Ajaran Anti Perbudakan dalam Ahlul Bait, Nilai Penting Kemerdekaan
Perbudakan merupakan sistem dimana seorang manusia memiliki secara “mutlak” atas diri orang lain. Karena itu jika budaknya menikah dengan budak lain, anak dari budak tersebut juga menjadi budak sang tuan. Hal ini tidak berubah kecuali sang budak bisa membayar sejumlah uang untuk mendapat surat kemerdekaan atas dirinya. Fitrah manusia tidak ada yang suka dijadikan budak orang lain. Menjadikan orang lain sebagai budak bertentangan dengan prikemanusiaan dan firah manusia diciptakan merdeka sejak mereka lahir. Di jaman kita sistem perbudakan seperti perbudakan di Cina kuno, di Arab jahiliah, di Yunani kuno atau di Amerika sudah tidak diketemukan lagi. Di Cina masing masing kabilah atau klan berjuang agar kabilahnya menjadi kabilah yang kuat, mereka mengerti benar bahwa jika kabilah mereka menjadi kabilah paling lemah maka mereka akan menjadi budak bagi kabilah yang lebih kuat. Di arab budak-budak diperjual belikan di pasar-pasar. Di Yunani para budak selain diperjualbelikan mereka juga diadu satu dengan yang lain, dijadikan gladiator, menjadi petarung untuk saling membunuh di Coloseum, di Amerika mereka mengambil budak-budak dari benua afrika, menangkapi orang-orang dengan paksa lalu mengirim mereka ke pasar-pasar budak di Amerika, budak-budak ini dijadikan pekerja di kebun-kebun para tuan tanah. Gambaran perbudakan di Amerika cukup apik sudah dituangkan dalam sebuah novel The root The Saga of an American Family karya Alex Haley, novel yang sudah difilmkan beberapa tahun lalu. Pengarang adalah anak keturunan dari salah satu orang Afrika yang dibawa paksa dan dijadikan budak di benua Amerika bernama Kairaba Kunta Kinte. Kairaba kunta Kinte memegang teguh budaya nenek moyangnya, dia adalah seorang muslim, dia bersujud menggunakan tanah. Ratusan kali ia berusaha melarikan diri, ingin kembali ke tanah kelahirannya di Afrika, tuan tanah pun sangat murka dan akhirnya memotong kaki Kunta Kinte. Jelas sekali bahwa menjadi budak sangatlah berat dan sangat dirugikan.
Kalau kita telisik kita memiliki sejarah dari manusia 250 tahun, sejak nabi saw hingga masa-masa para Imam maksumin. Sejarah mencatat bahwa nabi dan para imam adalah orang yang getol membeli budak, mendidik mereka dalam rumah tentang ilmu-ilmu agama, ilmu Quran, ilmu tafasir maupun hadis. Setelah dirasa cukup, budak-budak itu dimerdekakan tanpa syarat. Jadi manusia-manusia suci ini bersikap jauh berbeda dibanding para tuan tanah pemilik budak di Cina, Yunani, Amerika, atau daerah-daerah lain di penjuru dunia.
Kita tahu dalam Quran disebutkan:
يا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْناكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَ أُنْثى وَ جَعَلْناكُمْ شُعُوباً وَ قَبائِلَ لِتَعارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقاكُمْ إِنَّ اللهَ عَليمٌ خَبيرٌ
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Dimata maksumin semua manusia itu sama dan setara, hanya satu hal yang membedakan mereka dihadapan Allah Swt. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Jadi ketaqwaanlah yang menjadi parameter. Dengan ketaqwaan inilah para maksumin membeli para budak, mendidik mereka dan lalu memerdekakan mereka.
Hal ini juga dapat kita lihat dalam doa setelah selesai shalat di bulan ramadhan.
Ya Allah anugrahkan kebahagiaan kepada penghuni kubur, ya Allah berikan kekayaan kepada semua orang fakir, ya Allah kenyangkanlah orang yang kelaparan, ya Allah tunaikanlah hutang orang yang berhutang, ya Allah lapangkanlah semua yang kesusahan, ya Allah dekatkanlah semua yang jauh, ya Allah bebaskanlah semua yang tertawan,
Para maksumin mempraktikkan doa
اللهم فك كل اسير
ya Allah bebaskanlah semua yang tertawan,
inilah contoh yang diberikan para maksum mengikuti jejak sang maula utama, Nabi Muhammad saw. Nabi yang telah membebaskan jiwa-jiwa menjadi merdeka, orang-orang yang sebelumnya kehilangan harapan, sama sekali tidak memiliki harga diri, merasa tidak dihargai oleh masyarakat, diangkat derajatnya, diberitahu bahwa mereka memiliki derajat yang sama, semua sama dimata Allah Swt, hanya prestasi ketaqwaan yang membedakan antara satu manusia dengan yang lain.
Para maksumin membeli para budak lalu mendidik mereka. Biasanya para budak ketika dibeli dari satu tuan ke tuan yang lain maka hanya berpindah dari satu kesengsaraan kepada kesengsaraan yang lain, namun dihadapan para maksumin, mereka dijamu dan diperlakukan dengan baik, diberi bimbingan berharga dan lebih dari semua itu, mereka diberikan kemerdekaan tanpa harus membayar uang tebusan sepeser pun.
Inilah islam ramah yang sudah diajarkan Nabi dan para maksumin yang suci. Semoga salam dan rahmat Allah tercurahkan kepada mereka. Rasa terimakasih kita, karena kita menjadi manusia merdeka, kita berada di Indonesia, negara yang menentang berbagai bentuk penjajahan diberbagai belahan dunia. Menolak perbudakan dan semacamnya.
Selamat memperingati hari kemerdekaan republik Indonesia ke 74.