perbuatan yang bodoh. Biharul Anwar, vol 78, hal. 369

15
Kisah-kisah Teladan dari Para Imam Maksum As

Kisah-kisah Teladan dari Kehidupan Imam Hasan al-Askari As
Imam Hasan al-Askari As

Lahir: Madinah, 10 Rabi-ul-Akhir 232 H.

Wafat: Samarrah, 8 Rabi-ul-Awwal 260 H.

Dimakamkan di Samarrah, Iraq


1. Kuda yang Tidak Seorang Pun Yang Dapat Menungganginya
Ketika Imam Kesebelas kita, Imam Hasan al-Askari As masih merupakan seorang muda, ayahnya, Imam Kesepuluh, Imam Ali al-Hadi an-Naqi As dipanggil oleh khalifah yang memerintah untuk tinggal berdekatan dengannya di Baghdad.

Imam Hasan al-Askari As meninggalkan tanah kelahirannya Madinah dan bertolak menuju ke Baghdad bersama ayahnya tinggal berdekatan dengan istana khalifah di ibu kota.

Selama masa hidup Imam Hasan al-Askari kekuasaan khalifah silih berganti. Beberapa khalifah memerintah dan menemui ajalnya lalu digantikan oleh khalifah yang baru memegang tampuk kekuasaan.

Masing-masing khalifah memiliki persamaan dalam satu hal, mereka seluruhnya iri dan dengki terhadap Ahlul Bait As dan mereka berlaku keras dan kejam terhadap para Imam As.

Salah seorang khalifah yang bernama Musta'in. Suatu hari ia diberikan seekor kuda yang menolak untuk ditunggangi oleh siapa pun. Kuda tersebut merupakan seekor kuda yang kuat dan besar. Banyak orang yang mencoba menungganginya namun terpental ke belakang dan cedera.

Khalifah yang jahat ini memiliki ide sebuah ide dan gagasan. Ia berpikir untuk mengundang Imam Hasan al-Askari ke istana dan kemudian memintanya untuk menunggangi kuda tersebut. Ia berkeinginan supaya Imam Hasan al-Askari terluka parah.

Tatkala Imam Hasan al-Askari As datang ke istana, Khalifah Musta'in menunjuk kepada kuda liar dan keras kepala itu dan berkata kepada Imam Hasan As, "Mengapa engkau tidak menunggangi kuda tersebut?"

Segera setelah Imam Hasan al-Askari As menunggangi kuda tersebut, sesuatu yang aneh dan ajaib terjadi.

Kuda liar tersebut menjadi tenang dan membungkukan lehernya ke bawah sehingga Imam Hasan al-Askari dapat menunggangi punggungnya. Lalu Imam Hasan As menunggangi kuda tersebut selama beberapa waktu sebelum membawanya kembali kepada khalifah.

Sang khalifah menjadi sangat malu atas rencana kejinya itu dan berkata kepada Imam Hasan al-Askari As bahwa ia dapat memiliki kuda itu sebagai hadiah darinya.


Sumber Rujukan:
Jawadi, Nuqusy-e Ismat, hal. 596


Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Imam Hasan al-Askari di atas adalah:
Para Imam As merupakan tuan dari seluruh makhluk, baik manusia atau pun hewan.

Kita tidak boleh membuat orang lain berpandangan jelek lantaran rasa iri dan dengki yang menguasai diri kita. Apabila mereka memiliki sifat-sifat mulia, kita hendaknya berusaha untuk menyukai mereka.


Imam Hasan al-Askari As bersabda:
Jangan engkau tunjukkan kebahagiaan dan kesenanganmu di hadapan orang yang sedang bersedih dan berduka. Biharul Anwar, vol 78, hal. 321


2. Orang yang Bakhil
Suatu waktu, pada masa Imam Kesebelas kita, Imam Hasan az-Zaki al-Askari, terdapat seseorang yang bernama Ismail, yang merupakan orang yang sangat pelit dan bakhil.

Meskipun Ismail memiliki uang banyak yang ditabung, ia takut ihwal apa yang akan ia lakukan apabila uang itu telah habis digunakan.

