Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Imam Syafi’i dan Taqiyyah Sesama Muslim

0 Pendapat 00.0 / 5

Taqiyyah merupakan salahsatu ajaran yang ada di dalam Islam. Bukti-bukti sejarah pun telah mencatat akan permasalahan ini baik secara ayat maupun riwayat. Untuk itu, pembaca yang budiman dapat merujuk ke tulisan-tuslisan sebelumnya mengenai pengertian, hukum dan sumber asal taqiyyah yang terdapat pada website ini atau bisa mengklik tautan ini.

Imam Syafi’i bolehkan taqiyyah sesama muslim

Sebagian besar Ahlussunah meyakini akan kebenaran hukum taqiyyah. Mereka memandang bahwa taqiyyah hanya berlaku dan dapat diamalkan oleh muslim kepada kafir. Lain halnya dengan mazhab Syiah, selain kepada orang kafir, mereka juga membolehkan bertaqiyyah kepada sesama muslim. Hal inilah yang sering jadi bahan pertanyaan bagi Syi’ah. Namun sebaliknya, ulama besar Ahlussunah sekaliber Imam Syafi’i menilai bahwa taqiyyah juga boleh dilakukan sesama umat islam. Hakim Naisaburi dalam tafsirnya:

ومنها أن الشافعی جوز التقیة بین المسلمین کما جوّزها بین الکافرین محاماة على النفس. ومنها أنها جائزة لصون المال على الأصح کما أنها جائزة لصون النفس

Dari itu, Imam Syafi’i membolehkan taqiyyah di antara sesama muslim sebagaimana beliau membolehkannya (taqiyyah) antara orang-orang kafir untuk menjaga diri (dari bahaya). Salahsatunya taqiyyah diizinkan untuk menjaga harta sebagaimana hal itu juga diizinkan untuk menjaga diri.[1]

Maka dari itu, berdasarkan perkataan Imam Syafi’i, taqiyyah sesama muslim diizinkan sebagaimana taqiyyah kepada orang-orang kafir demi melindungi diri. Dijelaskan dalam lanjutannya bahwa taqiyyah disahkan sampai hari kiamat.

وروى عوف عن الحسن أنه قال: التقیة جائزة إلى یوم القیامة. وهذا أرجح عند الأئمة

Auf meriwayatkan dari Hasan al-Basri yang berkata: Taqiyyah dibolehkan hingga hari kiamat dan ini mirip dengan aimah[2]

Semoga kita lebih dewasa lagi menykapi berbagai perbedaan yang ada dalam Islam. Selalu melihat sejarah dan riwayat dari berbagai sumber yang dipercaya.

[1] Imam Naisaburi, Tafsir Ghara’ib al-Qur’an wa Ragha’ib al-Furqan Jil. 2, Hal. 140, Darul Kitab al-Alamiah

[2] Imam Naisaburi, Tafsir Ghara’ib al-Qur’an wa Ragha’ib al-Furqan Jil. 2, Hal. 141, Darul Kitab al-Alamiah