Teriakan Minta Tolong dalam Diam: Judi Online, Pinjol, dan Kegagalan Negara Melindungi Keluarga (2)
Dalam Islam, dua hal yang menjadi akar tragedi ini, yaitu judi dan riba, adalah dosa besar yang diharamkan secara tegas. Allah telah berfirman bahwa setan menggunakan khamar dan judi untuk menimbulkan permusuhan, kebencian, serta menjauhkan manusia dari mengingat-Nya. Begitu pula riba, yang dalam Al-Qur’an disebutkan membuat manusia bagaikan orang yang kerasukan setan. Ayat-ayat ini bukan sekadar larangan, tetapi peringatan tentang dampak sosial yang nyata: hancurnya keluarga, rusaknya akal sehat, dan tercerabutnya kehidupan dari ketenangan. Ketika seorang suami tenggelam dalam judi dan utang, sesungguhnya ia tidak hanya merusak dirinya, tetapi juga menyalakan api yang menghanguskan seluruh rumah tangga.
Tragedi ibu di Bandung itu mengingatkan kita bahwa keluarga membutuhkan perlindungan berlapis. Suami wajib sadar bahwa ia adalah qawwam, pemimpin rumah tangga yang bertanggung jawab penuh melindungi istri dan anak. Tugas itu bukan hanya nafkah materi, tetapi juga menjaga dari jalan hidup yang batil. Istri pun membutuhkan ruang aman untuk mengadu, bukan tekanan tambahan. Masyarakat sekitar juga punya peran, agar tidak ada keluarga yang dibiarkan sendiri dalam kesulitan. Islam mengajarkan untuk saling menolong dalam kebaikan, bukan membiarkan tetangga tenggelam dalam keputusasaan. Sayangnya, dalam kasus ini, sang ibu seperti hidup dalam ruang sunyi yang tidak ada pintu keluar.
Namun, di balik semua ini, ada pesan yang tidak boleh dilupakan: jangan pernah putus asa dari rahmat Allah. Masalah ekonomi dan tekanan hidup bisa terasa sangat menyesakkan, tetapi bunuh diri bukanlah jalan keluar. Allah telah berfirman, “Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” Ayat ini menjadi pengingat bahwa sebesar apa pun gelombang yang menghantam, rahmat Allah selalu lebih besar. Rasulullah juga bersabda bahwa setiap kesusahan yang dialami seorang Muslim, bahkan duri yang menusuknya, bisa menjadi penghapus dosa. Artinya, penderitaan bukanlah alasan untuk menyerah, tetapi peluang untuk memperoleh ampunan dan pertolongan.
Mengakhiri hidup justru menambah luka dan membawa konsekuensi yang berat di akhirat. Hidup, betapapun pahit, adalah amanah yang harus dijalani dengan sabar. Jalan keluar mungkin tidak instan, tetapi kesabaran, doa, dan ikhtiar adalah cahaya yang menuntun keluar dari kegelapan. Tragedi ini seharusnya menjadi cambuk bagi pemerintah untuk tidak lagi abai. Judi online harus diberantas dengan serius, pinjol ilegal harus ditindak tegas, dan perlindungan masyarakat harus diperkuat. Edukasi tentang bahaya judi dan pinjol mesti digencarkan, bukan hanya wacana musiman. Negara tidak boleh terus-menerus gagal, sebab kegagalan itu berimplikasi langsung pada nyawa dan masa depan rakyat.
Kematian ibu dan dua anaknya di Bandung adalah tragedi besar yang tidak boleh hanya dikenang sebagai berita duka. Ia harus dibaca sebagai seruan agar semua pihak, mulai dari pemerintah, masyarakat, hingga setiap kepala keluarga, mengambil tanggung jawab. Jangan biarkan ada lagi teriakan minta tolong dalam diam yang berakhir pada kematian. Hidup terlalu berharga untuk dikorbankan karena judi dan utang, dan rahmat Allah selalu lebih luas daripada semua beban yang menekan.