Ia kemudian memutuskan untuk menyembunyikan uang itu dengan menggali sebuah lubang di dalam tamannya dan menaruh uang dalam lubang tersebut.

Suatu hari, ia berada di Samarra' ketika Imam Hasan al-Askari As melintas di kota ini. Ismail berkata kepada Imam Hasan As bahwa ia tidak memiliki uang dan meminta supaya Imam membantunya.

Imam Hasan al-Askari As segera menimpali, "Engkau telah mengubur uang sebanyak 200 Dinar, namun engkau masih saja mengaku tidak punya uang?"

Ismail mengingkari pernyataan Imam dan berkata bahwa ia tidak melakukan hal tersebut.

Imam Hasan al-Askari As memberikan sejumlah uang kepadanya dan berkata kepadanya bahwa para Imam As senantiasa membantu siapa saja yang meminta pertolongan dari mereka.

Ia kemudian berkata kepada Ismail bahwa ia tidak perlu berkata dusta kepadanya.

Imam Hasan al-Askari As melanjutkan bahwa setiap orang harus bersyukur dan berterima kasih atas apa yang dianugerahkan Tuhan kepadanya.

Ketika Ismail hendak pergi, Imam Hasan As mengabarkan kepadanya bahwa uang yang disembunyikannya itu tidak ada di tempat yang ia timbun ketika ia memerlukannya kelak.

Kemudian, tatkala Ismail memerlukan uang yang lebih, ia pergi menggali uang yang telah disembunyikannya namun ia tidak menemukan uang tersebut. Uang yang dulu ditimbunnya kini telah raib hilang entah kemana.

Belakang ketahuan bahwa anaknya mengetahui ihwal uang tersebut dan mengambilnya.


Sumber Rujukan:
Jawadi, Nuqasy-e Ismat, hal. 600


Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Imam Hasan az-Zaki al-Askari di atas adalah:
Kalian harus berterima kasih dan bersyukur kepada Allah Swt apa pun yang telah diberikan-Nya kepadamu.

Janganlah pernah berkata dusta, lantaran dustamu akan ketahuan orang. Bahkan apabila tidak ada orang yang mengetahuinya, maka ketahuilah Tuhan mengetahui dustamu itu.


Imam Hasan az-Zaki al-Askari As bersabda:
Janganlah berperilaku yang engkau tidak inginkan orang lain memperlakukanmu demikian. Biharul Anwar, vol. 78, hal. 377


3. Pendeta Nasrani yang Membuat Hujan
Pada masa Imam Kesebelas kita, Imam Hasan az-Zaki al-Askari As musim kemarau melanda kota Baghdad.

Orang-orang sangat risau dan kuatir terhadap keadaan ini. Mereka berdoa untuk turunnya hujan, akan tetapi hujan tidak kunjung turun.

Lalu terjadilah sebuah kejadian yang aneh dan asing.

Seorang pendeta Nasrani datang ke tempat itu dan berkata kepada kaum Muslimin bahwa ia mampu membuat hujan turun. Ia menengadahkan tangannya ke atas langit untuk berdoa, dan berkat doanya hujan turun dengan lebatnya.

Pada hari berikutnya, ia melakukan hal yang sama. Pendeta Nasrani itu kemudian berkata kepada orang-orang untuk mengikutinya dan meninggalkan Islam.

Banyak orang berpikir bahwa apabila ia dengan kekuatan seperti ini, barangkali agamanya adalah agama yang benar. Kaum Muslimin menjadi bingung dan tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Mereka datang kepada Imam Hasan az-Zaki al-Askari As untuk meminta nasihat darinya. Imam Hasan al-Askari berkata kepada mereka bahwa pada kesempatan berikutnya apabila pendeta Nasrani itu mengumpulkan orang-orang, ia akan datang dan menolong mereka.

Pada pertemuan selanjutnya, Imam Hasan As meminta kepada pendeta Nasrani itu untuk berdoa supaya turun hujan. Ketika pendeta Nasrani itu menengadahkan tangannya ke atas untuk berdoa hujan mulai turun.

