Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

FATIMAH ZAHRA DAN PEWAHYUAN (1)

1 Pendapat 05.0 / 5

Kata wahyu bukanlah sesuatu yang asing bagi setiap Muslim. Tapi boleh jadi tak banyak yang memahaminya secara utuh sehingga sebagian orang menganggap pemahamannya yang sempit sebagai pemahaman final dan berlaku umum tanpa perbedaan. Karena itu, diperlukan sebuah deskripsi yang cukup tentang kata dan pengertian wahyu serta macam-macamnya agar wawasan keagamaan kita terus meluas.

Secara semantik wahyu adalah produk sebuah aksi pewahyuan yang memerlukan minimal dua unsur, yaitu apa (pengertian) dan siapa (pemberi dan penerima).

Kata wahyu dan derivatnya terdapat dalam Al-Qur’an sebanyak 78 kali sebagaimana dikutip Muhammad Fuad Abdul Baqi dalam Mu’jam Al-Mufahras li Alfazh Al-Qur’an Al-Karim.

Secara umum, wahyu adalah isyarat atau sesuatu yang disampaikan. Mewahyukan secara etimologis berarti menyampaikan yang lebih samar dari isyarat dengan cara tersembunyi dan cepat. Ibn Manzhur dalam Lisan Al-‘Arab berkata bahwa wahyu adalah pemberitahuan secara samar, karena itu ilham disebut sebagai wahyu.

Dari makna etimologi tersebut, terdapat macam-macam wahyu.

Pertama: wahyu suci kepada manusia, seperti Ibunda Nabi Musa. Allah berfirman : "Dan Kami wahyukan kepada ibunya Musa, “Susuilah dia (Musa), dan apabila engkau khawatir terhadapnya maka hanyutkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah engkau takut dan jangan (pula) bersedih hati, sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya salah seorang rasul.” (QS. Al-Qashash [28]: 7)

Kedua: Wahyu instinktif untuk hewan, seperti wahyu untuk lebah. Allah berfirman : "Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah, “Buatlah sarang di gunung-gunung, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibuat manusia,” (QS. An-Nahl [16]: 68)

Ketiga: kode singkat sebagaimana isyarat Nabi Zakaria as kepada kaumnya. Allah berfirman : "Maka dia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu dia memberi isyarat (اوحى) kepada mereka; bertasbihlah kamu pada waktu pagi dan petang." (QS. Maryam [19] : 11)

Keempat: bisikan setan ke dada manusia. Allah berfirman : "Sesungguhnya setan-setan akan membisikkan (يوحون) kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu. (QS. Al-An’am [6] : 121)

Kelima: perintah Allah kepada para malaikat-Nya. "(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang telah beriman.” (QS. Al-Anfal : 12)

Sebagaimana wahyu bersifat bisikan rahasia, maka Al-Qur’an menyebutkan manusia ‘mewahyukan’ (memberikan wahyu kepada) manusia lain. Dalam ayat lain disebutkan "Dan demikianlah untuk setiap nabi Kami menjadikan musuh yang terdiri dari setan-setan manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan (يوحي) kepada sebagian yang lain perkataan yang indah sebagai tipuan. (QS. Al-An’am [6]: 112)