Amalan Idul Adha
Amalan Malam Idul Adha
Menghidupkan malam Id Qurban adalah termasuk diantara Sunnah yang ditekankan.[7] Mandi dan ziarah Imam Husain as termasuk diantara amalan malam ini. [8]berdasarkan riwayat dari Imam Shadiq as, ziarah Imam Husain as pada malam ini menyebabkan terampuninya dosa-dosa.[9] Imam Shadiq as meriwayatkan dari ayah-ayahnya: “Imam Ali as gemar berkhalwat pada 4 malam dalam setahun: malam pertama Rajab, malam pertengahan Sya’ban, Malam Idul Fitri dan Malam Idul Adha”. Nampaknya, yang dimaksud dengan “berkhalwat” adalah: terjaga untuk beribadah dalam malam-malam itu dengan melaksanakan ibadah-ibadah pada malam itu. [10]
Amalan Hari Raya Idul Adha
Hari raya Idul Adha adalah hari raya yang penuh dengan keutamaan. Amalan-amalan pada hari raya ini adalah:
Mandi. Allamah al-Majlisi berkata bahwa mandi pada hari raya Idul Fitri adalah mustahab yang sangat dianjurkan, bahkan sebagian ulama mewajibkan.[11]Sebaiknya mandi dilakukan sebelum salat.[12]
Salat Id: Salat ini pada masa kehadiran Imam Maksum hukumnya wajib, tetapi pada masa ghaib Imam Zaman ajf, berdasarkan fatwa masyhur para Marja’ Syiah adalah sunah muakad (baik dikerjakan secara berjemaah atau sendiri).[13]
Dianjurkan untuk membaca doa-doa sebelum salat Idul Adha sesuai dengan tuntunan-tuntunan doa yang ada. Doa-doa yang terbaik adalah doa ke-48 Shahifah Kamilah Sajadiyah yang diawali dengan bacaan أللّهُمَّ هذا يَومٌ مُبارَك dan akan lebih baik jika membaca doa ke-46. [14]
Doa Nudbah: Sangat dianjurkan untuk membaca doa Nudbah pada Hari Raya Qurban dan hari-hari raya lain.[15]
Berkurban:Melaksanakan kurban bagi para jemaah haji yang ada di Mekkah adalah wajib, dan untuk kaum Muslimin yang lain adalah sunnah yang sangat ditekankan. Sebagian ulama mewajibkan bagi kaum Muslimin yang memiliki kemampuan untuk berkurban.[16]
Dan dianjurkan supaya setelah selesai salat Id, untuk memakan sedikit dari daging kurban itu. [17]
Dianjurkan ketika berkurban membaca doa dari Imam Shadiq as:
وَجَّهْتُ وَجْهِی لِلَّذی فَطَرَ السَّمواتِ وَ الارْضَ، حَنیفاً مُسْلِماً وَ ما أنَا مِنَ الْمُشْرِكینَ، إنَّ صَلاتی وَ نُسُكی وَ مَحْیای وَ مَماتی لِلّهِ رَبِّ الْعالَمینَ، لا شَریكَ لَهُ، وَ بِذلِكَ أُمِرْتُ وَ أَنَا مِنَ الْمُسْلِمینَ. اَللّهُمَّ مِنْكَ وَلَكَ، بِسْمِ اللّهِ وَاللّهُ اَكْبَرُ. اَللّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنّی[18]
‘Membaca takbir-takbir yang sudah terkenal dibaca pada hari ini: Bagi siapa saja yang melakukan haji dan juga berada di padang sahara Mina, dianjurkan untuk membaca takbir ini setelah melaksanakan 15 salat dari salat harian, yaitu semenjak salat Dhuhur pada hari raya hingga salat Subuh hari ke-13 Dzulhijjah. Sedangkan bagi orang-orang yang yang tidak berada di sana, maka membaca takbirnya itu setelah melaksanakan 10 salat harian, yaitu semenjak salat Dhuhur hari raya Idul Adha hingga salat Subuh ke-12 Dzulhijjah. Takbir-takbir itu berdasarkan riwayat yang ada di kitab al-Kafi adalah:
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لا اِلـهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَر اَللهُ اَكْبَرُ، و للهِ الْحَمْدُ اَللهُ اَكْبَرُ عَلی ما هَدانا ااَللهُ اَكْبَرُ عَلی ما رَزَقَنا مِنْ بَهیمَةِ الانعامِ وَ الْحَمْدُ لِلّهِ عَلی ما أبْلانا[19]
Ziarah Imam Husain as. [20]