Imam, Seumpama Jantung dan Otak Manusia
Imam yang dimaksud bukanlah imam shalat; atau imam bagi isterinya; atau imam ormas; atau imam yang diangkat oleh dirinya atau oleh para pengikutnya, atau melalui musyawarah atau demokrasi. Pendek kata, bukan imam pilihan manusia. Tetapi imam ilahiah, yang diangkat melalui wahyu Tuhan. Artinya, ia adalah pilihan Tuhan. Terpilih atas nash, bukan atas kehendaknya sendiri atau kaumnya.
Sebagai pemberi petunjuk, ia pasti ada di setiap zaman dan bagi setiap umat (QS: ar-Rad 7). Ia adalah kiriman Tuhan kepada umat manusia untuk membimbing mereka, melanjutkan misi para pendahulunya.
Sepeninggal Sang Nabi Penutup saw, ia menggantikan posisi kepemimpinan beliau bagi umatnya. Hingga di masa kini pun dan sampai akhir masa- dunia takkan kosong dari sosok imamah ini yang disebut dalam sabda-sabda beliau, dan diyakini oleh Syiah Imamiyah bahwa ia dalam kegaiban.
Mengenai pentingnya eksistensi dan posisi seorang imam dalam perngertian ini, Almarhum Ayatullah Sayed Muhammad Husein Tehrani dalam kitabnya Emam Syenasi menyajikan penjelasan analogis sebagai berikut:
Laksana Jantung
Organ jantung di dalam tubuh menjadi sumber daya bagi semua anggota badan. Mata yang berfungsi untuk melihat, telinga untuk mendengar, hidung untuk bernafas dan mencium, tangan untuk meraih, kaki untuk berjalan dan seterusnya, semuanya memerlukan daya untuk selalu aktif sebagaimana fungsinya, dan mereka memperoleh dayanya dari jantung.
Untuk senantiasa berdaya, mereka membutuhkan darah, dan jantung selalu mentransfernya. Jadi, setiap saat jantung memberi kehidupan yang baru bagi mereka, membuat mereka tetap eksis dan aktif. Andai saja jantung mengambil cuti walau untuk sesaat dan bebas dari tanggung jawabnya, niscaya anggota-anggota badan menjadi koma atau mati dan berhenti kerja. Maka mata yang berfungsi melihat menjadi buta, telinga jadi tuli, tangan dan kaki lumpuh, mati rasa dan sebagainya.
Mana mungkin manusia tidak memerlukan jantung, yang posisinya sebagai kepala dan fungsinya memberi kehidupan bagi semua anggota badannya? Dengan dalih bahwa jantung tidak berbuat apa-apa, sebab ia tak melihat, tak mendengar, tidak berbicara, tidak menulis dan sebagainya! Dan bahwa kita punya mata sehingga bisa melihat, telinga maka mendengar dan seterusnya. Alasan demikian ini jelas lemah dan salah. Karena mata, telinga dan organ-organ lainnya mati, tak berperan dan takkan bekerja -tanpa jantung.
Semuanya memainkan perannya dikarenakan kekuatan jantung. Setiap organ, misal mata, setiap saat berpotensi- mengalami kerusakan-kerusakan eksternal. Demikian halnya dengan telinga dan organ-organ lainnya. Tetapi jantung selalu siaga, dan takkan melewatkan sesaat pun untuk antisipasi dan menyuplai darah seperti makanan dan penawar, guna mencegah faktor-faktor luar yang merusak. Oleh karena itu, semua organ hidup di bawah otoritas dan kuasa jantung. Demikianlah pengertian imam dari sisi kehidupan material.
Seumpama Otak
Adapun dari sisi kehidupan spiritual, adalah seumpama otak bagi semua anggota badan tersebut. Contohnya, mata. Ia hanya melihat karena pantulan cahaya. Terpantul gambaran sesuatu yang dia lihat di bola mata. Lalu, soal gambaran apa dan harus diapakan bukan urusan mata. Tetapi gambaran itu diterima oleh otak untuk dinilai dan dimanfaatkan olehnya.
Sekiranya otak dalam kondisi tak sehat, misalkan orang mabuk atau dalam keadaan tak sadar atau gila, tak niscaya penglihatan matanya berkurang dan masih menampilkan gambaran sesuatu yang dilihatnya secara utuh. Namun karena daya berfikir otak menurun sehingga mengabaikan tugasnya, gambaran yang diterima -melalui rangkaian saraf- itu tidak dikenalnya lalu diterapkannya dalam kondisi seperti itu.
Di antara dampak-dampaknya, terjadi orang yang mabuk salah pandang terhadap saudari atau ibu kandungnya naudzubillah. Atau, salah tempat ia berjalan tanpa busana di tempat umum ramai orang, dan atau lain sebagainya.
Ia berlaku demikian dengan daya penglihatan, pendengaran dan lainnya yang dimilikinya. Tak ada masalah dengan indera dan daya-daya eksternalnya. Tetapi daya kontrol otaknya yang bermasalah. Sebagai akibatnya, dia bukan cuma tak bisa memperoleh manfaat dari matanya yang melihat dan tangannya yang meraih, bahkan menjadi madharat baginya karena dia gunakan daya-daya lahiriahnya di jalan kerusakan dan kehancuran.
Sebagai penutup pembicaraan ini, satu poin yang terlintas di benak dari semua penjelasan di atas, yaitu bahwa siapapun yang Anda angkat dan serukan sebagai imam Anda, ia seperti jantung dan otak Anda. Meskipun tidak sepenuhnya bagai dua organ yang vital ini, tetapi ia membawa pengaruh dan peran di dalam gerak dan pikiran Anda.