Peristiwa Bersejarah Bulan Rajab
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Syekh Abu Hamid Muhammad Al Ghazali
- Sumber:
- Terjemah kitab Mukasyafat Al Qulub Al Muqarrib min ‘Allam Al ghuyub, bagian enam
Salah satu bentukan kata rajab adalah kata tarjib yang berarti “pengagungan”. Rajab disebut pula sebagai “pencurahan”, karena Allah mencurahkan rahmatNya kepada orang-orang yang bertobat pada bulan Rajab dan mengalir cahaya-cahaya penerimaan atas amal seseorang. Rajab diartikan pula dengan “tuli”, karena tidak pernah didengar pada bulan itu nuansa pembunuhan dan peperangan. Konon Rajab merupakan nama sungai di surga, airnya lebih putih dibanding susu, manisnya melebihi manis madu, dinginnya lebih dingin dibanding es. Tidak akan ada yang meminumnya, kecuali orang yang berpuasa pada bulan Rajab.
Rasulullah SAW bersabda, “Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban bulanku, dan Ramadhan bulan umatku.”
Rajab terdiri dari tiga huruf akronim yaitu : Ra' dari kalimah rahmatullah (rahmat Allah), Jim dari kalimah jinayatul-'abd (kesalahan hamba Allah), dan Ba' dari kalimah birrullah (kebajikan Allah). Bulan Rajab disebut juga dengan nama Al-Summun artinya tuli. Tuli disini bermakna tidak dapat mendengar bunyi senjata karena peperangan diharamkan sepanjang bulan Rajab.
Hal ini sejalan dengan firman Allah Swt dalam QS. At-Taubah (9): 36 sbb:
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan; dalam ketetapan Allah, sejak hari Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan yang dihormati. Demikian itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu (dalam bulan yang empat itu)……”
Menurut Allamah Kamal Faqih Imani dalam Tafsir Nurul Quran disebutkan bahwa sejak hari dibentuknya sistem tata surya seperti bentuk yang kita lihat sekarang ini, terbentuk pula hitungan tahun dan bulan. Hitungan satu tahun adalah perputaran lengkap dari rotasi bumi mengelilingi matahari; dan dalam hitungan satu bulan adalah pergerakan penuh dari rotasi bulan mengelilingi bumi, yang terjadi sebanyak dua belas kali dalam setahun.
Kemudian al-Quran menambahkan bahwa terdapat empat bulan di antara dua belas bulan itu yang haram (disucikan), dimana menurut hukum agama diharamkan, pada bulan-bulan yang empat itu, untuk bertempur dan berperang. Yang dapat dipahami dari beberapa literatur Islam bahwa larangan berperang selama empat bulan ini adalah merupakan perintah yang bukan hanya dalam agama (kepercayaan) Nabi Ibrahim as, tetapi juga dalam agama yang diturunkan Tuhan kepada kaum Yahudi dan Nasrani, sebagaimana juga diturunkan kepada agama-agama langit yang lain. Sehingga apabila ada serangan dari kaum kafir kepada kaum muslimin, maka sudah semestinya bagi muslimin yang monoteistik untuk bersatu dalam satu barisan yang kokoh melawan musuh Islam.
Bulan Haram pada ayat di atas ialah bulan yang dihormati dan dimuliakan oleh al-Quran, mayoritas ahli tafsir mengemukakan bahwa ada empat bulan haram (mulia) yaitu Dzul Qa'dah, Dzul Hijjah, Muharram, dan Rajab. Setiap bulan ataupun hari-hari tertentu yang dimuliakan pasti mempunyai makna sejarah dan nilai filosofis yang sangat berarti bagi kaum muslimin, demikian halnya dengan Rajab.
Banyak sekali peristiwa-peristiwa bersejarah terjadi pada bulan Rajab diantaranya:
1. Hijrah Pertama ke Negeri Habsyah (Ethiopia)
Ketika pihak musyrikin Mekkah meningkatkan tekanan dan ancaman kepada kaum muslim dan Rasulullah Saww, maka Rsulullah Saww memerintahkan kepada para sahabat untuk melaksanakan hijrah ke negeri Habsyah (Ethiopia). Jumlah mereka adalah 14 orang termasuk 4 orang wanita. Habsyah dipilih oleh Rasulullah Saww karena rajanya dikenal dengan toleransi dan sikap terbukanya. Diantara mereka yang berhijrah ke Habsyah adalah Saidina Othman ra dan istrinya Roqiah putri Rasulullah Saww.