Imam Hasan As meminta bahwa apa saja yang ada di tangan si pendeta itu harus diambil dan kemudian memintanya untuk berdoa supaya hujan turun lagi.

Si pendeta itu mencoba dan mencoba akan tetapi ia tidak dapat membuat hujan turun. Ia merasa malu karena ketidakmampuan ini.

Imam Hasan al-Askari kemudian menunjukkan kepada setiap orang apa yang telah dipegang oleh si pendeta di tangannya. Dalam genggaman si pendeta terdapat sepotong tulang kecil.

Imam Hasan al-Askari As memberi tahu kepada orang-orang bahwa tulang tersebut merupakan tulang salah seorang dari anbiya (para nabi) Allah. Salah satu keistimewaan tulang seperti ini adalah apabila ditengahdahkan ke langit, maka akan selalu menjadi sebab turunnya hujan.

Kaum Muslimin menjadi sadar bahwa si pendeta Nasrani itu telah berupaya untuk mengelabui mereka.

Lalu, Imam Hasan al-Askari berdoa untuk turunnya hujan dan turunlah hujan dengan lebat hingga musim kemarau berlalu.


Sumber Rujukan:
Ibn Hajar, Sawaiq al-Muhriqa


Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Imam Hasan az-Zaki al-Askari As di atas adalah:
Ketika sesuatu terjadi yang membuatmu bertanya-tanya tentang imanmu ingatlah bahwa engkau tidak mengerti dan mengetahui segala sesuatu.


Kegiatan
Bacalah kembali kisah di atas dan berilah jawaban atas beberapa pertanyaan di bawah ini:

Apa yang diminta oleh pendeta Nasrani itu untuk kaum Muslimin lakukan?
_______________________________________________
_______________________________________________

Mengapa kaum Muslimin menjadi bingung?
_______________________________________________
_______________________________________________

Apa yang dinasihatkan oleh Imam Hasan As untuk mereka lakukan?
_______________________________________________
_______________________________________________

Bagaimana pendeta Nasrani itu membuat hujan turun?
_______________________________________________
_______________________________________________

Bagaimana Imam Hasan al-Askari As membuat hujan turun?
_______________________________________________
_______________________________________________


Imam Hasan az-Zaki al-Askari As bersabda:
Sebaik-baik sahabat Muslim yang engkau dapat miliki adalah seorang sahabat yang melupakan kesalahan-kesalahanmu dan menyebutkan yang baik-baik yang pernah engkau lakukan kepadanya. Biharul Anwar, vol 78, hal. 379


4. Ia Tidak Dapat Memahami al-Qur'an
Selama masa Imam Kesebelas kita, Imam Hasan az-Zaki al-Askari As, pemerintahan Abbasiyah sangat ketat dan jeli mengawasi gerak-geriknya. Mereka tahu bahwa jumlah para imam akan mencapai 12 orang dan yang terakhir dari hirarki Imamah akan muncul dari putra Imam Hasan al-Askari As yang pada akhirnya akan memegang kendali semesta ini.

Pemerintah yang berkuasa ingin mencegah supaya Imam Keduabelas As tidak lahir, oleh karena itu mereka berupaya dengan berbagai cara untuk memenjarakan Imam Hasan al-Askari As hampir selama masa hidupnya.

Imam Hasan al-Askari As tinggal di kota Samarra', yang disebut juga sebagai askar lantaran kehadiran lasykar dan serdadu di kota ini.Oleh karena itu, Imam Kesebelas As dan Imam Kepuluh (Imam Ali al-Hadi As) keduanya dijuluki sebagai al-Askari.

Rupanya sang khalifah telah melupakan bagaimana Fir'aun terlah berupaya dengan berbagai cara untuk mencegah kelahiran Nabi Musa As dengan membunuh bayi-bayi yang tidak berdosa yang lahir di tanah Israel; akan tetapi ia harus mengakhirinya dengan membesarkan sendiri orang yang akan menjadi musuhnya pada masa datang.

Pada masa singkat itu, Imam Hasan al-Askari As memberikan pelajaran tentang Islam, ia meyakinkan dirinya bahwa kaum Muslimin telah belajar sebanyak mungkin yang mereka lakukan dari dirinya. Ia membenarkan dan mengoreksi para ulama apabila mereka membuat kesalahan-kesalahan.

