Imam Husein as Adalah Ruh Kemanusiaan (2)
Namun selang beberapa waktu kemudian, para pecinta Imam Husein as kembali membangun makam manusia suci itu berduyun-duyun datang berziarah ke sana. Karbala kembali menjadi tempat lalu-lalang manusia-manusia merdeka. Karbala laksana lingkaran berkilau, yang dipadati oleh para pecinta dan pengikut Imam Husein as.
Salah seorang ulama yang sedang menyampaikan ceramahnya di komplek makam Imam Husein as berkata: "Sesungguhnya siapakah Husein? Dia adalah putra Ali dan Fatimah. Dalam revolusi abadi Imam Husein as, keberanian dan kebesaran jiwanya akan memaksa semua orang untuk memujinya. Dia bangkit bukan untuk kepentingan pribadi atau kehidupannya, tapi jiwa dan semangatnya menyatu dengan jiwa dan fitrah seluruh manusia. Sikap rendah diri, kebesaran jiwa, keadilan, ketaqwaan, dan keikhlasan Imam Husein as merupakan pancaran keindahan. Dia telah mengorbankan hidupnya demi menghidupkan cahaya iman, keadilan, dan kemerdekaan di tengah masyarakat."
Di sudut lain komplek makam Imam Husein as, seorang ulama juga berbicara tentang keadilan dan kemerdekaan. Dia berkata: "Imam Husein as adalah pewaris pribadi-pribadi agung seperti Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad Saw. Para utusan Allah Swt tidak ada tandingannya dari segi keilmuan dan kearifan. Mereka berjuang demi terciptanya ketenangan dan kedamaian di tengah masyarakat. Begitu juga dengan Imam Husein as. Dia adalah simbol manusia-manusia yang menuntut kemerdekaan dan maskot untuk melawan kekuatan-kekuatan arogan dan tiran. Dia telah melakukan sebuah gerakan besar untuk menegakkan kebenaran dan kemuliaan. Husein as adalah manifestasi kebesaran jiwa kemanusiaan."
Ustadz Syahid Murtada Mutahhari menilai revolusi Imam Husein as terletak pada kebesaran jiwanya. Beliau berkata: "Husein adalah sebuah jiwa besar dan juga sebuah jiwa suci. Pada prinsipnya, jika jiwa sudah menjadi besar, maka ia akan menghimpit raga, tapi jiwa yang kecil akan bergerak menuruti tuntutan-tuntutan raga. Ia akan mematuhi setiap perintah yang diberikan oleh raga. Imam Ali as pernah berkata kepada putranya Imam Hasan Mujtaba as: ‘Wahai anakku! Muliakanlah jiwamu dari setiap kehinaan.' Peristiwa Karbala adalah medan konfrontasi antara manusia besar dan manusia yang berjiwa besar. Pada petang hari Asyura, manusia-manusia berjiwa besar secara lahiriyah telah tiada dan manusia-manusia yang tampak besar seperti, Umar ibn Sa'ad, Ibnu Ziyad dan lain-lain, masih mengangkat kepala di Karbala. Akan tetapi manusia berjiwa besar seperti Imam Husein as, telah menciptakan sebuah peristiwa agung. Karena dia berjiwa besar dan bangkit untuk memberantas kerusakan di tengah masyarakat dan berkata: "Aku melihat kematian sebagai sebuah kebahagiaan daripada hidup bersama orang-orang yang hina."
Para peziarah Padang Karbala senantiasa dihantui pertanyaan ini. "Benarkah ini Husein yang dikatakan Rasul Saw bahwa Husein adalah dariku dan aku bagian darinya? Belum lebih dari 50 tahun sejak wafatnya Rasul Saw, mereka yang mendengar ucapan itu begitu cepat melupakannya. Mereka bahkan mengerahkan pasukan untuk memerangi cucu baginda Rasul Saw dan menciptakan tragedi terbesar dalam sejarah."
Meski demikian, Imam Husein as tetap hidup dan seruan-seruannya akan selalu disambut oleh mereka yang ingin menegakkan keadilan dan menghapus penindasan di buka bumi. Seruan Imam Husein adalah jeritan fitrah manusia dan pekikan ruh kemanusiaan.