Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Rahmat Allah dalam Surah Ar-Rahman: Fabiayyi Ala’i Rabbikuma Tukadzziban

1 Pendapat 02.0 / 5

Surah ar-Rahman, yang merupakan surah ke-55 dalam Alquran, merupakan salah satu surah yang paling dikenal karena gaya bahasanya yang indah dan pengulangannya yang mencolok dari frasa “Fabiayyi ala’i Rabbikuma tukadzziban” (Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?). Surah ini bukan hanya menyoroti sifat-sifat Allah di samping juga mengingatkan umat manusia tentang nikmat-Nya yang tiada terhitung dan pentingnya bersyukur.

Untuk memahami lebih dalam tentang Surah ini, kita dapat merujuk pada penjelasan para ulama tafsir terkenal seperti Ibnu Katsir, Al-Qurtubi, Al-Jassas, Al-Mazhari, dan Al-Suyuti. Nama Allah “Ar-Rahman” Menurut Ibn Katsir, dalam tafsirnya Tafsir Al-Quran al-Azim, menjelaskan bahwa nama “Ar-Rahman” merupakan salah satu nama Allah yang paling agung.
الرَّحْمَـٰنُ اسم من أسماء الله الحسنى يدل على الرحمة الواسعة التي تشمل جميع المخلوقات. الرحمة التي يرمز إليها هذا الاسم تشمل كل من يعيش في الدنيا والآخرة، وهي دلالة على أن الرحمة الإلهية هي أساس كل خلق ووجود الإنسان، مما يظهر سمة الرحمة في كل جوانب الوجود.
Nama ini mencerminkan sifat Allah yang sangat luas dalam kasih sayang dan rahmat-Nya. Menurut Ibn Katsir, rahmat yang ditunjukkan melalui nama ini mencakup semua ciptaan Allah, baik di dunia maupun di akhirat. Penerapan nama ini menunjukkan bahwa rahmat Allah adalah kunci dari segala ciptaan dan kehidupan manusia, yang menunjukkan dominasi sifat rahmat dalam segala aspek eksistensi. Ibn Katsir, Tafsir Alquran al-Azim, Juz 27, Halaman 458-460.

Penciptaan dan Keseimbangan Alam Menurut Al-Qurtubi dalam Al-Jami’ li Ahkam Alquran menyatakan bahwa surah ar-Rahman menekankan keseimbangan dan keteraturan dalam ciptaan Allah. Penciptaan manusia dari tanah, serta pengajaran Al-Qur’an, menunjukkan bahwa Allah telah memberi manusia kemampuan intelektual dan spiritual yang tinggi. Selain itu, keteraturan dalam gerakan matahari dan bulan, serta penciptaan flora dan fauna, menggambarkan kebijaksanaan dan kekuasaan Allah.

Al-Qurtubi menggarisbawahi bahwa ciptaan Allah memiliki keteraturan dan keseimbangan yang sempurna, yang merupakan tanda nyata dari kebesaran-Nya.
سورة الرحمن تؤكد على التوازن والنظام في خلق الله. خلق الإنسان وتعليمه القرآن يعكس حكمة الله وفضله. بالإضافة إلى ذلك، نظام حركة الشمس والقمر، وكذلك خلق النبات والحيوان، يظهر أن الله يدير كل خلق بدقة وعدل  “Surah Ar-Rahman menggarisbawahi keteraturan dan keseimbangan dalam ciptaan Allah. Penciptaan manusia dan pengajaran Al-Qur’an adalah manifestasi dari hikmah dan kebijaksanaan Allah. Selain itu, gerakan matahari dan bulan yang teratur serta ciptaan flora dan fauna yang beragam menunjukkan bahwa Allah mengatur semua ciptaan dengan sangat teliti dan adil.”  Al-Qurtubi, Al-Jami’ li Ahkam Alquran, Juz 27, Halaman 220-223.