Ketika itu, seorang ulama yang terkenal di Samarra' yang bernama Ishaq al-Kindi, mencoba untuk menulis sebuah buku yang menunjukkan bahwa al-Qur'an mengandung ayat-ayat yang bertentangan satu dengan yang lainnya. Dalam bukunya, ia membeberkan beberapa contoh ayat-ayat yang dianggapnya bertentangan.

Imam Hasan al-Askari bertanya kepada salah seorang murid Ishaq mengapa ia tidak mencegah ustadznya melakukan hal ini. Si murid berkata bahwa ia tidak tahu harus berbuat apa untuk mencegah ustadznya menulis bukut itu.

Imam Hasan al-Askari berkata kepada si murid untuk bertanya kepada Ishaq sang guru. "Apakah pertentangan ayat-ayat yang terdapat dalam al-Qur'an sesuai dengan pemahamanmu atau sesuai dengan niat dan maksud Allah Swt?" Apabila ayat-ayat yang bertentang itu sesuai dengan keinginan Allah Swt bagaimana engkau dapat sampai kepada kesimpulan bahwa ayat-ayat al-Qur'an bertentangan satu dengan yang lainnya? Dan apabila hal ini sesuai dengan pemahamanmu, maka Allah Swt tidak ada urusannya terhadap kurangnya pemahaman pembaca al-Qur'an."

Tatkala Ishaq al-Kindi mendengarkan argumen ini ia menjadi bungkam diam seribu bahasa. Setelah lama berpikir, ia menuntut kepada muridnya untuk mengatakan siapa yang telah mengajarkan dan mengatakan hal ini kepadanya. Si murid mengaku bahwa argumen yang diajukannya itu berasal dari buah pikirannya sendiri, akan tetapi sang ustadz tidak menerima bahwa itu murni dari muridnya. Akhirnya si murid mengaku bahwa ia telah mendapat perintah dari Imam Hasan al-Askari As.

Ishaq al-Kindi berkata, "Kini engkau telah berkata yang sebenarnya." Ilmu semacam ini hanya datang dari Ahlul Bait Nabi Saw dan bukan dari tempat lain."


Sumber Rujukan:
Jawadi, Nuqoosh-e-'Ismat, pg 598


Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Imam Hasan az-Zaki al-Askari As di atas adalah:
Ilmu dan pengetahuan para Imam As sangat dihormati oleh ulama-ulama terbaik pada masanya.


Kegiatan
Bacalah kembali kisah di atas dan berilah jawaban atas beberapa pertanyaan di bawah ini:

Mengapa Imam Hasan al-Askari As mendapatkan pengawasan ketat dari pemerintahan Abbasiyah?
_______________________________________________
_______________________________________________

Mengapa Imam Hasan As dijuluki sebagai al-Askari?
_______________________________________________
_______________________________________________

Pelajaran apa dari sejarah yang telah dilupakan oleh para khalifah (raja) ?
_______________________________________________
_______________________________________________

Apa yang Ishaq al-Kindi coba lakukan?
_______________________________________________
_______________________________________________

Apa yang engkau pahami dari jawaban Imam Hasan As kepada Ishaq al-Kindi?
_______________________________________________
_______________________________________________


Imam Hasan az-Zaki al-Askari As bersabda:
Orang yang loba tidak akan mendapatkan lebih dari apa yang telah ditetapkan oleh Allah Swt baginya untuk pertama kalinya. Tuhaful Uqul, hal. 489

16
Kisah-kisah Teladan dari Para Imam Maksum As

Kisah-kisah Teladan dari Kehidupan Imam Mahdi As
Imam Muhammad al-Mahdi As

Lahir: Samarrah, 15 Sya'ban 255 H

Hidup atas perintah dari Allah Swt


1. Imam Kita Yang Hidup
Imam kita yang keduabelas adalah Imam Muhammad al-Mahdi As. Imam Mahdi As merupakan Imam Zaman kita.

