Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Imam Ali as

Imam Ali, Pemimpin Adil

Imam Ali, Pemimpin Adil

Imam Ali bin Abi Thalib as dikenal sebagai pemimpin yang adil. Beliau sangat peka terhadap keadilan dan mengedepankan persamaan hak di antara masyarakat. Dalam sebuah suratnya kepada salah seorang gubernurnya, Imam Ali as menulis, “Perlakukanlah rakyat dengan rendah hati, muka manis dan lemah lembut.

Baca Yang lain

GELAR AMIRUL-MU’MININ KHUSUS UNTUK IMAM ALI BIN ABI THALIB*

GELAR AMIRUL-MU’MININ KHUSUS UNTUK IMAM ALI BIN ABI THALIB* Imam Ali bin Abi Thalib (as) memiliki banyak gelar: Amirul-Mu’minin, al-Washi, al-Wali, al-Murtadha, Sayyidul-Arab, Sayyidul-Muslimin, Aqdha al-Ummah, Ya’sub al-Din, Ya’sub al-Mu’minin, Qaid al-Ghur al- Muhajjalin, Imam al-Muttaqin, ‘Amud al-din, Rayatul-huda. Babul-huda dan sebagainya.

Baca Yang lain

RISIKO MENYEBUT ALI

RISIKO MENYEBUT ALI "Aku heran dengan yang terjadi pada Ali bin Thalib ! Meskipun punya puluhan ribu saksi, dia tak mendapatkan haknya, padahal seseorang hanya perlu dua saksi untuk mengklaim haknya." ~Imam Al Shadiq AS, mengenang peristiwa Ghadir Khum ~

Baca Yang lain

Pidato Imam Ali

Pidato Imam Ali Sungguh Allah Swt telah menurunkan Kitab yang memberi petunjuk dan menjelaskan antara yang baik dan yang buruk. Maka ambillah jalan kebaikan, niscaya engkau beroleh petunjuk yang benar. Menyimpanglah dari arah kejahatan, niscaya engkau tetap terhindar dari akibat buruknya. Perhatikan sungguh-sungguh dan laksanakan semua yang difardukan, pasti engkau diantarkan menuju surga!

Baca Yang lain

GHADIR BUKAN SOAL ALI

GHADIR BUKAN SOAL ALI "Wahai Rasul.! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan risalahNya." (QS. Al-Maidah: 67).

Baca Yang lain

TRAKTAT HAJI TERAKHIR

TRAKTAT HAJI TERAKHIR Kemudian, Nabi Saw bersabda, “Tuhan adalah waliku dan aku adalah penjaga orang-orang yang beriman dan aku lebih pantas untuk perwalian kalian daripada kalian untuk diri kalian sendiri. Karena itu, siapa pun yang mengimaniku sebagai wali, maka Ali adalah walinya.” Nabi Saw mengulang kalimat ini tiga kali dan berkata, “Ya Tuhan, jadilah wali bagi yang mengimani Ali sebagai wali dan jadilah musuh bagi orang-orang yang memusuhinya. Bantulah siapa pun yang membantunya dan tinggalkanlah orang yang meninggalkannya.”

Baca Yang lain

GELAR AMIRUL-MU’MININ KHUSUS UNTUK IMAM ALI BIN ABI THALIB

GELAR AMIRUL-MU’MININ KHUSUS UNTUK IMAM ALI BIN ABI THALIB Imam Ali bin Abi Thalib (as) memiliki banyak gelar: Amirul-Mu’minin, al-Washi, al-Wali, al-Murtadha, Sayyidul-Arab, Sayyidul-Muslimin, Aqdha al-Ummah, Ya’sub al-Din, Ya’sub al-Mu’minin, Qaid al-Ghur al- Muhajjalin, Imam al-Muttaqin, ‘Amud al-din, Rayatul-huda.

