• Mulai
  • Sebelumnya
  • 23 /
  • Selanjutnya
  • Selesai
  •  
  • Pengunjung: / Download:
Ukuran Ukuran Ukuran
Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib AS.

Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib AS.

Indonesia
Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib AS.

Imam Ali bin Abi Thalib syahid mihrab
Arus kejahatan telah menguasai dunia Islam. Kebenaran tidak lagi dapat mengibarkan benderanya, tidak ada tangan yang diulurkan untuk melakukan perbaikan, tidak ada suara yang dapat diteriakkan guna menyingkap kejahatan orang-orang zalim. Kemarin, Abu Sufyan melakukan upaya tipu muslihat untuk membunuh Nabi Muhammad saw agar risalah ilahiah terkuburkan untuk selama-lamanya. Namun semua usaha tersebut tidak diinginkan oleh Allah bahkan Allah berkehendak untuk menyempurnakan cahaya-Nya.

Sekarang, Muawiyah bin Abu Sufyan dengan memanfaatkan penyimpangan yang terjadi semenjak peristiwa Saqifah berusaha menyempurnakan apa yang telah dimulai oleh ayahnya dalam rangka menghancurkan Islam. Potensi kebodohan, kesesatan yang dimilikinya membantunya untuk menyiapkan rencana untuk membunuh hatinya umat Islam, penyambung lidah kebenaran, pembawa bendera Islam dan yang menghidupkan syariat Islam.

Kesesatan yang telah lama menuntun kaki mereka sekali lagi menyeret merek untuk mematikan cahaya hidayah dan melanggengkan kegelapan demi menyiapkan penyelewengan dan kejahatan. Tangan-tangan setan itu kemudian berjabatan tangan dengan Ibnu Muljam di kegelapan malan. Pedang itu menebas kepala seorang yang telah lama membelakangi dunia dan mengarah ke rumah Allah dalam keadaan sujud. Ia kemudian dibiarkan begitu saja.

Sekelompok orang-orang sesat telah berkumpul untuk membunuh Imam Ali bin Abi Thalib, tidak sulit untuk mengatakan bahwa penggeraknya adalah Muawiyah bin Abu Sufyan. Kesepakatan mereka adalah membunuh Imam Ali bin Abi Thalib ketika ia pergi melaksanakan salat subuh. Hal itu dikarenakan tidak satu pun dari mereka yang berani berhadap-hadapan dengan singa Allah.

Pada waktu itu malam kesembilan belas dari bulan Ramadhan. Imam Ali bin Abi Thalib banyak melakukan perenungan dengan melihat angkasa. Ia senantiasa mengulang-ulang perkataan, 'Engkau tidak berbohong dan tidak pernah membohongi orang lain. Malam ini adalah waktu yang engkau janjikan'. Imam Ali bin Abi Thalib menghabiskan malamnya dengan berdoa dan bermunajat kepada Allah swt. Setelah itu beliau keluar dari rumah menuju masjid untuk menunaikan salat subuh. Sesampainya di masjid beliau membangunkan orang-orang yang terbiasa beribadah di situ dan kemudian tertidur. Beliau mengucapkan, 'Salat... salat...'.

Setelah itu Imam Ali bin Abi Thalib menunaikan salatnya. Ketika beliau tengah asyik bermunajat kepada Allah, tiba-tiba seorang penjahat celaka bernama Abdurrahman bin Muljam dengan bersuara lantang mengucapkan semboyan kelompok Khawarij 'Hukum adalah milik Allah bukan milikmu', setelah itu ia mengayunkan pedangnya tepat mengenai kepala Imam Ali bin Abi Thalib yang mengakibatkan kepalanya merengkah akibat bacokan tersebut. Merasakan sabetan pedang di kepalanya Imam Ali bin Abi Thalib langsung mengucapkan kata, 'Aku menang demi Tuhan pemilik Ka'bah'.

Setelah itu terdengar suara riuh di dalam masjid. Orang-orang cepat berlari menuju Imam Ali bin Abi Thalib. Mereka mendapatkannya terjatuh di mihrabnya. Mereka kemudian membawanya pulang ke rumahnya sambil kepalanya diikat sementara masyarakat dari belakang mengikuti sambil menangis. Orang-orang berhasil menangkap Ibnu Muljam. Imam Ali bin Abi Thalib berwasiat kepada anak tertuanya Hasan dan juga kepada anak-anaknya yang lain serta keluarganya agar berlaku baik dengan tawanan. Ia kemudian berkata, 'Jiwa dibalas dengan jiwa. Oleh karenanya bila aku mati maka kalian harus mengqisasnya dan bila aku hidup maka aku akan mengambil keputusan sesuai dengan pendapatku'.



Wasiat Imam Ali bin Abi Thalib
Imam Ali bin Abi Thalib menasihati kedua anaknya Hasan dan Husein dan seluruh keluarganya dengan wasiat umum. Ia berkata:

'Aku berwasiat kepada kalian berdua untuk bertakwa kepada Allah. Jangan kalian mengikuti dunia sekali pun dunia menginginkan kalian. Jangan bersedih terhadap sesuatu yang hilang dari tangan kalian. Berkatalah tentang kebenaran dan beramal untuk mendapat balasan dari Allah. Jadilah penolong untuk orang mazlum dan bersikap keras terhadap orang zalim. Berbuatlah sesuai dengan yang diperintahkan dalam Al-Quran. Serta jangan takut di cemooh oleh orang dalam jalan Allah'.

Luka beliau yang parah tidak memberikan waktu lagi untuknya. Imam Ali bin Abi Thalib telah mendekati ajalnya. Akhir ucapan yang keluar dari bibirnya sebelum ajal menjemputnya adalah firman Allah swt, 'Seperti ini mestinya orang-orang yang beramal baik mesti berbuat'. Kemudian ruhnya yang suci naik menuju surga yang dijanjikan.



Penguburan dan pidato pujian terhadap Imam Ali bin Abi Thalib
Imam Hasan dan Husein yang melakukan segala prosesi penguburan ayah mereka Imam Ali bin Abi Thalib mulai dari mandi, pengkafanan dan pengebumian. Setelah itu Imam Hasan melakukan salat terhadap ayahnya diikuti oleh sejumlah keluarga dan sahabat-sahabat. Setelah selesai melakukan salat kemudian mereka membawanya ke tempat peristiwaannya yang terakhir. Imam Ali bin Abi Thalib dimakamkan di kota Najaf dekat kota Kufah. Semua pelaksanaan selesai pada malam hari.

Setelah proses penguburan selesai, Sha'sha'ah bin Shuhan berdiri kemudian berpidato memuji Imam Ali bin Abi Thalib. Ia berkata:

'Wahai Abu Al-Hasan! Engkau sekarang lebih baik. Engkau lahir dengan baik, kesabaranmu kuat, jihad dan perjuanganmu sungguh agung, engkau berhasil dengan pandanganmu, engkau untung dalam perdaganganmu. Engkau menemui penciptamu dan Ia menerimamu dengan kabar gembira-Nya serta engkau diapit oleh para malaikat. Engkau sekarang berada di samping Musthafa saw dan semoga Allah memuliakanmu berada di samping Muhammad saw. Engkau telah bergabung sama dengan derajat saudaramu Muhammad saw. Engkau minum dari gelasnya. Sekarang kau memohon kepada Allah agar memberikan kepada kami agar dapat mengikuti jejakmu. Berbuat sesuai dengan perilakumu. Mengikuti orang yang engkau ikuti. Memusuhi orang yang memusuhimu. Semoga Allah mengumpulkan kami dalam golongan orang-orang yang mencintaimu. Engkau telah meraih sesuatu yang belum pernah diraih oleh seorang pun. Engkau telah merasakan sesuatu yang belum pernah dirasakan oleh seorang pun. Engkau telah berjuang dengan sungguh-sungguh di samping saudaramu Muhammad saw. Engkau telah menegakkan agama Allah dengan sunguh-sungguh. Engkau telah menegakkan Sunah Nabi dan menekan dengan keras fitnah sehingga Islam dan iman dapat tegak. Aku mengucapkan salawat dan salam yang paling utama dan terbaik buatmu'.

Ia kemudian melanjutkan, 'Sesungguhnya Allah telah memuliakan derajatmu. Engkau adalah orang yang paling dekat dengan Rasulullah saw dari sisi keturunan dan yang paling awal memeluk agama Islam. Orang yang paling dalam keyakinan dan yang hatinya paling kuat imannya. Orang yang paling keras berjuang demi agama Islam. Orang yang paling besar sahamnya dalam kebaikan. Oleh karenanya jangan dicegah pahalanya untuk sampai kepada kami dan kami tidak akan rendah sepeninggalmu. Demi Allah! Kehidupanmu adalah kunci dari pintu-pintu kebaikan dan penutup kejelekan dan kejahatan. Hari ini adalah terbukanya pintu kejelekan dan kejahatan serta tertutupnya pintu-pintu kebaikan. Seandainya manusia sebelumnya menerima pandanganmu niscaya mereka akan cukup segala-galanya. Sayangnya mereka lebih memilih mencintai dunia dari pada akhirat'.



21
Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib AS.

