Menjadi Manusia yang Kosmik : Wujud Kecintaan Pada Nabi Muhammad SAW (1)
Baru-baru ini, umat Islam merayakan maulid Nabi Muhammad SAW atau peristiwa kelahiran Nabi Muhammad SAW. Perayaan maulid Nabi adalah tradisi yang dilaksanakan dari tahun ke tahun oleh umat Islam baik di Indonesia maupun di berbagai belahan dunia manapun, baik umat muslim yang bermazhab Sunni maupun Syi’ah. Umumnya di kalangan umat muslim Sunni, maulid Nabi dirayakan dengan gegap gempita dan bahagia. Di kalangan majelis taklim misalnya, para ibu membacakan rawi, solawat-solawat yang dilantunkan sebagai bentuk syukur kelahiran Nabi Muhammad SAW. Umat muslim merayakan kegembiraan ini dengan berbagai tradisi di daerahnya masing-masing. Kebahagiaan umat muslim di belahan dunia manapun bisa terpahami dengan baik, karena berkat kelahiran Nabi Muhammad SAW banyak terjadi perubahan dalam sistem sosial, kemasyarakatan umat manusia pada masa itu. Di kalangan umat muslim Syi’ah, di kalangan masyarakat pada umumnya juga melaksanakan perayaan dengan gegap gempita seperti doa bersama dan berbagai manisan, di kalangan para ulama dan akademisi, dilaksanakan pula seminar kesatuan yang dilakukan dalam minggu persatuan di Iran.
Kelahiran Nabi Muhammad SAW memberikan banyak perubahan dalam kehidupan masyarakat Arab sebelum kedatangannya. Nabi Muhammad SAW pun bersabda: innī bu’itstu li utammima makārim al-akhlāk yang artinya “Sesungguhnya Aku diutus untuk menyempurnakaan akhlak mulia”. Istilah ‘akhlak mulia’ pada sabda Nabi tersebut mengacu pada perilaku yang didasari oleh motif ilahiah. Kemuliaan didasari oleh orientasi dari tindakan baik yang ditujukan hanya untuk Dia. Akhlak erat kaitannya dengan kondisi kejiwaan manusia yang termanifestasi dalam perilaku keseharian.