Kisah Keislaman Abu Dzar al-Ghifari: Pencari Kebenaran yang Tak Pernah Mundur (1)
Dalam sejarah Islam, nama Abu Dzar al-Ghifari selalu bergema sebagai simbol keberanian moral, keteguhan hati, dan ketulusan dalam mencari kebenaran. Kisah keislamannya bukan sekadar catatan biografis, melainkan sebuah perjalanan spiritual yang memperlihatkan teguhnya seorang manusia yang menolak berhenti sebelum menemukan hakikat.
Pencarian yang Tak Mengenal Lelah
Ketika Abu Dzar mendengar kabar tentang munculnya seseorang di Makkah yang mengaku membawa agama baru, hatinya langsung gelisah. Ia bukan tipe yang menerima sesuatu hanya dari cerita. Ia ingin melihat, mendengar, dan menyentuh kebenarannya sendiri.
Ia berkata kepada saudaranya,
“Pergilah ke Makkah. Amatilah orang yang mengaku Nabi itu, dengarkan kata-katanya, lalu kembalilah kepadaku.”
Saudaranya pun berangkat. Namun sesampainya di Makkah dan kembali, ia hanya berkata:
“Aku melihatnya menyeru kepada akhlak mulia, dan kata-katanya bukanlah syair.”
Jawaban itu tidak memuaskan Abu Dzar. Ia ingin sesuatu yang lebih pasti; ia menginginkan pertemuan langsung dengan pembawa risalah itu. Maka ia menyiapkan bekal secukupnya dan berangkat sendiri menuju Makkah.
Pertemuan Diam-diam dengan Ali bin Abi Thalib as
Setibanya di Makkah, Abu Dzar pergi ke Masjidil Haram. Ia sebenarnya sempat berpapasan dengan Nabi ﷺ, namun tidak dapat mendekati beliau karena situasi yang penuh pengawasan kaum Quraisy.
Malam itu ia tidur di masjid, hingga lewatlah seorang pemuda dengan wajah bercahaya—Ali bin Abi Thalib as. Abu Dzar mengikuti langkah pemuda itu, tetapi keduanya belum saling bicara. Esok malamnya kejadian itu berulang. Kali ini Ali menghampirinya dan mengajaknya ke rumahnya, tetap tanpa banyak tanya.
Barulah pada hari ketiga,Imam Ali bertanya dengan lembut:
“Apakah engkau tidak ingin menceritakan apa tujuanmu datang ke sini?”
Abu Dzar menjawab,
“Berjanjilah bahwa engkau akan membantuku.”
Imam Ali pun berjanji. Setelah itu Abu Dzar mengungkapkan niat yang selama ini ia simpan: ia datang untuk menemukan kebenaran Nabi yang baru muncul di Makkah itu.
Imam Ali berkata,
“Besok pagi, ikutlah denganku.”
Bersambung...

