OTAK DAN AKAL
Para saintis dan peneliti neurosains mendasarkan penjelasan tentang perilaku dan keputusan manusia pada aspek biologis dan neurologis, dengan melihat otak sebagai pusat pengambilan keputusan yang utama seraya menganggap akal sebagai sinonim otak. Karena itu, orang yang dianggap salah berpikir dan bertindak kerap dicap "tak memakai otak".
Dalam perspektif biologi dan neurosains, otak adalah organ penting dalam sistem saraf manusia yang berperan dalam mengatur berbagai fungsi tubuh dan proses kognitif. Otak terletak di dalam tengkorak dan terdiri dari berbagai bagian yang masing-masing memiliki fungsi khusus. Otak adalah pusat kendali utama bagi aktivitas tubuh dan perilaku manusia.
Dalam otak, terdapat miliaran sel saraf yang disebut neuron. Neuron-neuron ini saling terhubung membentuk jaringan kompleks yang memungkinkan otak untuk melakukan berbagai fungsi seperti pemrosesan informasi, pengaturan gerakan tubuh, pengenalan sensorik, emosi, dan kognisi.
Selain neuron, otak juga mengandung sel-sel glial yang berperan dalam mendukung kesehatan neuron dan mengatur lingkungan mikro dalam otak. Otak dilindungi oleh cairan serebrospinal yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang untuk memberikan perlindungan.
Otak juga memiliki kemampuan plasticitas, yaitu kemampuan untuk menyesuaikan diri dan beradaptasi dalam merespons pengalaman-pengalaman baru. Ini berarti otak dapat mengubah struktur dan koneksi sel-sel sarafnya sebagai hasil dari pembelajaran, latihan, atau perubahan lingkungan.
Dalam keseluruhan, otak merupakan organ yang sangat kompleks dan penting dalam menjaga fungsi tubuh dan proses kognitif manusia. Karena peranannya yang sangat vital, menjaga kesehatan otak sangatlah penting untuk mendukung kesejahteraan dan kinerja otak secara optimal.
Di sisi lain, kaum metafisis dan para agamawan menghadirkan pandangan yang lebih holistik tentang manusia, dengan membedakan fungsi otak sebagai perangkat keras yang terkait dengan aspek fisik dan material, sementara akal dianggap sebagai perangkat lunak yang terkait dengan aspek spiritual dan mental.
Para ahli epistemologi menganggap akal sebagai kekuatan untuk memahami konsep-konsep umum, dan memiliki dua fungsi: eksperiensial (yakni, memahami aksioma) dan deduktif (yakni, menemukan pengetahuan teoritis). Mereka juga membagi pikiran menjadi dua bagian, teoritis dan praktis. Jika pikiran teoritis memahami realitas, pikiran praktis memahami perintah dan hukum.
Para filsuf menganggap akal, sebagaimana indra, sebagai sumber pengetahuan, dan mereka yakin bahwa manusia memahami konsep umum melalui pikiran. Berbeda dengan indera yang hanya mempersepsikan hal-hal yang bersifat parsial.
Dalam epistemologi, akal memiliki dua fungsi: aksi eksperiensial yang melaluinya seseorang memahami informasi primer (misalnya, aksioma), dan aksi inferensial yang melaluinya seseorang memperoleh pengetahuan tentang informasi baru melalui pengetahuannya tentang informasi primer, misalnya, ilmu pengetahuan dan teori). pengetahuan).[
Akal terbagi menjadi dua jenis: akal teoritis dan akal praktis. Jika akal teoritis memahami realitas, akal praktis memahami perintah dan hukum. Ada yang yakin bahwa manusia tidak memiliki dua jenis akal yang terpisah, melainkan satu akal yang merupakan mesin persepsi. Berdasarkan keyakinan ini, perbedaan antara akal budi teoritis dan akal budi praktis disebabkan oleh satu hal, yaitu persepsi.
Akal merupakan sumber keputusan individu dalam perbuatan seraya menganggap otak sebagai pasangan fisikal bagi akal yang merupakan entitas immaterial dalam aktualisasi secara konkret keputusan itu.
Para filsuf Peripatetik menyebutkan 4 tingkatan akal
1. Akal potensi. Yaitu akal pada level pertama yang bebas dari semua konsepsi. Ia juga disebut "akal materi" Disebut karena kesamaannya dengan materia pertama dalam struktur substansi yang belum mengalami aktualisasi dan belum terkemas dalam format.
2. Akal talenta. Yaitu akal yang terhubung dengan aksioma melalui mafhum atau tasdiq, karena pengetahuan aksiomatik adalah pengetahuan paling awal, yang menjadi fondasi bagi pengetahuan-pengetahuan teorematk.
3. Akal aktual. Yaitu akal yang nenyusun premis-premis teorematik dengan menarik kesimpulan dari aksioma.
4. Akal Mustafad. Yaitu akal yang telah mengkonsepsi semua premis aksiomatik atau teorematik dan mencetak premis konklusi kesimpulan.
Pandangan metafisik dan filosofis mencerminkan keyakinan bahwa manusia adalah makhluk kompleks yang tidak bisa dilihat sebagai entitas biologis semata, karena otak tanpa akal tak berfungsi sama sekali sebagai perangkat keras. Akal sebagai perangkat lunak pemikiran tak bisa memperoses konsep tanpa otak sebagai perangkat keras. Keduanya berperan vital bagi manusia yang merupakan kombinasi antara jiwa dan raga.
Dengan membedakan antara otak dan akal, kaum metafisis dan agamawan menegaskan posisi suprem jiwa atas raga dalam perbuatan manusia.
Polemik seputar isu relasi akal dan otak sebagai sumber keputusan manusia ini merupakan bagian dari diskusi filosofis yang kompleks.