Baca Yang lain

Rasulullah Mendaulat Imam Ali

Rasulullah Mendaulat Imam Ali Kaum Muslim Syiah meyakini bahwa Nabi Muhammad saw, atas perintah Allah Swt, telah menunjuk Imam Ali as sebagai khalifah sesudahnya. Beliau melakukan itu berkali-kali dan dalam berbagai kesempatan berbeda. Di Ghadir Khum, dekat dengan Juhfah, misalnya, Rasulullah saw membacakan khutbahnya yang sangat popular di depan para sahabatnya, sepulangnya dari menunaikan Haji Wada.

Baca Yang lain

Rasulullah Kenalkan Imam Ali Penggantinya

Rasulullah Kenalkan Imam Ali Penggantinya Lalu Rasulullah saw bersabda, “Barang siapa yang menjadikanku sebagai maula (yang berkuasa terhadap dirinya), maka Ali juga maulanya, Allah penolong setiap orang yang mencintai Ali dan cintailah Ali dan musuhilah siapa saja yang memusuhinya.”  

Baca Yang lain

Penjelasan Makna Kata “Wali” atau “Maula” dalam Peristiwa Ghadir Khum (2)

Penjelasan Makna Kata “Wali” atau “Maula” dalam Peristiwa Ghadir Khum (2) Di sisi lain, kata “Maula” juga memiliki makna yang penting dalam peristiwa Ghadir Khum. Kata ini dapat diterjemahkan sebagai “wali”, “pemimpin”, atau “penolong”, namun memiliki dimensi yang lebih luas. Dalam konteks peristiwa Ghadir Khum, penggunaan kata “Maula” oleh Nabi Muhammad SAW untuk merujuk kepada Imam Ali menyoroti hubungan dekat dan khusus antara keduanya.

Baca Yang lain

Seperti Ini Rumi Menggambarkan Keindahan Sosok Imam Ali (2)

Seperti Ini Rumi Menggambarkan Keindahan Sosok Imam Ali (2) Kutipan Jalaluddin Rumi, terkait Imam Ali bin Abi Thalib as, di dalam kitabnya Divan-e Shams, kebanyakan merupakan isyarat-isyarat yang bersumber dari kekuatan Ilahi, dan figur berpengaruh Imam Ali, sebagai sosok yang selalu berkorban untuk Nabi Muhammad SAW.   

Baca Yang lain

Seperti Ini Rumi Menggambarkan Keindahan Sosok Imam Ali (1)

Seperti Ini Rumi Menggambarkan Keindahan Sosok Imam Ali (1) Kutipan Jalaluddin Rumi, terkait Imam Ali bin Abi Thalib as, di dalam kitabnya Divan-e Shams, kebanyakan merupakan isyarat-isyarat yang bersumber dari kekuatan Ilahi, dan figur berpengaruh Imam Ali, sebagai sosok yang selalu berkorban untuk Nabi Muhammad SAW.

Baca Yang lain

Imam Ali as & Tafsir Akal Perempuan dalam Nahjul Balagah(2)

Imam Ali as & Tafsir Akal Perempuan dalam Nahjul Balagah(2) Namun, masih ada pendapat lain tentang hadis ini. Di antaranya  mengatakan bahwa akal manusia dilihat dari fungsinya terbagi atas dua; ‘akal teoritis’ yang berfungsi sebagai sumber proses berpikir dan berargumen. Dan, ‘akal praktis’ yang dengannya manusia dapat menerima setiap konsep sehingga dapat diaplikasikan dalam perilaku.

Baca Yang lain

Imam Ali as & Tafsir Akal Perempuan dalam Nahjul Balagah(1)

Imam Ali as & Tafsir Akal Perempuan dalam Nahjul Balagah(1) Terdapat ucapan Imam Ali as yang secara kasat mata oleh para pembela perempuan dianggap merendahkan perempuan. Ucapan tersebut dinukil dalam Nahjul Balagah yang dalam keterangannya disebutkan bahwa ucapan tersebut disampaikan setelah Perang Jamal, perang Imam Ali Bersama pasukan yang dipimpin oleh Ummul Mukminin Aisyah yang menunggangi onta.

