Bersama Kafilah Ramadhan (4)
Salah satu anjuran para pemuka agama kepada orang-orang
yang berpuasa adalah meminta merekauntuk menjaga
penglihatan, lisan, pendengaran, dan anggota lainnya dari
perbuatan dosa.Imam Ali Ridha as berkata, “Wahai manusia
yang berpuasa semoga Tuhan merahmati kalian! Sesungguhnya
puasa adalahhijab di mana Allah menjadikannya untuk
menjaga lisan, pendengaran, penglihatan, dan seluruh
anggota badan…. Sungguh Allah telah menetapkan hak puasa
untuk seluruh anggota badan, karena itu barang siapa
menunaikan hak-hak tersebut dalam puasanya, maka ia
sungguh telah berpuasa danmelaksanakan hak puasanya.Dan
barang siapa yang mengabaikan hak-hak tersebut, mereka
telah kehilangan keberkahan dan pahala puasa sesuai
dengan kelalaiannya itu.”(Mizan al-Hikmah, jilid 5)
Orang yang benar-benar berpuasa, mencegah lisannya dari
melakukan dosa-dosa yang melibatkan lisan seperti,
berdusta, ghibah (membicarakan keburukan orang lain), dan
mencela. Ia juga mengontrol pendengarannya dari mendengar
suara-suara yang menyimpang dan rayuan
syaitan.Penglihatan orang yang berpuasa juga tidak
dibenarkan untuk melihat setiap pemandangan. Fenomena
yang bisa menyeret manusia ke lembah dosa haram hukumnya
untuk ditonton dan orang yang berpuasa harus menutup
penglihatannya.
Individu yang berpuasa harus meninggalkan semua dosa dan
menjauhi sifat-sifat tercela seperti, rasa dengki, iri
hati, marah atau menebarkan permusuhan dan lain-lain.
Sebab, puasa merupakan sebuah ibadah untuk melatih
manusia mengontrol diri dan memupuk semangat takwa.
Rentang waktu antara sahur sampai terbenam matahari
merupakan sebuah kesempatan baik untuk mengontrol dan
memerangi hawa nafsu serta menolak godaan.Setiap individu
yang menjaga amal ibadahnya hingga waktu berbuka, tentu
ia akan memperoleh derajat yang tinggi.
Kesuksesan seseorang untuk meninggalkan dosa, akan
membuatnya meraih keuntungan yang lebih besar dalam
urusan ibadah dan jika ia terlibat banyak dosa meskipun
tidak membatalkan puasa,tapi pahala dan ganjarannya telah
berkurang. Kaum mukmin akan berusaha maksimal agar bisa
mempersembahkan amal ibadah yang sempurna dan tanpa cacat
ke pangkuan Allah Swt.Amalan yang ikhlas dan bersih ini
diterima dengan lapang dan membuat pelakunya memperoleh
keridhaan Tuhan.
Menjauhi dosa dan mengendalikan hawa nafsu merupakan
salah satu keuntungan berpuasa. Manusia yang tidak mampu
menahan gejolak hawa nafsu dan syahwat, maka bulan
Ramadhan merupakan momentum terbaik bagi mereka untuk
mengontrol naluri hewani dan syahwatnya.Imam Jakfar
Shadiq as berkata, “Puasa adalah tirai dan hijab bagi
orang yang berpuasa dari penyakit-penyakit dunia. Ia juga
akan menjadi perisai dari azab akhirat. Setiap saat
kalian ingin berpuasa, maka kekanglah diri kalian dari
semua syahwat dan hawa nafsu (seperti, mencela, bersumpah
dengan dusta, dan lain-lain), sebab terperangkap dalam
dosadi tengah puasa akan mengurangi pahala puasa dan
membuatnya tidak diterima.”
Melakukan perbuatan dosaseperti, ghibah (membicarakan
keburukan orang lain), berdusta, menatap non-muhrim,
berlaku zalim, dan sejenisnya, secara lahiriyah tidak
membatalkan puasa,namun akan mencegah seseorang meraih
kenikmatan spiritual berpuasa.
Sebuah riwayat menyebutkan bahwa seorang perempuan sedang
menjalani puasa sunnah, tapi ia mengeluarkan celaan untuk
tetangganya, Rasul Saw kemudian membawa satu piring nasi
dan bersabda, “Makanlah makanan ini!” Perempuan itu
bersikeras bahwa ia sedang berpuasa, Rasul lalu bersabda,
“Bagaimana engkau mengaku berpuasa, sementara engkau
mencela tetanggamu? Ketahuilah bahwa puasa bukan hanya
tidak makan dan minum, tapi orang yang berpuasa juga
harus mengajak seluruh anggota badannya berpuasa
bersamanya, serta menghindari ucapan dan perbuatan buruk.
