Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Arsitektur Masjid

0 Pendapat 00.0 / 5

Masjid-masjid di seluruh penjuru dunia kurang lebih memiliki arsitektur yang mirip. Meski demikian, biasanya tiap masjid di masing-masing daerah memiliki seni dan ciri khas tersendiri. Dan Model masjid di setiap negara sedikit banyak dipengaruhi corak lokal. [30] Tiap masjid biasanya memiliki hal-hal berikut:

Mimbar

Sebelum datangnya Islam, di Hijaz tidak terdapat mimbar. Dulu para penceramah di sana biasa bertumpu pada tombak yang ditegakkan saat berceramah. Nabi saw sendiri pada mulanya hanya berdiri di bawah naungan pohon ketika berceramah, kemudian para sahabat membuatkannya mimbar yang memiliki beberapa anak tangga.

Pada sebagian riwayat, yang dimaksud dengan kata “mimbar” adalah ceramah Rasulullah saw. Berikut ini adalah riwayat yang dikutip Kulaini: “Suatu hari Rasulullah saw naik ke mimbar lalu menyampaikan hamdalah dan pujian pada Allah swt…”.[31]

Terdapat perbedaan pendapat tentang siapa yang membuatkan mimbar untuk Rasulullah saw. Di antara orang-orang yang disebut dalam sejarah sebagai pembuat mimbar Nabi saw adalah: budak milik seorang wanita kalangan Anshar,[32]budak milik seorang wanita kalangan Muhajirin, [33]salah seorang sahabat Nabi saw, [34] atau orang dari Roma.[35]

Mulanya hanya Nabi saw yang menggunakan mimbar ketika menyampaikan ayat suci Al-Qur’an, ceramah dan nasihat kepada kaum mukminin. Namun kemudian para mubalig muslim juga melakukan hal sama di masjid-masjid jami di berbagai daerah. Sejak itu hingga sekarang, lama-lama hampir semua masjid di dunia menggunakan mimbar. Mimbar termasuk inventaris masjid yang paling sering digunakan. Karena, ketika para penceramah menyampaikan khutbahnya, baik tentang masalah-masalah sosial dan budaya, nasihat hingga politik, hampir selalu menggunakan mimbar. Tidak hanya para mubalig, para mufasir ketika menerangkan kajian tafsirnya, para fukaha ketika menjelaskan hukum-hukum fikih dan makrifat Islam, dan para muhaddis saat menyampaikan dan mengkaji hadis juga tidak jarang menggunakan mimbar. [36]

Mihrab

Mihrab adalah bagian dari bangunan masjid. Biasanya dibangun menyerupai ruangan kecil berbentuk melengkung di bagian dinding searah dengan arah kiblat. Fungsi utamanya adalah petunjuk arah kiblat. Disebutkan, mihrab dengan bentuk seperti itu baru muncul pada akhir abad pertama hijriah. Sebelumnya arah kiblat di masjid-masjid ditandai dengan tongkat yang ditancapkan di lantai atau batu yang diletakkan, sebagaimana yang dilakukan di rumah Nabi saw di Madinah. [37]

Menara

Menara adalah bangunan menjulang tinggi yang fungsi awalnya adalah tempat azan ketika masuk waktu salat lima waktu. Masjid-masjid di masa Nabi saw belum memiliki menara. Setelah kekuasaan Islam makin luas dan kota-kota makin besar, kaum muslimin merasa perlu adanya menara yang dibangun di samping masjid sebagai tempat azan. Tujuannya untuk memberitahu warga akan masuknya waktu salat. Fungsi lain menara adalah sebagai penghias bangunan masjid dan pembeda dengan bangunan lainnya.[38]

Jumlah menara masjid di masing-masing daerah tidak pasti sama. Misalnya, masjid-masjid di Iran biasanya memiliki dua menara. Sedangkankan Masjid Jami Damaskus dulunya memiliki empat manara yang masing-masing berdiri di sudut bangunan masjid, namun saat ini hanya tinggal dua menara.[39] Menurut sebagian data sejarah, menara Masjid Kufah yang dibangun sekitar tahun 44 H/664-45 H/665 merupakan menara pertama yang modelnya mirip dengan menara yang ada di zaman sekarang. [40]

Maksura


Secara bahasa, “maksura” berarti ruang kecil. Sedangkan menurut istilah, “maksura” adalah ruang kecil khusus yang ada di depan mihrab masjid. Dulunya maksura adalah tempat khusus untuk salat imam, khalifah, atau raja. Maksura biasanya memiliki jendela, lewat situ para jemaah salat dapat melihat imam salat. Sebagian sejarawan menyebutkan, Utsman bin Affan adalah orang pertama yang memerintahkan supaya masjid dilengkapi dengan maksura, tujuannya adalah perlindungan diri. [41] Sebagian lain berpendapat, yang pertama kali membuat maksura adalah Marwan bin Hakam. [42]