Warisan inteletual Imam Ali bin Abi Thalib
Pertama yang dilakukan setelah Rasulullah saw meninggal dunia adalah -sesuai wasiat Nabi sendiri- mengumpulkan Al-Quran. Pengumpulan yang dilakukan oleh Imam Ali bin Abi Thalib memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan pengumpulan yang dilakukan nantinya oleh orang-orang seperti Usman bin Affan. Kelebihan itu lebih dikarenakan penertibannya sesuai dengan waktu turunnya dan disertai dengan sebab-sebab turunnya ayat, tafsir dan ta'wil yang dibutuhkan oleh umat Muhammad saw. Imam Ali bin Abi Thalib pernah mengajukannya kepada khalifah pertama Abu Bakar Siddiq namun jawaban yang diterima demikian, 'Kami tidak membutuhkan ini'. Imam Ali bin Abi Thalib kemudian memberikan isyarat bahwa setelah ini mereka tidak akan mendapatkannya lagi. Dan memang demikian. Al-Quran yang dikumpulkan oleh Imam Ali bin Abi Thalib kemudian diwariskan kepada Imam setelahnya dari anak-anaknya.

Disebutkan juga bahwa Imam Ali bin Abi Thalib memiliki beberapa karya lain yang disebut dengan Shahifah yang memuat hukum-hukum tentang diyat (ganjaran bagi pelanggar). Bukhari, Muslim dan Ibnu Hanbal meriwayatkan tentang adanya Shahifah ini. Ada juga kita yang dinisbatkan kepada Imam Ali bin Abi Thalib yang disebut Al-Jamiah. Buku ini memuat semua hal yang dibutuhkan oleh manusia yang terkait dengan masalah halal dan haram. Imam Shadiq AS. menjelaskan keberadaan buku ini dan menyebutkan bahwa panjangnya tujuh puluh jengkal. Ditambahkan juga bahwa semua masalah disebutkan di dalamnya bahkan sampai pada hal-hal yang remeh sekalipun.

Buku Al-Jifr yang disebut-sebut juga sebagai milik Imam Ali bin Abi Thalib memuat hal-hal yang berhubungan dengan ramalan masa depan dan lembaran-lembaran para Nabi sebelumnya. Buku Al-Jifr ini hampir sama dengan mushaf Fathimah Az-Zahra AS. yang ditulis oleh Ali bin Abi Thalib dengan dikte dari Fathimah AS. setelah kematian ayahnya Muhammad Saw. Keduanya memuat pengertian-pengertian yang terilhamkan kepada mereka. Buku-buku yang telas disebutkan di atas terhitung barang-barang warisan imamah yang berpindah tangan dari satu Imam kepada Imam yang lain.

Para ulama telah berusaha keras untuk mengumpulkan warisan intelektual Imam Ali bin Abi Thalib mulai dari khotbah-khotbahnya, surat-surat hingga kalimat-kalimat hikmahnya. Kemudian dikumpulkan dalam sebuah buku yang diberi nama sesuai dengan tujuan dan para pengumpul. Buku paling pertama yang mengumpulkan semua itu dan yang paling terkenal adalah Nahjul Balaghah yang dikumpulkan oleh Syarif Ar-Radhi yang wafat pada tahun 404 H. Syarif Radhi telah mengumpulkan pemikiran-pemikiran cemerlang dari Imam Ali bin Abi Thalib dalam berbagai macam masalah dimulai dari akidah, akhlak, sistem pemerintahan dan pengaturannya, sejarah, sosial, psikologi, doa, ibadah dan berbagai macam ilmu yang terkait dengan alam. Karena tidak semua pikiran-pikiran Imam Ali bin Abi Thalib terkumpulkan oleh Syarif Radhi dalam Nahjul Balaghah membuat sebagian ulama yang lain untuk ikut mengumpulkan ide-ide Imam Ali bin Abi Thalib yang kemudian disebut dengan nama Mustadrakat Nahjul Balaghah.

Imam An-Nasa'i yang wafat pada tahun 303 H meriwayatkan hadis-hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ali bin Abi Thalib dari Rasulullah saw yang diberi nama Musnad Imam Ali AS.

Al-Amidi, wafat pada tahun antara 520 dan 550 H, mengumpulkan kalimat-kalimat pendek Imam Ali bin Abi Thalib yang berisikan hikmah dan kebijakannya yang disebut dengan nama Ghurar Al-Hikam wa Durar Al-Kalim.

Abu Ishaq Al-Witwath yang meninggal antara tahun 553 dan 583 H mengumpulkan ucapan-ucapan Imam Ali bin Abi Thalib dalam bukunya yang disebut Matlub Kulli Thalib min Kalam Ali bin Abi Thalib. Al-Jahizh, meninggal tahun 255 H, sendiri mempunyai buku yang berkaitan dengan ucapan-ucapan Imam Ali bin Abi Thalib nama buku tersebut adalah Miah Kalimah. Sementara At-Thabarsi, penulis buku tafsir terkenal Majma' Al-Bayan, mengumpulkan ucapan-ucapan Imam Ali dalam bukunya Natsr Al-La'ali. Nashr bin Muzahim memiliki buku bernama Shiffin yang berisi kumpulan dari khotbah dan surat-surat Imam Ali bin Abi Thalib. Dan sebuah buku yang bernama As-Shahifah Al-Alawiyah memuat kumpulan doa-doa yang dinisbatkan kepada Imam Ali bin Abi Thalib.



Mengenal Nahjul Balaghah
Bila Al-Quran disebut sebagai mukjizat kenabian, maka Nahjul Balaghah sebagai mukjizat imamah. Rasionalitas yang tampak dalam metode penyampaian yang transenden dan jelas dalam setiap kalimat Nahjul Balaghah telah ditanam dan dipupuk oleh Nabi Muhammad saw yang langsung mendapat tuntunan dari wahyu Allah swt. Setiap tema yang disampaikan dalam Nahjul Balaghah dapat ditemukan cahaya Allah memancar dari depan dan hidayah Nabi menerangi jalan di depannya.

Syarif Ar-Radhi, sang penyusun Nahjul Balaghah, berkata, 'Imam Ali bin Abi Thalib adalah orang memunculkan kefasihan dalam puncaknya. Dari beliau rahasia-rahasia dan aturan-aturan kefasihan dalam bahasa Arab diambil. Setiap orator besar bakal mengambil permisalan yang dibawakan oleh Imam Ali bin Abi Thalib. Setiap mubalig selalu terbantu dengan ucapan-ucapannya. Namun pun demikian, kefasihan Imam Ali bin Abi Thalib adalah yang terdepan dan setiap usaha yang ingin dilakukan tetap tidak dapat melampaui kefasihannya bahkan selalu terbelakang. Itu semua karena ucapan Imam Ali bin Abi Thalib mendapat sentuhan ilmu ilahi dan di dalamnya tercium ucapan Nabi.



Mengenal akal, pengetahuan dan ilmu
1. Tidak ada kekayaan seperti ilmu dan kemiskinan seperti kebodohan. Akal adalah sumber kebaikan dan paling mulia potensi yang dapat memilih dan memilah. Akal adalah hiasan yang paling indah.

2. Akal adalah utusan kebenaran. Akal adalah dasar terkuat. Manusia dikenal dengan akalnya. Dengan akal segala sesuatu dapat diperbaiki.

3. Ilmu adalah penutup sementara akal bak pedang tajam yang dapat membelah. Sembunyikan kegamangan akhlakmu dengan kesabaran. Bunuh hawa nafsumu dengan akalmu. Berpikir adalah cermin yang bening.

4. Akal adalah pemilik tentara Maha Penyayang dan hawa nafsu adalah pemimpin tentara setan. Jiwa senantiasa ditarik oleh keduanya. Siapa yang berhasil menguasai maka jiwa berada dalam pengawasannya.

5. Keutamaan yang perlu dimiliki oleh seseorang adalah akal. Bila orang tersebut rendah akan menjadi mulia, bila terjatuh akan ditinggikan, bila tersesat akan ditunjuki dan bila berbicara akan di tuntun ke jalan yang lurus.

6. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang menghidupkan akalnya, menguasai hawa nafsunya dan berusaha sekuat tenaga untuk memperbaiki akhiratnya.

7. Agama diukur sesuai dengan kemampuan akal. Seorang mukmin tidak akan beriman sehingga ia berakal. Nilai setiap orang diukur dengan akalnya.

8. Ketahuilah akal lewat beberapa hal berikut ini:

a. Akal adalah menjauhkan diri dari perbuatan dosa dan melihat kepada akibat perbuatan dan membuat orang waspada.

b. Akal adalah prinsip ilmu dan yang mengajak manusia memahami sesuatu.

c. Akal adalah potensi yang semakin bertambah dengan ilmu dan eksperimen.

d. Hati terkadang memiliki pikiran-pikiran buruk dan akal yang menahan dan melindunginya.

e. Akal yang sehat menolak penghinaan terhadap akal itu sendiri.

f. Orang yang disebut berakal adalah orang yang mampu memilih dan memilah kebaikan dari dua keburukan.



Mengenal Al-Quran dan Sunah
1. Imam Ali bin Abi Thalib AS. berkata, 'Diturunkan Al-Quran kepada kalian sebagai penjelas segala sesuatu. Allah memanjangkan umur Nabi di antara kalian sehingga Allah menyempurnakan buatnya dan buat kalian -terkait dengan ajaran yang diturunkan lewat Al-Quran- agama-Nya yang diridai-Nya.