2. Peristiwa Isra' Mi'raj Rasulullah Saww
Isra’ Mi’raj termasuk di antara mukjizat khusus yang Allah berikan hanya kepada Rasulullah Saww, tidak kepada nabi-nabi yang lain. Isra’ ialah perjalanan malam Rasulullah Saww dari Masjidil Haram (Mekkkah) ke Masjidil Aqsha (Palestina). Mi’raj ialah dari Masjidil Aqsha, Rasulullah meneruskan perjalanannya ke alam langit menuju Sidratul Muntaha. Ketika di Sidratul Muntaha, Rasulullah Saww hanya sendirian dan malaikat Jibril hanya sampai di bawah Sidratul Muntaha karena sudah tidak mampu untuk naik bersama Rasulullah Saww ke Sidratul Muntaha. Di Sidratul Muntaha, Rasulullah Saww menerima perintah langsung dari Allah Swt untuk melaksanakan Shalat Fardhu 5 waktu dalam sehari semalam. Setelah itu Rasulullah Saww kembali lagi ke Masjidil Haram di Makkah. Menurut suatu riwayat, semua rangkaian peristiwa yang luar biasa menakjubkan tersebut hanya ditempuh dalam waktu sepertiga malam.
"Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha (Baitul Maqdis) yang Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami memperlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat" (QS. 17 : 1). Allah juga menjelaskan peristiwa Mi’raj ini lebih detil pada QS. 53: 1-18. Sesungguhnya dalam peristiwa Isra’ Mi’raj ini banyak sekali kejadian-kejadian hebat yang dialami Rasulullah Saww, demikian juga pemandangan-pemandangan sangat menakjubkan yang Allah Swt memperlihatkan kepada hamba tercinta-Nya. Rasulullah Saww melakukan Isra’ Mi’raj tersebut dengan ruh dan jasadnya. Jika hanya dialami oleh ruhnya saja tentu tidak akan menjadi satu mukjizat yang super spektakuler, sebab manusia lain pun memiliki kemungkinan untuk mengalami peristiwa seperti itu. Misalkan ketika mimpi terbang ke langit ke tujuh, sebab kejadian mimpi hanya dialami oleh ruh seseorang.
Dalam menentukan tarikh peristiwa Isra’ Mi’raj tersebut para ulama berbeda pendapat, sebahagian ulama mengatakan pada 27 Rabiul Akhir; sebagian 17 Rabiul Awal; sebagian 29 Ramadhan; sebagian 27 Rajab dan sebagian 7 Rabiul Awal. Tetapi yang terbanyak ialah golongan yang mengatakan pada tanggal 27 Rajab, sekalipun tidak disertai alasan yang kuat. Bahkan tahun kejadiannya juga terdapat perselisihan pendapat dikalangan ulama, ada sebagian yang mengatakan pada tahun ke 5 dari Bi'tsah (tahun pertama diutusnya Nabi), sebagian tahun ke 12 dari Bi'tsah, sebagian pada tahun sebelum Nabi hijrah ke Thaif, sebagian tahun ketiga sebelum hijrah Nabi Saww ke Madinah dan sebagian pula berpendapat lain dari semuanya itu. Tetapi Ibnu Saad dalam kitabnya "At-Tobaqatil Qubra", berpendapat bahwa peristiwa Isra’ Mi’raj Rasulullah Saww terjadi pada delapan belas bulan sebelum Rasulullah Saww hijrah ke Madinah.
Tetapi dalam sebuah hadits sahih tentang puasa hari Senin, Rasulullah Saww menyatakan bahwa hari itu (Senin) dilahirkan, diutus menjadi Rasul, dan diturunkan al-Quran pertama kalinya (HR Muslim). Jabir dan Ibnu Abbas berpendapat Rasulullah Saww dilahirkan malam Senin 12 Rabiul Awal, pada hari dan tanggal itu beliau diangkat sebagai Nabi dan Rasul, di mi'rajkan ke langit, hijrah ke Madinah, dan wafat. Berdasarkan rekontruksi kronologis astronomi oleh T. Djamaluddin (Staf Peneliti Bidang Matahari dan Lingkungan Antariksa, LAPAN, Bandung). Kalau peristiwa Isra' Mi'raj terjadi pada 27 Rajab 1 SH (satu tahun sebelum Hijrah). Itu berarti terjadi pada hari Rabu 15 Oktober 620 M. Pendapat ini sangat bertentangan dengan HR Muslim tentang puasa hari Senin. Bahkan bertentangan juga dengan pendapat Jabir dan Ibnu Abbas. Bila mengikuti pendapat Jabir dan Ibnu Abbas bahwa Isra' Mi'raj terjadi pada hari Senin 12 Rabi'ul Awal, berarti terjadi pada 12 Rabiul Awal 3 SH (tiga tahun sebelum Hijrah) yang bertepatan dengan hari Senin 6 November 618 M. Lantas yang benar tanggal berapa kejadian Isra' Mi'raj Rasulullah Saww tersebut. Penulis lebih cenderung mengikuti pendapat Jabir dan Ibnu Abbas dengan didukung temuan T.Djamaluddin bahwa Isra' Mi'raj Rasulullah Saww terjadi pada hari Senin 12 Rabiul Awal 3 SH (3 tahun sebelum Hijrah) bertepatan dengan 6 November 618 M.
