DIALOG ANTARA MUSLIM DAN KRISTIAN [4]
Bagaimana Islam Memandang Penciptaan Semesta?
Wilson: Dengan kemajuan sains, banyak pertanyaan yang dapat dilontarkan seputar masalah penciptaan semesta. Pertanyaan-pertanyaan ini nampaknya tidak memiliki jawaban dalam Injil, dan terkadang kami temukan beberapa ayat dalam Injil yang bertentangan dengan pengetahuan modern dewasa ini. Saya penasaran jika kita dapat menemukan jawaban-jawaban atas beberapa pertanyaan serup dalam kitab suci umat Islam. Alam semesta kini telah dibuktikan bahwa ia telah menginjak usia lanjut. Usianya diperkirakan triliunan tahun. Kelihatannya Injil mengurangi usia semesta dengan hanya beberapa ribu tahun. Apakah al-Qur’an mengandung penjabaran tentang usia semesta ini?
Chirri
: Kitab Suci al-Qur’an tidak menjabarkan usia semesta ini dalam bentuk apapun. Sains juga sejauh ini tidak mampu mengatakan dengan tepat kapan semesta ini bermula. Kitab Suci al-Qur’an telah diperkenalkan pada masa dimana masyarakatnya bukanlah masyarakat ilmiah, masa tatkala orang-orang tidak mampu menerima jangka dan bilangan waktu milyaran atau jutaan tahun. Jika al-Qur’an menyatakan bahwa bintang-bintang bersumber dari milyaran tahun yang lalu, orang-orang telah menolak konsep Islam secara keseluruhan. Al-Qur’an, dengan demikian, secara bijak berdiam diri dalam masalah ini. Untuk menjadi benar, Anda tidak perlu mengatakan seluruh apa yang Anda ketahui ihwal kebenaran; yang Anda perlukan hanyalah mencegah orang-orang tidak menerima informasi dan berita yang salah serta menyesatkan. Oleh karena itu, pintu tetap terbuka untuk setiap teori ilmiah, sehingga informasi dan warta keagamaan tidak berbenturan dengan setiap pengetahuan ilmiah.
Wilson
: Benda-benda angkasa, bintang-gemintang, dan planet-planet yang kini terhitung sebanyak miliaran dan ratusan miliar banyaknya. Jumlah dari kesemua itu sangatlah fantastis dan terkadang di luar imaginasi kita. Untuk membentuk benda-benda yang tak terhitung semacam itu, hal itu akan mengambil sejumlah material yang berada di luar kemampuan kita untuk menghitungnya. Apakah kita memiliki ayat dalam al-Qur’an tentang dari jenis materi apa benda-benda ini terbuat?
Chirri: Kitab Suci al-Qur’an menyatakan bahwa benda-benda itu terbuat dari benda semacam gas. Hal ini sesuai dengan teori modern yang mengatakan bahwa benda-benda angkasa terbuat dari gas hidrogen. Dari al-Qur’an kita membaca, “Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”. (Qs. Fusshilat [41]:11)
Wilson
: Apakah al-Qur’an mengandung ayat tentang materi pertama yang dicipta?
Chirri
: Ayat yang dinukil di atas menunjukkan bahwa asap atau apa yang membentuk molekul-molekul dan atom-atom asap merupakan benda pertama yang hadir di dunia ini.
Wilson: Dari materi apa Allah Yang Mahakuasa menciptakan kehidupan?
Chirri: Al-Qur’an menyatakan bahwa Tuhan menciptakan seluruh makhluk hidup dari air: “Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?” (Qs. al-Anbiya [21]:30)“Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, Maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Qs. an-Nur [24]:45)
Tatanan Penciptaan
Wilson
: Apakah Qur’an menegaskan ayat dalam Injil yang termaktub dalam kitab Kejadian (Genesis) ihwal tatanan dalam penciptaan semesta?
