Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Hakikat Kematian Menurut Al-Quran (1)

1 Pendapat 05.0 / 5

Kematian adalah salah satu pertanyaan mendasar yang menarik perhatian manusia. Bagi kita sebagai Muslim, kita mencari jawabannya dari Al-Quran. Al-Quran menggambarkan kematian sebagai tawaffa, yang berarti diterima secara utuh, menunjukkan bahwa kematian bukanlah akhir atau kehancuran, melainkan perpindahan dari satu dunia ke dunia lain di bawah penjagaan Allah.

Ada beberapa poin penting dari pandangan Al-Quran ini:

1. Kematian bukan kehancuran, melainkan transisi dari satu tahap kehidupan ke tahap berikutnya, dengan bentuk yang berbeda.

2. Identitas manusia bukanlah tubuh fisiknya, melainkan jiwanya, yang tetap hidup meski tubuhnya rusak.

3. Roh manusia tidak mati dan berada di dimensi yang melampaui materi. Setelah mati, roh berada dalam penjagaan para malaikat, sebagaimana dinyatakan dalam kisah penciptaan Adam.

Ajaran Islam sangat menekankan keberlanjutan roh setelah kematian, sebagai dasar nilai-nilai kemanusiaan sejati. Ayat-ayat Al-Quran yang membahas kehidupan setelah mati memperkuat bahwa roh manusia adalah entitas yang tetap ada meskipun tubuh telah sirna.

Sebagian orang beranggapan bahwa manusia tak memiliki jiwa atau roh, sehingga setelah mati, ia tak lagi memiliki kesadaran atau perasaan. Kehidupan baru, menurut mereka, hanya terjadi saat kebangkitan. Namun, pandangan ini bertentangan dengan ayat-ayat Al-Quran yang menyebutkan kehidupan setelah mati. Para pendukung teori ini salah mengira bahwa kepercayaan akan eksistensi roh hanya didasarkan pada ayat “Roh itu adalah urusan Tuhanku” (QS. Al-Isra: 55), dan menganggap bahwa “roh” berbeda dari “jiwa.” Namun, sebenarnya, kepercayaan pada eksistensi roh didukung oleh sekitar 20 ayat lain yang secara jelas menyebut roh dalam berbagai ungkapan, seperti “roh Kami,” “roh-Ku,” dan “roh suci,” yang menunjukkan bahwa roh manusia adalah realitas yang lebih tinggi dan diberi oleh Allah.

Banyak ayat dan riwayat hadis memperkuat bahwa roh manusia memiliki eksistensi mandiri. Pandangan ini juga didukung oleh banyak hadis mutawatir, perkataan Ali dalam Nahj al-Balaghah dan doa para Imam suci.

Faktanya adalah bahwa pengingkaran terhadap eksistensi roh merupakan pikiran kotor Barat yang diilhami oleh materialisme Barat. Sayangnya, ada sebagian pengikut Al-Quran yang berpikiran seperti ini.

Al-Quran menggunakan kata “tawaffa” untuk menggambarkan kematian, yang berarti “menerima sepenuhnya,” bukan sekadar kemusnahan atau akhir. Ini menunjukkan bahwa manusia tetap memiliki kesadaran setelah mati, tidak lenyap begitu saja. Berikut ini adalah beberapa ayat yang menunjukkan bahwa kematian adalah transisi dari satu keadaan hidup ke keadaan hidup lain, di mana manusia masih memiliki kesadaran dan interaksi, bahkan setelah tubuh fisiknya mati.