Apakah Imam Mahdi Afs Maksum? (2)
Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib As demikian juga bersabda, “Tak seorang pun di antara umat Islam yang dapat dipandang sejajar dengan Keluarga Muhammad Saw. Orang yang mendapatkan kenikmatan dari mereka tak dapat dibandingkan dengan mereka (yang memberikan kenikmatan). Mereka adalah pondasi agama dan tiang iman.”[2]
Berkenaan dengan hal ini, Imam Ridha As dalam sebuah hadits yang panjang bersabda, “Imamah memiliki kadar yang sangat tinggi, kedudukannya sangat besar, derajatnya sangat menjulang, makamnya sangat tinggi dan kedalamannya sangat subtil untuk dapat dicapai manusia dengan akalnya, atau dengan keindahan akal (mereka) dapat menemukan hakikatnya atau dengan pilihannya (mereka) mengangkat seorang imam. Apakah kalian menyangka bahwa imam dapat kalian temukan pada selain Ahlulbait Rasululah Saw? Dalam hal ini akal-akal manusia hilang, para ilmuannya menjadi bodoh dan para penyairnya bungkam, para sastrawannya bisu, para oratornya (lidahnya) kelu untuk dapat mendeskripsikan salah satu dari keutamaan dan derajat imam. Semuanya mengakui ketidakmampuannya.”[3]
Asumsi terjadinya kesalahan, kelupaan dan maksiat yang dilakukan manusia pada baik masa kecilnya lantaran ia belum sampai pada tingkatan ilmu dan kehendak untuk maju sehingga karena kebodohan dan kelemahannya ia melakukan kesalahan. Atau karena dorongan syahwat dan kecenderungan hewani atas akal dan kehendaknya pada masa usia pertengahan. Atau lantaran dominasi kelemahan mental dan jasmani pada masa renta. Sementara Imam As terjaga (maksum) pada tiga tingkatan usia ini berkat pertolongan Ilahi sehingga beliau dapat menjalankan dengan baik tugasnya sebagai imam dan pemimpin umat. Beliau memiliki ilmu gaib dan kehendak Ilahi semenjak masa kecilnya hingga wafatnya.
Karena itu, permulaan masa imamah Imam Mahdi Ajf semenjak masa kecilnya (usia lima tahun) tidak berkonsekuensi pada adanya kesalahan sebelum mencapai masa dewasanya.[4] Pada masa dewasa juga hingga masa tua beliau senantiasa dalam penjagaan Tuhan dan memiliki ilmu yakin terhadap mabda (asal) dan ma’ad (tujuan) serta kehendak kuat. Oleh itu, dengan ikhtiarnya sendiri beliau tidak akan melakukan kesalahan dan maksiat baik yang disengaja atau tidak disengaja.
Lintasan usianya yang mencapai ribuan tahun juga tidak akan menjadi sebab lemah dan rentanya akal dan iman beliau; karena sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa beliau tidak dapat dibandingkan dengan manusia biasa lainnya. Di samping itu, terdapat banyak hadis yang menunjukkan bahwa beliau tatkala muncul (zhuhur) (meski ditunda untuk seratus tahun ke depan) maka beliau (seolah) berusia empat puluh tahunan dan dalam bentuk seorang pemuda yang energik dan penuh semangat.[5]
Dalam kitab sirah dan sejarah atau perjumpaan sebagian orang dengannya pada masa ghaibah kubra juga tidak dilaporkan tentang adanya kesalahan yang dilakukan oleh beliau baik disengaja atau tidak disengaja sehingga kita harus menjawab dan menjelaskan kesalahan tersebut. Bahkan, dengan memperhatikan dari apa yang telah dijelaskan, laporan seperti ini juga mustahil dijumpai pada masa-masa mendatang.
Sebagai kelanjutannya, mari kita bersama membaca doa dari Imam Ridha “Dan Engkau telah memilihnya atas keghaiban-Mu, Engkau telah menjaganya dari segala dosa, Engkau telah menjauhkannya dari segala kekurangan, Engkau telah mensucikannya dari segala kotoran dan Engkau telah menyelamatkannya dari segala noda. Ya Allah, maka sesungguhnya aku bersaksi untuknya pada hari kiamat dan hari masuknya peristiwa besar, tiada yang melakukan dosa, tiada yang melakukan kesalahan, tiada yang terkena maksiat dan tiada yang menyia-nyiakan ketaatan kepada-Mu. Dan tiada yang melecehkan kehormatan-Mu, tiada yang akan mengganti kewajiban-Mu, tiada yang mengubah syari’at-Mu, dia adalah pemberi petunjuk, suci, taat, bersih, diridhai….[6] Sebagaimana secara umum kita memberikan kesaksian kepada seluruh Imam Maksum As setelah memberikan kesaksian atas tauhid dan kenabian Rasulullah Saw, “Dan Aku bersaksi bahwa Engkau telah memilih para imam pembimbing, pemandu, pemberi petunjuk, maksum, mulia, orang-orang yang dekat di sisi Allah, bertakwa, bertutur kata benar, terpilih, taat pada perintah Allah, penegak perintah-Nya, beramal sesuai dengan kehendak-Nya, bertutur kata benar terhadap kemuliaan-Nya. Allah telah memilih kalian untuk ilmu-Nya, dan ridha dan memilih kalian sebagai peyimpan rahasia. Menganugerahkan kekuasaan unggul bagi kalian, dan memuliakan kalian dengan petunjuk, dan ridha kepada kalian sebagai khalifah-Nya di muka bumi. Allah Swt menjaga kalian dari kesalahan-kesalahan, memelihara kalian dari pelbagai fitnah, mensucikan kalian dari segala nista, membersihkan kalian dari segala noda dan mensucikan kalian sesuci-sucinya[7]….
Tuhanku! Hanya Engkaulah yang melepaskan segala duka dan nestapa. Apabila orang yang terjepit menyeru-Mu maka Engkau akan penuhi seruannya dan menyelamatkan orang yang didera kesusahan. Maka singkirkanlah segala derita bagi wali-Mu sebagaimana Engkau mengangkatnya sebagai khalifah di muka bumi-Mu dan jangan Engkau jadikan kami sebagai musuh-musuh dan pembenci Ahlulbait Nabi As. Kami berlindung kepadamu dalam urusan ini. Selamatkanlah kami. Tuhan kami! Sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya, dan jadikanlah kami sebagai orang-orang yang beruntung dan orang-orang yang dekat kepada-Mu di dunia dan akhirat. Amin Ya Rabbal Alamin…[]
Catatan kaki:
[1]. Nahjul Balâgha, khutbah 189.
[2]. Nahjul Balâgha, khutbah 2.
[3]. Ushûl al-Kâfi, jil. 2, bab Nadir Jami’ fi Fadhl al-Imam wa Sifatihi. Dan juga Tuhaf al-Uqul, Sabda-sabda Imam Ridha As.
[4]. Silahkan lihat, pertanyaan 285 dan 1068.
[5]. Luthfullah Shafi, Muntakhab al-Atsar, hal. 351-352.
[6]. Mafâtih al-Jinân, doa untuk Imam Zaman.
[7]. Mafâtih al-Jinân, doa pada masa ghaibat untuk Imam Zaman