Dengan izin Allah Swt, Imam Mahdi kita masih hidup. Ketika kita mendengar atau menyebut namanya kita harus menundukkan kepala kita dan membaca salawat untuk menunjukkan rasa hormat kita kepadanya.

Sebagian orang bertanya-tanya bagaimana Imam Mahdi As dapat hidup sedemikian lama. Saat ini usia Imam Mahdi As kurang lebih 1200 tahun. Akan tetapi kita ketahui bahwa Nabi Nuh As hidup selama 2500 tahun lamanya dan Setan bahkan lebih tua dari itu!

Allah Swt telah menjanjikan kepada seluruh kaum Muslimin bahwa Dia tidak akan pernah meninggalkan kaum Muslimin tanpa seorang guru dan pembimbing.

Dan bagi kita, kaum Muslimin, pembimbing itu adalah Imam al-Mahdi AjjaLlahu Ta'ala Farajahusy Syarif.. (semoga Allah Swt menyegerakan kelapangannya)

Imam Mahdi Ajf kini menjalani masa ghaibat yang berarti bahwa ia tersembunyi dari kita dan kita tidak dapat melihatnya. Akan tetapi ia dapat melihat kita dan tahu tatkala kita memerlukan pertolongannya. Ketika kita memerlukan pertolongan darinya, ia akan datang menolong kita.

Sebagian orang berkata bahwa seorang Imam yang ghaib tidak dapat membantu dan menolong kita. Akan tetapi, Imam Mahdi Ajf sendiri telah menjelaskan bahwa keghaibannya persis ibarat ketika matahari ghaib di balik awan-awan, kita masih dapat merasakan dan menikmati panasnya - dengan cara yang sama, kita masih dapat mengambil manfaat dari Imam kita.

Ketika engkau menginginkan sesuatu engkau harus meminta kepada Allah Swt untuk memberkati keinginanmu itu berkat keberadaan Imam Mahdi As lantaran ia sangat dekat kepada Allah Swt daripada kita.

Insya Allah. Allah Swt akan membuat keinginanmu itu terpenuhi.

Ingatlah bahwa apabila keinginanmu tidak terpenuhi hal itu bukan lantaran Allah Swt tidak mendengar.

Allah Swt hanya melakukan apa yang baik buatmu dan boleh jadi keinginanmu itu tidak baik bagimu apabila terpenuhi.

Akan datang suatu waktu ketika Imam Mahdi As muncul dan masa ghaibat berakhir. Hanya Allah Swt yang mengetahui bilamana waktu itu terjadi.

Imam Mahdi Ajf akan datang dan memerangi seluruh orang zalim dan jahat di muka bumi ini dan hanya orang-orang yang baik yang akan menghuni bumi ini.


Sumber Rujukan:
Allamah Majlisi, Biharul Anwar, bag. Ghaibat Imam al-Mahdi Ajf.


Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Imam Mahdi Ajf di atas adalah:
Persis sebagaiman matahari yang masih dapat dirasakan di balik awan-awan, Imam Mahdi As membantu dan menolong dari keghaibannya dalam banyak jalan.

Engkau harus yakinkan dirimu bahwa a engkau merupakan orang yang baik sehingga engkau dapat menolong Imam Mahdi Ajf ketika ia muncul kembali.


Imam Muhammad al-Qaim al-Mahdi Ajf bersabda:
Aku adalah Imam Pamungkas, dan karena aku, Allah Swt menjaga keselamatan Syiah.Biharul Anwar, vol. 52, hal. 30


2. Kelahiran Imam Pamungkas
Imam Keduabelas kita, Imam Muhammad al-Qaim al-Mahdi Ajf lahir pada tanggal 15 Sya'ban tahun 250 H di kota Samarra' Irak.

Puan Halima, yang merupakan bibi Imam Kesebelas, Imam Hasan al-Askari, menjelaskan hari pada saat Imam Mahdi As lahir. Puan Halima berkata,
"Pada tanggal 14 Sya'ban, kemenakanku Hasan al-Askari As memintaku untuk datang ke kediamannya malam itu untuk iftar (berbuka puasa).

