50%
PERUMPAMAAN DALAM Al-QUR'AN

Perumpamaan kedelapanbelas:

Orang Kafir dan Orang Mukmin
Allah Swt berfirman dalam surat Hud ayat ke 24 sebagai berikut; "Perbandingan kedua golongan itu (orang-orang kafir dan orang-orang mukmin), seperti orang buta dan tuli dengan orang yang dapat melihat dan dapat mendengar. Adakah kedua golongan itu sama keadaan dan sifatnya? Maka tidakkah kamu mengambil pelajaran (daripada perbandingan itu)?".


Pengantar
Allah Swt membandingkan dalam perumpamana ini antara orang-orang kafir dan orang-orang mukmin. Salah satunya diumpamakan dengan buta dan tuli, dan yang lainnya dengan mendengar dan melihat. Demikian itu, karena iman dan taqwa memberi efek pendengaran dan penghilatan, sementara kekafiram, fanatisme, dan keras kepala akan menghalangi fung?s kedua anugrah ilahi ini.


Melihat kembali ayat-ayat sebelumnya
Ayat-ayat sebelumnya menjelaskan kondisi-kondisi orang mukmin dan kafir, karena itu kita harus melihat sekilas agar tafsir dan penjelasan ayat tersebut menjadi lebih jelas.


Perjalanan orang-orang kafir
Ayat ke 19 dari surat Hud menjelaskan kondisi orang-orang kafir sebagai berikut; "(yaitu) orang-orang yang menghalangi (manusia) dari jalan Allah dan menghendaki (supaya) jalan itu bengkok. Dan mereka itulah orang-orang yang tidak percaya akan adanya hari akhirat". Ayat ini menjelaskan tiga kondisi atau karakter orang kafir, yaitu;

1. Orang-orang kafir merintangi jalan Allah dan berusaha agar orang lain tidak masuk ke jalan ini.

2. Orang-orang kafir berharap dapat membengkokkan jalan kebenaran, atau ia berkeinginan menampakkan jalan kebenaran sebagai jalan bengkok, padahal jalan Allah-berdasarkan surat al-Hamd- adalah jalan yang lurus, tidak bengkok, tidak berlebihan, bahkan ia jalan yang datar dan seimbang.

3. Orang-orang kafir mengingkari ma`ad dan kehidupan setelah kematian. Hal ini nampak menjadi sebab utama kemunduran mereka. Demikian itu karena ketika mereka mengingkari ma`ad, mereka akan berusaha menunjukkan kebenaran sebagai bengkok (kesesatan) dan berusaha menghalangi orang lain sampai ke jalan ini.

Kemudian Allah Swt dalam ayat ke 22 dari surat yang sama berfirman: "Pasti mereka itu di akhirat menjadi orang-orang yang paling merugi". Yakni orang-orang kafir yang menghalangi orang lain sampai kepada jalan kebenaran dan menunjukkan jalan itu seakan-akan jalan yang bengkok, dan pada akhirnya mengingkari ma`ad, di akhirat nanti mereka adalah orang-orang yang paling merugi diantara semua orang yang merugi.


Perjalanan orang-orang mukmin
Ayat ke 23 dari surat Hud menganjurkan untuk mempelajari kelompok kedua (orang-orang mukmin). Allah Swt berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh dan merendahkan diri kepada Tuhan mereka, mereka itu adalah penghuni-penghuni syurga; mereka kekal di dalamnya". Ayat ini menjelaskan tiga karakter orang-orang mukmin sebagai berikut:

1 dan 2, beriman dan beramal shaleh. Dua karakter ini selalu disebutkan secara bersamaan dalam banyak ayat al-Qur`an, keduanya memang harus selalu bersamaan dan tidak mungkin dapat dipisah-pisahkan 134. Untuk itu seruan imam kepada orang-orang yang tidak mengamalkannya merupakan seruan hampa, dan pada hakekatnya mereka tidaklah beriman. Di sisi lain, orang-orang yang mengamalkan sendiri amal kebaikan tanpa seruan adalah orang-ornag beriman yang hakiki. Demikian itu karena mereka semua -sebagaimana kami jelaskan sebelumnya- bagaikan daun-daun dari satu pohon yang sama.

