A^yatullâh al-Uzma Sayyid Muhammad Husain al-Husaini al-Mar’asyi an-Najafi
Bagian Kedua: Kisah-kisah Dalam Kehidupan Sayyid al-Marasyi'
Kisah-kisah Sebagai Sebuah Teladan Pribadi yang istimewa
Sejak semula para ustazd beliau telah mengetahui bahwa beliau akan menjadi sosok yang berilmu tinggi dan memiliki kepribadian besar di antara para ulama', para ilmuwan dan seluruh manusia. Dari sisi keilmuan dan kesungguhan beliau sangat dikenal, di dalam kezuhudan, kewara'an serta ketaqwaan sejak awal pertumbuhan beliau, dan hari demi hari ketenaran ini semakin menjadi bertambah terus. Karena begitu besarnya rasa rendah diri beliau –Quddisa Sirruhu Ay-Syarif- disetiap hari setelah selesai pelajaran beliau mengantarkan ustazd beliau, A^yatullâh al-Uzma al-Muhaqqin al-'Azim Syaikh A^ghâ Diyauddin al-'Irâqi –Quddisa sirruh- sampai ke rumahnya sembari bertanya-tanya dan berdiskusi dengan beliau.
Beliau sangat dikenal sebagai seorang yang suka bergurau dengan gaya semacam marah kepada murid-murid beliau. Suatu hari di saat berlangsungnya diskusi tiba-tiba ustazd marah maka dipukulah muridnya yang rajin tersebut di atas dadanya secara kuat-kuat, belum sampai ustazd tersebut sempat memukulnya, dengan segera murid ini meraih tangannya dan mencium tangannya, kemudian luruhlah air mata ustazd sambil berkata: "Engkau benar-benar telah mengajariku bertatakrama wahai Syihab (yakni Sayyid Al-Mar'asyi).
Sepuluh Sahabat
Di Najaf terdapat pertemuan kelompok dari sepuluh persahabatan atas dasar kecintaan kepada Allah dan mereka semua adalah para pelajar dimasa itu, diantara mereka ada Sayyid al-Hakim, Sayyid asy-Syahrudi, Sayyid al-Khu'i dan Sayyid al-Mar'asyi.
Kelompok ini bersepakat untuk melakukan ziarah ke makam Sayyidus-Syuhada' al-Imâm Husaîn As di sepanjang masa liburan dengan berjalan kaki dari Kota Najaf. Tugas-tugas dalam perjalanan suci ini di bagi-bagi di antara mereka, sebahagian dari mereka ada yang mengambil air, ada yang menyiapkan makanan, dan yang lainnya membuat teh, dan demikian seterusnya, masing-masing dari mereka memiliki tugas tertentu dalam perjalanan kecuali Sayyid asy-Syahrudi, dia berkata: "Aku punya tugas menghibur hati-hati kalian di tengah-tengah perjalanan dan meringankan beban perjalanan kalian".
Mereka memenuhi waktu-waktu mereka dengan cerita-cerita seloroh, mendeklamasikan puisi-puisi dan melempar gurau-gurau kecil sehingga mereka tidak merasakan lelahnya perjalanan hingga rombongan ini mampu melakukan ziarah sebanyak duapuluh lima tempat dengan berjalan kaki di sepanjang masa liburan belajar mereka, maka rombongan atau kelompok sepuluh orang ini mendapatkan berkah Imâm Husaîn As dan semua personal kelompok ini menjadi marja'-marja' taqlid dan mujtahid-mujtahid besar dunia Islam.
Sehingga Jiwa-Jiwa Menjadi Tenang
Di saat Saddam (yang terlaknat) membombandir kota Qum yang suci dan sejumlah kota-kota di Iran lainnya secara terang-terangan dan dengan pengakuannya, dan penduduk kota Qum pada keluar dari kota karena takut dan menjaga keselamatan jiwa mereka, Sayyid Mar'asyi tetap tingal di kota Qum bersama beberapa orang, beliau menaiki mobil menuju ke Haram yang mulia (Maqam Sayyidah Ma'sumah) untuk melaksanakan shalat jama'ah, akan tetapi di masa-masa sulit tersebut di usia tuanya beliau datang ke Haram yang mulia pada waktu-waktu shalat dengan berjalan kaki, lalu beliau ditanya tentang hal tersebut? Maka beliau menjawab: Aku ingin masyarakat melihatku hingga jiwa-jiwa mereka tenang (dan hati-hatinya menjadi gembira walaupun hanya sedikit).