Imam Hasan al-Askari As berkata bahwa istrinya Narjis akan segera melahirkan bayi yang akan menjadi imam pengganti Imam Hasan al-Askari As. Imam Hasan memintaku untuk merawat dan menolong persalinan istrinya.

Pada tengah malam, Aku melihat sebuah cahaya yang memancar terang dari kamar Narjis. Ketika aku melihat ke dalam, Aku melihat seorang bayi telah lahir dan sedang melakukan sajadah. Aku menggendong dan memeluknya.

Bayi mungil itu adalah Imam Keduabelas kita, Imam Mahdi Ajf. Ia merupakan Imam Zaman kita dan kita memanggilnya sebagai Sahibuz Zaman Ajf.

Puan Halima melanjutkan,

"Kemudian kemenakanku, Imam Hasan al-Askari As memintaku untuk membawa putranya. Ia menggerakan tangannya di atas mata dan telinga sang bayi mungil dan kemudian berkata, "Wahai putraku, bacalah kalimah - lalu sang bayi membaca kalimah yang berbunyi, "Laa Ilaha IllaLlah wa Muhammadun RasuluLlah (Tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah)." Ia kemudian menyebutkan nama para Imam satu persatu."

Puan Halima melanjutkan lagi,

"Lalu kemenakanku memintaku untuk membawa sang bayi kepada ibunya supaya ia menyampaikan salam kepadanya dan membawanya kembali kepada Imam Hasan As.

Aku menjemput si bayi mungil dari tangannya dan membawanya kepada ibunya, dan si bayi menyampaikan salam kepada ibunya.

Aku kemudian mengembalikan sang bayi ke ayahnya, yang membaringkan si bayi di hadapannya. Ia berterima kasih atas bantuan yang aku berikan.

Segera setelah kelahiran Imam Mahdi Ajf, salah seorang bidan datang untuk menjumpainya. Si bayi berbaring di atas ayunannya (buaian). Si bidan menyapanya dengan mengucapkan salam dan Imam Mahdi Ajf menjawab salamnya.

Si bidan sangat kaget dan senang mendengar jawaban salam tersebut. Kemudian, tiba-tiba si bidan bersin dan Imam Mahdi Ajf berkata terhadap bersinnya,
"YarhamukiLlah (Semoga Allah mengasihiMu)" Lalu Imam berkata, "Bersin merupakan rahmat dari Allah Swt, dan yakinlah bahwa engkau akan hidup selama tiga hari ke depan."


Sumber Rujukan:
Syaikh Saduq, Ikmâluddin wa Itmâmun Ni'mah, Kelahiran Imam Mahdi Ajf


Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Imam Muhammad al-Qaim al-Mahdi Ajf:
Ketika orang berkata salam kepadamu engkau harus menjawabnya dan engkau harus mencoba untuk menjawabnya lebih dari apa yang dikatakannya kepadamu.

Ketika seorang bersin, engkau harus berkata, "YarhamukuLlah (semoga Allah mengasihimu), dan ketika engkau bersin, engkau harus berkata, AlhamduliLlah


Kegiatan
Apa yang harus engkau katakan ketika engkau bersin?
_______________________________________________
_______________________________________________
Dan apa yang harus engkau katakana ketika mendengarkan orang lain bersin?


Imam Muhammad al-Qaim al-Mahdi Ajf bersabda:
Aku tahu apa yang terjadi dalam hidupmu dan aku tidak melupakan zikirmu kepadaku. Biharul Anwar, vol. 53, hal. 175


3. Puan Narjis Khatun
Nama ibunda Imam Keduabelas kita, Imam Muhammad al-Qaim al-Mahdi Ajf adalah Puan Narjis Khatun. Ia juga kerap dipanggil sebagai Malika.

Ibunda Imam bukan merupakan wanita yang berasal dari jazirah Arab. Ia merupakan cucu dari penguasa (emperor) Roma pada masa itu. Sejarah dan kisah sampainya ia ke kota Samarra' sangat menarik.

