Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Masjid Tempat Pertemuan Terakhir Rasulullah dengan Masyarakat

1 Pendapat 05.0 / 5

Di hari-hari terakhir kehidupannya, Rasulullah saw datang ke masjid. Setelah mengucapkan puji-puji kepada Allah Swt, beliau bersabda, “Wahai umat manusia! Tuhanku menetapkan dan bersumpah bahwa kezaliman dan orang yang berbuat zalim tak akan diampuni kecuali adanya pengampunan dari orang yang dizalimi atau dilaksanakan qishash. Barangsiapa menjadi korban kezalimanku, silahkan berdiri dan melaksanakan qishash; karena bagiku, qishash di dunia jauh lebih ringan dari qishash di akhirat.”

Seorang lelaki bernama Sawadah bin Qais bangkit seraya berkata, “Ayah dan ibuku sebagai tebusanmu, wahai Rasululllah! Suatu hari, engkau kembali dari Ta’if dan aku menyambutmu. Saat itu, engkau mengendarai unta sambil memegang kayu cambuk. Kayu cambuk itu justru mengenai perutku. Aku tak tahu apakah itu sengaja atau tidak.”

Rasulullah saw bersabda, “Aku berlindung pada Tuhan Sawadah, jika aku memukulnya dengan sengaja.” Kemudian beliau melanjutkan, “Hai Bilal, temuilah putriku Fathimah, dan mintalah kayu cambuk kepadanya.”

Bilal segera menemui Sayyidah Fathimah as dan berkata, “Berilah aku kayu cambuk.” Sayyidah Fathimah as berkata, “Ada apa dengan kayu cambuk ini? Ayahku akan menggunakannya untuk apa?”

Bilal menjawab, “Ayahmu sedang menyampaikan perpisahan dengan umat manusia.” Sayyidah Fathimah as menjerit dan berkata, “Betapa sedihnya, wahai kekasih Allah, wahai kekasih hati.” Lalu, Sayyidah Fathimah as memberikan sebilah cambuk kepada Bilal yang membawanya ke Masjid dan menyerahkannya kepada Rasulullah saw.

Rasulullah saw bersabda, “Mana Sawadah?” Sawadah menjawab, “Ya, aku di sini Rasulullah.” Kemudian Rasulullah saw bersabda, “Kemarilah, laksanakan qishash agar engkau merasa lega.” Sawadah berkata, “Wahai Rasulullah cambuk mengenai perutku yang saat itu tidak tertutupi kain. Sekarang, singkaplah baju yang menutupi perut anda.” Lalu, Rasulullah saw menyingkap bajunya.

Sawadah berkata, “Wahai Rasulullah, apakah engkau mengizinkan aku menempelkan kedua bibirku ke perutmu?”

Rasulullah saw mengizinkan dan Sawadah segera mencium perut suci Rasulullah saw seraya berkata, “Ya Allah, demi perut suci Rasulullah, lindungilah diriku dari siksa hari Kiamat.”

Rasulullah saw bersabda, “Wahai Sawadah! Apakah engkau memaafkanku atau hendak melaksanakan qishash?” Sawadah berkata, “Aku memaafkan, wahai Rasulullah.” Lalu, Rasulullah saw bersabda, “Ya Allah! Sawadah telah memaafkan Rasul-Mu, maka ampunilah ia.”