Belas Kasih Terhadap Anak-Anak Yatim
Ada salah seorang anggota masyarakat (awam) yang telah lanjut usia mendatangi beliau, setelah mengucapkan salam dan hormat dia berkata: Tuanku, aku perkenalkan diriku padamu bahwa aku adalah seorang tukang pijat, dan aku ingin menuturkan satu kisah yang pernah terjadi dalam kehidupanmu, aku adalah seorang tukang pijat di kamar mandi umum, dan di masa-masa mudamu engkau sering mendatangi kamar mandi umum itu bersama putra-putramu yang masih kecil, dan suatu hari engkau masuk dan di sana engkau melihat anak-anak lalu engkau menanyakan kepadaku perihal anak-anak tersebut, maka aku beritahukan padamu bahwa mereka adalah anak-anak yatim, lalu engkau berkata kepada putra-putramu jangan memanggilku dengan kata (ayah) untuk menjaga perasaan anak-anak yatim ini, lalu engkau memberi uang kepadaku untuk membelikan peralatan sekolah buat mereka, maka akupun membelikannya.
Syafa'at Sayyid Al-Alawi
Aku tidak lupa saat berada di sisi beliau dua hari sebelum wafatnya, di saat datang seorang nenek tua untuk memberikan khumusnya, lalu nenek tua tadi meminta beliau untuk memberikan syafa'at padanya, beliau menjawab: Apabila aku termasuk yang bisa memberikan syafa'at, maka aku akan mensyafa'ati kamu.
Aku Shalat Sendirian
Beliau menegakkan salat Subuh, Duhur, Ashar, Maghrib , Isya' dan shubuh secara berjama'ah dalam tiga waktu di Haram Sayyidah al-Ma'sumah As.
Ketika beliau bermukim di Qum yang suci salat di waktu fajar belum didirikan secara berjama'ah (yang merupakan kelanjutan dari shalat malam atau tahajjud) di Haram yang mulia. Enam puluh tahun sebelumnya hanya beliau sendiri yang datang ke Haram satu jam sebelum munculnya fajar secara rutin, bahkan pada musim dingin, pada malam yang mengerat dan lorong-lorong telah berselimutkan salju, beliau membawa bajak salju kecil dan menyingkap jalan hingga tiba di Haram Sayyidah Ma'shumah, beliau duduk di belakang pintu menunggu pintu dibuka.
Beliau berkata: Aku salat sendirian pada awalnya, lalu ada seseorang yang bermakmum denganku, dan demikian seterusnya jama'ah semakin bertambah sampai ahir malam dari kehidupan beliau.
Shalat Malam
Beliau telah menegakkan salat malam sepanjang umurnya yang mulia dan selama delapan puluh tiga tahun dan disebutkan di dalam wasiat yang beliau tulis tiga belas tahun sebelum wafatnya, di dalamnya beliau berkata:
"Aku berwasiat agar sajadah yang selalu aku pakai untuk shalat malam selama tujuh puluh tahun dikuburkan bersamaku". Artinya sejak umur beliau tiga belas tahun beliau selalu melakukan shalat malam, mudah-mudahan Tuhannya membangkitkan beliau dimakam yang terpuji.
Dan beliau berkata: "Aku wasiatkan supaya tasbih turbah yang selalu aku pakai untuk beristighfar di waktu Sahur –sebanyak bilangannya- juga dikuburkan bersamaku".
Kisah Tentang Akhlak
Beliau berbicara tentang akhlak dan irfan, dan suatu hari beliau berbicara kepada pelajar-pelajarnya tentang hasad, beliau berkata: Hasad pada awalnya adalah bagaiakan titik hitam di dalam hati penghasud, jika dia tidak segera mengobati hasad yang ada didalam jiwanya dengan metode-metode yang disebutkan oleh para ulama' akhlak, seperti hendaknya dia berdo'a kepada Allah Swt supaya dihilangkan hasad tersebut darinya, dan berfikir tentang hal tersebut bahwa mengapa ia menginginkan hilangnya nikmat dari saudaranya padahal Allah yang memberinya nikmat tersebut dan Dia pula yang berhak mencegahnya, Dia Yang memberi manfaat dan Dia pula yang berhak memberi darar (bahaya), hendaklah dia memohon nikmat dari Tuhannya sebagaimana Allah memberikan nikmat kepada al-Mahsud-nya (yang dihasudi) dan dari situlah dia mengobati jiwanya. Karena sesungguhnya benih hasad bila tidak diobati dan dimatikan di dalam nutfah maka dia akan berkembang, dan benih tersebut suatu saat nanti akan tumbuh menjadi sebuah pohon atau tumbuhan yang gelap yang akan memenuhi seluruh wujud manusia.
Sayyid Mar'asyi (Quddisa Sirruhu) Dan Asyura'
Sayyid Al-Mar'asyi An-Najafi Qs adalah seorang ulama yang mempunyai kelebihan dan kecintaan yang yang khusus kepada Sayyidusy Syuhada' serta beliau selalu menghidupkan Ma'tam Husainiyyah.
