TAHU ADALAH KEBUTUHAN SUPER PRIMER
Tahu dalam judul di atas bukan makanan wajib saudara misan tempe yang dianggap sebagai bagian dari kebutuhan primer tapi tahu yang berarti pengetahuan.
Beberapa menit lalu terpeleset. Karena menahan posisi tubuh, tangan dan kaki saya luka memar. Ternyata lantai basah berlumut menurun dan bagian bawah sandal tipis. Musibah kecil ini menginspirasi saya untuk mengulas ketidaktahuah, kenir-tahuan (kebodohan).
Sumber tunggal malapetaka dan semua yang mestinya dihindari oleh manusia adalah ketidaktahuah alias kebodohan.
Kegagalan adalah buah ketidaktahuan bahwa apa yang dilakukan tidak membuahkan hasil yang diharapkan. Kerugian adalah akibat ketidaktahuan bahwa apa yang dilakukan menghilangkan apa yang telah dimililknua. Kejatuhan adalah akibat ketidaktahuan bahwa tindakannya mengakibatkan kejatuhan. Karena itu pengetahuan merupakan kebutuhan utama manusia.
Pengetahuan dalam konteks ini lebih luas dari pengetahuah akademik. Ia mencakup semua konsep valid. Subjeknya juga tak hanya sains dan agama, tapi konsep apapun yang logis.
Pengetahuan adalah proses di mana realitas "tersingkap" bagi subjek (manusia) melalui dua uji utama:
1. "koherensi". Korespondensi berarti pengetahuan harus sesuai dengan fakta di dunia nyata. Misalnya, saat kita tahu "hujan terjadi karena penguapan air", pernyataan ini benar jika kita melihat air menguap, membentuk awan, lalu turun sebagai hujan.
2. Koherensi. berarti pengetahuan harus logis dan konsisten dengan sistem pemahaman yang ada. Contoh: Jika kita bilang "manusia bisa hidup tanpa oksigen", ini tidak koheren dengan pengetahuan biologi yang sudah valid.
Dengan kata lain, pengetahuan bukan sekadar "percaya", tapi pengakuan diri atas kebenaran yang terhubung dengan realitas objektif dan logika subjektif. Seperti saat kita mengenali wajah seseorang di keramaian: otak memadukan data visual (korespondensi) dengan ingatan (koherensi) untuk sampai pada kesimpulan, "Itu si A!".
Pengetahuan adalah data mentah yang diubah menjadi "makanan bernutrisi" bagi pikiran melalui proses:
1. Akal sebagai Alat. Akal bertugas mengolah data mentah (misalnya: "tanah retak, daun layu, sungai kering") menjadi kesimpulan ("kemarau panjang"). Tanpa akal, data hanya jadi tumpukan informasi tak bermakna.
2. Logika sebagai Pedoman. Logika adalah "buku manual" yang memastikan pengolahan data tidak asal-asalan. Contoh:
- Syllogisme:
- Premis 1: Semua makhluk hidup butuh air.
- Premis 2: Tanaman adalah makhluk hidup.
- Kesimpulan: Tanaman butuh air.
Dengan memahami ini, kita sadar bahwa pengetahuan adalah jembatan antara manusia dan realitas— dibangun dari fondasi kebenaran, disusun dengan batu bata logika, dan diuji oleh waktu.
Andai saya mengetahui bagian bawah sandal yang saya pakai sudah rata, bahwa lantai paving yang basah itu berlumut dan saya tidak keburu menyapa dengan salam tuan rumah dan memperhatikan langkah kaki, peristiwa terpeleset itu tak terjadi. Akibat ketidaktahuan akumulatif itu, saya terdorong untuk menulis tentang ketidaktahuan.