2. Demikianlah Al-Quran. Ia tidak dapat berbicara. Oleh karenanya ajak berdialog Al-Quran. Akan tetapi aku akan mengabarkan kepada kalian tentang Al-Quran. Ketahuilah, di dalamnya ada ilmu tentang yang akan datang sebagaimana ada cerita tentang masa lalu. Al-Quran adalah obat penyakit kalian dan memperbaiki hubungan di antara kalian. Sebagian ayat Al-Quran berdialog dan berbicara dengan sebagian yang lain. Sebagian ayat Al-Quran menjadi saksi buat ayat yang lain. Al-Quran tidak berselisih tentang Allah dan tidak juga pembawa Al-Quran, Muhammad saw, menyimpang dari Allah swt. Al-Quran tidak bengkok sehingga perlu diluruskan, tidak menyimpang sehingga perlu ditegur dan dinasihati. Ia tidak diciptakan karena banyaknya penolakan dan seringnya sampai ke pendengaran. Keajaibannya tidak akan pernah sirna sebagaimana keanehan-keanehannya tidak bakal lenyap. Kegelapan tidak akan lenyap tanpa Al-Quran.

Al-Quran bak musim semi yang menumbuhkan hati. Al-Quran adalah sumber ilmu. Tidak akan ditemukan sesuatu yang lebih jelas dan nampak buat hati selain Al-Quran. Al-Quran merupakan tambang iman dan fondasinya, sumber ilmu dan lautannya, taman keadilan dan bagian darinya, dasar Islam dan bangunannya, sungai-sungai tempat mengalirnya kebenaran dan ladangnya, lautan yang tidak akan pernah habis di sedot, mata air yang mengalir yang tidak akan habis diambil. Allah menjadikan Al-Quran sebagai pelepas dahaga ulama dan penyemai hati para fakih, sebagai bukti bagi jalannya orang-orang baik, penunjuk kepada orang yang sadar, sebagai ungkapan bagi yang meriwayatkannya, sebagai penghukum bagi yang menginginkan keadilan, sebagai penyembuh bagi penyakit tidak dikhawatirkan dan sebagai obat bagi yang tidak ada penyakit lagi. Hendaklah sembuhkan dirimu dengannya dari penyakit-penyakit kalian, minta bantuannya atas masalah-masalah yang kalian hadapi. Dalam Al-Quran ada obat untuk penyakit paling sulit yaitu kekafiran, kemunafikan, kezaliman dan kesesatan'.

Imam Ali bin Abi Thalib berkenaan dengan masalah Sunah Rasulullah saw telah mengajak kaum muslimin untuk mengamalkannya. Beliau juga tidak luput menerangkan posisi para Imam dalam mengantarkan Sunah yang benar kepada umat Islam serta menghidupkan ajaran-ajaran Nabi yang berusaha untuk dihilangkan oleh para penyeleweng dan mereka yang ingin menonaktifkan Sunah Rasulullah saw.

Imam Ali bin Abi Thalib berkata, 'Ikutilah tuntunan Nabi kalian Muhammad saw karena tuntunannya adalah hidayah yang paling utama. Amalkanlah Sunah Nabi karena Sunahnya adalah yang paling menuntun manusia'.

Imam Ali bin Abi Thalib berkata, 'Hamba yang paling dicintai di sisi Allah adalah orang yang mengikuti dan mengamalkan sesuai dengan perilaku dan jejak-jejak Nabi Muhammad saw'. Beliau melanjutkan, 'Relakanlah Muhammad saw sebagai pemandu kalian dan jadikan ia sebagai pemimpin menuju keselamatan'.

Imam Ali bin Abi Thalib berkata, 'Pada tangan manusia ada kebenaran dan kebatilan, kejujuran dan kebohongan, nasikh (yang menghapus) dan mansukh (yang terhapus), umum dan khusus, muhkam (yang pasti) dan mutasyabih (yang samar) dan dihafalkan dan dikhayalkan. Telah terjadi ada orang yang berdusta atas nama Rasulullah saw ketika Nabi masih hidup sehingga membuat beliau harus bersiri berpidato, 'Barang siapa yang berbohong dengan mengatasnamakan namaku secara sengaja niscaya ia telah menyiapkan tempatnya di neraka'.

Imam Ali bin Abi Thalib berkata, 'Keluarga Muhammad saw tidak dapat dibandingkan dengan siapa pun dari umat ini. Kehidupan mereka adalah personifikasi ilmu sementara kematian bagi mereka sama artinya dengan kebodohan. Mereka tidak pernah menentang kebenaran dan tidak pernah berselisih tentangnya. Mereka adalah tiang-tiang penguat agama dan sahabat karib yang menjaga. Dengan keberadaan mereka niscaya kebenaran kembali pada takarannya dan kebatilan akan sirna dan lenyap dari tempatnya serta lidahnya akan terpotong dari pangkalnya. Mereka mengikat agama dengan akal yang sadar dan terlindung tidak dengan akal yang hanya mendengar dan kemudian meriwayatkan. Mereka adalah tempat rahasia-rahasia Rasulullah saw dan pengayom urusannya, pelapis dan pelindung ilmunya dan penakwil hikmah-hikmahnya, gua tempat buku-bukunya dan gunung yang melindungi agamanya. Mereka adalah lentera di kegelapan dan sumber kebijakan, tambang ilmu dan tempatnya kesabaran'.

Imam Ali bin Abi Thalib berkata, 'Sesungguhnya aku berada di atas kebenaran yang jelas dari Tuhanku dan sesuai dengan cara Nabiku. Sesungguhnya aku berada di atas jalan yang jelas ketika aku berucap'.



Mengenal Tauhid, keadilan dan hari akhir
Imam Ali bin Abi Thalib ketika menetapkan dan membuktikan keberadaan Allah swt berkata, 'Segala puji syukur hanyalah milik Allah yang menunjukkan keberadaannya dengan ciptaan-Nya, penciptaan makhluk menunjukkan keazalian-Nya dan kesalahan yang makhluk-Nya perbuat menunjukkan bahwa tidak ada yang menyerupai-Nya. Ia berkata, 'Aku heran kepada orang yang ragu dengan Allah sementara ia melihat ciptaan-Nya bahkan bagi akal ditampakkan kepada kita tanda-tanda pengaturan yang rapi dan kepastian yang tidak berubah.

Ketika Imam Ali bin Abi Thalib ditanya, 'Apakah engkau melihat Tuhanmu? Imam Ali bin Abi Thalib menjawab, 'Bagaimana mungkin aku menyembah Tuhan yang tidak kulihat? Kemudian beliau melanjutkan, 'Allah tidak dapat dilihat dengan mata panca indera akan tetapi hati yang melihatnya dengan hakikat iman. Allah lebih agung dari penetapan pengaturannya dengan hati.

Dalam doanya yang terkenal dengan nama doa Shabah beliau berkata, 'Wahai Zat yang menunjukkan diri-Nya dengan Zat-Nya. Zat yang suci dari penyerupaan dengan makhluk-Nya. Zat yang lebih mulia dari kesamaan dengan makhluknya dalam kualitas. Wahai Zat yang lebih dekat dari persangkaan yang terbetik dalam benak seseorang dan lebih jauh dari sekelebatan pandangan dan mengetahui sesuatu yang belum terjadi.

Imam Ali bin Abi Thalib memuat khotbah-khotbahnya dengan pengertian-pengertian yang tinggi yang diambil dari ayat-ayat Al-Quran yang menunjukkan kekuatan ilahiah; langit dan bumi. Beliau menjelaskan dengan panjang lebar bagaikan ilmuwan yang tahu betul apa yang diucapkannya. Ia menjelaskan dengan detil ayat-ayat kekuasaan Allah yang membuat siapa yang mendengarnya akan bertambah keimanan, kekhusyukan dan ketundukkannya kepada Allah swt. Karena begitu mendengar ucapan Imam Ali bin Abi Thalib seseorang dapat merasakan langsung apa yang dibicarakannya. Sebagaimana Imam Ali bin Abi Thalib berkata, 'Demi Allah! Seandainya disingkap segala penutup dari diriku aku tidak akan bertambah yakin'.

Imam Ali bin Abi Thalib memberikan penggambaran yang detil tentang sifat-sifat Allah yang membuat para filsuf menjadikan ucapan-ucapannya sebagai bahan kajian yang dapat membuka pembahasan lebih luas. Tanpa ucapan-ucapan Imam Ali bin Abi Thalib pembahasan sifat ilahi para pembahas dapat tersesat karena ucapan beliau bersumber dari hidayah rabbani.

Beliau berkata, 'Kesempurnaan tauhid dan pengesaan Allah adalah ikhlas kepada-Nya. Kesempurnaan keikhlasan kepada Allah swt adalah menafikan sifat dari-Nya. Hal itu dikarenakan setiap sifat pasti bukan zat yang disifati dan setiap zat yang disifati pasti bukan sifat. Oleh karenanya, barang siapa yang menyifati Allah swt berarti ia telah menjadikan teman bagi-Nya. Dan barang siapa yang berpikir bahwa Allah memiliki teman itu berarti ia telah menduakan-Nya. Barang siapa yang menduakan-Nya berarti ia telah membagi-Nya. Dan barang siapa yang membagi-Nya berarti ia tidak mengerti tentang-Nya. Dan barang siapa yang tidak mengetahui-Nya berarti ia telah menunjukkan-Nya. Barang siapa yang menunjuki-Nya berarti ia telah membatasi-Nya. Dan barang siapa yang membatasi-Nya berarti telah menganggap-Nya berbilang. Allah ada tanpa diciptakan, wujud-Nya tidak diperoleh setelah sebelumnya tidak ada. Allah senantiasa bersama dengan segala sesuatu tapi tidak menemani mereka dan tidak bersama segala sesuatu tapi tidak sirna.

