NARSISME DAN "UJB" (Bagian 3)
Para pakar perilaku cenderung memandang narsisme sebagai suatu pola perilaku yang dipelajari. Individu yang bersikap narsistik mungkin telah belajar bahwa dengan menampilkan sifat-sifat narsistiknya, seperti kepercayaan diri yang berlebihan dan rasa superioritas, dia dapat mendapatkan perhatian dan pujian dari orang lain. Dia kemudian terus memperkuat perilaku narsistik ini karena hasilnya yang positif dalam mendapatkan perhatian dan pengakuan.
Dari sudut pandang psikologi sosial, perilaku narsistik seringkali terkait dengan kebutuhan untuk pengakuan sosial dan pemenuhan kebutuhan diri. Orang yang bersikap narsistik mungkin memandang hubungan sosial sebagai alat untuk memperkuat citra diri atau memenuhi kebutuhan dirinya. Dia cenderung mencari orang-orang baru yang bisa memberikan pujian dan perhatian bagi mereka, dan akan mencari lingkungan yang mendukung citra dirinya.
Dari berbagai perspektif ini, perilaku narsistik dalam interaksi sosial bisa dipahami sebagai hasil dari kombinasi faktor-faktor psikologis, perlakuan belajar, dan kebutuhan diri yang kompleks.
Mengarahkan anak remaja yang menunjukkan perilaku narsistik untuk berubah dapat menjadi tantangan yang kompleks, tetapi ada beberapa strategi yang bisa Anda terapkan dalam membantu mereka mengembangkan pola pikir dan perilaku yang lebih sehat.
Berikut adalah beberapa langkah yang dapat Anda ambil untuk membantu mengarahkan anak remaja yang narsistik agar berubah:
1. Penting untuk berkomunikasi dengan anak remaja Anda secara terbuka dan empatik. Cobalah untuk memahami dari sudut pandangnya dan berikan dukungan yang diperlukan. Jelaskan dengan lembut mengenai dampak dari perilaku narsistik tersebut dan tunjukkan bahwa Anda peduli tentang kesejahteraan mereka.
2. Diskusikan bersamanya mengenai konsekuensi dari perilaku narsistik, baik dalam hubungan sosial, akademik, maupun kehidupan sehari-hari. Ajaklah sia untuk memikirkan bagaimana perilaku mereka mempengaruhi orang lain dan dirinya sendiri.
3. Ajak dia untuk merenung dan merefleksikan diri sendiri. Bantulah dia untuk lebih sadar akan perasaan dan motivasi di balik perilaku narsistik mereka. Diskusikan bersama tentang pengalaman-pengalamannya dan dorong dia untuk mempertimbangkan perubahan yang positif.
4. Ajarkan dia tentang pentingnya memiliki empati terhadap perasaan dan kebutuhan orang lain. Dorong dia untuk melihat situasi dari sudut pandang orang lain dan mengambil perspektif orang lain dalam berinteraksi.
5. Berikan contoh perilaku yang sehat dan empatik dalam interaksi Anda dengan anak remaja. Apresiasi dia ketika menunjukkan sikap yang lebih peduli terhadap orang lain dan memberikan umpan balik positif untuk menguatkan perilaku tersebut.
6. Jika diperlukan, pertimbangkan untuk mengajaknya konseling dengan bantuan profesional. Seorang profesional kesehatan mental dapat membantunya mengidentifikasi akar masalahnya, mengembangkan keterampilan sosial, dan belajar cara mengelola emosi secara lebih sehat.