Hari Tersingkapnya Jati Diri
Pada hari kiamat segala bentuk karakter serta amal manusia akan nampak dengan nyata. baik itu berupa kebaikan maupun keburukan. Allah SWT berfirman: ” (Yaitu) hari (ketika) mereka keluar (dari kubur); tiada suatupun dari keadaan mereka yang tersembunyi bagi Allah.” (Gafir/ 16) dan pada ayat lainnya disebutkan: “pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (dimukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya” (Ali Imran/30).
Segala bentuk amal yang dilakukan oleh seorang hamba di atas dunia ini, berperan dalam membentuk karakter ataupun jati dirinya nanti di akhirat. Oleh karena itu setiap amalan baik yang dilakukan di dunia ini akan menampilkan karakternya yang tersendiri di akhirat kelak, begitu juga sebaliknya.
Di dalam Al-Quran disebutkan bahwa di akhirat kelak orang-orang yang memiliki karakter pembohong di dunia ini, akan tetap melakukan kebohongan di hadapan Allah SWT sekalipun mereka menyadari bahwa kebohongan yang mereka lakukan tidak bermanfaat sama sekali. Hal ini disebabkan oleh karakter yang sudah melekat pada diri mereka. Sehingga sekalipun kebohongan mereka sudah sangat jelas dan tidak memiliki manfaat sedikitpun, namun tetap saja mereka melakukannya. Hal ini dikarenakan berbohong telah melekat pada diri mereka dan sudah menjelma menjadi jati diri yang tidak dapat dipisahkan dari diri mereka. Tafsir Almizan sewaktu menafsirkan ayat yang berbunyi: Kemudian tiadalah fitnah (jawaban)mereka, kecuali mengatakan: “Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah”. (Al-Anam/23), Menyatakan:
Kebohongan dan sumpah palsu mereka pada hari kiamat, bisa ditemukan dalam beberapa ayat Al-Quran seperti ayat yang berbunyi: ” (Ingatlah) hari (ketika) mereka semua dibangkitkan Allah lalu mereka bersumpah kepada-Nya (bahwa mereka bukan musyrikin) sebagaimana mereka bersumpah kepadamu” ( Al- Mujadalah/ 18).
Sumpah dan kebohongan yang mereka lakukan ini bukanlah dalam rangka memperoleh sesuatu yang dapat merusak atau menutupi kebenaran sebagaimana mereka melakukan hal tersebut di dunia, sebab akhirat merupakan tempat pembalasan dan bukan tempat untuk beramal dan berusaha.
Namun, karena mereka sudah terbiasa melakukan sumpah palsu dan kebohongan terhadap orang lain untuk dapat terhindar dari kerugian maupun dalam rangka memperoleh kebaikan, sehingga hal tersebut (berbohong dan sumpah palsu) telah menjelma menjadi karakter dan jati diri (malakah) mereka.”(Almizan,Jil: 7, hal: 52, cet: Al- A’lmi lilmathbua’t, Beirut, 2002.)