16%

Dialog Ke-14

Bukti Tambahan: Nubuat Masa Depan Islam

Wilson: Dari membaca sejarah Islam, nampaknya masa depan iman yang baru dan para pengikutnya sangat meragukan pada masa-masa pewahyuan. Kesuksesan Islam setelah itu dan perkembangan jumlah para pengikutnya tidak disangka-sangka. Saya sering penasaran apakah kesuksesan yang tak disangka-sangka dan perkembangan pesat Islam telah diprediksikan oleh Nabi dan dinubuatkan oleh al-Qur'an?

Nubuat ini akan menjadi bukti yang impresif pada kebenaran ajaran Muhammad, lantaran masa depan seluruh keimanan dan para pengikutnya nampaknya sangatlah buram pada masa-masa pewahyuan.

Chirri: Kitab suci al-Qur'an mengandung nubuat yang tepat berkenaan dengan masa depan Islam dan para pengikutnya.

Salah satu nubuat tersebut bertalian dengan masa depan kaum Muslimin. Nubuat tersebut menjaminkan kepada kaum Muslimin sebuah agama masa depan yang bebas dan menjanjikan mereka sebuah negara yang kuat:

"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan suatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik." (Qs. al-Nur [24]:55)

Ketika nubuat ini diwahyukan, para pengikut Islam merupakan penduduk yang minoritas di negeri Hijaz. Ia diwahyukan, kira-kira, pada tahun kelima Hijriah tatkala ribuan kaum Muslimin, secara getir dibenci oleh penduduk Hijaz dan sebagian penduduk semenanjung Arabia. Tidak satu pun kaum Muslimin pada saat itu merasakan keamanan, juga mereka tidak mampu mempraktikkan secara bebas agama mereka. Tidak ada tanda-tanda yang mengindikasikan bahwa agama yang secara sengit dibenci, diperangi dan berjumlah kecil ini akan survive, juga masa depan dari agama ini tidak dapat diprediksikan.

Kendati demikian, nubuat ini diwahyukan dalam sebuah bentuk yang pasti dan mutlak. Banyak nubuat yang terkandung dalam ayat-ayat berikut ini yang memprediksikan kemenangan Islam dan kekalahan para musuh-musuhnya.

"Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai." (Qs. at-Taubah [9]:32, ash-Shaf [61]:8)

"Dia-lah yang telah mengutus rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai." (Qs. at-Taubah [9]:33, ash-Shaf [61]:9, al-Fath [48]:28)

Ayat pertama menubuatkan bahwa musuh-musuh Islam tidak akan berjaya memadamkan cahaya Tuhan, juga dengan serangan mereka tidak akan dapat menghalangi kemajuannya.

Tuhan membuat cahaya-Nya, Islam, sempurna, kendati musuh-musuhnya akan menentangnya dengan sengit. Mereka boleh jadi membantah, memerangi, menyerang dan memobilisasi seluruh kekuatan intelektual dan material, bertekad untuk mencerabut akar Islam, namun semua itu tidak akan mampu memadamkan cahayanya, juga tidak mampu mencegah cahaya itu menjadi penuh.

Kedua ayat di atas secara pasti dan mutlak menubuatkan kemenangan Islam atas musuh-musuhnya. Ketika nubuat ini diwahyukan, komunitas kecil Muslimin sedang membela diri melawan kaum Musyrikin dan elemen-elemen lain yang memusuhinya di negeri Arab. Setelah itu, mereka harus mempertahankan diri melawan emperium Persia dan Byzantium.

Masing-masing kekuatan ini sangat tidak dapat dibandingkan dari sisi kekuatan dan kekayaan dengan kekuatan kaum Muslimin. Emperium Persia dan Byzantium merupakan kekuatan adikuasa di dunia ketika itu. Untuk mengalahkan mereka keduanya adalah sebanding dengan menaklukkan seluruh kekuatan adikuasa di dunia dan akan menjadi kekuatan superior dunia. Hal ini memenuhi secara lengkap makna nubuat, namun hal ini nampaknya mustahil. Kita senantiasa menyaksikan kekalahan lasykar yang relativ lemah dan tunggal ketika dipaksa untuk berperang lebih dari satu medan peperangan. Hal ini menjadi jelas tatkala kita mengingat tentara Jerman yang kuat dikalahkan sebanyak dua kali pada abad keduapuluh, hanya karena diperangi oleh negara-negara sekutu yang lebih kuat pada lebih dari satu medan pertempuran.

Hal ini boleh menjadi perisitwa militer yang paling hebat, dimana masyarakat Madina dan Mekkah, yang jumlahnya tidak melebihi beberapa ribu, dapat membela diri mereka, setelah wafatnya Nabi Besar Islam, melawan serangan kaum Munafikin Arab. Dengan pengecualian kaum Muslimin di kedua kota ini, hampir seluruh bangsa Arab telah berpaling setelah wafatnya Nabi Saw.

Negeri-negeri Muslimin terpaksa juga kemudian bertempur melawan emperium Persia dan Byzantium. Kedua emperium adikuasa ini memerangi kaum Muslimin secara bersamaan pada dua front pertempuran yang berbeda. Kekuatan kecil kaum Muslimin terpaksa membagi dirinya untuk tetap bertahan. Hasilnya adalah kejadian militer yang sangat luar biasa. Dua kekuatan besar ini binasa dan Persia kalah telak. Dalam rentang waktu seratus tahun, wilayah yang sangat luas terbentang dari Samudera Atlantik hingga India, berada di bawah kekuasaan Islam. Orang-orang miskin dan tak berdaya itu, pada saat pewahyuan nubuat ini, tiba-tiba menjadi kekuatan super power di dunia. Nabi Saw, bersandar kepada berita samawi, telah menubuatkan kemenangan ini yang terjadi sebelum wafatnya. Berbicara kepada Odey bin Hatam (seorang kepala suku Kristen yang memeluk agama baru ini kemudian), Nabi Muhammad menuturkan kalimat berikut ini:

"…Engkau tidak tertarik untuk memeluk Islam," lanjut Muhammad, "karena engkau melihat kami adalah orang-orang miskin." Barangkali engkau menolak melihat sekelompok kecil kaum Muslimin dibandingkan jumlah musuh-musuh mereka. Demi Allah, dalam waktu yang tidak terlalu lama, seorang Muslimah akan mampu melakukan ziarah, menunggangi untanya, sendiri tanpa rasa takut, dari Kadesia (daerah di Iraq) menuju Baitullah, di Mekkah. Engkau berpikir, barangkali, bahwa kekuasaan berada di tangan orang-orang Kafir; ketahuilah bahwa suatu masa, yang tidak terlalu lama, akan datang dimana kami akan mengibarkan bendera di istana-istana Babylon."(Life of Mohammad, Washington Irving, chapter 32.)