Tauhid
"FANTASI TEOLOGIS"
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- muhsin labib

Menurut mereka, kata Tuhan yang ditetapkan oleh pengguna bahasa Indonesia atau God oleh pengguna bahasa Inggris bagi sesuatu yang tak tertangkap dengan indera dan tak ternalarkan dengan akal, adalah kata tak bermakna yang diyakini tanpa nalar akibat ketelanjuran atau tergesa-gesa membangu. kepercayaan dari penamaan sebelum penginderaan terhadap fakta objektifnya dan sebelum penguniversalannya.
AGAMA TANPA MANUSIA" DAN "AGAMA TANPA TUHAN"
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- muhsin labib
Agama, dalam pandangan ini, adalah monolog langit yang turun sebagai titah absolut. Manusia ditempatkan sebagai objek pasif—hamba yang wajib tunduk tanpa hak bertanya, mengkritik, atau merenungkan makna. Akal, yang seharusnya menjadi lentera pencari kebenaran, dikubur di bawah timbunan dogma. Agama dianggap "sempurna" hanya jika manusia diam, seolah wahyu ilahi tak perlu bersentuhan dengan realitas sosial, budaya, atau nalar kritis.
TUHAN ANTARA "TAK MAMPU" DAN "TAK MAU"
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- muhsin labib
Kalangan teolog terlibat dalam polemik sengit yang membelah mereka dalam dua koalisi besar tentang beberapa isu.
Salah satu isu yang menjadi sengketa abadi adalah ketakterbatasan kekuasaan (kemampuan) Tuhan dan hukum akal yang menetapkan yang mungkin dan tak mungkin dilakukan oleh Tuhan.
Tauhid Adalah Jiwa Ajaran Islam
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Ayatullah Nashir Makarim Syirazi
Syiah meyakini bahwa sub-sub tauhid tidak hanya terbatas pada empat sub yang kami sebutkan di atas, tapi masih ada sub-sub lainnya, seperti tauhid kepemilikan (tauhid milkiyyah). Apa yang ada di langit dan di bumi adalah milik Allah. (QS. 2: 284) dan tauhid keputusan, tauhid hakimiyyah, Barangsiapa tidak memutuskan perkara dengan apa yang telah diturunkan Allah, maka sesungguhnya mereka adalah orang-orang kafir (QS. 5:44).
Ini Penjelasan Ayat-Ayat Al-Qur'an tentang Nabi Isa (2)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- purkon hidayat
... وَاجْتَبَيْنَاهُمْ وَهَدَيْنَاهُمْ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ
"...dan Kami telah memilih mereka (untuk menjadi nabi-nabi dan rasul-rasul) dan Kami menunjuki mereka ke jalan yang lurus".
ADALAH DIA DAN BUKAN DIA
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- muhsin labib
Dia setelah Dia adalah yang tampak dari Dia untuk selain Dia. Dia yang tampak bagi selain Dia adalah Dia bagi selain dia dan dia-dia setelahnya.
ANTARA SILA PERTAMA DAN AGAMA
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- muhsin labib
Penetapan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama Pancasila tanpa diitambahkan dengan kepercayaan kepada agama
adalah langkah yang sangat logis. Tapi meleburkan agama dengan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah pemaksaan argumen yang tidak koheren.
Mengenal Allah dengan Sebaik-baiknya
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Yasin T. Jibouri
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa di antara kalian yang mengenal Allah dengan sebaik-baiknya, maka dialah yang paling takut kepada-Nya. Aku adalah orang yang paling takut kepada-Nya dibandingkan kalian.”
Sains Mendukung Prinsip Ketuhanan (3)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Ayatullah Jafar Subhani
Bagi kaum teis, penelitian ilmiah menunjukkan bahwa alam semesta ini membutuhkan Pencipta. Menurut mereka, keteraturan dan keindahan alam semesta tidak mungkin terjadi tanpa adanya perancang yang cerdas. Sebagai contoh, para teis melihat keteraturan dalam buku-buku fisika sebagai bukti adanya Pencipta yang teliti. Sama mustahilnya jika sebuah buku ilmiah dapat tercipta tanpa penulis, begitu pula dengan alam semesta yang teratur ini.
Sains Mendukung Prinsip Ketuhanan(2)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Ayatullah Jafar Subhani
Meskipun berbeda pandangan, kaum teis (yang percaya pada Tuhan) dan materialis sama-sama menghargai pengetahuan ilmiah. Banyak ilmuwan yang beriman meyakini bahwa fenomena alam mengikuti hukum-hukum tertentu, dan penemuan ilmiah adalah upaya untuk memahami hukum-hukum tersebut. Mereka melihat keteraturan dalam alam semesta sebagai tanda adanya Pencipta yang cerdas.
