Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Petani Lebih Tahu: Mengorbankan yang Tidak Penting dan yang Berharga demi Tujuan Hidup (2)

0 Pendapat 00.0 / 5

Landasan Al-Qur’an

Al-Qur’an memberikan pedoman yang jelas tentang pengorbanan dan fokus pada tujuan.

Pengorbanan sebagai syarat kebajikan:

“Kamu sekali-kali tidak akan memperoleh kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.” (QS. Ali Imran: 92)

Ayat ini menegaskan bahwa kebajikan sejati tidak datang dari memberi sesuatu yang mudah kita lepaskan, melainkan dari mengorbankan sesuatu yang kita cintai.

Memfokuskan pikiran dan mengabaikan godaan:

“Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, yang menuruti hawa nafsunya dan keadaannya sudah melewati batas.” (QS. Al-Kahf: 28)

Ayat ini mengingatkan kita untuk menjaga fokus dan tidak teralihkan oleh ajakan yang menyesatkan, meski terkadang ajakan itu datang dalam bentuk yang terlihat menguntungkan.

Perspektif Filsafat Barat

Menariknya, filsafat Barat juga memiliki ajaran yang sejalan dengan prinsip pengorbanan demi tujuan. Dalam teori teleologi Aristoteles, dijelaskan bahwa semua tindakan manusia memiliki tujuan akhir (telos), yaitu kebahagiaan atau eudaimonia. Untuk mencapainya, individu harus mengarahkan tindakannya hanya pada hal-hal yang mendukung tujuan tersebut, sekaligus menyingkirkan segala sesuatu yang menghambatnya. Dengan kata lain, memahami secara jelas tujuan hidup adalah kunci untuk menentukan apa yang layak dipertahankan dan apa yang sebaiknya dilepaskan.

Prinsip ini sejalan dengan ajaran Stoikisme, yang menekankan pentingnya membedakan antara hal-hal yang dapat kita kendalikan dan yang tidak. Dalam minimalisme Stoik, fokus diarahkan pada pengelolaan pikiran, tindakan, dan sikap kita sendiri, sambil melepaskan keterikatan pada hal-hal eksternal seperti opini orang lain, kekayaan materi, atau kondisi fisik yang tidak dapat diubah. Dengan sikap ini, seseorang dapat menjaga ketenangan batin dan memusatkan energi sepenuhnya pada pencapaian tujuan yang dianggap paling bermakna.

Baik dalam perspektif Aristoteles maupun Stoikisme, inti ajarannya adalah memusatkan perhatian dan tenaga pada tujuan yang ingin dicapai, sambil memaksimalkan energi yang dimiliki untuk menggapainya. Segala sesuatu yang tidak sejalan dengan tujuan—baik karena menjadi hambatan maupun karena berada di luar kendali—sebaiknya diabaikan, sehingga langkah menuju tujuan menjadi lebih terarah dan efektif.

Kesimpulan

Dari teknik pemangkasan tanaman hingga seni merangkai bunga, dari prinsip organisasi hingga teladan sejarah di Karbala, dari ayat Al-Qur’an hingga filsafat Aristoteles dan Stoikisme, kita belajar bahwa fokus pada tujuan menuntut dua jenis pengorbanan: menghapus yang tidak penting, dan melepaskan yang sangat berharga.

Seperti petani yang memangkas ranting agar buahnya sempurna, atau perangkai bunga yang membuang daun demi keindahan, kita pun harus rela memangkas bagian-bagian hidup—yang tidak relevan atau bahkan yang kita cintai—demi menyempurnakan hidup sesuai panggilan tertinggi kita.