PERUMPAMAAN DALAM Al-QUR'AN
Prakata
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Tuhan Pengatur alam semesta. Shalawat dan salam sejahtera semoga senantiasa tercurah kepada seluruh nabi dan utusan-Nya, terutama nabi terakhir yang paling mulia. Dan juga kepada keluarganya yang suci, maksum dan manusai pilihan-Nya.
Rasulullah Saw, di dalam "khutbah Sya'baniyah" nya yang terkenal, menilai bahwa bulan Ramadhan merupakan bulan ampunan dan keberkahan 1 . Bulan itu adalah bulan rahmat, karena seluruh amal perbuatan rutinitas manusia, seperti tidur dan bernafas mendapat ganjaran pahala ibadah, terlebih lagi ibadah itu sendiri.
Bulan itu adalah bulan ampunan dan pemberian maaf. Karena pada bulan itu, lautan kasih sayang Ilahi dan pemberian maaf-Nya melimpah ruah. Pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, sementara setan-setan dibelenggu dengan rantai. Setiap malam -sebagaimana tersebut di dalam riwayat- Allah mengampuni tujuh puluh ribu orang, dan pada malam qadar Dia mengampuni sejumlah orang-orang yang diampuni selama satu bulan kecuali orang-orang yang menyimpan kemarahan dan mengadakan permusuhan terhadap saudara-saudara seagama mereka. Dosa-dosa mereka tidak akan diampuni sebelum mereka berdamai.2
Bulan itu adalah bulan penuh keberkahan. Karena pada bulan itu berbagai macam kenikmatan, karunia, baik yang berupa maknawiyah maupun Ilahiyah, diturunkan. Pada bulan itu rahmat Ilahi turun dengan deras kepada manusia. Nikmat yang paling besar adalah turunnya Al-Qur'an al-Karim yang merupakan hidangan langit yang paling besar. Sungguh beruntung orang-orang yang dapat meneguk air jernih pengetahuan darinya, sempat merenung dan bertadabbur atasnya, mengambil permata-permata dari lautan ajarannya, kebun indah hikmahnya dan nasihat-nasihatnya yang semerbak.
Sebagian Negeri Islam, khususnya Negeri Islam Iran, mengharumkan dirinya pada bulan ini dengan tabligh dan menyebarkan ma'arif Ilahiyah. Karena kaum muslimin -dengan memasuki bulan jamuan Ilahi ini- menyambut para muballigh dan para pecinta ma'arif Ilahiyah dengan senang hati. Oleh karena itu, kita saksikan pengkajian-pengkajian Al-Qur'an, bacaan, tafsir dan penjelasan ma'arifnya dan hukum-hukum syari'at serta bertawassul kepada Ahlulbait As bertebaran di setiap gang dan jalan raya.
Kajian ilmiah yang dilakukan oleh seorang marja besar; ayatullah al-Uzhma Makarim Syirazi yang membahas tafsir Al-Qur'an turut pula menyemarakkan bulan mulia tersebut. Dengan ceramah-ceramahnya, beliau menyirami para pecinta Al-Qur'an dengan air jernih ma'arif Al-Qur'an al-Karim.
Tema tafsir dalam ceramah-ceramah Ayatullah Makarim Syirazi yang disampaikan pada tahun 1418 dan 1419 H itu adalah "Perumpamaan dalam Al-Qur'an". Meskipun nampaknya tema tersebut sederhana, namun ia merupakan kajian Al-Qur'an yang paling penting dan rumit. Menyadari kokohnya tema pengkajian tersebut, indahnya penjelasan yang disampaikan oleh mufassir yang mulia ini dan padatnya pembahasan-pembahasan yang terkandung di dalam ceramah-ceramahnya, maka dengan segera saya mengumpulkan, menyusun dan mengaturnya serta menerbitkannya setelah mohon izin terlebih dahulu dari beliau. Jadi buku yang kini ada di hadapan anda adalah kumpulan ceramah-ceramah beliau yang telah disusun dan ditata dengan rapih untuk dihidangkan kepada para pecinta ma'arif Ilahiyah dan Qur'aniyah.
Beberapa Poin yang Perlu diperhatikan :
1. Barangkali ada pembaca yang menduga bahwa ayat-ayat "Perumpamaan-perumpamaan Al-Qur'an" ini telah dijelaskan dengan luas di dalam tafsir "Al-Amtsal". Ya, betul. Tetapi dengan mengkaji buku ini akan kita ketahui bahwa Ustazd yang mulia di dalam ceramah-ceramahnya itu telah sampai kepada hakikat-hakikat yang baru, indah dan sangat bermanfaat yang belum pernah beliau singgung di dalam tafsir "Al-Amtsal". Meskipun kitab itu memiliki berbagai kelebihan dan keistimewaan, namun kita tetap perlu mengkaji pembahasan yang disusun di dalam buku ini.
2. Ustadz Ayatullah al-Uzhma Makarim Syirazi pernah berkata bahwa ada sebagian orang yang memprotesnya ketika beliau mulai menulis tafsir "Al-Amtsal". Orang itu mengatakan bahwa kehadiran kitab tafsir "Majmaul Bayan" sudah mencukupi sehingga tidak perlu lagi menulis kitab tafsir yang baru. Setelah masa berlalu, barulah terungkap bahwa kaum muslimin memerlukan penulisan kitab tafsir yang baru seperti tafsir "Al-Mizan" dan "Al-Amtsal", dan perlunya mereka mengetahui hal-hal baru yang bersumber dari wahyu Ilahi. Hal itu sesuai dengan hadis mulia Rasulullah Saw: "Para ulama tidak akan puas darinya, tidak akan usang dengan seringnya dirujuk dan tidak akan habis keajaibannya"3. Dan para mufassir di setiap masa dituntut untuk mengembangkan kemampuannya, yaitu dengan cara memanfaatkan berbagai ilmu pengetahuan dan penemuan-penemuan baru mereka, sebagaimana dikatakan: "Betapa banyaknya yang ditinggalkan orang-orang terdahulu untuk generasi yang akan datang".
3. Kami mengakui terdapat kejanggalan dalam menyusun dan menata kitab ini, oleh karena itu, kami mengharapkan partisipasi para pembaca yang mulia dengan mengajukan saran-saran dan kritikan yang membangun.
Wahai Tuhan kami, hidupkan dan matikanlah kami bersama Al-Qur'an, dan giringlah kami bersamanya. Amin Ya Rabbal Alamin. Wahai Tuhan kami, terimalah amal kami ini. Sesungguhnya Engkau Mahamendengar dan mengetahui.
Hauzah Ilmiah
Abul Qasim Aliyan Nezadi
18-12-1376Sy = 11-12
Hari kelahiran Imam Ali bin Musa al-Ridha As.