Chirri: Al-Qur’an tidak memuat ayat semacam itu tentang tatanan dalam penciptaan. Namun, kaum Muslimin tidak menerima kandungan bagian pertama dalam kitab Kejadian (Genesis) lantaran dalam buku itu terdapat kontrakdiksi dan ketidakselarasan.
Wilson
: Coba berikan beberapa contoh dari kontradiksi yang Anda sebutkan itu.
Chirri
: Silahkan perhatikan beberapa contoh berikut ini:
1. Berfirmanlah Allah: “Jadilah terang.” Lalu terang itu jadi. Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap. Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama.” (Kejadian, 1 :3-5) Ayat Kejadian ini menunjukkan bahwa hal pertama yang dicipta adalah siang dan malam. Namun kita ketahui bahwa siang dan malam dapat hadir setelah keberadaan matahari dan melalui terbit dan terbenamnya. Bagaimanapun, ayat 14 dari surah yang sama mengindikasikan bahwa matahari diciptakan pada hari keempat: “Berfirmanlah Allah: “Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari serta tahun-tahun. Dan sebagai penerang pada cakrawala biarlah benda-benda itu menerangi bumi.” Dan jadilah demikian. Maka Allah menjadikan kedua benda penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar untuk menguasai siang dan yang lebih kecil untuk menguasai malam, dan menjadikan juga bintang-bintang. Allah menaruh semuanya itu di cakrawala untuk menerangi bumi dan untuk menguasai siang dan malam dan untuk memisahkan terang dari gelap. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keempat.” (Kejadian 1:14-19) Redaksi pada ayat ini menunjukkan bahwa matahari dicipta pada hari keempat, dan dari sinilah seharusnya hari bermula. Hal ini, tentu saja, berseberangan dengan ayat 3 yang mengabarkan kepada kita permulaan hari ketiga tahap sebelum pembentukan matahari.
2. Pada Surah yang sama disebutkan bahwa tumbuh-tumbuhan, tanaman yang memiliki benih, dan pepohonan yang berbuah diciptakan dan tumbuh pada hari ketiga: “Dan Tuhan berfirman, “Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pepohonan buah-buahan yang menghasilkan berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan yang berbiji. Allah melihatnya semuanya itu baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari ketiga.” (Kejadian 1:11-13) Namun kita tahu bahwa tidak satu pun tumbuh-tumbuhan dan tanam-tanaman ini dapat tumbuh berkembang tanpa matahari, sementara pada surah yang sama disebutkan bahwa matahari diciptakan pada hari keempat sebagaiamana yang disebutkan sebelumnya.
3. Pada surah yang sama disebutkan bahwa Tuhan, pada hari keenam, menciptakan manusia dalam citra dan rupa-Nya sendiri: “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.” (Kejadian 1: 27) Kaum Muslimin meyakini bahwa Tuhan tidak memiliki rupa dan bentuk. Dia adalah tak terbatas Yang meliputi seluruh semesta. Dia tidak memiliki raga, juga tidak berbentuk materi, juga pandangan tidak mampu mencerap-Nya. Berpikir bahw Tuhan memiliki bentuk dan rupa manusia, bagi kaum Muslimin adalah meruntuhkan seluruh tatanan konsep Ketuhanan.