3. Karakter ketiga yang disandang orang-orang mukmin ialah akhbât yang berarti sebuah padang sahara yang luas. Kemudian dirumuskan terhadap beberapa karakter khusus manusia, dan kami di sini kami akan kemukakan tiga diantaranya;

a. Ia dipergunakan pada manusia yang memiliki ruh kerendahan hati, sebagaimana sahara yang luas terbentang bersikap rendah hati di hadapan air dan lapang dana menerimanya dan mengalirkannya ke seluruh titik sahara. Demikian juga ruh manusia yang tawadhu (rendah hati), maka ia akan mudah menerima kebenaran.

b. Kata makhbat (akhbât) sebagaimana ia diberlakukan untuk manusia yang tawadhu, ia pun diberikan kepada orang yang menyerahkan dirinya kepada Allah Swt. Yakni sebagaimana tanah yang membentang berlapang dada menerima hujan, demikian juga ruh seorang mukmin berlapang dada menerima kebenaran.

c. Kata ini diberlakukan pula kepada orang yang merasa tenang (thumaninah) dengan Allah Swt. Pada umumnya manusia ketika berjalan di padang sahara, ia akan berjalan dengan tenang tanpa rasa takut atau khawatir. Berbeda kalau ia berjalan di gunung-gunung dan lembah, langkahnya akan diserta kekhawatiran dan ketakutan. Seorang mukmin yang melangkah pada jalan penyembahan kepada Allah, maka langkahnya akan disertai ketenangan.

Atas dasar ini, orang-orang mukmin yang menyandang karakter-karakter keimanan, amal shaleh dan kerendahan hati, mereka adalah penghuni surga yang akan kekal menikmati berbagai kenikmatan di dalamnya.


Syarah dan tafsir
Allah Swt berfirman: "Perbandingan kedua golongan itu (orang-orang kafir dan orang-orang mukmin), seperti orang buta dan tuli dengan orang yang dapat melihat dan dapat mendengar". Setelah Allah Swt menjelaskan kartakteristik-karakteristik kedua kelompok pada ayat-ayat sebelumnya, di sini ayat tersebut menjelaskan karakter masing-masing dari keduanya. Dikatakan bahwa orang kafir itu seperti orang buta dan tuli, dan orang mukmin seperti orang melihat dan mendengar.

Allah Swt berfirman; "Adakah kedua golongan itu sama keadaan dan sifatnya?". Sebuah pertanyaan yang bersifat penyangkalan. Keduanya tidak akan pernah sama, orang melihat jelas bukan orang buta, orang tuli jelas bukan orang mendengar. Demikian juga orang kafir bukanlah dan tidak akan pernah sama dengan orang mukmin. Tujuan utama ayat ini ialah perenungan dan pembandingan antara keduanya.

Agar bisa lebih memperdalam dan menyerap efek-efek keimanan kepada Allah dan kekuasan takberhingga Tuhan semesat alam, kita akan melakukan pengkajian nilai penting dan peran mata dan telinga dalam tubuh seseorang.


Mata merupakan ayat-ayat Allah pangling agung
Tidaklah diragukan lagi kalau mata merupakan tanda-tanda Allah Swt paling agung, bahkan bisa dikatakan termasuk tanda-tanda Allah paling menakjubkan yang dianugrahkan untuk membantu kita. Mata merupakan sebuah struktur yang sangat kompleks sekali, dan yang paling menakjubkan darinya, ia merupakan struktur yang terbentuk dari berbagai komponen sangat sederhana. Ia terbentuk oleh sejumlah otot dan lemak serta cairan-cairan sederhana. Hal ini cukup kiranya membantu menyingkap kekuasaan Allah Swt. Ia Maha Kuasa menciptakan struktur dan media sangat komplek dari bahan-bahan sangat sederhana.

Mata memiliki empat tingkatan istimewa dan terprinci. Masing-masing darinya berperan indevenden secara sempurna yang semuanya telah tersusun secara sangat lembut. Demikian juga Allah Swt telah menjadikan pada setiap tingkatan ini tugas-tugas khusus yang akan dijalaninya.

