Sederet Keistimewaan Rasulullah dalam al-Quran
Jika kita berkaca pada diri Rasulullah saw, maka pantulan cahaya yang tersorot ke diri kita ialah kesempurnaan akhlaknya. Saking sempurnanya, Allah Swt mencatatkan pujian untuknya dalam al-Quran, yang maktub dalam surah al-Qalam ayat ke-4. Hampir setiap manusia sudah memahami keagungan budi pekerti ayahanda dari Sayyidah Fathimah Zahra as itu.
1. Panutan yang baik.
Dalam surah al-Ahzab ayat ke-21, Allah Swt berfirman: Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah.
Dari ayat di atas dapat kita pahami, bahwa Nabi Muhammad saw adalah panutan bagi setiap manusia. Lebih-lebih kepada mereka yang yang bertakwa di hadapan Allah Swt. Dan, bagi mereka yang mendamba kebahagiaan dunia-akhirat, sudah selayaknya mengikuti jejak langkah beliau.
2. Rahmat (Kasih-sayang) Alam Semesta.
Sebagaimana rahmat Allah Swt tak terbatas bagi setiap makhluk-Nya, pun dengan kasih-sayang Nabi Muhammad saw. Bahwa, salah satu tujuan diutusnya beliau adalah menyebarkan pesan cinta-kasih kepada semua manusia tanpa terkecuali, sehingga misi dakwah yang beliau ampu dari Allah Swt dapat diterima dengan mudah oleh orang-orang kala itu, yang telah menjadikan berhala sebagai objek sesembahannya. Karenanya, Allah Swt mengabadikan kasih sayang Nabi Muhammad saw itu dalam salah satu ayat al-Quran.
Allah Swt befirman: Kami tidak mengutus engkau (Nabi Muhammad), kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam. (QS. al-Anbiya: 107)
3. Merakyat.
Sebagai pemimpin di tengah umat, salah satu hal yang harus beliau miliki ialah jiwa merakyat dan membaur dengan siapa saja di tengah masyarakat. Di sisi lain, hal itu juga menafikan sifat keakuan (egois) seorang pemimpin. Karena, penting bagi bagi seorang pemimpin menghapus sekat-sekat yang dapat membentengi dirinya dengan rakyat. Hal itu pula yang dilakukan Nabi Muhammad saw. Meski dinobatkan sebagai paling mulianya insan, beliau tak memanfaatkan itu untuk menjaga jarak atau bahkan berbuat semena-mena terhadap orang lain. Beliau tetap memposisikan diri sebagai rakyat biasa.
Allah Swt befirman: Sungguh, benar-benar telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri. Berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, dan (bersikap) penyantun dan penyayang terhadap orang-orang mukmin. (QS. at-Taubah: 128)