Peristiwa Ghadir Khum Dalam Hadis Ahlusunnah
Peristiwa hari al Ghadir atau Ghadir Khum yang terjadi pada tanggal 18 Zulhijjah, sebenarnya bukan hal baru atau hanya tradisi Syiah. Di kalangan saudara kita Ahlusunnah, peristiwa ini juga dikenal karena disebutkan dalam kitab-kitab Ahlusunnah yang terkenal, namun peristiwa ini umumnya lebih dikenal dengan peristiwa Ceramah Nabi setelah Haji Wada (haji beliau Saw yang terakhir).
Seiring memanasnya konflik Timur Tengah, isu Sunni-Syiah sering kali digunakan untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat dunia melalui berita-berita fitnah dan rekayasa di berbagai media tentang mazhab Syiah Ahlulbait.
Salah satu bentuk fitnah yang tersebar adalah menjadikan peristiwa Ghadir Khum sebagai sorotan, sayangnya bukan untuk dipelajari tapi justru untuk menebar fitnah yang menyesatkan sesama Muslim.
Di bawah ini adalah tulisan tentang peristiwa Ghadir Khum yang secara tidak sengaja saya temukan ketika sedang membaca bundel majalah kuno milik almarhum ayah saya. (Foto-foto majalah dan artikel di dalamnya saya lampirkan bersama tulisan ini)
Nama majalah ini majalah “Pembina”. Majalah berita umum yang terbit tahun 1971, yang bila dibandingkan dengan saat ini mungkin sekelas dengan majalah Tempo. Artikelnya pun banyak berita dalam dan luar negeri, namun ada yang menarik perhatian saya ketika membaca kolom Agama, yang menceritakan kedekatan Rasul Saw dan Imam Ali as, dan peristiwa penunjukan Imam Ali di Ghadir Khum yang (ternyata) diriwayatkan juga dalam banyak hadis Ahlusunnah seperti al Ya’qubi, an Nasa’i, Ahmad bin Hambal (pengikutnya mendirikan mazhab Hambali) dan para perawi dari jalur Ahlusunnah yang lain.
Pada edisi-edisi di kolom Agama berikutnya di majalah ini juga banyak membicarakan tentang hadis Rasul Saw yang terkait dengan sejarah pada masa Rasulullah Saw dan sejarah Ahlulbait, seperti sejarah Imam Hasan a.s yang dikhianati oleh Muawiyah, Imam Husein a.s, dan sebagainya yang tercantum dalam hadis-hadis Shahih Ahlussunnah, yang (sayangnya) 10 tahun terakhir ini semakin sulit dicari, terutama yang terkait dengan sejarah Ahlulbait.
Ironis sekali bila dibandingkan dengan majalah-majalah Islam saat ini, yang membawa cover Islam tapi isinya justru memecah-belah umat Islam, dengan memberikan berita-berita sepihak tanpa dasar yang jelas atau kesepakatan ulama.
Bersambung ke bagian 2.