Tidaklah mungkin ditemukan di dunia kamera ada sebuah kamera poto otomatis seperti dilakukan oleh mata. Dalam oprasionalnya ia bekerja tanpa membutuhkan pengontrol. Secara otomais ia mengatur dirinya sendiri untuk mengambil gambar jarak jauh atau dekat dalam tempo waktu yang sesingkat mungkin, sementara untuk mengambil gambar pada jarak jauh kamera poto membutuhkan waktu pengaturan yang relatif cukup lama. Apabila kita ingin mengambil gambar sensitif atau ngjelimet, mungkin kita akan membutuhkan waktu satu jam untuk pengaturannya.

Demikian juga terkait dengan pengaturan cahaya. Apabila kita -misalnya-berada di tempat-tempat terang, lalu listrik dimatikan sehingga berubah menjadi gelap, maka pupil mata akan melebar dengan sendirinya agar penglihatannya bisa menyingkap dan menjangkau sasarannya. Dalam mata pun terdapat sejumlah otot yang mampu bergerak ke enam arah; ke kanan, kiri, belakang, depan, atas, dan bawah.

Di antara keajaiban lain pada mata ialah cairan yang disebut air mata. Air mata merupakan makanan bagi mata, sebagimana juga berperan mencuci dan membercihkannya dari segala macam kotoran yang menempelinya. Masih termasuk keistimewaan mata ialah ia mengatur sendiri problem-problem dan kekurangan yang dihadapinya.

Apakah di sana ada cipaan dari berbagai ciptaan manusia yang memiliki segala keistimewaan ini? Kita akan berpendapat dan menyimpulkan bahwa cukuplah dengan mata ini untuk menetapkan kalau di sana ada Sang Pencipta. Bagaimana mungkin bisa dibenarkan bahwa alam yang serba kekurangan ini dapat mencipta produk agung seperti ini?


Telinga adalah ayat Allah lainnya
Meskipun struktur telinga tidak dapat dikiaskan kepada struktur mata pada derajat yang sama dari sisi kondisi dan kerumitannya, hanya saja ia sama-sama menjelaskan kekuasaan Allah Swt. Sesungguhnya telinga tersusun dari bagian luar, dalam dan tengah. Masing-masing bagian tersebut berada pada posisi tersendiri dan menjalani tugas-tugasnya sendiri secara khusus dan indevenden. Di sana terdapat satu tulang yang cara kerjanya sama seperti raket atau bet. Di sana sebgaimana pada raket terdapat gendrang telinga yang akan bergetar dengan pukulan-pukulan suara. Selanjutnya getaran-getaran ini akan ditransfer ke ke otak melalui perantara sejumlah urat saraf, dan di sana ia ditafsirkan maknanya. Yang menakjubkan juga di sini, telingan dapat menentukan arah sebuah suara.

Sesungguhnya mata dan telinga merupakan dua anugrah ilahi yang Allah berikan kepada kita. Keduanya sangat menakjubkan dengan kemampuannya mencatat berbagai macam informasi dan data. Masing-masing dari keduanya dari sisi ilmu kedokteran memiliki berbagai keistimewaan, bahkan pada mata sendiri terkandung berbagai macam keistimewaan.


Mata dan telinga merupakan media penting pengetahuan
Di antara media terpenting memperoleh pengetahuan (makrifat) adalah mata dan telinga. Ketika manusia lahir, ia kosong dari pengetahuan apa pun. "Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur". Seseorang baru bisa memperoleh pengetahuan ketika alat pendengaran dan penglihatan mulai berfungsi.

Pengetahuan-pengetahuan experimental diperoleh manusia memalui media indra penglihatan. Setelah melihat dengan matanya seseorang dapat memperoleh berbagai macam kesimpulan pengetahuan. Penglihatannya inilah yang mengantarkannya kepada berbagai informasi ke dalam otaknya. Adapun ilmu-ilmu tekstual (naqli) -terutama ilmu-ilmu yang berasal dari wahyu Allah-, ia sampai kepada manusia melalui media pendengaran (telinga). Secara pasti ilmu-ilmu rasional pada dasarnya bergantung pada ilmu-ilmu indrawi (empirik). Yakni apapun yang tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah dilihat oleh mata, akal pun tidak mungkin bisa menangkapnya. Demikian itu karena asas-asas pengetahuan rasional adalah hasil dari proses penurunan dan generalisasi hasil-hasil pengindraaan. Untuk itu, apabila di sana ada seorang manusia dewasa yang tuli dan buta -ia pun menjadi bisu- standar pemahamannya akan terlihat pada standar pemahaman anak usia lima tahun, termasuk akan diketahui jika ia memiliki standar kecerdasan seperti kecerdasan Ibn Sina. Demikianlah manusia jika kehilangan fungsi keduanya pada usia ini, berarti ia kehilangan dua pondasi dasar di antara perangkat-perangkat pengetahuan rasional; penglihatan dan pendengaran.