Imam Ali bin Abi Thalib berargumentasi tentang keesaan Allah dengan ucapannya, 'Ketahuilah wahai anakku, Seandainya Allah memiliki sekutu niscaya utusannya telah mendatangimu dan engkau akan melihat bekas-bekas kerajaan dan kekuasannya. Ketahuilah wahai anakku, tidak ada seseorang pun yang memberikan kabar berita tentang Allah swt sebagaimana kabar berita yang dibawakan oleh Rasulullah saw maka relakanlah ia menjadi penuntunmu'.

Imam Ali bin Abi Thalib memerikan keadilan Allah swt dengan ucapannya, 'Keadilan membuat Allah tidak berbuat kezaliman kepada hamba-Nya dan berbuat keadilan terhadap semua makhluk-Nya. Allah berbuat keadilan kepada semua makhluk-Nya dalam hukum dan menghukumi segala sesuatunya dengan keadilan. Imam Ali bin Abi Thalib kebudian berkata, 'Sesungguhnya Allah tidak memerintahkanmu kecuali ada kebaikan dibaliknya dan tidak akan melarangmu kecuali ada kejelekan dibalik larangannya. Hukum-Nya satu tidak pilih kasih baik untuk penghuni langit atau bumi. Allah tidak akan memasukkan seseorang ke dalam surga karena perbuatan yang membuatnya seharusnya berada di neraka'.



Mengenal kepemimpinan ilahi (kenabian dan imamah)
Hidayah ilahi yang disebut dengan kepemimpinan orang-orang yang diberi hidayah. Orang-orang yang dipilih oleh Allah untuk memberi petunjuk kepada hamba-hamba Allah adalah sunnatullah yang senantiasa ada bagi makhluk-Nya. Allah membekali mereka dengan akal, ilmu dan mempersenjatai mereka dengan iradah dan kehendak.

Sunnatullah yang berlaku kepada manusia ini dimulai dengan pemilihan Adam AS. sebagai sebaik-baik makhluk-Nya. Imam Ali bin Abi Thalib berkata, 'Allah swt kemudian menurunkan Adam ke bumi setelah ia bertaubat agar ia memakmurkan dunia dengan anak keturunannya sekaligus menegakkan bukti Allah kepada hamba-Nya. Allah tidak akan membiarkan mereka dalam kekosongan setelah memilih mereka dan menegaskan kepada makhluk-Nya akan bukti rububiah-Nya yang menjadi perantara antara makhluk-Nya dan pengetahuannya. Bahkan Allah swt telah mengadakan perjanjian dengan mereka lewat lisan manusia-manusia pilihan-Nya dari para Nabi dan mereka yang bertanggung jawab membawa amanat risalah-Nya dari abad ke abad. Allah meletakkan amanat tersebut kepada sebaik-baik orang yang mampu menjaga amanat-Nya. Keturunan-keturunan mulia inilah yang memegang amanat tersebut yang berpindah dari rahim yang suci ke rahim suci lainnya. Semua ini bak rantai yang tak berputus hingga sampai pada keturunan terakhir mereka Muhammad saw. Keturunan termulia dari tambang ilmu dan keutamaan. Keturunan yang lahir dari pohon di mana para Nabi Allah berasal dari sana begitu juga mereka para pembawa amanat ilahi'.

Imam Ali bin Abi Thalib menyifati kezuhudan para Nabi, keberanian, kerendahan hati dan bagaimana Allah melindungi dan mendidik mereka sekaligus menguji dan memberi cobaan kepada mereka dalam perjuangan di jalan Allah. Imam Ali bin Abi Thalib juga menjelaskan kewajiban-kewajiban para Nabi yang dapat dilihat dalam masalah tablig dan dakwah kepada Allah swt, memberi kabar gembira dan ancaman, menegakkan hukum Allah di bumi, memberi petunjuk manusia dengan mengeluarkan mereka dari kebodohan dan kesesatan dan berjuang menghadapi musuh-musuh Allah.

Jalan yang telah dipersiapkan Allah untuk memberikan petunjuk manusia akan berlangsung secara berkesinambungan hingga hari kiamat. Oleh
karenanya, bumi tidak akan pernah kosong dari bukti Allah; baik itu tampak dan diketahui banyak orang atau tersembunyi. Karena yang terpenting adalah bagaimana bukti Allah tetap ada di muka bumi dan tidak lenyap. Ketika kenabian telah berakhir dengan Nabi Muhammad saw, maka perintah pemberian petunjuk berpindah kepada keluarganya yang dikenal sebagai keluarga terbaik. Orang-orang yang bilsa berbicara pasti dilakukan dengan kejujuran dan bila berdiam diri tidak didahului. Mereka berasal dari pohon kenabian, dilingkupi oleh risalah kenabian, tempat lalu lalang para malaikat, tambang ilmu pengetahuan dan sumber kebijakan. Mereka orang-orang yang memiliki posisi yang mulia di sisi Allah. Dengan keberadaan mereka Allah swt menjaga bukti-bukti dan hujjah-Nya. Al-Quran dapat diketahui karena mereka dan dengan Al-Quran mereka dapat dikenal, pada mereka kemuliaan Al-Quran tersimpan dan khazanah kasih sayang Allah dan mereka orang-orang yang disebut dalam Al-Quran Ar-Rasikhun bil 'Ilm (orang-orang yang menyatu dengan ilmu tentang Al-Quran). Kesabaran mereka akan menjelaskan seberapa luas ilmu yang dimiliki, bentuk dan perilaku lahiriah mereka akan menunjukkan batin mereka dan diamnya mereka menandakan kebijakan berpikir dan bertutur. Mereka tidak pernah menentang kebenaran dan tidak pernah berselisih dalam hal kebenaran. Mereka adalah tiang-tiang penguat agama dan bak sahabat karib yang menjaga agama. Dengan keberadaan mereka niscaya kebenaran kembali pada takarannya dan kebatilan akan sirna dan lenyap dari tempatnya. Mereka adalah asas agama dan pokok keyakinan. Orang yang telah melampaui batas akan menyesuaikan dirinya dengan menjadikan mereka sebagai tolok ukur dan orang yang tertinggal dapat menyesuaikan diri dengan menjadikan mereka sebagai patokan. Mereka memiliki kekhususan-kekhususan tertentu seperti hak memiliki wilayah (kepemimpinan) dan wasiat serta warisan Nabi tentang kepemimpinan adalah untuk mereka.

Imam Ali bin Abi Thalib menegaskan kedudukan dan posisi Ahli Bayt AS. selaku pemimpin baik dalam bidang pemikiran maupun dalam bidang politik. Imam Ali bin Abi Thalib berusaha mendekatkan kepemimpinan yang terlanjur dijauhkan dari pemiliknya yang semestinya setelah ditentukan oleh Nabi Muhammad saw. Beliau mengkritik cara pandang dan kebijakan para khalifah sebelum dirinya baik secara global maupun detil. Sekalipun dengan kritik itu beliau telah merelakan, secara terpaksa, haknya sebagai khalifah dan berusaha mengajukan ide-ide murni yang bersumber dari Nabi tentang kepemimpinan setelah Rasulullah saw. Imam Ali bin Abi Thalib tetap berjuang untuk merealisasikan kebenaran dengan cara dan metode yang bijak dan sesuai dengan kondisi kritis yang sedang dialami negara dan umat Islam pada waktu itu. Beliau mampu mengajukan teori dan sistem yang sempurna dan menyiapkan sejumlah kader untuk menerapkannya ketika kondisi memungkinkan untuk itu.



Mengenal Imam Mahdi
Kajian tentang masalah Imam Mahdi AF. terpengaruh perhatian yang diberikan kepada Al-Quran dan Nabi Muhammad saw. Imam Ali bin Abi Thalib AS. sekalipun dalam kondisi yang sulit di mana masyarakat Islam yang baru dan belum stabil masih tetap memberikan perhatian yang cukup tentang masalah Imam Mahdi AF. Beliau berkata, 'Ketahuilah bahwa pada suatu hari -dan hari itu akan datang sekalipun kalian tidak mengetahuinya kapan- di mana seorang pemimpin akan muncul dan bukan dari keluarga pemimpin yang ada sekarang. Ia akan menghukumi para pejabat pemerintahan sesuai dengan perbuatan buruk mereka. Bumi akan mengeluarkan barang tambangnya demi sang pemimpin. Ia akan menunjukkan bagaimana cara menjalankan roda pemerintahan dengan adil kepada kalian. Al-Quran dan Sunah Nabi yang sampai sebelum munculnya dipinggirkan dan tidak dipergunakan sebagaimana mestinya akan dihidupkan kembali olehnya'.

Ucapan Imam Ali bin Abi Thalib tentang Imam Mahdi AF. Adalah cara pandang yang detil dan pasti serta memberikan penerangan yang jelas mengenai tanda-tanda kemunculannya. Kemunculannya akan terlihat pada revolusi global yang kemudian memberikan kesempatan kembali kepada Islam memainkan peranannya di dunia Islam dan bahkan untuk manusia dan kemanusiaan. Imam Ali bin Abi Thalib tentang pemimpin revolusi global ini berkata, 'Oleh Imam Mahdi AF. segala keinginan yang ada akan diikutkan sesuai dengan petunjuk wahyu setelah sebelumnya masyarakat menjadikan hidayah dan petunjuk senantiasa mengikuti hawa nafsunya. Masyarakat dengan segala macam teori yang ada dipaksakan kepada Al-Quran dan Al-Quran hanya dipakai sebagai bahan justifikasi pendapat mereka sementara Imam Mahdi AF. berusaha agar semua teori dan pandangan yang ada malah mengikuti Al-Quran dan bukan sebaliknya'.

