Memahami Khabar Wahid (1)
Khabar Wahid(bahasa Arab: الخَبَرُ الواحِد), adalah kategori hadis yang kesahihannya masih diragukan bersumber dari Maksumin as. Khabar wahid adalah kebalikan dari khabar mutawatir yang dikarenakan jumlah perawinya mencapai jumlah tertentu sehingga menghasilkan keyakinan bahwa itu berasal dari Maksumin as. Khabar wahid memiliki pembagian yang beragam. Empat kategorinya yang utama adalah: sahih, hasan, muwatsaq dan dhaif.
Hujjiyat (kevalidan untuk dijadikan dalil) khabar wahid adalah salah satu tema penting dalam pembahasan ushul fiqh. Kecuali sebagian kelompok dari fukaha klasik, ulama Syiah pada umumnya meyakini khabar wahid diterima sebagai dalil dalam penentuan ahkam syar’i, dan perbedaan pendapat hanya muncul pada persyaratan keiktibarannya.
Sebagian juga seperti Ayatullah Khui dan Ayatullah Ma’rifat, menerima hujjiyat khabar wahid pada pembahasan i’tiqadat (aqidah/keyakinan), namun mayoritas fukaha menolak pandangan ini.
Defenisi
khabar wahid adalah kategori hadis yang dikarenakan jumlah perawinya tidak memenuhi jumlah tertentu yang dapat menimbulkan keyakinan bahwa hadis tersebut benar berasal dari Maksumin as dan juga tidak memiliki qarinah untuk memastikan keyakinan tersebut. [1] Menurut ushuliyyin status khabar wahid meragukan, tidak sebagaimana khabar mutawatir[2]yang meyakinkan secara pasti berasal dari Maksumin as. [3]
Pembagian Khabar Wahid
Khabar wahid memiliki pembagian dan kategorisasi yang beragam. [4] Salah satu bentuk pembagian khabar wahid yang didasarkan pada keadaan para perawinya, secara garis besar dibagi menjadi 4 jenis, yaitu: sahih, hasan, muwatstsaq dan dhaif.[5]
Khabar Sahih adalah hadis yang silsilah sanadnya keseluruhan perawinya adalah Syiah Imamiyah dan tsiqah. [6]
Kabar hasan adalah hadis yang silsilah sanadnya keseluruhan perawinya adalah Syiah Imami namun tidak kesemuanya tsiqah.[7]
Kabar Muwatstsaq atau qawi (kuat) adalah hadis yang silsilah sanadnya perawinya tidak semua Syiah Imamiyah namun kesemuanya tsiqah.[8]
Kabar Dhaif (lemah) adalah hadis yang tidak memenuhi kesemua ketentuan diatas seperti silsilah sanadnya perawinya bukan Syiah Imami dan tidak tsiqah.[9]
Musnad, muttashil, marfu’, mu’an’an, mu’allaq, masyhur, gharib, maqbul, maqtu’, mursal dan maudhu’ (ja’li) adalah istilah-istilah yang digunakan dalam khabar wahid termasuk pada jenis-jenisnya yang telah disebutkan di atas.[10]
Urgensi Kevalidan Khabar Wahid
Menurut Akhun Khurasani, mengenai keiktibaran (kevalidan) khabar wahid adalah salah satu pembahasan penting dalam masalah ilmu ushul fiqh.[11] Alasan pentingnya hal tersebut dikarenakan mayoritas hadis-hadis yang tercatat dari Rasulullah saw dan Imam Maksum as adalah khabar wahid dan karena itu dalam penentuan ahkam syar’i banyak bergantung pada keberadaan khabar wahid.[12]Pada pembahasan ilmu ushul fiqh hal ini dibahas dalam pembahasan hujjiyat khabar wahid.[13]