Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Keagungan Ahlul Bait pada saat Mubahalah (1)

0 Pendapat 00.0 / 5

Para pemeluk agama lain dan pemimpin politik dan tokoh

aliran kepercayaanmenaruh perhatian khusus kepada Islam

dan kaum Muslim pasca penaklukan kota Mekkah pada tahun

kedelapan Hijriah dan setelah Islam menyebar luas di

Jazirah Arab. Mereka juga mulai memfokuskan

perhatiannya ke kota Madinah sebagai pusat pemerintahan

Islam. Penaklukan Mekkah telah membuka ruang untuk

penyebaran agama Islam ke berbagai penjuru wilayah

Hijaz dan bahkan ke negara-negara lain. Rasulullah Saw

memanfaatkan kesempatan itu dengan baik dan melayangkan

beberapa pucuk surat serta mengutus para wakilnya untuk

menemui pemimpin negara-negara lain.

 

Rasulullah Saw menyeru mereka untuk memeluk Islam atau

secara resmi mengakui pemerintahan Islam dan mematuhi

aturan-aturannya.Banyak tokoh tertarik untuk berangkat

ke Madinah guna melihat dari dekat pusat pemerintahan

Islam dan bertemu dengan pemimpin kaum Muslim. Sejak

tahun kesembilan Hijriah, para delegasi dan suku-suku

Arab dari berbagai daerah berbondong-bondong datang ke

Madinah untuk menemui Rasulullah Saw. Delegasi kaum

Nasrani Najran juga bertolak ke Madinah setelah

menerima sepucuk surat dari Nabi Muhammad Saw. Uskup

Agung Najran kemudian membentuk sebuah dewan untuk

membicarakan perkara tersebut.

 

Dalam pertemuan itu, salah satu pembesar Nasrani yang

terkenal pintar dan bijak berkata,“Kita berkali-kali

mendengar dari para ulama kita bahwa suatu hari posisi

kenabian akan berpindah dari garis keturunan Ishak

kepada anak-anak Ismail dan ada kemungkinan kalau

Muhammad merupakan salah satu dari keturunan Ismail,

yaitu nabi yang dijanjikan.” Setelah berdiskusi panjang

lebar, Dewan Ulama Nasrani kemudian memutuskan untuk

mengirim sebuah delegasi ke Madinah guna berdiskusi

dari dekat dengan Muhammad Saw dan menyelidiki

argumen-argumen kenabian akhir zaman.

 

Nasrani Najran memiliki dua pertanyaan penting dari

Rasulullah Saw. Pertama,Muhammad akan mengajak mereka

untuk memeluk ajaran apa? Dan kedua, bagaimana pendapat

Muhammad tentang Isa al-Masih? Dalam menjawab

pertanyaan pertama, Rasulullah Saw menyeru mereka untuk

menyembah Tuhan Yang Maha Esa dan mengenai pertanyaan

kedua, beliau berkata, “Isa adalah hamba yang terpilih

dan beriman kepada Allah. Ia adalah seorang manusia dan

tidak boleh dianggap sebagai anak Tuhan.” Akan tetapi,

delegasi Nasrani tetap mempertahankan konsep Trinitas

dan menyebut Isa al-Masih sebagai anak Tuhan. Menurut

mereka, Isa adalah anak Tuhan karena ia lahir tanpa

perantaraan seorang ayah.

 

Ulama Nasrani kemudian bertanya kepada Rasulullah Saw,

“Jika Isa adalah hamba dan makhluk Tuhan, lalu siapa

ayahnya? Manusia adalah makhluk dan ia wajib punya

ayah.” Pada saat itu, turunlah Malaikat Jibril as untuk

menyampaikan ayat 59 surat Ali Imran kepada Rasul Saw.

Ayat tersebut berbunyi, “Sesungguhnya misal

(penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti

(penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah,

kemudian Allah berfirman kepadanya, Jadilah (seorang

manusia), maka jadilah dia."Rasul Saw lalu menjelaskan

isi ayat tersebut kepada para pembesar Nasrani. Tetapi,

mereka tidak peduli dengan ucapan Nabi Saw dan tetap

berpegang pada keyakinannya. Mereka menyatakan tidak

puas dengan penjelasan Nabi Saw dan mengaku belum

menemukan jawaban atas pertanyaannya.

 

Bersambung