Allah menetapkan puasa untuk mencegah perkataan dan
perbuatan buruk.” Rasul Saw kemudian menghadap ke
arahkhalayak dan bersabda, “Betapa sedikit orang yang
berpuasa dan betapa banyak orang yang lapar.” (Mizan al-
Hikmah, jilid 5)
Faktor utama yang membuat manusia jauh dari rahmat Tuhan
disebabkan mereka terlena dalam gejolak hawa nafsu dan
syahwat. Dalam ajaran Islam, ada banyak petunjuk untuk
mengontrol dan mengarahkan hawa nafsu serta
menyeimbangkan naluri hewani dan salah satunya adalah
puasa. Puasa merupakan bentuk latihan, yang jika
dilakukan secara teratur dan rutin, maka kekuatan untuk
mengontrol diri dan meninggalkan dosa secara bertahap
akan menguat dalam diri manusia dan membuat mereka mampu
mengendalikan nafsunya.
Untuk itu, orang yang berpuasa tidak boleh kehilangan
kontrol atas segala jenis dosa dan ia harus menjauhi
perbuatan maksiat. Rasul Saw bersabda, “Barang siapa yang
berpuasa di bulan Ramadhan dan menjaga hawa nafsunya dan
lisannya dari dosa serta tidak menyakiti masyarakat, maka
Allah akan mengampuni dosa-dosanya dan ia terbebas dari
neraka dan mendapatkan tempat di surga.”
Seiring datangnya bulan Ramadhan, banyak orang bertanya
dan ingin tahu tentang kiat agar tetap semangat menjalani
rutinitas di tengah rasa lapar dan dahaga. Apakah
Ramadhan menjadi penghalang bagi kemajuan manusia dalam
urusan kerja dan dunia? Dengan sebuah kajian sederhana
dan menyaksikan kehidupan kaum Muslim di bulan Ramadhan,
kita akan memahami bahwameski tak lepas dari kesulitan,
namun umat Islam selain tidak meliburkan rutinitasnya,
tapi mereka justru bekerja dengan penuh semangat. Mereka
dengan puasanya sedang melatih kesabaran dan ketakwaan.
Mantan bomber Sevilla, Frederic Kanoute sudah lama
dikenal sebagai pesepak bola yang taat. Ia sudah terbiasa
menjalankan ibadah puasa di tengah padatnya kompetisi.
Pemain 35 tahun ini yakin berpuasa bukan melemahkan,
justru bisa menguatkan. Eks striker Sevilla ini
menuturkan, "Secara pribadi, menjalankan tuntunan agama
membantu saya dalam sepakbola. Dan sepakbola juga ikut
membantu untuk tetap sehat dan menguatkan saya. Tak ada
konflik karena orang yang tahu tentang Islam, mereka tahu
bahwa ibadah puasa itu malah menguatkan mereka yang
menjalaninya, dan bukan malah melemahkan umat Muslim."
Sekarang banyak pemain yang beragama Islam masuk ke dunia
sepakbola Eropa dan mereka mampu menjadi perhatian dengan
kemampuan mengolah bola yang lihai. Mau tidak mau,
membuat klub atau pengelola kompetisi sepakbola Eropa
melakukan kompromi. Sebelumnya, para pelatih beranggapan
bahwa puasa akan mengurangi performa pemain Muslim dan
menurunkan tingkat profesionalitas mereka. Masalah ini
menciptakan perdebatan panjang antara pelatih dengan para
pemain Muslim, namun para pemain Muslim biasanya tidak
bersedia duduk di bangku cadangan, mereka tetap berpuasa
dan ingin membuktikan bahwa puasa tidak menghalangi
mereka untuk tampil prima.
''Puasa Ramadan membuatku menjadi semakin kuat,'' ujar
Kanoute, bintang sepak bola asal Mali.Tidak mudah bagi
Muslim di Spanyol berpuasa saat musim panas di Eropa
mencapai puncaknya. Suhu bisa mencapai 40 derajat
Celcius, dengan kelembaban tinggi. Siang lebih panjang
dibandingkan malam hari.''Saya berusaha menghormati
keyakinanku dan menjalankan ibadah sebisa mungkin,''
tambahnya. ''Terkadang memang sulit melakukan puasa
Ramadhan ketika cuaca di selatan Spanyol sangat panas.
Tetapi, saya mampu melakukannya. Alhamdulillah,'' tegas
Kanoute.
Kanoute menemukan kedamaian dalam Islam dan olahraga
telah memberinya peluang terbaik untuk berkonsentrasi dan
memusatkan pikiran. Dia berkata, “Aku selalu menyempatkan
diri untuk ibadah. Kadang teman-teman satu tim
menyaksikan tingkahku, tapi mereka bisa mengerti kalau
aku seorang Muslim dan mereka menghormati keyakinanku.
Banyak dari mereka yang penasaran dan ingin tahu tentang
kegiatan ibadahku, terutama di bulan Ramadhan. Mereka
heran mengapa aku tidak makan sesuatu dan mereka
mengajukan banyak pertanyaan seputar masalah ini. Meski
begitu aku tetap merasa nyaman dan aku menikmati kegiatan
ibadahku.”