Sementara menurut Al-Jassas dalam penerapan hukum alam dalam Ahkam Alquran, Surah ar-Rahman mengilustrasikan bagaimana Allah menetapkan hukum-hukum alam dengan presisi dan ketelitian yang menakjubkan.
سورة الرحمن تبرز كيف أن القوانين الطبيعية تطبق بدقة واهتمام. كل خلق الله له حجم ونسبة دقيقة، مما يعكس رحمة الله غير المحدودة. تطبيق هذه القوانين يثبت أن رحمة الله ليست فقط شاملة ولكن أيضًا مفصلة في جميع جوانب الحياة  Penerapan hukum-hukum ini adalah bagian dari rahmat Allah yang tak terhingga. Al-Jassas menekankan bahwa penciptaan segala sesuatu dengan ukuran dan proporsi yang tepat adalah manifestasi dari rahmat Allah yang harus disyukuri. Surah ini juga mengingatkan manusia akan pentingnya memahami dan menghargai keteraturan alam sebagai bagian dari rahmat Ilahi. Al-Jassas, Ahkam Alquran, Juz 27, Halaman 341-345.

السؤال المتكرر ‘فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكَ تَكْذِبَانِ’ يعمل كتنبيه قوي لنعمة الله التي لا تعد ولا تحصى. هذا التكرار يهدف إلى تعزيز الوعي    والشكر في نفوس البشر، مشيرًا إلى أهمية تقدير رحمة الله التي لا تنتهي في حياتنا اليومية begitulah menurut Al-Mazhari dalam Tafsir al-Mazhari menguraikan bahwa pertanyaan berulang “Fabi ayyi ala’i Rabbikuma tukazziban” merupakan bentuk pengingat bagi umat manusia tentang banyaknya nikmat yang diberikan Allah. Penekanan pada pertanyaan ini berfungsi untuk menyadarkan manusia tentang kelimpahan nikmat Tuhan dan pentingnya rasa syukur. Al-Mazhari menyatakan bahwa pengulangan pertanyaan ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran dan rasa syukur dalam diri manusia terhadap rahmat Allah yang tak terhingga. Al-Mazhari, Tafsir al-Mazhari, Juz 27, Halaman 80-85.

Tidak kalah pentingnya juga katanya Al-Suyuti Dalam Al-Durr al-Manthur, bahwa surah ar-Rahman menggambarkan perbedaan antara orang-orang beriman dan orang-orang kafir, baik dalam hal pahala maupun hukuman. Surah ini menggambarkan bahwa mereka yang bersyukur akan menerima balasan yang baik di akhirat, sementara mereka yang menolak dan kufur akan menghadapi konsekuensi dari penolakan mereka. Al-Suyuti menekankan bahwa penggambaran ini berfungsi sebagai motivasi bagi orang-orang beriman untuk tetap berpegang pada iman dan amal saleh serta sebagai peringatan keras bagi orang-orang yang menolak kebenaran. Al-Suyuti, Al-Durr al-Manthur, Juz 27, Halaman 99-103.

Kesimpulannya, surah ar-Rahman, melalui beberapa pandangan ulama tafsir, menawarkan wawasan yang mendalam mengenai rahmat dan kekuasaan Allah. Nama “Ar-Rahman” mencerminkan sifat kasih sayang Allah Swt yang meliputi semua ciptaan. Keseimbangan dan ketertiban dalam ciptaan menunjukkan kebijaksanaan dan kekuasaan Ilahi. Nikmat Allah yang tak terhitung serta pengulangan frasa “Fabiayyi ala’i Rabbikuma tukadzziban” mengingatkan kita untuk bersyukur. Kontras antara orang beriman dan orang kafir menggarisbawahi pentingnya iman dan amal saleh serta peringatan tentang konsekuensi dari tindakan manusia. Ulasan ini mencerminkan betapa pentingnya memahami Surah Ar-Rahman sebagai panduan untuk hidup dengan penuh kesadaran akan rahmat dan keadilan Allah.