4. Surah kedua (dari kitab Kejadian) bertolak belakang dengan surah pertama. Pada surah pertama, sebagaiamana Anda ketahui, telah disebutkan bahwa tumbuh-tumbuhan dan tanaman serta pepohonan diciptakan pada hari ketiga, sebelum penciptaan manusia, yang diciptakan pada hari keenam. Surah kedua mengatakan bahwa manusia diciptakan sebelum penciptaan tumbuh-tumbuhan dan tanaman: “Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan. Ketika Allah menjadikan bumi dan langit… belum ada semak apapun di bumi, belum timbul tumbuh-tumbuhan apapun di ilalang, sebab Tuhan Allah belum menurunkan hujan di bumi, dan belum ada yang mengusahakan tanah itu; tetapi ada kabut naik ke atas dari bumi dan membasahi seluruh permukaan bumi itu. Ketika itulah Tuhan Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup. Selanjutnya Tuhan Allah membuat taman di Eden; di sebelah timur; di situlah ditempatkan-Nya manusia yang dibentuk-Nya itu. Lalu Tuhan Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang baik untuk makan buahnya; dan pohon kehidupan di tengah-tengah taman itu, serta pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang buruk.”(Kejadian 2:49) Pada ayat ini disebutkan secara terang bahwa tidak ada tanaman sebelum penciptaan manusia. Terdapat poin lain dalam ayat ini, yaitu, adanya pohon pengetahuan ihwal baik dan buruk. Namu yang kita ketahui bahwa pengetahuan tidak tumbuh di atas pohon; ia didapatkan melalui pengalaman dan pembelajaran.
5. Pada surah pertama (dari kitab Kejadian) telah disebutkan bahwa kerajaan binatang diciptakan pada hari kelima: “Dan Tuhan berfirman, “Hendaklah dalam air berkeriapan makhluk yang hidup, dan hendaklah burung berterbangan di atas bumi melintasi cakrawala.” Maka Allah menciptakan binatang-binatang laut yang besar dan segala jenis makhluk hidup yang bergerak, yang berkeriapan dalam air, dan segala jenis burung yang bersayap. Allah melihat semuanya itu baik. Lalu Allah memberkati semuanya itu, firman-Nya: “Berkembangbiaklah dan bertambah banyaklah serta penuhilah air dalam laut, dan hendaklah burung-burung di bumi bertambah banyak. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kelima. Berfirmanlah Allah: “Baiklah kita menjadikan segala jenis binatang liar dan segala jenis ternak dan binatang melata dan segala jenis binatang melata di muka bumi. Allah melihat bahwa semuanya baik. Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” (Kejadian 1:20-26) Ayat ini secara jelas menunjukkan bahwa manusia diciptakan setelah penciptaan ikan, burung-burung, binatang liar dan melata, namun pada surah kedua disebutkan bahwa manusia diciptakan sebelum penciptaan makhluk tersebut: “Tuhan Allah berfirman: “Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” Lalu Tuhan Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk hidup, demikianlah nanti nama makhluk hidup itu.” (Kejadian 2:18-19)
6. Kita jumpai pada surah ketiga kitab Kejadian bahwa Hawa dikecoh oleh ular yang membujuknya untuk memakan pohon terlarang: “Ular itu berkata kepada perempuan itu: “Tentulah Allah berfirman, “Semua pohon dalam taman ini jangan kamu memakan buahnya, bukan? ….Namun ular itu berkata kepada perempuan itu: “Sekali-kali kamu tidak akan mati. Tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.” (Kejadian 3:1-5) Tapi kita tahu bahwa seekor ular tidak mampu berbicara, mengecoh atau membujuk. Seekor ular tidak dianugerahi kemampuan mental atau mengucapkan kata-kata dan bercakap-cakap.
7. Pada surah yang sama kita jumpai hal yang menunjukkan keterbatasan pengetahuan Tuhan, dan Dia adalah raga yang berjalan dan bahwa Adam dan Hawa mampu bersembunyi dari-Nya:“Dan ketika mereka mendengar suara langkah Tuhan, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu dari Tuhan Allah di antara pepohonan dan taman. Tetapi Tuhan Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya, “Dimanakah engkau?” Ia menjawab: “Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi.” Firman-Nya, “Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?” (Kejadian 3:8-11) Tiada satu pun yang tersembunyi dari Tuhan yang Mahahadir dan Mahatahu segala sesuatu. Tuhan tidak perlu bertanya kepada Adam dimana gerangan ia berada dan juga tidak perlu bertanya apakah ia telah memakan pohon itu.