Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Tingkatan-tingkatan Pengamalan Al Quran (2)

0 Pendapat 00.0 / 5

Kedua, mengamalkan Al Quran. Al Quran dari segi akidah (kepercayaan-kepercayaan) sangatlah cukup dan layak. Tidak memiliki bahasa filsafat dan irfan namun lebih tinggi dari bahasa filsafat dan irfan, mempunyai akidah fitriawi. Dari segi akidah Al Quran tidak kekurangan. Al Quran dengan sangat baik membahas tentang tauhid dalam prinsip (ashl) wujud Tuhan. Al Quran berbicara dengan sangat baik tentang tingkatan-tingkatan tauhid dzat, tauhid sifat-sifat, tauhid ibadah serta tauhid perbuatan. Jika seseorang membuka Al Quran dan ingin mengambil dan meneguhkan akidah-akidahnya dari Al Quran, maka tingkatan tauhid tertinggi itu ada di dalam Al Quran, dengan kata lain apa yang diungkapkan para pembesar terdapat dalam Al Quran.

Mulla Sadra Ra di awal kitab al Asfar mengatakan, “Beberapa lama aku mengkaji maktab peripatetik dan menjadi ahli dalam filsafat peripatetik (hikmah al Masysyai), namun aku merasakannya gelap. Beberapa lama aku mempelajari maktab iluminasi dan menjadi ahli dalam filsafat iluminasi (hikmah al isyraq) tetapi aku melihatnya berbahaya. Aku menghampiri dan menyentuh Al Quran dan Ahlul Bait As dan aku melihat diriku tenang. Olehnya itu, di banyak tempat ketika Mulla Sadra mengurai pembahasan-pembahasan filosofis sangat tinggi seperti gerak substansi, setelah pembahasan rumit-filosofis, terdapat satu kalimat di mana beliau berkata,

“و هذا المطلب الشریف الغامض اللطیف مما وجدوه و حصلوه بالکشف و الشهود عقیب ریاضاتهم و خلواتهم

و هو مما اقمنا علیه البرهان مطابقاً لکشف والوجدان”;

pembahasan rumit, mulia dan halus ini adalah termasuk sesuatu yang ditemukan dan dijangkau mereka melalui penyingkapan dan syuhud setelah melewati khalwat dan riyadah, dan termasuk di antara sesuatu yang kita bangunkan argumen (burhan) atasnya sesuai dengan kasyaf dan pengetahuan huduri; mengamalkan Al Quran telah menyampaikanku di sini, berdasarkan akidah yang kupegang aku membangun argumentasi, yakni argumen-argumen yang telah aku buat adalah untuk anda dan bukan untuk diriku, aku telah sampai pada tingkatan yakin (percaya). Secara keilmuan, aku telah sampai pada maqam (kedudukan) ilmul yaqin, ‘ainul yaqin serta haqqul yaqin melalui pengamalan terhadap Al Quran dan mengikuti Ahlul Bait As, namun aku ahli pula dalam filsafat peripatetik dan iluminasi. Olehnya itu, aku pun dapat berargumentasi untuk anda. Dengan demikian, Al Quran dari aspek tauhid sangatlah tinggi dan layak dan setiap yang tidak berilmu dapat memahaminya. Misalnya, Mulla Sadra mengajukan 40 dalil guna membuktikan wujud Tuhan namun Mulla Sadra sendiri mengakui jika dalil-dalil yang terdapat dalam Al Quran lebih cukup dan layak dari 40 dalil pembuktian filosofosnya. Al Quran mempunyai dalil tentang kenabian yang sangat bagus dan layak dan telah banyak buku-buku yang ditulis dengan tema kenabian, namun jika buku-buku tersebut bersandar pada Al Quran dan Ahlul Bait As maka di saat itu akan menjadi sangat layak dan bagus, tetapi jika dibuat sendiri tetap baik dan akan membuktikan kenabian (nubuwwah), namun bukan apa yang dibuktikan Al Quran.

