Tafsir Surat al-Ikhlash
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Ustadz Husein Alkaff
- Sumber:
- Dikutip dari Tafsir Quran Juz Amma
Katakanlah, Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah Yang Menjadi Tumpuan. Dia tidak melahirkan dan tidak pula dilahirkan. Tiada satu pun yang menandingi-Nya.
Surat ini meski pun sangat pendek, tetapi mengandung permasalahan tauhid yang sangat dalam. Sehingga banyak riwayat yang menyebutkan bahwa surat ini menyamai sepertiga Alquran.
Allah adalah salah satu nama untuk Sang Pencipta. Kata ini mencakup seluruh sifat-sifat keindahan dan keagungan Tuhan (al-jamaliyyah dan al-jalaliyyah). Oleh karena itu, kata Allah disebut dengan Nama yang paling Agung (al-Ismu al-A’dhom) atau biasa disebut pula dengan kata keagungan (lafadz al-jalalah). Kata ini juga tidak boleh digunakan untuk selain Tuhan, sementara namanama-Nya yang lain dapat digunakan untuk selain-Nya.
Kata Allah diambil dari kata walaha yang berarti bingung karena ketinggian. Allah adalah Zat Yang Maha Tinggi sehingga akal manusia bingung memahami-Nya dengan benar. Sehubungan dengan arti ini, Imam Ali bin Abi Thalib a.s. berkata: “Allah adalah sesembahan yang mana para makhluk bingung memahami-Nya. Dia adalah Zat yang tiada tercapai oleh akal, dan terhalang dari bayangan dan khayalan.”
Kata Ahad menurut Alamah Thabathabai, digunakan untuk sesuatu yang tidak berbilang, baik dalam wujud ektsernal (al-khariji) maupun dalam wujud internal (al-dzihni). Oleh karena itu, menurut Thabathabai, kata ini tidak termasuk dalam bilangan angka. Berbeda dengan kata wahid yang jika digandakan menjadi dua, tiga, empat dan seterusnya, sehingga menjadi banyak dan berbilang. Namun, bagaimana pun juga, Allah Swt dapat disifati ahad maupun wahid.
Dalam al-Mufradat, ar-Raghib berkata: “Shomad adalah pemimpin yang dituju dalam segala urusan, atau juga, sesuatu yang tidak kosong.”
Alamah Thabathabai menjelaskan, bahwa oleh karena Allah Swt yang menciptakan segala sesuatu, dan segala sesuatu itu membutuhkan-Nya, maka Dia menjadi tumpuan dan tujuan akhir segala sesuatu dalam segala urusan, “Ketahuilah, bahwa milik-Nya segala ciptaan dan urusan” (QS. al-A’raf: 54), dan “Sesungguhnya kepada Tuhanmu-lah segala sesuatu berakhir” (QS. an-Najm: 42).”
Kemudian Allah Yang Esa dan Tumpuan harapan semua yang ada dalam segala urusan, tidak seperti yang diyakini oleh pemeluk agama-agama selain Islam. Dia tidak melahirkan dan tidak pula dilahirkan, karena Dia suci dari ciri-ciri dan sifat-sifat materi. Lebih dari itu, Dia adalah Zat yang unik dalam Zat-Nya, sifat-sifat-Nya, perbuatan-perbuatan-Nya dan kedudukan-Nya, sehingga tiada satu pun yang menandingi dan menyerupaiNya.
Imam Ali bin Abi Thalib a.s. berkata: “Dia tidak melahirkan sehingga Dia dilahirkan, dan tidak pula dilahirkan sehingga Dia terbatas. Tiada yang setara di sisi-Nya sehingga ia menandingi-Nya, dan tiada yang serupa dengan-Nya sehingga ia menyamai-Nya.”