Akan kami sebutkan sebagian kisah-kisah dan wasiat-wasiat beliau.
Suatu hari beliau berkata: Dimasa-masa remaja aku bersama sejumlah pelajar di antara mereka ada Sayyid al-Khomeini (Imâm Khomeini) menghidupkan malam-malam Muharram hingga waktu Sahur dengan menangis, menepuk-nepuk serta meratapi kemazluman Sayyidusy-Syuhada' dan Ahli Baytnya yang mulia As.
Dan beliau menasehati dan membimbing dengan mengatakan : Jika engkau menginginkan taufik di dalam kehidupan ilmiah dan amaliahmu maka hendaknya menegakkan tiga amalan : Pertama, Senantiasalah dalam keadaan suci dan wudu', karena hal itu akan menyinari hati dan menghilangkan kesedihan atau kesusahan. Kedua, mengiring janazah, yakni jenazah yang engkau lihat walaupun hanya dengan beberapa langkah. Ketiga, ikut serta di dalam acara Imam Husain As dengan cara bagaimanapun. Lalu beliau berkata: Aku pernah menjadi sebagai salah seorang guru Hawzah yang sangat terkenal, dan saat itu aku menyiapkan minuman teh pada orang-orang yang hadir di majlis dan ma'tam al-Husainiyyah.
Andaikan Tidak Ada Asyura' Tentu Tidak Akan Ada Shalat Jama'ah
Dinukil oleh salah seorang yang dekat dengan beliau.
Aku teringat sewaktu tenggelamnya matahari di hari Asyura' pada akhir-akhir kehidupan beliau, beliau datang ke pelataran Sayyidah Al-Ma'shumah As untuk menunaikan salat jama'ah, sedangkan rombongan ratapan Husainiyyah masih terus berlangsung, dan manusia masih terus-menerus menepuk-nepuk kepala dan dadanya serta memukulkan zanjir(rantai) ke atas punggungnya, tangisan dan ratapan mereka telah memuncak. Disaat al-mukabbir (pemberi aba-aba dalam shalat jama'ah) berdiri untuk melakukan shalat ia meminta para hadirin supaya tenang dengan kadar shalat jama'ah.
Seketika Sayyid mendengar hal tersebut darinya – dan aku berada di dekat beliau – langsung wajah beliau memerah karena marah sembari melarang mukabbir tersebut dari apa yang dikatakan, beliau melarangnya sambil berkata :Sâkit bâsy, agar in 'âzâdari nabud namâz_e jama'at nabut ( Diamlah, jika ma'tam ini tidak ada maka shalat jama'ah juga tidak ada). Artinya jikalau rombongan ratapan Imam Husain (ma'tam) ini tidak ada, maka shalat jama'ah juga tidak ada, yakni biarkan mereka melakukan al-'Aza' ke atas Imam Husain Sayyidusy-Syuhada', karena jikalau acara-acara dan ma'tam seperti ini tidak ada maka musuh-musuh kita akan mengingkari peristiwa Asyura', dan Yazid beserta pengikut-pengikutnya (la'natullah alaihim) akan senantiasa berbuat zalim, sebagaimana pengingkaran sebagian dari mereka terhadap peristiwa al-Ghadir.
Beliau berkata kepada salah seorang muridnya yang terdekat beberapa bulan sebelum wafatnya:
Sesungguhnya aku wasiatkan kepada anak-anakku dan juga kepadamu hendaknya engkau mengingatkan mereka di malam wafatku supaya mereka meletakkan aku di Husainiyyah di dekat mimbar, dan mengikatkan satu sisi dari amamah-ku dengan mimbar dan sisi lain dengan jenazahku supaya aku masuk pada Sayyidusy-Syuhada' As di malam pertama dari wafatku, dan kenyataannya ia menyebutkan hal tersebut pada anak-anak setelah sepeninggal beliau, dan mereka juga mengamalkan wasiat tersebut.
Sayyid Al-Mar'asyi Qs. senantiasa memberikan bantuan kepada orang-orang yang melakukan ma'tam husainiyyah dengan bantuan materi dan spritualnya ( dengan meyakini bahwa apa yang ada pada kita adalah hasil dari Muharram dan Safar).
Kami sebutkan apa yang ada di dalam wasiat pertamanya karena hal itu berkaitan dengan Maulana al-Husain As, dan bagi akal yang cerdas hendaknya berfikir secara mendalam agar dapat meraih berlian makna-makna dan hakikat yang dimaksudkan.
Beliau berkata: "….Dan kami wasiatkannya hendaknya sungguh-sungguh didalam melaksanakan syiar-syiar Husainiyyah yang telah dibangun di kota suci Qum".
