kisah mubahalah
Para pemeluk Kristen mengakui Nabi Isa as sebagai anak tuhan dan meyakini bahwa tuhan sebagai ayah dari nabi besar ini. Mereka menyembah tiga hal; yakni Allah sebagai tuhan ayah, Nabi Isa as sebagai anak dan ruh Qudus. Berbeda dengan akidah umat Islam yang bersandarkan pada al-Quran menyebut Nabi Isa as sampai sekarang masih hidup dan mendapat rezekinya di sisi Allah, orang Kristen meyakini Nabi Isa as dibunuh musuhnya dan disalib.
Perbedaan akidah ini juga sudah ada sejak masa Nabi Muhammad Saw. Suatu kali para pendeta Kristen bersama uskup besarnya, Abu Haritsah menemui Nabi Saw. Abu Haritsah yang mendengar banyak tentang Nabi Isa as dari ucapan yang dinukil dari Nabi Saw berkata kepada beliau, "Wahai Muhammad! Aku ingin tahu tentang pendapatmu mengenai Nabi Isa?"
Nabi Saw menjawab, "Beliau adalah hamba yang terpilih dan beriman kepada Allah."
Abu Haritsah berkata, "Siapa ayahnya?"
Nabi Saw menjawab, "Sesuai dengan kehendak Allah beliau lahir dari ibunya yang suci, Maryam as, dan tidak memiliki ayah."
Abu Haritsah dengan takjub berkata, "Bagaimana mungkin semua manusia memiliki ayah, tapi Isa as lahir ke dunia tanpa ayah?!"
Pada waktu itu turun ayat kepada Nabi Saw, "Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi AllAh, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya, ?Jadilah (seorang manusia), maka jadilah dia." (QS. Ali Imran: 59)
Nabi Saw berkata, "Saat ini Allah Swt menurunkan ayat ini kepadaku, maka sudah selayaknya setelah ada ayat ini kalian tidak berselisih pendapat lagi dengan kami."
Tapi para pendeta Kristen itu tidak peduli dengan ucapan Nabi Saw dan tetap berpegangan dengan keyakinannya. Setelah itu turun lagi dua ayat lanjutan dari ayat sebelumnya kepada Nabi Saw, "(Apa yang telah Kami ceritakan itu), itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu, karena itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu. Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya), "Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta." (QS. Ali Imran: 60-61)
Nabi Saw menyampaikan masalah ini kepada Abu Haritsah dan rombongannya dan mereka menerima untuk bermubahalah. Tapi Abu Haritsah berkata kepada para pendeta yang siap untuk bermubahalah, "Bila Muhammad mengajak keluarganya untuk bermubahalah, maka kalian harus membatalkannya. Tapi bila ia hanya membawa para sahabatnya, maka jangan bermubahalah dengannya."
Keesokan harinya, sesuai dengan perjanjian sebelumnya, Nabi Muhammad Saw bersama Ali as, Sayidah Fathimah as, dan Imam Hasan dan Husein as datang ke tempat yang telah disepakati untuk bermubahalah. Menyaksikan itu, para pendeta Kristen sangat khawatir melakukan mubahalah mendatangi uskup besarnya dan menyampaikan siapa yang dibawa oleh Muhammad Saw. Uskup besar mengatakan, "Jangan melakukan mubahalah dengan mereka. Karena keluarga ini bila memohon kepada Allah, bahkan gunung-gunung pun bisa dipindah."
Para pendeta berkata, "Lalu apa yang harus kami lakukan?"
Uskup berkata, "Bila kalian melakukan mubahalah dengan mereka, maka kalian akan binasa dan musnah. Kita melakukan perdamaian dengan mereka dan setiap tahunnya memberi upeti kepada umat Islam!"
Nabi Saw menerima ucapan dan janji mereka dan kepada para sahabatnya beliau berkata, "Seandainya kelompok ini melakukan mubahalah dengan kami, maka mereka akan terkena panasnya kemurkaan Allah."