Suatu waktu, Imam Kesepuluh, Imam Ali al-Hadi an-Naqi As mengutus salah seorang pengikutnya untuk pergi ke Baghdad dengan maksud membeli seorang budak khusus yang telah menjadi tawanan dalam sebuah perang. Imam Ali al-Hadi memberikan beberapa tanda kepada pengikutnya yang akan dikenali oleh budak wanita itu. Ia juga memberinya 120 Dinar untuk membayar harga budak itu kepada tuannya dan sebuah surat yang ditulis dengan bahasa Romawi untuk diserahkan langsung kepada budak wanita itu.

Orang suruhan Imam Ali al-Hadi As pergi beranjak untuk mendapatkan budak yang diperintahkan oleh Imam. Ketika ia mendapatkan wanita itu, orang suruhan Imam itu menyerahkan surat Imam kepadanya. Ia membacanya dan segera menyetujui untuk menemani orang suruhan itu kembali kepada Imam Ali al-Hadi As.

Orang suruhan Imam itu membayar harga budak itu kepada penjual dan kembali dengan wanita itu ke kota Samarra'.

Wanita itu tidak lain kecuali Puan Narjis Khatun, ibunda Imam Keduabelas kita.

Ia menikah dengan Imam Kesebelas kita, Imam Hasan az-Zaki al-Askari As dan pada tanggal 15 Sya'ban tahun 255 H, mereka dianugerahi Tuhan dengan kelahiran seorang bayi yang sangat istimewa..

Bayi mungil itu adalah Imam Keduabelas kita, Imam Muhammad al-Qaim al-Mahdi As.

Segera setelah lahirnya Imam Mahdi As, pertama kali ia sujud di atas sajadah dan kemudian membaca kalimah "Laa ilaha illaLlah wa Muhammadun RasululLah" (Tiada tuhan selain Allah dan Muhamamad utusan Allah). Apa yang dilakukan oleh Imam Mahdi As ini merupakan sesuatu yang dilakukan dan dipraktikan oleh para Imam As.

Puan Narjis Khatun merupakan keturunan dari Shamun, khalifah dan penerus ajaran Nabi Isa As. Dan Imam Hasan al-Askari adalah keturunan Imam Ali As, khalifah dan penerus ajaran Nabi Muhammad Saw.

Dari kedua orang tuanya, Imam Muhammad al-Mahdi mewarisi kedua nabi, nabi bangsa Yahudi dan nabi bangsa Arab,


Sumber Rujukan:
Jawadi, Nuqasy-e-'Ismat, hal. 663


Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Imam Muhammad al-Qaim al-Mahdi Ajf di atas adalah:
Imam Keduabelas kita lahir dari kedua orang tua yang sangat istimewa.

Para Imam kita dapat menunjukkan kekuataan istimewa mereka persis pada saat mereka lahir.


Kegiatan
Bacalah kembali kisah di atas dan berilah jawaban atas beberapa pertanyaan di bawah ini:

Siapakah nama-nama dari ibunda Imam al-Mahdi As? Apakah kalian tahu nama yang lain dari ibunda Imam Mahdi As?
______________________________________________________________________________________________
Dari manakah ia berasal?
_______________________________________________
_______________________________________________
Mengapa ia sepakat untuk menemani pengikut Imam Kesepuluh, Imam Ali al-Hadi As?
_______________________________________________
_______________________________________________
Tanggal berapakah hari kelahiran Imam al-Mahdi As?
_______________________________________________
_______________________________________________
Imam Mahdi As mewaris dari kedua nabi, siapakah nama kedua nabi tersebut? _______________________________________________
_______________________________________________


Imam Muhammad al-Qaim al-Mahdi Ajf bersabda:
Janganlah bertanya yang jawabannya tidak berguna bagimu (Biharul Anwar, vol. 52, hal. 92)


4. Selama Masa Ghaiba Imam Mahdi Ajf
Imam Keduabelas kita, Imam Muhammad al-Qaim al-Mahdi Ajf kini menjalani masa ghaibah. Ghaiba artinya adalah bahwa Imam Mahdi Ajf tersembunyi dari pandangan kita atas perintah dari Allah Swt.

