Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

KAUSALITAS DALAM LOGIKA DAN BAHASA

0 Pendapat 00.0 / 5

Dalam ilmu logika, kausalitas adalah salah satu aksioma yang telah tertanam dalam benak setiap manuisia (yang sehat, tentunya). Karena itu, manusia selalu terdorong untuk menyingkap kebodohan (ketidaktahuan) dengan mencaritahu sebab sesuatu apapun yang menariknya untuk diketahui dan mencaritahu akibat sesuatu apapun yang menariknya untuk diketahui. Karena itu, kedudukan kata yang menunjukkan keingintahuan tentang sebab dan akibat dalam komunikasi adalah penting dan fundamental, karena realitas sesuatu diketahui bila sebabnya diketahui dan akibatnya dikenali.

Sebagian orang mengira bahasa adalah sistem penggunaan kata untuk menunjuk makna dalam benak pengucap atau penulis dan pendengar atau pembaca tanpa mengaitkannya dengan logika sebagai sistem yang mengatur penetapan makna yang sesuai dan signifikan. Akibatnya, komunikasi kerap mubazir, tidak produktif bahkan kontraproduktif karena menciptakan kesalahpahaman dan memperluas area kebodohan yang bisa menimbulkan konflik dan kejahatan.

Banyak pelaku komunikasi (komunikator) dan penanggap (komunikan) malas mempelajari struktur makna dan hanya sibuk menyusun kata. Akibatnya, menggunakan kata yang bisa dipahami secara ambigu.

Salah satu contohnya menggunakan kata "mengapa" dan "kenapa" untuk pertanyaan tentang sebab juga akibat. Ini kerap menimbulkan ketakjelasan dan kebingungan karena keduanya seringkali dianggap sinonim dan sering digunakan secara bergantian.

Dalam bahasa Arab, "لماذا" digunakan untuk bertanya tentang sebab atau alasan, sedangkan "لأجل" digunakan untuk bertanya tentang akibat atau hasil dari suatu peristiwa atau tindakan. Sementara dalam bahasa Inggris, "why" digunakan untuk menanyakan mengapa sesuatu terjadi atau apa alasannya. Karena itu, لماذا yang berarti "apa sebab" dalam pertanyaan "mengapa anda makan?" dijawab "lapar". Dan karena itu pula لأجل ماذا yang berarti "apa akibat" (apa tujuan,apa akibat) dalam pertanyaan "mengapa anda makan" dijawab "kenyang". Kalau ada pertanyaan "kenapa nikah?", jawabannya bisa "kebutuhan" karena itu adalah alasan dan sebabnya, bukan akibat dan tujuannya. Bila ditanya lagi dengan maksud mencaritahu tujuannya mestinya tak mengulang "Kenapa nikah?", kaena terasa ganjil. Kata yang tepat untuk pertanyaan itu adalah "untuk apa?" dan jawabannya adalah "memenuhinya".

Mungkin implementasi dasar tersebut dalam bahasa Indonesia juga bisa membantu dalam memperjelas perbedaan antara pertanyaan sebab dan akibat. Dengan penggunaan kata yang berbeda untuk masing-masing konsep tersebut, komunikasi bisa menjadi lebih jelas dan mudah dipahami, seperti penggunaan kata "kenapa" (yang disingkat dari karena apa) untuk pertanyaan tentang sebab atau alasan dan kata kata "mengapa" atau "untuk apa"untuk pertanyaak tentang akibat, hasil atau tujuan.