Misteri Syahid Hari ‘Arafah (2)
Muslim bin Aqil ra adalah syahid pertama di Karbala. Di samping sebagai sahabat, ia juga termasuk keluarga Imam al-Husain as. Tentang dirinya, Imam Ali pernah bertanya kepada Rasulullah, “Apakah engkau mencintai Aqil?” Rasulullah menjawab, “Ya. Aku mencintainya karena dua hal: pertama, karena aku mencintai Abu Thalib; dan kedua, karena Muslim putra Aqil akan terbunuh dalam kecintaannya kepada putramu, Al-Husain. Air mata orang beriman akan mengalir untuk Muslim dan para malaikat mengucapkan salam untuknya.”
Kemudian Rasulullah saw bersabda, “Aku mengadukan kepada Allah Swt tentang berbagai musibah yang akan menimpa keluargaku sepeninggalku.” Rasulullah menangis tersedu-sedu sampai air matanya menetes ke dadanya.
Derajat Muslim tak terukur. Ia dididik oleh pamannya, Imam Ali bin Abi Thalib as. Berkenaan dengannya, Imam al-Husain as, dalam suratnya kepada penduduk Kufah, berkata, “Aku mengirim ke hadapanmu saudara sepupuku yang aku percayai.”41 Dari pernyataan Imam al-Husain ini, dapat disimpulkan bahwa derajat Muslim mendekati derajat manusia suci.42
Dalam riwayat lain, disebutkan bahwa menangis untuk Muslim bin Aqil termasuk perintah agama. Ini karena Rasulullah menangis untuknya ketika ditanya oleh Imam Ali as tentang Muslim bin Aqil. Penduduk langit juga menangisinya.
Muslim bin Aqil, dengan seluruh keagungannya, adalah seorang wali Allah yang betul-betul telah mencapai derajat wali karena cintanya kepada Imam al-Husain as. Ia memiliki pancaran keberkahan dan kemampuan insani yang sangat besar. Ketika ia diutus oleh Imam al- Husain as, ia sudah berhasil mengambil baiat dari 18 ribu orang untuk Imam al-Husain as. Ini berarti dia sangat cakap. Ubaidillah bin Ziyad pun terpaksa harus mendatangi Kufah lalu mengumpulkan para pemimpin di sana dan mengancam orang-orang yang sudah berbaiat kepada Muslim, sehingga mereka membatallan baiat mereka. Kemudian anggota-anggota pasukan Muslim ini menghilang satu demi satu.
Bersambung...