Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

FATIMAH ZAHRA DAN PEWAHYUAN (2)

1 Pendapat 05.0 / 5

Wahyu Allah Swt kepada para Nabi as merupakan pengetahuan tertinggi. Sesungguhnya Kami mewahyukan kepadamu (Muhammad) sebagaimana Kami telah mewahyukan kepada Nuh dan nabi-nabi setelahnya, dan Kami telah mewahyukan (pula) kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya; Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami telah memberikan Kitab Zabur kepada Dawud. (QS. An-Nisa’ [4]: 163)

Ayat yang terakhir ini sekaligus membatasi makna wahyu Allah yang khusus untuk para nabi dan rasul as.

Gradasi Wahyu

Dari makna-makna, dari konteks siapa yang menerima, dan konten wahyu ara ahli tafsir membagi wahyu dalam dua kategori;

A. Wahyu yang positif dan suci;

B. Wahyu negatif (seperti pada poin 4 di atas). Wahyu suci pun memiliki gradasi.

Wahyu juga dapat dibagi dua;

A. Wahyu vertikal (poin 1, 2, 5 dan 7);

B. Wahyu horizontal (seperti poin 6 di atas)

Wahyu vertikal adalah ilmu dari yang lebih mulia kepada yang di bawahnya. Wahyu vertikal bisa berperingkat sesuai gradasi kesucian dan kecahayaan penerimanya.

Wahyu tertinggi adalah ilmu Allah yang memancar tanpa perantara. Penerimanya pastilah punya mempunyai kualitas kesucian.

Ada dua macam wahyu tanpa jeda; yaitu wahyu yang bermuatan hukum (permanen); dan wahyu yang bermuatan pesan-pesan khusus terkait sebuah peristiwa khusus yang diterima oleh nabi atau lainnya. Ada kalanya wahyu bersifat personal yang diterima seorang Nabi tentang sesuatu seperti perintah Allah kepada Nabi Musa as untuk pergi ke gunung Thur.