Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Ketika Sufi Jatuh Cinta

0 Pendapat 00.0 / 5

Dalam hidup, para sufi sama halnya dengan manusia lainnya. Mereka punya rasa cinta sebagaimana manusia pada umumnya. Sebagai bukti bahwa seorang sufi juga bisa jatuh cinta adalah kisah Nabi Yusuf alaihis-salam. Itulah satu-satunya kisah cinta yang diabadikan dalam Al-Qur’an sebagai teladan bagi umat manusia. Bagaimana tidak, Nabi Yusuf punya segala sarana dan pendukung untuk berbuat maksiat dengan Zulaikha, namun beliau lari menjauh darinya. Kisah tersebut menggambarkan bagaimana tingkah seorang sufi jika terjerat asmara.

Seorang yang sedang jatuh cinta, potensi berbuat maksiat sangat besar. Dia menghalalkan segala cara untuk selalu bersama dengan orang yang dia cintai. Terkecuali para sufi, mereka punya daya tahan kuat untuk berbuat kemaksiatan saat terjerat asmara.

Salah satu kisah percintaan seorang sufi adalah kisah Abdurrahman bin Abi Ammar, sebagaimana yang dikisahkan oleh Ibnu al-Jauzi dalam Akhbarun-Nisa’. Abdurrahman sendiri merupakan salah satu tabi’in di Makkah yang terkenal ahli ibadah. Suatu ketika dia jatuh cinta pada Sulamah az-Zarqa’, sahaya dari Sahal bin Abdurrahman bin Auf.

Kisah Abdurrahman bin Abi Amar

Suatu ketika Sulamah menemui Abdurrahman untuk menyatakan cintanya juga.

“Ingin sekali rasanya menempelkan bibirku pada bibirmu,” kata Sulamah pada kesempatan itu.

“Demi Allah, akun pun juga menginginkan itu.”

“Lalu, kenapa tidak engkau lakukan?”

“Celakalah engkau. Aku mendengar Allah SWT berfirman:

{الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ } [الزخرف: 67]

Teman-teman akrab pada hari itu sebagainnya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa. (QS az-Zukhruf : 67)

“Aku tidak ingan persahabatan kita di dunia justru mengakibatkan permusuhan kita di akhirat,” lanjut Abdurrahman.

Lalu dia bergegas pergi meninggalkan Sulamah, seraya menangis menahan ombak asmara di hatinya. Abdurrahman kembali ke dunianya yang sunyi dan berusaha menghilangkan bayang-bayang Sulamah. Dia kembali fokus kepada ibadahnya.

Abdurrahman telah membarikan teladan yang cukup luar biasa dalam hal kekuatannya menahan diri dari godaan asmara yang telah menguasai hatinya. Dan dia telah berupaya menggiring rasa cintanya bukan hanya didunia. Tapi dia juga berupaya menggiring cintanya sampai ke akhirat.

Hingga akhirnya, dia sadar bahwa asmara tidak bisa dibiarkan tumbuh jika tidak langsung dilanjutkan dengan pernikahan. Maka, satu-satunya jalan untuk selamat adalah dengan menjauhkan diri meskipun harus berperang melawan hatinya sendiri.