Sains Mendukung Prinsip Ketuhanan(1)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Ayatullah Jafar Subhani
Kaum materialis berpendapat bahwa sains dapat menjelaskan segala hal di alam semesta, sehingga mereka berpikir manusia tidak lagi membutuhkan Tuhan atau hal-hal supranatural. Menurut pandangan ini, seiring dengan semakin terungkapnya rahasia alam melalui sains, kebutuhan manusia terhadap konsep Tuhan akan menghilang. Kaum materialis meyakini bahwa kepercayaan pada Tuhan hanya diperlukan di masa lalu, ketika pengetahuan manusia terbatas.
Apakah Ilmu Allah SWT Butuh Proses?
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Muhammad Alfadani
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa yang mengalami proses bukanlah ilmu Allah SWT, tapi justeru peristiwa serta berbagai kejadianlah yang memiliki proses dan terealisasi secara bertahap.
Zat Tak Terbatas
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Ayatullah Makarim Syirazi
Ajaran keislaman Syiah meyakini bahwa Allah adalah Zat Tak Terbatas dari segala sisi: ilmu, kekuasaan, keabadian, dan sebagainya. Oleh karena itu, Dia tidak dibatasi ruang dan waktu, karena keduanya terbatas. Namun pada waktu yang sama, hadir di setiap ruang dan waktu karena Dia berada di atas keduanya.
Allah, Rahim, dan Kasih Sayang
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Arfi Pandu Dinata
Islam mendasarkan keyakinannya mengenai Tuhan pada konsep yang disebut dengan Tauhid. Secara sederhana tauhid berarti menjadikan satu atau mengesakan Tuhan. Tauhid memandang bahwa Tuhan adalah zat yang Maha Esa, yang tidak dapat diserupakan dengan hal apapun dan melampaui segala sesuatu.
Siapa Pemilik Pengetahuan?
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Mohammad Fathi Royyani
Sudah lazim dalam pengetahuan kita bahwa bangsa Barat-satu sebutan yang merujuk pada bangsa Eropa, Amerika, dan Australia sekarang ini-sebagai penemu dan pemilik pengetahuan. Anggapan tersebut memang ada benarnya, karena ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat di negara-negara tersebut. Tapi, jika ditelusuri lebih dalam, anggapan tersebut akan terlihat “cacat”nya.
Mengenal dan Menyembah Tuhan Perkara Fitri
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Dr Ali Syirvani
Dari ajaran al-Quran, kita pahami bahwa mengenal Tuhan dan kecenderungan ber-Tuhan merupakan sebuah hal fitri. Keyakinan akan wujud Tuhan adalah sebuah “kesepakatan” dan bukan hal samar yang terselubung sehingga memerlukan argumentasi untuk membuktikannya. Dari pembahasan itu kita memahami arti mengenal Tuhan adalah fitri.
Mengapa Tuhan Memberi Kesempatan kepada Setan? (3)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- ust. maftuhin
Al-Quran mengatakan kepada kita bahwa iblis congkak dan menolak perintah Tuhan untuk sujud kepada Adam, dan kemudian diusir dari hadapan Tuhan. Namun karena telah beribadah dan menyembah Tuhan selama bertahun-tahun, Tuhan berdasarkan keadilan dan hikmah-Nya menyetujuai permintaan iblis untuk diberi kekekalan.
Mengapa Tuhan Memberi Kesempatan kepada Setan? (1)
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- ust. maftuhin
Al-Quran mengatakan kepada kita bahwa iblis congkak dan menolak perintah Tuhan untuk sujud kepada Adam, dan kemudian diusir dari hadapan Tuhan. Namun karena telah beribadah dan menyembah Tuhan selama bertahun-tahun, Tuhan berdasarkan keadilan dan hikmah-Nya menyetujuai permintaan iblis untuk diberi kekekalan.
Allah, Kekuasaan Mutlak
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- Allamah Syed Murtadha Askari
Suleiman bin Mahran berkata bahwa ia bertanya kepada Imam Ja’far Shadiq as makna firman Allah Swt dalam ayat al-Quran: Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya… (QS. az-Zumar: 67)
Cara Menanamkan Ketauhidan pada Murid
- Dipublikasi pada
-
- pengarang:
- MUHAMAD PAUJI
Tujuan pendidikan harus sedapat mungkin mengembangkan potensi dan menanamkan nilai-nilai kebaikan, dan sedapat mungkin mencegah hal-hal negatif yang dapat merusak kepribadian anak.” (Hafis Azhari, penulis buku Pikiran Orang Indonesia)