Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Ibadah Qurban; Melepaskan Kepemilikan & Keterikatan Terhadap Dunia (1)

0 Pendapat 00.0 / 5

Setiap tahun, umat Islam di seluruh dunia memperingati Hari Raya Idul-Adha dengan melaksanakan ibadah qurban menyembelih hewan ternak sebagai bentuk pengabdian kepada Allah SWT. Namun, lebih dari sekadar ritual penyembelihan, ibadah qurban menyimpan pelajaran spiritual yang sangat dalam. Ibadah qurban diambil dari peristiwa perintah penyembelihan Nabi Ismail as oleh ayahnya, Nabi Ibrahim as.


فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!”. Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar. (Q.S. al-Shaffat [37]: 102)

Allah SWT tidaklah memberikan perintah yang membahayakan manusia. Dia memerintahkan Nabi Ibrahim as untuk menyembelih putranya dalam rangka menguji kepatuhan dan kecintaan Nabi Ibrahim as kepada-Nya. Nabi Ibrahim as setelah sekian lama menanti kehadiran seorang anak, namun ketika anak yang ditunggu-tunggu tersebut tumbuh dewasa, kemudian Allah SWT memerinthakan untuk menyembelihnya. Di sinilah kepatuhan dan cinta Nabi Ibrahim as tengah diuji, apakah akan patuh atas perintah Tuhannya dan lebih mencintai-Nya, ataukah lebih mencintai putranya? Apakah menganggap putranya sebagai miliknya, ataukah sebagai amanah dan titipan-Nya sehingga cinta kepada putra-Nya tidak akan mengalahkan cinta kepada Tuhannya..

Qurban dan Makna Kepemilikan

Hewan qurban yang disembelih bukanlah sesuatu yang sepele. Ia dibeli dengan harta yang sah, hasil jerih payah, bahkan terkadang menjadi hewan peliharaan yang dicintai. Namun, dalam qurban, semua itu dikorbankan bukan karena tidak berharga, tapi justru karena yang berharga itulah yang paling tepat untuk diuji keikhlasannya.

Allah SWT berfirman:

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتّٰى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَۗ وَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ شَيْءٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيْمٌ

“Kamu sekali-kali tidak akan sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.”
(QS. Ali Imran: 92)

Melalui qurban, seorang muslim belajar bahwa segala sesuatu yang dimilikinya bukan miliknya sepenuhnya, melainkan titipan Allah SWT yang bisa diminta kapan saja. Harta, tahta, keluarga adalah titipan yang kapan saja harus siap akan diambil. Ini adalah latihan spiritual untuk tidak terlalu melekat pada dunia. Segala yang ada di sisi kita dan semua yang kita miliki adalah titipan yang sewaktu-waktu akan diambil oleh pemilik sejatinya, inna lillahi wa inna ilaihi rajiun; semua berasal dari Allah SWT dan akan Kembali kepada-Nya.

Bersambung...