“Peran dan Kedudukan Nabi Muhammad (S) dalam Islam: Cahaya Petunjuk dari Tuhan untuk Umat Manusia”- 3
Ayat berikut berisi alamat langsung Tuhan kepada Muhammad (S), dan juga menunjukkan keharusan untuk taat.
“Kami tidak mengutus seorang rasul pun melainkan untuk ditaati dengan izin Allah. Seandainya mereka, ketika mereka menganiaya diri mereka sendiri, datang kepadamu [Muhammad (S)] dan memohon ampunan kepada Allah, dan rasul pun memohon ampunan untuk mereka, mereka pasti akan mendapati Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang” (4:64)
Meskipun Nabi Muhammad (S) dapat berdoa untuk pengampunan orang lain, dia tidak menebus dosa siapa pun, dan hanya Tuhan yang dapat mengampuni. Petunjuk yang dibawa kepada umat manusia melalui Nabi Muhammad (S) adalah cahaya ilahi.
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya. Dia akan memberikan kepada kalian bagian ganda dari rahmat-Nya dan memberi kalian cahaya untuk berjalan, dan mengampuni kalian, dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang” (58:28)
“…Wahai orang-orang yang memiliki akal dan beriman! Allah benar-benar telah menurunkan kepada kalian peringatan, seorang rasul yang membacakan kepada kalian tanda-tanda yang jelas dari Allah agar Dia membawa keluar orang-orang yang beriman dan beramal saleh dari kegelapan menuju cahaya…” (65:10-11)
“Wahai Ahli Kitab! Sesungguhnya Rasul Kami telah datang kepada kalian, menjelaskan kepada kalian banyak dari apa yang biasa kalian sembunyikan dari Kitab, dan melewatkan banyak hal. Sesungguhnya telah datang kepada kalian cahaya dari Allah dan Kitab yang jelas. Dengan itu Allah membimbing mereka yang mengikuti kesenangan-Nya kepada jalan-jalan damai, dan membawa mereka keluar dari kegelapan menuju cahaya dengan izin-Nya, dan membimbing mereka ke jalan yang lurus” (5:15-16)
Kata nur (cahaya) mengacu pada petunjuk dari Tuhan, dan wahyu kepada Nabi Muhammad (S), yaitu Al-Qur’an, sering disebut sebagai cahaya. Selain itu, Nabi Muhammad (S) sendiri adalah lampu yang menyinari umat manusia.
Ayat Al-Qur’an
“Berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai. Ingatlah akan nikmat Allah yang telah diberikan-Nya kepadamu ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan, lalu Allah menyatukan hatimu, sehingga dengan nikmat-Nya kamu menjadi bersaudara. Padahal kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 103)
Khutbah Imam Ali (as):
Imam Ali (as) dalam khutbah-khutbahnya sering menekankan bahwa Nabi Muhammad (S) mengajarkan orang-orang Arab yang saat itu dalam keadaan jahiliyah dan saling membunuh, bagaimana Allah menggantikan permusuhan mereka dengan persaudaraan. Sebagaimana dalam salah satu khutbahnya:
“Nabi (S) menyampaikan apa yang diperintahkan kepadanya dan menyampaikan pesan-pesan Tuhannya. Akibatnya, Allah melalui beliau memperbaiki perpecahan, menyatukan perbedaan, dan menciptakan kasih sayang di antara kerabat meskipun mereka sebelumnya menyimpan kebencian mendalam di dada mereka dan dendam yang terpendam dalam hati mereka.” (Khutbah 228/231, 381)
Bersambung ...