Mubahalah, Bukti Kebenaran Islam (2)
Abu Haritsah, Uskup Agung Najran datang bersama rombongan dan berkata, "Engkau bersama siapa saja yang ingin melakukan Mubahalah dengan kami? Nabi Muhammad Saw menjawab, "Saya bersama manusia terbaik di muka bumi dan di sisi Allah. Karena aku diperintahkan oleh Allah untuk membawa mereka besertaku." Nabi kemudian mengisyaratkan keluarganya yang bersamanya.
Sayid, ‘Aqib dan Abu Haritsah saat melihat Nabi dan rombongan yang menyertainya langsung merasa ketakutan dan wajah mereka langsung pucat. Abu Harits yang punya kecenderungan kepada Islam memanfaatkan kesempatan itu dengan memegang tangan Sayid dan ‘Aqib dan menasihati mereka akan akibat dari Mubahalah. Ia mengatakan, "Kalian telah membaca sifatnya dan keluarganya di buku-buku. Muhammad adalah Nabi. Apakah kalian tidak melihat awan hitam, perubahan sinar matahari, pohon yang tunduk, suara ayam dan asap hitam yang berada di sekitar gunung serta dampak gempa yang terlihat dari sana? Mereka sedang menanti untuk berdoa. Demi Allah, bila mereka membuka mulutnya, maka tidak ada lagi sisa dari kita. Pergilah, dan berdamai dengannya."
Mereka kemudian memutuskan untuk mengutus Abu Haritsah kepada Rasulullah Saw. Begitu sampai kepada Nabi, Abu Haritsah mengucapkan syahadat dan memeluk Islam. Setelah itu, kepada Rasulullah ia berkata, "Warga Najran telah menyesal." Nabi berkata, "Mereka harus memeluk Islam!" Abu Haritsah menjawab, "Mereka tidak mau." "Kalau begitu mereka harus siap berperang," tandas Nabi. Abu Haritsah kemudian menjawab, "Mereka tidak mempunyai kekuatan untuk berperang. Tapi mereka siap memberikan jizyah."
Nabi kemudian memanggil Imam Ali as dan berkata, "Sampaikan kepada mereka syarat-syarat orang Ahli Dzimmah dan berapa yang harus mereka bayar." Setelah menentukan jumlah jizyah yang harus dibayarkan oleh rakyat Najran, Imam Ali as membawa mereka kembali kepada Rasulullah Saw. Setelah itu, Rasul berkata, "Bila kalian bersedia melakukan Mubahalah dengan saya dan Ahlul Bait-ku, maka wajah kalian akan diubah menjadi kera dan babi. Lembah ini kemudian akan menjadi api yang membakar kalian. Setelah itu, tidak lebih dari setahun seluruh pengikut Kristen akan lenyap dari muka bumi."
Pada Hari Mubahalah juga terjadi peristiwa luar biasa. Karena itu Imam Ali as tengah melakukan shalat di Masjid Nabawi. Ketika tengah melakukan rukuk, seorang peminta-minta menengadahkan tangannya kepada beliau. Imam Ali as langsung menjulurkan tangannya sebagai isyarat agar peminta-minta itu mengambil cincin yang ada di jarinya sebagai sedekah. Menyusul perilaku itu, Allah Swt menurunkan ayat al-Quran surat al-Maidah ayat 55.
Allah Swt berfirman yang artinya, "Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah)."
Ketika ada yang bertanya kepadanya tentang makna ayat ini, Imam Ali as menjawab dengan mengutip surat an-Nahl ayat 83, "Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya." Imam berkata, "Ketika turun ayat 55 surat al-Maidah, sebagian sahabat Nabi berkumpul di masjid Nabawi. Sebagian dari mereka berkata, "Apa yang kalian katakan tentang ayat ini?" Sebagian lain menjawab, "Bila kita mengingkari ayat ini, maka kita harus mengingkari banyak ayat yang lain. Tapi bila kita mengimani ayat ini dan menerimanya, maka kita menjadi sangat terhina. Oleh karenanya, kita tampakkan saja bahwa kita mencintainya, tapi kita membangkang apa yang diperintahkannya." Setelah itu Allah menurunkan ayat an-Nahl ayat 83.