Banyak orang yang bertanya-tanya, apakah manfaat dan faedah dari seorang Imam yang tidak dapat terlhat oleh pandangan mata. Jawabannya, ketiadaan atau ghaibah Imam Mahdi Ajf persis ibarat matahari yang masih saja bermanfaat dan memberikan faedah kepada kita walaupun ia tersembunyi di balik awan-awan. Demikian juga bahwa ketiaadan atau ghaibah Imam Mahdi Ajf masih memberikan manfaat dan faedah kepada kita meskipun ia tidak terlihat dari pandangan kita.

Kendati kita tidak dapat melihat Imam Mahdi Ajf, namun ia dapat melihat kita. Ia mengetahui salat dan doa-doa kita, tindak-tanduk kita, dan masalah-masalah yang kita hadapi. Setiap orang Mukmin yang benar-benar meminta pertolongan darinya, ia akan menerima pertolongan dan musaadah (bantuan) dari Imam Mahdi Ajf.


Masa ghaiba Imam Mahdi Ajf terbagi menjadi dua bagian:
1. Masa ghaiba al-Sughra (ghaib minor atau ghaib kecil)

2. Masa ghaibah al-Kubra (ghaib mayor atau ghaib besar)

Ghaibat al-Sughra (ghaib minor) bermula setelah Imam Mahdi Ajf memimpin salat jenazah ayahandanya, Imam Hasan al-Askari, hingga wafatnya keempat naibnya (wakil). Ghaibat al-Sughra ini berlangsung selama 68 tahun.

Ghaibat al-Kubra (ghaib mayor atau ghaib besar) bermula semenjak kematian empat wakilnya hingga hari ini.

Selama masa ghaibat al-Sughra (gaib minor atau ghaib kecil), meskipun kaum Muslimin tidak dapat melihat Imam Mahdi Ajf, mereka dapat berkomunikasi dengannya melalui 4 wakilnya. Adapun keempat wakil Imam Mahdi Ajf adalah sebagai berikut:

" Utsman bin Said

" Muhammad bin Utsman

" Husain bin Rauh

" Ali bin Muhammad Sammari

Beberapa hal yang harus kita lakukan selama masa ghaibat al-Kubra adalah sebagai berikut:

" Menjadi seorang Muslim yang baik semampu kita

" Berdoa untuk keselamatan Imam Zaman Ajf dan memberik sadaqah untuk keselamatannya

" Berdoa kepada Allah Swt untuk menyegerakan kemunculannya, sehingga ia muncul dan memenuhi semesta dengan keadilan dan perdamaian

" Pada saat terjera kesulitan, carilah pertolongan dari Imam Mahdi Ajf dengan menulis surat kepadanya dan mengubur suratmu.

" Kapan saja nama Imam Zaman Ajf disebutkan, kalian harus berdiri, menaruh tangan kananmu di atas kepalamu dan tundukkan kepalamu. Engkau juga harus membaca salawat setelah namanya disebut.


Sumber Rujukan:
Jawadi, Nuqâsy-e-'Ismat, hal. 663


Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah Imam Muhammad al-Qaim al-Mahdi di atas adalah:
Selama masa ghaibat Imam Kita, kita tidak boleh melupakan kehadirannya.


Kegiatan
Bacalah kembali kisah di atas dan berilah jawaban atas beberapa pertanyaan di bawah ini:

Siapakah keempat wakil Imam Mahdi Ajf itu?
_______________________________________________
_______________________________________________

Apa yang harus kita lakukan selama masa ghaibat Imam kita?
_______________________________________________
_______________________________________________

Apakah kalian pernah meminta pertolongan dari Imam Zaman Ajf? Apa yang terjadi?
_______________________________________________
_______________________________________________

Berapa lamakah masa ghaibat pertama (sughra) berlangsung? Berapa lama masa ghaibat yang kedua berlangsung?
_______________________________________________
_______________________________________________


Imam Muhammad al-Qaim al-Mahdi Ajf bersabda:
Faedah dan manfaat yang didapatkan oleh orang-orang dariku selama masa ghaibat adalah ibarat faedah dan manfaat yand didapatkan oleh mereka dari matahari, kendati tersembunyi di balik awan. Biharul Anwar, vol. 78, hal. 380

17