Sebuah yayasan yang bernama Muassasah Nahjul Balaghah telah berhasil mengumpulkan hadis-hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ali bin Abi Thalib tentang Imam Mahdi AF. Hadis-hadis tersebut telah terkumpul dalam satu volume dan hadis yang terkumpul sebanyak 291 hadis. Empat belas hadis berbicara tentang nama, sifat-sifat dan nama panggilan dari Imam Mahdi. Tujuh puluh tujuh hadis menjelaskan tentang keturunan Imam Mahdi AF. bahwa ia berasal dari keturunan Quraisy, Bani Hasyim, Ahli Bayt dan dari keturunan Ali bin Abi Thalib sendiri. Ia adalah keturunan dari Fathimah Az-Zahra AS. juga keturunan dari Imam Husein AS. dan salah satu imam kedua belas. Empat puluh lima hadis berhubungan dengan Imam Mahdi AF. dalam Al-Quran, Nahjul Balaghah dan syair yang diucapkan oleh Imam Ali bin Abi Thalib. Dua puluh tiga hadis berbicara tentang para penolong Imam Mahdi AF. dan riwayat-riwayat yang menyinggung tentang pemimpin. Dua belas hadis bercerita tentang masalah keluarga Sufyan dan Dajjal. Dua puluh enam hadis menjelaskan tentang kegaiban Imam Mahdi AF. dan ujian serta cobaan orang-orang Syi'ah semasa kegaiban Imam Mahdi dan keutamaan melakukan penantian kemunculan Imam Mahdi AF. Tujuh puluh lima hadis menceritakan tentang fitnah sebelum kemunculan Imam Mahdi AF. tanda-tanda kemunculannya, apa yang akan diperbuat dan akan terjadi setelah kemunculan Imam Mahdi AF. masalah hewan-hewan berkaki empat di bumi serta Ya'juj dan Ma'juj. Sembilan belas hadis berkaitan dengan keutamaan masjid Kufah dan akan keluarnya seorang dari Ahli Bayt dengan orang-orang dari timur yang membawa pedang di pundaknya selama delapan bulan sehingga orang-orang berkata, 'Demi Allah! Orang ini dari keturunan Fathimah. Kemudian ia menjelaskan pemerintahan di muka bumi dengan munculnya Imam Mahdi AF. bagaimana ia memerintah dan terakhir bagaimana agama ditutup dengannya.

Imam Ali bin Abi Thalib berkata, 'Wahai Kumail! Ilmu yang ada ini akulah pembukanya sementara rahasia yang ada diakhiri oleh Al-Mahdi AF. Wahai Kumail! Kalian perlu memperhatikan masa lalu kalian dan kami yang akan menang dibanding kalian'.

Agama dibuka dan ditutup dengan kami. Karena kami orang-orang selamat dari kesesatan yang ditimbulkan oleh fitnah sebagaimana mereka telah diselamatkan dari kesesatan syirik. Allah swt mendekatkan hati kaum muslimin berkat kami setelah permusuhan yang ditimbulkan oleh fitnah sebagaimana hati dan agama mereka telah didekatkan setelah permusuhan yang berlandaskan kesyirikan'. Seandainya pemimpin kami, Al-Mahdi, telah muncul niscaya langit akan mengucurkan hujan dan bumi akan menumbuhkan tanaman. Permusuhan akan hilang dari hati manusia. Binatang-binatang liar akan menjadi jinak sehingga seorang wanita berjalan dari Irak hingga ke Syam dengan aman. Ia hanya meletakkan kakinya di atas tumbuh-tumbuhan dan perhiasan yang berada di atas kepalanya tetap karena binatang-binaang buas tidak mengganggu dan tidak menakuti-nakutinya'.



Mengenal pemerintahan Islam: filsafat dan prinsip
Imam Ali bin Abi Thalib telah mengajukan bentuk praktis dalam pemerintahan Islam sepeninggal Rasulullah saw. Bentuk praktis ini digandengkan dengan teori paripurna yang sesuai dengan berbagai dimensi kehidupan yang ditunjukkan dengan surat dan perjanjiannya yang terkenal kepada Malik Al-Asytar ketika diangkat menjadi gubernur Mesir. Para sosiolog begitu menaruh perhatian terhadap surat ini dan memberikan komentar, penjelasan dan membandingkannya dengan sistem sosial pemerintahan lain. Teks ini termasuk salah satu dalil bagi keindahannya dan dengan ini mazhab Ahli Bayt berbeda dengan semua aliran yang ada yang membawa nama Islam dan kekhalifahan Islam. Sebagai tambahan dari teks yang luar biasa ini dapat ditemukan di Nahjul Balaghah dan buku-buku lainnya yang sampai kepada para ulama, teks ini juga dapat membantu untuk memahami dan menyingkap ide dan pemikiran Imam Ali bin Abi Thalib dan pandangan Islam tentang filsafat pemerintahan dan sistemnya baik prinsip maupun cabang masalahnya. Untuk itu ada baiknya untuk melihat secara ringkas pandangan tersebut.

Imam Ali bin Abi Thalib telah menegaskan bahwa pemerintahan adalah merupakan keharusan sosial manusia dengan ucapannya, 'Masyarakat, apapun itu, membutuhkan pemimpin; baik atau buruk. Sementara Imamah adalah sistem umat'. Beliau juga kemudian menjelaskan bahwa pemerintahan adalah pengenalan terhadap kehidupan itu sendiri, 'Kekuasaan menampakkan kekhususan yang baik sebagaimana terkadang memunculkan keburukan'.

Beliau menjelaskan bahwa pemerintahan dan kekuasaan adalah sesuatu yang bakal lenyap. Oleh karenanya, jangan sampai tertipu olehnya. Beliau berkata, 'Negara, sebagaimana dia diterima juga ditolak'. Kemudian beliau memberikan pandangan pemerintahan yang baik dan memberikan manfaat bahwa pemerintahan yang patut dicontoh adalah yang memiliki nilai dan layak untuk dipersiapkan dan dibuat rencana masa depannya.

Garis-garis besar sistem pemerintahan Islam dan fungsi negara percontohan Islam sebagai berikut:

1. Membudayakan dan mendidik umat.

2. Menegakkan keadilan.

3. Mengayomi agama.

4. Menegakkan supremasi hukum.

5. Mendidik masyarakat.

6. Bersungguh-sungguh dalam memperbaiki (nasihat) dan penyampaiannya.

7. Menyiapkan dan memperbaiki kebutuhan hidup masyarakat.

8. Melindungi dan membela kemerdekaan dan kemuliaan umat.

9. Mengamankan stabilitas dalam negeri.

10. Menolong kaum lemah.

11. Membantu orang tertindas.

12. Perhatian lebih pada pembangunan.

Sementara syarat-syarat penguasa yang patut dicontoh hendaknya ia memiliki sifat-sifat yang dipandang penting dalam menguatkan dan menstabilkan negara. Secara ringkas syarat-syarat pemimpin sebagai berikut:

1. Menolong dan membantu kebenaran.

2. Memahami permasalahan yang dihadapi.

3. Pengetahuan yang luas.

4. Keberanian dalam menegakkan kebenaran.

5. Memiliki niat yang baik.

6. Berbuat baik kepada rakyat.

7. Memiliki rasa harga diri yang tinggi.

8. Berbuat adil tanpa pandang bulu.

9. Kemampuan manajemen dan ekonomi.

10. Kejujuran.

11. Kelemahlembutan.

12. Sabar.

13. Melindungi dan membela agama.

14. Wara' (bertakwa).

15. Dipercaya dan bertanggung jawab.

16. Sadar.

17. Mengeluarkan undang-undang yang mampu dilakukan oleh masyarakat.

18. Tidak membohongi masyarakat dengan alasan kekuasaan.

19. Pembagian kerja yang benar dan penunjukan tanggung jawab sesuai dengan kemampuannya.

20. Usaha keras dan kedermawanan namun tidak menghambur-hamburkan kekayaan negara secara royal.

Ungkapan Imam Ali bin Abi Thalib penuh dengan sebab-sebab yang dapat meruntuhkan sebuah negara sekaligus juga mewanti-wanti para penguasa, pejabat dan para wali kota untuk berhati-hati agar tidak terjerumus ke dalamnya. Secara ringkas beberapa sebab yang dapat meruntuhkan sebuah negara:

1. Kebodohan

2. Pemaksaan pendapat dan tidak mau bermusyawarah.

3. Mengikuti hawa nafsu.

4. Berbilangnya jumlah pusat kekuatan.

5. Mengikuti kebatilan dan menganggap remeh agama.

6. Berbuat seenaknya dan zalim.

7. Sombong dan terlalu bangga dengan dirinya.

8. Tidak berbuat kebaikan.

9. Menghambur-hamburkan potensi dan kekayaan negara.

10. Lupa diri.

11. Balas dendam.

12. Manajemen yang buruk.

13. Sedikit mengambil pelajaran dari pengalaman.

14. Sering berbuat kesalahan.

15. Menghilangkan pilar-pilar pemerintah.

16. Mengangkat orang-orang yang tidak profesional menduduki jabatan tertentu. Imam Ali bin Abi Thalib berkata, 'Memilih orang-orang tidak profesional menduduki jabatan-jabatan pemerintahan akan membuat pemerintah tidak dipercaya bahkan runtuh'.