Baca Yang lain

Imam Ali Setelah Ditebas Pedang

Imam Ali Setelah Ditebas Pedang Sebuah riwayat yang indah maktub dalam buku Nahjul Balaghah. Dikatakan bahwa Imam Ali as setelah diserang oleh Ibnu Muljam yang dikutuk, menasihati anak-anaknya, Imam Hasan as dan Imam Husein as, “Aku mewasiatkan kepada kalian berdua dan semua anak, istri, dan kepada siapa yang sampai pesanku ini agar bertakwa kepada Allah dan disiplin dalam urusan kalian.”  

Baca Yang lain

Pemerintahan Islam Menurut Surat Imam Ali kepada Malik Ashtar Nakhai

Pemerintahan Islam Menurut Surat Imam Ali kepada Malik Ashtar Nakhai Pengaturan pemerintahan Islam tidak hanya memperhatikan aspek politik semata, tetapi juga memberikan perhatian yang besar terhadap dimensi moral, sosial, dan politik. Dalam suratnya kepada Malik Ashtar Nakhai, seorang gubernur Mesir pada masa itu, Imam Ali bin Abi Thalib memberikan nasihat yang luar biasa pentingnya yang mencerminkan ciri-ciri utama dari pemerintahan Islam, hak-hak warga negara, serta hubungan yang harus dijaga antara pemerintah dan rakyatnya.

Baca Yang lain

Mengenang Kesyahidan Imam Ali bin Abi Thalib: Teladan Kehidupan dan Pengabdian

Mengenang Kesyahidan Imam Ali bin Abi Thalib: Teladan Kehidupan dan Pengabdian Pada tanggal 19 Ramadan 40 H, umat Islam berduka atas kepergian salah satu tokoh terbesar dalam sejarah Islam, Imam Ali bin Abi Thalib. Kepergian beliau bukan hanya meninggalkan kesedihan mendalam, tetapi juga meninggalkan warisan nilai-nilai luhur dan pengabdian yang patut untuk dijadikan teladan.

Baca Yang lain

21 Ramadan: Syahid Imam Ali as.

21 Ramadan: Syahid Imam Ali as. Pada tanggal 19 Ramadan 40 H, di saat fajar menjelang, Imam Ali a.s. dilukai oleh lelaki paling gelap hatinya di dunia bernama Abdurrahman bin Muljam Muradi yang akhirnya mengatarkan beliau pada kesyahidan pada tiga hari kemudian yaitu pada tanggal 21 Ramadan 40 H. Abdurrahman membubuhi pedangnya dengan racun lalu menyerang kepala Imam Ali. Berdasarkan riwayat, pada malam pembunuhan itu, lbnu Muljam ada di rumah Asy’ats bin Qais. (Maqtal al-Imam Amir al-Mu’minin, hal.36)  

Baca Yang lain

Sebelum Imam Ali Gugur Syahid

Sebelum Imam Ali Gugur Syahid Di hari ke-19 Bulan Ramadhan yang diberkahi  tahun ke-40 Hijriah, Ibnu Muljam menjalankan aksi kejahatannya. Imam Ali as melaksanakan salat Subuh bersama orang-orang beriman di Masjid Kufah, dan Ibnu Muljam menyelinap secara sembunyi-sembunyi. Selanjutnya ia mendekati Imam Ali as yang sedang sujud.

Baca Yang lain

La Fataa Illa ‘Ali

La Fataa Illa ‘Ali La Fataa Illa ‘Ali (bahasa Arab:لا فَتَى إلاّ عَلي) Kalimat tersebut merupakan seruan langit yang diserukan oleh salah satu malaikat untuk menjelaskan keagungan Ali bin Abi Thalib as.[1] Berdasarkan berbagai riwayat yang dinukil dari Syi’ah dan Sunni, (panggilan tersebut) dikumandangkan ketika Imam Ali bin Abi Thalib as sedang melindungi Rasulullah saw di perang Uhud, kemudian sebuah seruan langit terdengar, لا سَیفَ اِلاّ ذُوالفَقار و لا فَتی اِلاّ علي  

Baca Yang lain