Perempuan Dan Ketahanan Ekonomi Keluarga (1)
Saat ini, kita melihat bahwa masyarakat mengalami berbagai macam permasalahan keluarga. Kita menghadapi berbagai problem yang terkadang problem itu menjurus kepada perpisahan di antara pasangan suami dan istri. Tidak diragukan bahwa semua manusia ingin mencapai kebahagiaan dalam kehidupannya. Salah satu unsur terpenting bagi seorang manusia untuk bisa mencapai kebahagiaan adalah ketika dia berada di dalam suatu lingkungan yang menyediakan segala sarana yang bisa membawanya kepada kebahagiaan. Di dalam sebuah keluarga orang bisa merasakan ketenangan dan kenyamanan jika keluarga itu adalah keluarga yang berbahagia.
Dengan demikian, masing-masing anggotanya lebih dekat kepada kebahagiaan dibandingkan orang-orang yang lain. Ketika seseorang merasakan bahwa di lingkungan keluarganya dia bisa mendapatkan ketenangan dan mendapatkan kepuasan dari sisi aktivitas dan sisi emosi, orang yang seperti ini akan lebih dekat kepada kebahagiaan yang dia idam-idamkan. Yang kacau balau jika hubungan di antara mereka tidak baik, maka orang semacam ini akan menghadapi penyakit-penyakit kejiwaan, penyakit-penyakit yang bersifat nonmateri.
Data menunjukkan bahwa sebagian besar pelaku kejahatan dan mereka yang terlibat di dalam perilaku penyimpangan secara kesusilaan berasal dari mereka yang hidup dan tumbuh di tengah keluarga yang broken home dan keluarga yang kacau dalam hubungan di antara anggota keluarganya. Keluarga semacam ini tidak mengedepankan masalah pendidikan di antara mereka.
Ada berbagai macam unsur dan faktor yang bisa menjadikan keluarga itu menjadi keluarga yang baik, keluarga yang tenang, dan penuh dengan sakinah. Ada pula unsur-unsur yang jika tidak diperhatikan, maka akan mengakibatkan keluarga itu menjadi keluarga yang kacau dan keluarga yang tidak memiliki kebahagiaan. Pada kesempatan ini kita akan membahas mengenai salah satu unsur yang bisa mengakibatkan sebuah rumah tangga dan keluarga itu retak yaitu unsur tekanan ekonomi.
Tekanan Ekonomi
Karena itu, kita harus melihat tekanan ekonomi yang mungkin terjadi. Kita harus mengaturnya sebaik mungkin dan mengelolanya dengan bijaksana, supaya jangan sampai masalah tekanan ekonomi berujung kepada keretakan rumah tangga. Bagaimana kita bisa mengelola tekanan ekonomi ini? Tidak diragukan dalam masalah yang pertama yang perlu kita bahas adalah bahwa sebuah rumah tangga ketika memiliki kelapangan dari sisi ekonomi, maka tidak akan banyak tekanan yang dihadapi oleh keluarga itu dari sisi kehidupan normal secara materi.
Karena itu, setiap orang dalam hal ini, kaitannya adalah kaum pria, diperintahkan dalam agama untuk bekerja semaksimal mungkin, sebisa mungkin sesuai dengan kemampuannya untuk bisa memberikan kehidupan bagi istri anak-anak, juga mungkin orang tua yang membutuhkan. Juga jika dia memilik orang tua yang perlu untuk dibantu, atau mungkin juga saudara-saudara yang perlu dibantu. Dalam ajaran Islam setiap orang diperintahkan untuk bekerja supaya bisa memberikan sarana kehidupan bagi orang-orang terdekatnya.
Karena itu, jangan sampai muncul sebuah pertanyaan yang mempertanyakan kepada kita, “Mengapa engkau biarkan keluargamu hidup dalam tekanan ekonomi? Mengapa engkau biarkan keluargamu hidup tanpa ada sarana kehidupan yang layak bagi mereka?” Tentunya di dalam kamus Islam, dalam kamus agama, kelayakan untuk masing-masing status sosial juga perlu untuk diperhatikan.
Unsur kedua yang mungkin bisa menjadikan sebuah keluarga itu hidup dalam kenyamanan dari sisi kehidupan materi adalah ketika kepala rumah tangga memberikan hingga lebih dari porsi yang mestinya. Ketika dia punya kemampuan untuk memberikannya, ketika memiliki suatu hal yang bisa memberikan lebih kepada keluarga, mengapa tidak diberikan? Dalam sebuah hadis Imam Zainal Abidin mengatakan bahwa orang yang paling diridai oleh Allah di antara kalian adalah orang yang paling banyak memberi untuk keluarganya.
Sebagian orang menyangka bahwasanya untuk mendapatkan rida Allah, kita perlu banyak melakukan ibadah salat, dan hal-hal semacam ritual-ritual ibadah. Padahal berdasarkan hadis dari Imam Zainal Abidin tadi, bisa kita ambil kesimpulan bahwa rida Allah tidak hanya bisa dicapai dengan ibadah. Ada unsur penting yang bisa kita lakukan supaya kita bisa mendapatkan rida Allah, yakni memberikan hal yang terbaik kepada keluarga kita. Hadis yang tadi dikuatkan lagi oleh hadis dari Imam Ridha as ketika beliau bersabda dalam kata-katanya. Imam Ridha as mengatakan begini, “Orang yang memiliki kelapangan dari sisi ekonomi, hendaknya dia memberikan kelapangan juga untuk warganya, memberikan kepada keluarganya lebih banyak daripada yang semestinya jika memang dia mampu memberikannya.”
Mungkin sebagian orang bertanya-tanya mengapa kita harus menyusahkan diri kita, membuat diri kita capai dan bahkan berhadapan dengan kondisi-kondisi yang sulit dan berbahaya demi untuk bisa mencari rezeki dan memberikannya kepada keluarga kita? Apakah kita harus menyusahkan diri kita? Di dalam hadis dari Rasulullah saw, beliau bersabda bahwa “orang yang bekerja untuk bisa memberikan kehidupan kepada keluarganya maka posisi dia persis seperti orang yang jihad fi sabilillah.”
Unsur ketiga adalah unsur kebijaksanaan di dalam membelanjakan apa yang ada di tangan kita. Sebagai seorang yang memiliki tanggung jawab dalam keluarga, salah satu tugas kepala keluarga adalah memberikan pengertian dan arahan kepada anggota keluarganya untuk tidak mengeluarkan atau membelanjakan harta di jalan yang tidak perlu harus diberikan. Pelajaran tentang kecerdasan dalam memanajemen, apa yang Allah berikan jangan sampai dibelikan kepada hal-hal yang tidak perlu, sementara hal-hal yang perlu ditinggalkan. Apalagi kita hidup di zaman yang serba sulit semacam ini, di saat tekanan ekonomi sedemikian besar, mengapa masalah-masalah prioritas dalam pengeluaran tidak kita kedepankan?
Kepala rumah tangga layak untuk memanggil seluruh anggota keluarganya, memahamkan kepada mereka, tentang kondisi yang saat ini dihadapi. Misalnya, ketika saat ini Corona melumpuhkan banyak sisi dan lini kehidupan umat manusia, perlu diberikan pemahaman kepada mereka, jangan sampai mereka melakukan hal-hal yang tidak cerdas dan tidak bijak di dalam membelanjakan apa yang telah Allah berikan kepada mereka.
Bersambung ...