Alam Semesta yang Satu
Apakah alam semesta yang beruang waktu yang diciptakan Allah itu benar-benar satu? Apakah keesaan Allah, yaitu keesaan Zat-Nya, keesaan Sifat-sifat-Nya dan keesaan perbuatan-Nya mengharus-kan ciptaan-Nya juga satu? Kalau alam semesta merupakan satu unit yang solid dan bertalian, bagaimana sebenarnya pertaliannya itu? Apakah organis, dalam pengertian bahwa hubungan berbagai bagian alam semesta dengan keseluruhan alam semesta adalah seperti hubungan berbagai anggota badan dengan tubuh, atau apakah mekanis sehingga berbagai bagian alam semesta adalah seperti berbagai komponen sebuah mesin?
Bagaimana sebenarnya alam semesta yang satu itu, sudah kami bahas dalam buku kami “Prinsip-prinsip Filsafat”. Dalam buku kami yang lain “Keadilan Ilahi”, kami kemukakan bahwa alam semesta merupakan sesuatu yang tak dapat dipotong-potong. Kalau satu bagiannya tidak ada, berarti alam semesta itu sendiri tak ada. Dan kalau apa yang disebut keburukan itu sirna, maka sirna pula alam semesta.
Kaum Filosof modern, khususnya Filosof besar Jerman, Hegel. Mendukung pandangan yang mengatakan bahwa hubungan antara alam dan berbagai bagiannya adalah seperti hubungan tubuh dan anggota tubuh. Namun demikian, diterima atau tidak diterimanya argumen-argumen yang dikemukakannya, tergantung pada diterima atau tidak diterimanya segenap prinsip filsafatnya. Para pendukung materialisme dialektis berpandangan seperti ini juga. Mereka mati-matian mempertahankan pandangan ini di bawah prinsip efek timbal balik dan interdependensi hal-hal kontrakdisi, dan mengklaim bahwa di alam semesta hubungan antara satu bagian dan alamnya itu sendiri bersifat organis, namun ketika mereka mengemukakan argumen, maka yang dapat mereka buktikan hanyalah hubungan mekanis. Sesungguhnya, berdasarkan filsafat materialistis, tidaklah mungkin membuktikan bahwa alam sebagai keseluruhan adalah seperti tubuh, dan hubungan bagian-bagiannya dengan alam itu sendiri adalah seperti hubungan anggota badan dan tubuh. Hanya kaum Filosof Ilahiah yang—sejak dahulu berpandangan bahwa alam adalah makrokosmos sedangkan manusia adalah mikrokosmos—telah menggambarkan hubungan ini dengan benar. Dan kalangan Filosof Muslim, Ikhwan ash-Shafa, adalah yang banyak menekankan hal ini. Bahkan lebih dan kaum filosof, kaum sufi memandang alam semesta sebagai satu unit. Menurut mereka, seluruh kosmos merupakan satu perwujudan tunggal Realitas Ilahiah.
Kaum ahli makrifat menyebut alam semesta “tumpahan suci.” Mereka mengatakan bahwa alam semesta itu seperti kerucut, puncak kerucut yang ada kontak dengan Allah tak dapat dilihat, dan dasar kerucut sangat luas sekali.
Pada kesempatan ini kami tidak bermaksud membahas pandangan kaum filosof dan pandangan kaum Muslim ahli makrifat itu, dan membahas lagi persoalan yang sudah kami bahas sebelumnya. Seperti sudah kami katakan, realitas alam semesta adalah “dari-Nya” dan “kepada-Nya”. Bahwa alam semesta bukanlah semata-mata realitas yang bergerak dan terus berubah, namun alam semesta itu sendiri merupakan perwujudan dari gerakan dan perubahan terus-menerus, merupakan fakta yang tak terbantahkan. Fakta ini sudah dapat dibuktikan oleh filsafat Islam. Ketika mengkaji gerak, juga sudah dijelaskan bahwa satunya permulaannya, satunya akhir (tujuan)-nya dan satunya jalannya membuat gerakan-gerakannya satu. Karena itu, bila melihat fakta bahwa awal (permulaan) alam semesta itu satu, akhir (tujuan)-nya satu, dan jalan evolusionernya juga satu, maka jelaslah bahwa alam semesta itu merupakan semacam satu unit tunggal.