"Dan aku wasiatkan hendaknya dikubur bersamaku sebuah kantong yang diisi turbah-turbah (tanah-tanah) pekuburan para Imam As dan putra-putra mereka, pekuburan para shahabat mereka serta para pembesar-pembesar ulama' untuk diambil berkahnya".
"Dan aku wasiatkan hendaknya dikubur bersamaku pakaianku yang hitam yang biasa aku pakai pada bulan-bulan Muharram dan Safar karena duka dalam musibah-musibah yang menimpa keluarga Nabi yang mulia Saw."
Dan aku wasiatkan kepadanya hendaknya meletakkan di atas dadaku di dalam kafanku sebuah sapu tangan yang biasa aku pakai untuk menyapu air mata-air mataku dalam meratapi kakekku al-Husain yang mazlum serta Ahlul Baitnya yang mulia Salamullah Alaihim Ajma'in. Dan aku wasiatkan kepadanya hendaknya ada seseorang yang saleh menggantikan aku untuk menghajikan dan berziarah ke makam Rasulullah Saw, karena sesungguhnya aku sangat mencintai keduanya sedangkan aku tidak memiliki harta benda, dan demikian pula aku berharap ada seoarang nâib (pengganti) juga untukku hamba yang saleh untuk melakukan ziarah ke masyhad-masyhad di kota Iraq, dan aku tidak memiliki harta benda untuk aku berikan kepada dua pengganti tadi kecuali beberapa jilid kitab fiqh, usul serta hadits. Dan aku berharap supaya anak-anakku memberikannya dalam hal ini , dan Tuhan Maha Mengetahui bahwa aku tidak memiliki sejengkal tanahpun, tidak pula uang dan harta benda".
"Dan aku wasiatkan kepadanya supaya meletakkankan jenazahku bersebelahan dengan makamnya Sayyidah Fâtimah al-Ma'sumah, dan disebutkan musibah perpisahan Maulana al-Husain yang mazlum bersama Ahlul Baitnya. Begitu juga aku wasiatkan supaya jenazahku dikuburkan di Husainiyyah yang telah aku dirikan peringatan ma'tam dan musibah perpisahan (Imam Husain) di dalamnya. Dan peringatan musibah perpisahan Imam Husain hendaknya juga disebutkan di saat menurunkan jasadku di kuburku yang aku tentukan dan aku siapkan untuk diriku di pintu perpustakaan umum yang aku bangun di kota suci Qum ini".
"Aku wasiatkan kepadanya dan seluruh anak-anakku yang mulia agar berkumpul di sekitar makamku pada malam Jum'at untuk membacakan ayat-ayat al-Qur'an dan mendengar musibah Sayyidusy-Syuhada' serta Ahlul Baitnya yang mazlum".
Pada wasiat yang terahir beliau berdo'a: Ya Allah, sesungguhnya aku memohon ampun kepada-Mu terhadap segala hal yang lewat dariku, anak-anakku dan teman-temanku yang beriman, berikan catatan-catatan amalan kami dengan tangan kanan kami serta ketetapan disurga melalui tangan kiri kami. Dan aku memohon kepada-Mu untuk mengeluarkan kami dari dunia dengan berwilayah kepada keluarga rasul serta kecintaan terhadap mereka. Dan kami meminta kepada-Mu ya Allah, untuk lepas tangan dari musuh-musuh mereka, pencaci mereka, pembenci mereka, perampas hak-hak mereka, para pengingkar keutamaan-keutamaan mereka dan sifat-sifat mulia mereka serta para peragu dalam kedudukan-kedudukan yang Allah berikan kepada mereka".
Ya Allah, hidupkan kami seperti kehidupan mereka dan matikan kami sebagaimana kematian mereka, Tuhanku, Engkau Maha Mengetahui kesungguhanku dalam mencintai mereka, maka balaslah aku sebagai mana balasan orang yang syahid dijalan mereka dan berjuang melawan musuh-musuh mereka, jadikanlah aku dalam golongan orang-orang yang tetap mengikuti serta membela mereka, dan jadikanlah aku termasuk orang yang menapak jalan mereka, berilah aku petunjuk dengan petunjuk mereka, mengikuti jejak mereka, serta berjalan dijalan mereka. Dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang berpegang teguh dengan tali kecintaan mereka Amin amin…tiada bumi satupun melainkan terdapat seribu amin dan mudah-mudahan Allah merahmati setiap hamba yang mengucapkan amin.
Salam sejahtera bagi orang yang mengikuti petunjuk dan berusaha menjauhkan diri dari hawa nafsunya. Ditulis oleh seorang hamba yang fakir, pelayan (khâdimnya) ilmu-ilmu Ahlul Bait As (yakni al-Ma'ali Syihabuddin al-Husaini al-Mar'asyi