Seorang kafir kehilangan perangkat-perangkat pengetahuan
Berdasarkan ayat tersebut, seorang kafir adalah orang yang tuli dan buta. Artinya ia tidak memiliki perangkat pengetahuan, atau perangkat-perangkat ini hilang darinya sehingga ia tidak dapat mengetahui apapun dari cahaya keimanan. Adapun seorang mukmin -dengan cahaya keimanannya- dapat menggunakan indera pendengaran dan penglihatan secara maksimal sebagai media mendapatkan pengetahuan.


Kenapa seorang kafir buta dan tuli
Sesungguhnya karakter yang dipakai dalam ayat tersebut menunjukkan bahwa kebutaan dan ketulian disebabkan oleh kekufuran seseorang yang membuatnya kehilangan keduanya. Allah Swt berfirman; "Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat" .135

Sesungguhnya sikap keras kepala dan tidak mau tunduk kepada Allah Swt serta sufat-sifat rendahan lainnya menyebabkan hilangnya kemampuan orang-orang kafir memahami kebenaran.

Imam as-Sajjad a.s berkata dalam do`a irfani Abu Hamzah Ats-Tsamâlî; "Sesungguhnya kamu tidak akan terhalang dari Penciptamu kecuali oleh amal-amalmu".

Atas dasar do`a ini, sesungguhnya amalan-amalan buruk seseorang adalah penghalang yang akan menghalainya dari Allah. Dalam redaksi lain kata amal diganti dengan harapan-haraman (âmâl) sehingga berarti bahwa harapan-harapan akan menghalangi seseorang dari berbagai hakikat dan pengetahuan-pengetahuan ilahiyah.

Ketika keimanan nampak pada seseorang, maka berbagai penghalang seperti kesombongan, ego, dan kebodohan akan hilang sehingga setelah itu segala sesuatu akan nampak jelas baginya. Demikian itu seperti digegaskan oleh firman-Nya Swt dalam surat al-Baqarah ayat ke 257: "Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya".


Bagaimana cara menghilangkan hijab?
Bagaimana kita dapat memiliki mata dan telinga qur`ai? Bagaiamna kita dapat memiliki mata yang dapat melihat sebuah hakikat? Berdasarkan pesan ayat tersebut, hijab-hijab akan hilang jika kita menghilangkan dari diri kita hijab kebodohan, panatisme, dan keras kepala sehingga kita dapat melihat apa yang dilihat para wali Allah.


Kita harus menjadi orang mukmin
Sebelumnya kami telah sebutkan tanda-tanda orang mukmin dalam berbagai riwayat Ahlul Bayt a.s. dan untuk lebih memperjelas lagi kami di sini akan sebutkan dua contoh;

1. Rosulullah Saw bersabda: "Tidaklah beriman seorang hamba sehingga ia mencintai orang lain sebagimana ia mencintai dirinya".136

2. Dalam riwayat lain disebutkan Imam Ash-Shadiq a.s berkata: "Sesungguhnya diantara hakikat iman ialah kamu mengikuti kebenaran....." .137

Berdasarkan riwayat ini, sesungguhnya hakikat dan kejujuran adalah tanda diantara tanda-tanda seorang mukmin. Ia harus berlaku dalam berbagi sisi kehidupan, termasuk para peraktisi politik di sebuah negara. Mereka harus menjalani berbagai aktivitasnya dalam berpartai dan berkoalisi politik berdasarkan hakikat, kejujuran dan menjauhi bohong. Apabila mereka sampai pada sebuah tahap dimana mereka lebih memilih yang tidak baik dari yang baik didalamnya.
Demikian itu karena mereka tidak memahami hakikat iman, dan adapun klaim mereka terhadap keimanan adalah kebohongan belaka, tidak lebih.
Ya Allah, berilah seruluruh kaum muslimin keimanan yang sempurna.