Al Quran sangat luar biasa berbicara tentang kenabian baik itu berkenaan dengan kenabian umum (nubuwwah ‘am) maupun kenabian khusus (nubuwwah khas). Al Quran sangat teliti dan akurat dalam berbicara tentang hakekat dan kemu’jizatan Al Quran dan metode inferensi (istidlal) Al Quran berbeda dengan inferensi-inferensi ilmu kalam. Al Quran sangat bagus menjelaskan tentang imamah, olehnya itu Syiah begitu mumpuni membahas tentang wilayah dan cukup banyak upaya dan usaha yang telah dilakukan dalam ranah ini; Penulis kitab ‘Abaqat sangat baik membahas tentang wilayah Ali bin Abi Thalib As beserta keturunannya As dalam kurang lebih 40 jilid buku yang menjadi salah satu kebanggaan Syiah; Ihqaq al Haq dalam 30-40 jilid yang berkaitan tentang wilayah; namun beliau kemudian dibunuh. Cukup banyak kitab-kitab ringkas tentang wilayah yang telah ditulis oleh para ulama dan pembesar, baik untuk kalangan awam maupun yang menengah dan penuh ketelitian, yakni minimalnya lebih dari 1000 jilid kitab tentang imamah. Namun semua mengakui bahwa imamah yang dibuktikan Al Quran adalah bukan imamah yang kita buktikan. Kita berbicara dengan inferensi (istidlal).

Kita spesialis dalam ilmu teologi dan kita berbicara tentang imamah dan ilmu kalam. Namun Al Quran adalah cahaya, menciptakan wilayah dikedalaman jiwa kita dengan berperantarakan cahaya dan bermanifestasi dan wilayah Al Quran sangat banyak, seukuran dimana sebagian orang bahkan dari kalangan Ahlussunnah mengakui bahwa sepertiga Al Quran berkaitan tentang wilayah. Ahlul Bait As mempunyai wilayah. Riwayat-riwayat Ahlul Bait As adalah berkaitan tentang wilayah. Pada akhirnya Al Quran sangat memperhatikan tentang ma’ad (eskatologi) dan tak ada sesuatu dalam Al Quran yang mempunyai ayat sejumlah ini. 1400 ayat dalam Al Quran berkaitan dengan eskatologi dan kebanyakan dari ayat-ayat ini adalah tentang ma’ad jasmani yaitu kiamat yang diajarkan pula oleh ayah ibu kita. Imam Khomeini Ra mengatakan, “Kiamat yang diucapkan nenek tua itu pula yang dikatakan Mulla Sadra dan kiamat yang dijelaskan Mulla Sadra dalam gerak substansi, telah dijelaskan Al Quran dan Ahlul Bait As kepada kita dengan begitu baik dan lugas. Banyak pula yang berkaitan dengan ushuluddin dan furuuddin. Di katakan bahwa penulis ‘Aqabat bertahun-tahun di India dan penulis Ihqaq al Haq, menghabiskan umur mereka untuk wilayah. Apa tidak sepantasnya kita menggunakan sejam dalam sehari semalam untuk mengkaji ushuluddin dan Al Quran? Bahwa Al Quran merupakan kitab amalan bukan hanya dalam bentuk pertama, melainkan di samping bentuk pertama yang membuat kita bertakwa dan mengikat diri pada lahiriah syariat, sangatlah penting memperhatikan ushuluddin dan Al Quran serta pengamalan atas akidah-akidah Al Quran serta pengamalan atas metode inferensi-inferensi Al Quran dan sangat perlu bagi semua khususnya para pemuda, minimalnya satu jam dalam sehari semalam, untuk mengkaji tentang ushuluddin dalam perspektif Al Quran.

Referensi:

1] Qs. Al-Jum’ah: 2

2] Qs. Al-Baqarah: 25

3] Qs. Al-Baqarah: 25

4] Qs. Al-Baqarah: 25

5] Qs. Al-Ra’ad: 29

6] Wasail al-Syiah, jld. 27, hlm. 34

7] Qs. Al-Syams: 9 dan 10

8] Qs. Al-Syams: 9 dan 10