17. Pengkhianatan. Imam Ali bin Abi Thalib berkata, 'Bila terjadi pengkhianatan, berkah dalam kehidupan akan diangkat. Barang siapa yang menterinya melakukan pengkhianatan maka manajemen pemerintahannya menjadi rusak.

18. Kelemahan dalam masalah politik. Imam Ali bin Abi Thalib berkata, 'Bahaya yang senantiasa mengintai para pemimpin adalah kelemahan dalam masalah politik. Bahaya orang yang kuat adalah kelemahan dalam menekan kemarahan. Barang siapa yang terlambat mengatur sesuatu maka itu berarti ia mendahulukan kehancurannya'.

19. Perilaku buruk. Imam Ali bin Abi Thalib berkata, 'Bahaya yang senantiasa mengintai para penguasa adalah perilaku buruk'.

20. Lemahnya para pejabat dan wali kota.

21. Lemahnya dukungan masyarakat terhadap penguasa. Imam Ali bin Abi Thalib berkata, 'Bahaya sebuah pemerintah adalah lemahnya dukungan'

22. Prasangka buruk kepada orang yang menasihati merupakan tanda-tanda kehancuran sebuah negara.

23. Ketamakan pemimpin akan kelezatan dunia. Imam Ali bin Abi Thalib berkata, 'Seorang pemimpin adalah orang yang tidak mencari muka, tidak menipu dan tidak ditipu oleh ketamakan'. Beliau menambahkan, 'Ketamakan merendahkan seorang pemimpin'.

24. Ketiadaan keamanan.



Mengenal ibadah dan kewajiban
Imam Ali bin Abi Thalib berkata, 'Sesungguhnya Allah swt mewajibkan kepada kalian sejumlah kewajiban maka jangan kalian sia-siakan itu. Allah swt telah memberikan batasan-batasan kepada kalian maka jangan kalian langgar itu. Allah swt telah melarang kalian dari beberapa perkara maka jangan kalian terjang larangan itu. Allah swt tidak memberikan perintah kepada kalian tentang banyak hal dan itu bukan karena lupa, maka jangan kalian memaksakan diri. Allah swt tidak pernah memerintahkan kalian akan satu perkara melainkan atas dasar kebaikan yang dikandungnya dan tidak melarang kalian akan satu perkara melainkan atas dasar kejelekan dan keburukan yang idkandungnya'.

Imam Ali bin Abi Thalib berkata, 'Seyogianya engkau menjaga segala sesuatu yang bila engkau menyia-siakannya engkau tidak bakal diampuni'. Imam Ali bin Abi Thalib berkata, 'Hal pertama yang diwajibkan oleh Allah swt kepada kalian adalah menyukuri nikmat-Nya dan mencari keridaan-Nya. Sangat beruntung orang yang senantiasa menjaga ketaatannya kepada Tuhannya. Orang-orang yang bercepat-cepat melakukan ketaatan dan mendahului orang lain melakukan perbuatan baik. Bila kalian tidak melakukannya maka itu berarti kalian tidak melakukan perintah-perintah dan kewajiban-kewajiban Allah swt. Tidak diperkenankan seorang mendekati Allah dengan ibadah-ibadah sunah sementara ia masih disibukkan dengan ibadah-ibadah wajib. Tidak ada ibadah yang nilainya menyamai pelaksanaan kewajiban'. Imam Ali bin Abi Thalib juga sangat memperhatikan penjelasan tentang filsafat sejumlah dari syariat dan hukum Islam. Beliau berkata, 'Allah swt mewajibkan iman untuk menyucikan manusia dari syirik. Salat untuk menyucikan manusia dari kesombongan, zakat untuk menambah rezeki, puasa untuk menguji keikhlasan seorang hamba, haji untuk menguatkan agama, jihad untuk kemuliaan Islam, amar makruf untuk kebaikan dan kemaslahatan masyarakat awam, nahi mungkar untuk mencegah orang-orang bodoh berlaku tanpa petunjuk, silaturahmi memanjangkan umur, qisas untuk mencegah pertumpahan darah tanpa sebab, menegakkan hukum pidana untuk memuliakan hukum (hal-hal yang haram), meninggalkan minuman keras dan memabukkan untuk menjaga akal, menjauhi perbuatan mencuri untuk menambah kemuliaan, meninggalkan zina untuk menjaga keturunan, meninggalkan liwat (perilaku seks sesama jenis) untuk memperbanyak keturunan, syahadah (martir) untuk menunjukkan kepada para pengingkar, meninggalkan dusta untuk memuliakan kejujuran, Islam memberikan keamanan kepada seseorang dari ketakutan, imamah sebagai sebuah sistem pemerintahan untuk umat dan ketaatan untuk menghormati imamah'.

Imam Ali bin Abi Thalib berkata, 'Zakatnya badan adalah jihad dan puasa dan orang yang melakukan ziarah kepada Ka'bah akan aman dari azab Allah swt'.

Dan Imam Ali bin Abi Thalib berkata, 'Laksanakan amar makruf engkau akan menjadi orang yang berbuat baik, jauhi dan larang perbuatan mungkar dan jelek dengan tangan dan lidah. Pisahkan perilaku keduanya dengan usaha yang yang sungguh-sungguh dari mu. Tujuan agama adalah amar makruf dan nahi mungkar serta menegakkan supremasi hukum. Jihad adalah tiang agama dan cara untuk selamat. Barang siapa yang melakukan jihad dengan menegakkan kebenaran akan berhasil. Mereka yang berjihad akan terbuka untuk mereka pintu-pintu langit. Balasan dan pahala orang berjihad adalah yang paling agung dan mulia'.



Mengenal akhlak dan pendidikan
Imam Ali bin Abi Thalib sangat mementingkan pendidikan masyarakat dan berusaha untuk mengobati penyimpangan akhlak yang terjadi dalam diri manusia yang memiliki akar yang sangat dalam. Imam Ali bin Abi Thalib menyebutkan obat paling penting dan asasi sesuai dengan ucapannya, 'Ketahuilah, sesungguhnya cinta dunia adalah pokok segala kesalahan'. Kemudian beliau menjelaskan sebab terdalam terkait dengan cinta dunia ketika menjelaskan sebab-sebab dari persekongkolan yang dilakukan untuk meminggirkan ide-ide Nabi bagi para khalifah. Rahasia saat mereka merampok kepemimpinan darinya padahal mereka tahu benar akan banyaknya teks-teks hadis Nabi Muhammad saw yang menyebutkan bahwa kepemimpinan setelah beliau berada di tangan Ali bin Abi Thalib. Imam Ali bin Abi Thalib berkata, 'Tidak, mereka telah mendengar hadis-hadis tentang kepemimpinanku dan sadar akan keberadaannya, akan tetapi keindahan dunia telah menghiasi mata mereka.

Akibat dari kecintaan yang sangat adalah manusia akan mempergunakan segala macam cara untuk mencapai tujuannya. Kecintaan terhadap sesuatu sering membuat sang pencinta menjadi buta dan tuli. Oleh karenanya, para khalifah mencari-cari alasan dengan segala macam cara sebagai pembenaran kelayakan mereka sebagai khalifah. Alasan-alasan inilah yang dibantah dengan sangat kuat dan indah oleh Imam Ali bin Abi Thalib. Akan tetapi mereka tetap bersikeras untuk tetap melakukan apa yang sudah mereka rencanakan sebelumnya berhadapan dengan sikap Imam Ali bin Abi Thalib. Dan bila ditanyakan kepada Imam Ali bin Abi Thalib tentang obat paling manjur untuk mengobat penyakit yang telah menghunjam dalam peyimpangannya, beliau pasti akan berkata bahwa obatnya adalah sebagaimana yang disebutkannya secara detil tentang orang yang bertakwa (muttakin) dalam salah satu khotbahnya yang terkenal dengan sebutan khotbah Hammam (nama salah seorang sahabatnya yang bertanya tentang sifat mukmin). Imam Ali bin Abi Thalib menjelaskan rahasia bagaimana orang-orang muttakin bisa sampai kepada derajat kesempurnaan yang demikian karena ketakwaan. Beliau berkata, 'Allah swt sebagai pencipta agung di mata dan jiwa mereka sementara mereka memandang selain-Nya adalah kecil'. Demikianlah sebuah makrifat hakiki tentang Allah yang menjadi sebab bagaimana dunia bisa rendah dan kecil di mata orang-orang muttakin. Bila dunia telah kecil dan rendah di mata mereka maka dunia tidak bisa menjadi tujuan dan tidak akan dikejar secara sungguh-sungguh untuk dapat memilikinya. Bahkan yang terjadi adalah mereka tidak rakus untuk memiliki dunia sebagaimana Imam Ali bin Abi Thalib tidak tamak akan dunia. Beliau menerima untuk tidak menjadi khalifah ketika Quraisy memaksanya untuk meninggalkan dan berlepas tangan dari kekhalifahan dengan ucapanya, 'Kekhalifahan telah membuat orang-orang menjadi egois dan jiwa menjadi kikir sementara untuk sebagian orang lain jiwa mereka menjadi celaka. Hakim adalah Allah swt dan janji yang disampaikan akan ditemui di hari kiamat'.