3. Kelahiran Ali bin Abi Thalib di dalam Ka'bah
Terjadi peristiwa ajaib yang menggemparkan sejarah umat manusia. Sebab peristiwa ini tidak pernah terjadi sebelumnya dan tidak akan pernah terjadi sampai hari kiamat, demikian Nabi bersabda. Pada hari Jumat 13 Rajab, 23 tahun sebelum hijrah telah lahir seorang bayi suci di dalam Ka’bah.
Singkat cerita: Fatimah binti Asad, ibunda Ali bin Abi Thalib yang merupakan seorang wanita sholehah, mukminah dan pengikut agama tauhid, pada suatu hari ia memperoleh ilham dari Allah Swt supaya pergi ke Baitullah untuk bertawaf. Ketika sedang mengelilingi Kabah, tiba-tia ia merasakan sakit akan melahirkan. Lalu Fatimah binti Asad memegang kain penutup Ka’bah sambil bersimpuh ke dindingnya, kemudian berdoa: "Ya Allah, wahai Tuhan Pemilik rumah suci ini, sesungguhnya aku ini seorang wanita yang beriman kepada-Mu. Aku juga beriman kepada agama yang dibawa kakekku Ibrahim a.s., kepada para nabi yang telah Engkau utus serta kitab-kitab suci yang telah Kau turunkan. Ya Allah, demi kemuliaan rumah ini dan demi kesucian bayi yang sedang aku kandung ini, maka permudahlah proses kelahiran ini".
Tiba-tiba suatu keajaiban benar-benar terjadi, seketika terdengar suatu gemuruh karena dinding Ka’bah yang di hadapan Fatimah binti Asad terbelah. Fatimah masuk ke dalam Ka’bah, kemudian dinding Ka’bah yang retak itu tertutup kembali. Abbas bin Abdul Muthalib dan kawan-kawannya yang menyaksikan kejadian itu segera memberitahu suami Fatimah binti Asad, yaitu Abu Thalib. Mereka berusaha membuka pintu dan dinding Kabah, tetapi tidak berhasil. Akhirnya mereka hanya bisa menunggu, sambil berdoa dan berharap cemas. Tiga hari kemudian dinding Ka’bah terbelah lagi, Fatimah binti Asad keluar dengan memangku bayi mungil Ali bin Abi Thalib yang telah lahir di dalam Ka’bah.
Rasulullah Saww bersabda: "Ada yang aku miliki dan tidak dimiliki Ali, dan ada yang dimiliki Ali namun aku tidak memilikinya. Yang aku miliki dan tidak dimiliki Ali adalah bahwa aku seorang nabi dan rasul terakhir yang diutus oleh Allah Swt, sedangkan yang dimiliki Ali namun aku tidak memilikinya ialah bahwa ia satu-satunya manusia yang lahir di dalam Kabah".
Ali bin Abi Thalib yang merupakan salah seorang Ahlul Bait Nabi yang telah disucikan oleh Allah Swt sesuci-sucinya (QS.33: 33), beliau lahir di dalam Ka’bah (Baitullah) yang suci, tumbuh besar dalam buaian dan pangkuan Nabi paling suci yaitu Muhammad Rasulullah Saww, dan pada malam Lailatul Qadr yang suci (19 Ramadhan 40 H) ketika sedang melakukan sujud di Masjid Kufah ia dihantam oleh pedang si manusia paling terkutuk dan paling celaka yang bernama Ibnu Muljam, akhirnya pada malam Lailatul Qadr berikutnya (21 Ramadan 40 H) ruh manusia suci ini terbang menemui Allah Swt. Kalimat terakhir yang keluar dari lisannya yang suci ialah: "Fuzhu wa rabbilka'bati." Sungguh aku telah meraih kemenangan, demi Tuhan pemilik Kabah.
Demikianlah peristiwa besar yang terjadi di bulan Rajab dalam sejarah umat Islam. Umat Islam masih banyak yang tidak tahu terutama tentang tempat kelahiran Ali bin Abi Thalib. Manusia yang ditakdirkan oleh Allah Swt lahir di dalam Baitullah dari rahim Fatimah binti Asad istri dari Abu Thalib.