Dari sini dalam masyarakat Islam ada dua kelompok akhlak dan moral yang berbeda bahkan saling bertentangan; moral yang dipraktekkan oleh Imam Ali bin Abi Thalib menjauhkan politik machiaveli dan moral yang lain dipraktekkan oleh para khalifah yang meyakini pembenaran capaian tujuan dengan segala macam cara. Tampak bagaimana dalam asalah kekhalifahan Imam Ali bin Abi Thalib lebih memilih zuhd dan meninggalkannya sementara selainnya begitu rakus dan tamak meraih dan merebutnya dari tangan orang yang berhak.



Mengenal doa dan munajat
Sebagaimana para Imam yang lain, Imam Ali bin Abi Thalib juga memberikan perhatian yang serius tentang masalah doa dan munajat. Hal itu tentunya setelah Al-Quran membuka masalah ini dengan berbicara kepada Rasulullah saw. Allah swt berfirman, 'Katakanlah, Tuhanku tidak akan mengindahkan kalian bila tidak karena doa yang kalian panjatkan'. Imam Ali bin Abi Thalib menjelaskan pentingnya doa lewat teks-teks yang diriwayatkan darinya di samping perilaku beliau sendiri. Imam Ali bin Abi Thalib berkata, 'Doa adalah senjata para wali Allah'.

Nahjul Balaghah sendiri memuat sekumpulan doa-doa yang memiliki nilai tinggi di berbagai bidang. Doa-doa yang beliau lantunkan dikumpulkan dalah buku yang disebut Shahifah Alawiyah. Dan dari doa-doa terpilihnya adalah doa Kumail, doa Shabah dan munajat Sya'baniyah. Di sini akan disebutkan potongan dari munajatnya yang berbentuk syair yang diriwayatkan dari Imam Ali bin Abi Thalib. Beliau berkata:

Segala puji kepada-Mu, wahai pemilik kedermawanan, kebesaran dan ketinggian

Berkah-Mu Engkau berikan kepada siapa yang diinginkan atau tidak

Tuhanku, penciptaku, penjagaku dan tempatku meminta perlindungan

Aku akan memohon kepada-Mu apakah kondisiku sulit atau senang

Tuhanku, bila dosa-dosaku besar dan banyak

Maka ampunan-Mu lebih besar dan luas

Tuhanku, seandainya aku mengikuti semua keinginanku

Saat ini aku di taman penyesalan mengapa aku melakukan semua itu?

Tuhanku, Engkau melihat keadaanku, kefakiranku dan kebingunganku

Engkau mendengar munajatku sekalipun kupelankan suaraku

Tuhanku, jangan Engkau putuskan harapan yang kugantungkan pada-Mu

Jangan biarkan keputusasaanku karena harapanku hanyalah Engkau

Tuhanku, bila Engkau memutuskan harapanku dan mengusirku dari ke haribaan-Mu

Kepada siapa aku berharap dan kepada siapa aku meminta syafaat

Tuhanku, bebaskan aku dari azab-Mu karena sesungguhnya aku

Terpenjara dan rendah, aku tunduk dan takut kepada-Mu

Tuhanku, bila Engkau menyiksaku selama seribu tahun

Aku tahu bahwa benang harapan dari-Mu tidak akan terputus

Tuhanku, bila Engkau hanya mengampuni orang-orang baik

Siapa yang akan memaafkan orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya?

Tuhanku, orang yang merindukan-Mu melewati malam-malamnya tanpa tidur

Memohon dan bermunajat hingga pagi lupa melaksanakan salat subuh



Mengenal sastra Imam Ali bin Abi Thalib
Nahjul Balaghah dan buku-buku lainnya yang ditulis untuk melestarikan warisan intelektual Imam Ali bin Abi Thalib dengan mudah didapatkan. Bahkan dengan bentuk yang sangat puitis dengan menjaga kaidah-kaidah sebuah syair. Memperhatikan itu semua membuat orang mengetahui bagaimana ketinggian nilai dan pribadi Imam Ali bin Abi Thalib baik itu terkait dengan pidato, surat, kalimat-kalimat bijak dan dalam bidang puisi dan sastra. Tidak berlebihan bila disebutkan, sebagaimana para ahli sastra juga memberikan penilaian yang sama, bahwa sastra terbaik yang pernah dikenal oleh sejarah dari sisi kaidah, kedalaman dan ide-ide yang dikandungnya adalah sastra Imam Ali bin Abi Thalib AS.

Di sini sebagai contoh akan dibawakan beberapa bait syair dari Imam Ali bin Abi Thalib dalam beberapa tema. Tentunya dengan kepastian bahwa syair yang dituliskan berikut ini diambil dari diwan (kumpulan syair) yang dinisbatkan kepada Imam Ali bin Abi Thalib. Dan ini diperkuat lagi oleh sebagian sejarawan yang bersaksi dan mempergunakan sekumpulan syairnya.

Imam Ali bin Abi Thalib mengucapkan syairnya mengenang kematian ayahnya:

Abu Thalib adalah pelindung orang yang meminta perlindungan

Bak hujan yang tercurahkan, bak cahaya di kegelapan

Kepergianmu telah merusak untaian pelindung

Allah pemberi nikmat mengucapkan salawat padamu

Tuhanmu rela akan perbuatanmu

Paman terbaik buat Musthafa

Al-Jahizh Al-Baladzri menyebutkan, 'Ali bin Abi Thalib adalah sahabat Nabi yang paling dalam mengucapkan syair, paling fasih, orator tak tertandingi dan paling baik dalam menulis. Pada hari Ghadir, Imam Ali bin Abi Thalib pernah mengucapkan syairnya:

Rasul Allah menolong kami ketika mereka berselisih dan bermusuhan

Kaum muslimin yang mengerti kembali padanya

Kami gerakkan mereka yang sesat karena menghormati Rasul Allah

Ketika mereka belum melihat jalan dan petunjuk yang benar

Saat Rasul Allah membawa hidayah, kami semua

Senantiasa menaati Allah, kebenaran dan ketakwaan

Sibth bin Al-Jauzi meriwayatkan dalam bukunya Tadzkirah Al-Khawash bahwa Imam Ali bin Abi Thalib bersyair:

Ketamakan akan dunia memaksa orang untuk mengaturnya

Buatmu kejernihan dunia telah dikeruhkan

Mereka tidak menerima rezeki dunia dengan akal

Mereka menerima rezeki dengan takaran

Bahkan lewat kekuatan atau perang

Bak burung pemburu yang mendapat rezeki burung gereja

Dan diriwayatkan dari Imam Ali bin Abi Thalib:

Penyakit mu ada pada dirimu sendiri, sayangnya tak disadari

Obatnya pun dari dirimu sendiri, sayangnya tak di perhatikan

Pikirmu bentukmu kecil

Padahal terkumpul pada dirimu alam yang besar

Salawat dan salam bagimu wahai ayah Hasan dan Husein. Wahai pemimpin sastrawan salam bagimu pada hari kelahiran, hari beriman, hari perjuangan, hari kesabaran, hari ketika engkau menjadikan supremasi hukum di atas segala-galanya, hari ketika engkau syahid dengan penuh kesabaran dan hari ketika engkau dibangkitkan kembali. Hari di mana engkau menuntun para pecintamu menuju telaga kautsar terus menuju jannatun naim.


22
Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib AS.

Catatan Kaki:
1 . QS. 6 : 71.
2 . QS. 2 : 213.
3 . QS. 33 : 4.
4 . QS. 3 : 101.
5 . QS. 10 : 35.
6 . QS. 34 : 6.
7 . QS. 28 : 50.
8 . QS. 51 : 56.
9 . Hujjah dalam hadis dibagi menjadi dua, hujjah batin dan itu adalah akal dan hujjah lahiriah seperti para Nabi, Rasul dan wakil-wakil mereka seperti para Imam. (-pen)
10 . QS. 13 : 7.
11 . QS. 6 : 124.
12 . QS. 3 : 179.
13 . QS. 2 : 213.
14 . QS. 62: 2.
15 . QS. 33 : 21.
16 . Al-Isti'ab (Al-Mathbu' bi Hamisyi Al-Ishabah), jilid 3, hal 44, terbitan Dar Ihya At-Turats Al-'Arabi, Beirut.
17 . Bagian dari pidato Fathimah Az-Zahra AS. yang terkenal di hadapan Abu bakar, Umar bin Khatthab dan seluruh kaum muhajirin dan Anshar tidak lama setelah meninggalnya Nabi dan meminta untuk mengembalikan kekhalifahan kepada Ali.
18 . QS. 3:144.
19 . Allamah Majlisi, Bihar Al-Anwar, jilid 33, hal 596-597, Bab Al-Fitan Al-Haditsah bi Mishr, cetakan Wizarah At-Tsaqafah wa Al-Irsyad Al-Islami, 1368 HS.
20 . Allamah Majlisi, Bihar Al-Anwar, jilid 32, hal 50, Bab Bai'ah Amir Al-Mu'minin.
21 . Allamah Majlisi, Bihar Al-Anwar, jilid 32, hal 36.
22 . Allamah Majlisi, Bihar Al-Anwar, jilid 34, hal 111, Bab Al-Fitan Alati Waqa'at fi Zaman Ali AS.
23 . Al-Futuhat Al-Islamiyah, jilid 2, hal 516.
24 . Kasyf Al-Ghummah, hal 93.
25 . Yanabi' Al-Mawaddah, 126.
26 . QS. 2:273. Lihat Yanabi' Al-Mawaddah, hal 92.
27 . QS. 5:55. Lihat Tafsir At-Thabari, jilid 6, hal 165, Tafsir Al-Baidhawi dan lain-lainnya.
28 . QS. 33:33. Lihat Shahih Muslim, Bab Fadhail As-Shahabah.
29 . QS. 3:61. Lihat Shahih At-Turmudzi, jilid 2, hal 300.
30 . Lihat Al-Kassyaf milik Az-Zamakhsyari. At-Thabari di Ar-Riyadh An-Nadhirah, jilid 2, hal 207.
31 . Ar-Riyadh An-Nadhirah, jilid 1, hal 166.
32 . Thabaqat Ibnu Sa'ad, jilid 2, hal 338. Hilyah Al-Auliya', jilid 1, hal 68.
33 . Sunan At-Turmudzi, jilid 5, hal 595, hadis nomor 3720.
34 . Ibnu Hajar, Al-Ishabah, jilid 4, hal 171, nomor 994. Majma Az-Zawaid, jilid 1, hal 102.
35 . Syarh Nahjul Balaghah, jilid 1, hal 6. Tadzkirah Al-Khawash, hal 87.
36 . Al-Isti'ab bi Hamisy Al-Ishabah, jilid 3, hal 45.
37 . Idem.
38 . Al-'Aqd Al-Farid, jilid 2, hal 216.
39 . Syarh Nahjul Balaghah, jilid 1, hal 7.
40 . Aimmatuna, jilid 1, hal 94, dinukil dari 'Ayan As-Syi'ah, jilid 3, bagian 1, hal 103.
41 . Tarikh Al-Ya'qubi, jilid 2, hal 213.
42 . Al-Imam Ali Shaut Al-'Adalah Al-Insaniyah, jilid 1, hal 14.
43 . Idem, hal 35.
44 . Burhan Ghalyiun, Naqd As-Siyasah, Ad-Daulah wa Ad-Din, hal 78, cetakan kedua 1993, Al-Muassasah Al-'Arabiyah lil Dirasah wa An-Nasyr.
45 . Sirah Al-A'immah Al-Itsna 'Asyr.
46 . Ibnu Abi Al-Hadid, Muqaddimah Syarh Nahjil Balaghah, jilid 1, hal 3.
47 . Manaqib Alu Abi Thalib, jilid 2, hal 361, cetakan Dar Al-Adhwa'.
48 . Lihat: Muqaddimah Syarh Nahjil Balaghah, peneliti Muhammad Abu Al-Fadhl Ibrahim.
49 . Shubh As-Shalih, Nahjul Balaghah, hal 531, hikmah ke 237, cetakan Dar Al-Hijrah, Qom.
50 . Bihar Al-Anwar, jilid 77, hal 236, Bab Washiyyah Amir Al-Mu'minin, cetakan Al-Wafa.
51 . Bihar Al-Anwar, jilid 40, hal 334, cetakan Al-Wafa.
52 . Idem, jilid 40, hal 327.
53 . Bihar Al-Anwar, jilid 40, hal 331. bab 97, nomor hadis 13, cetakan Al-Wafa.
54 . Shubh As-Shalih, Nahjul Balaghah, hal 418, surat ke 45.
55 . Shubh As-Shalih, Nahjul Balaghah, hal 323, khutbah ke 206.
56 . Al-Bidayah wa An-Nihayah, jilid 7, hal 276.
57 . Nahjul Balaghah, khutbah ke 200.
58 . Nahjul Balaghah, kalimat-kalimat hikmah ke 458.
59 . Nahjul Balaghah, khutbah ke 224.
60 . Nahjul Balaghah, hikmah nomor 479.
61 . Idem, nomor 480.
62 . Nahjul Balaghah, dari kitab 31, nomor 57.
63 . Nahjul Balaghah, hikmah ke 117.
64 . Ibnu Asakir, Tarikh Dimasyq, jilid 43, hal 414, Tarjamah Ali bin Abi Thalib.
65 . Malam Harir malam terdahsyat di mana dua pasukan bertemu di peperangan Shiffin. Lihat Muruj Az-Dzahab, jilid 2, hal 389.
66 . Ibnu Abi Al-Hadid, Muqaddimah Syarh Nahjul Balaghah, hal 16-30, peneliti Muhamamd Abu Al-Fadhl Ibrahim.
67 . Muhammad bin Saad, At-Thabaqat, jilid 1, hal 74, cetakan Leiden.
68 . As-Shaduq, Kamal Ad-Din, hal 170, cetakan Najaf Asyraf. Hal 172, cetakan Tehran dari Ibnu Abbas. Mausu'ah At-Tarikh Al-Islami, jilid 1, hal 285.
69 . Al-Fital, Raudhatul Wa'izhin, hal 121-122 tentang Washiyyah Abi Thalib Li Bani Hasyim.
70 . Ibnu Saad, At-Thabaqat, jilid 1, hal 75.
71 . Ibnu Atsir, Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 2, hal 90. Lihat: Mausu'ah At-Tharikh Al-Islami, jilid 1, hal 436.
72 . Bihar Al-Anwar, jilid 35, hal 72. Lihat juga: As-Syaikh At-Thusi, Munyah At-Thalib fi Iman Abi Thalib. As-Syaikh Abdullah Al-Khunaizi, Abu Thalib Mu'minu Quraisy. Mausu'ah At-Tarikh Al-Islami, jilid 1, hal 514-517 dan 596-601.
73 . As-Shibagh Al-Maliki, Al-Fushul Al-Muhimmah, hal 31.
74 . Bashair Ad-Darajat, hal 71, hadis dari Imam Shadiq AS. Lihat Mausu'ah At-Tarikh Al-Islami, jilid 2, hal 433-437.
75 . Ibnu As-Shabagh, Al-Fushul Al-Muhimmah, hal 32. Faraid As-Simthain jilid 1, hal 379 : 'Engkau telah melakukan hal yang tak pernah kau lakukan kepada orang lain'. Para perawi hadis dan penulis banyak menuliskan tentang keislaman Fathimah, hijrahnya, cinta dan kasih sayangnya ketika membesarkan Muhammad, kematian dan keutamannya. Ibnu Asakir, Ibnu Al-Atsir, Ibnu Abdi Birr, Muhib Ad-Din At-Thabari, Muhammad bin Thalhah, Ibnu As-Shibagh Al-Baladzri dan lain-lainnya adalah contoh dari mereka yang menuliskan semua itu.
76 . Shubh As-Shaleh, Nahjul Balaghah, khutbah 57, hal 92. At-thusi, Al-Amali, hal 364, nomor 765. Manaqib Alu Abi Thalib, jilid 2, hal 107. Ibnu Abi Al-Hadid, Syarh Nahjul Balaghah, jilid 4, hal 114. Bihar Al-Anwar, jilid 41, hal 217.
77 . Syarif Ar-Radhi, Khashais Amir Al-Mu'minin, hal 39. Al-Amini, Al-Ghadir, jilid 6, hal 22. Al-Hakim An-Naisyaburi, Al-Mustadrak, jilid 3, hal 483. Al-Hafizh Al-Kanji As-Syafi'I, Al-Kifayah. Al-Alusi, Al-Kharidah Al-Ghaibiyah fi Syarh Al-Qashidah al-'Ainiyah. Al-Mas'udi, Muruj Az-Zahab. As-Sirah An-Nabawiyah. Mausu'ah At-Tarikh Al-Islami, jilid 1, hal 306-310.
78 . As-Shaduq, 'Ilal As-Syarai', hal 56. Al-Fital An-Naisyaburi, Raudhah Al-Wa'izhin, hal 67. Bihar Al-Anwar, jilid 35, hal 8. Al-Arbali, Kasyf Al-Ghummah, jilid 1, hal 82.
79 . Bihar Al-Anwar, jilid 35, hal 18.
80 . Ya'sub berarti pemimpin. Mubir artinya penghancur.
81 . Al-Arbali, Kasyf Al-Ghummah, jilid 1, hal 93. Laqab lain milik Imam Ali tertulis dalam buku-buku hadis seperti: Shahih Turmudzi, An-Nasa'I, Al-Khashaish, Al-Hakim An-Naisyaburi, Al-Mustadrak, Al-Ishfahani, Hilyah Al-Auliya, Ibnu Al-Atsir, Usd Al-Ghabah, Az-Zahabi, Tarikh Al-Islam, dan lain lain.
82 . Bihar Al-Anwar, jilid 35, hal 43.
83 . Tarikh At-Thabari, jilid 2, hal 58, cetakan Muassasah Al-A'lami Beirut. Syarh Ibnu Abi Al-Hadid, jilid 13, hal 198. Yanabi' Al-Mawaddah hal 202. Kasyf Al-Ghummah, jilid 1, hal 104. Mausu'ah Tarikh Al-islami, jilid 1, hal 351-356.
84 . Ibnu Abi Al-Hadid, Syarh Nahjul Balaghah, jilid 1, hal 15. Menukil dari Al-BAladzri dan Al-Ishfahani.
85 . Al-Faidh, Syarh Nahjul Balaghah, hal 802, khutbah 234.
86 . QS. 68: 4.
87 . Ibnu Asakir, Tarikh Dimasyq, jilid 1, hal 41. Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 2, hal 58. Tarikh At-Thabari, jilid 2, hal 55. Sunan At-Turmudzi, jilid 5, hal 600, hadis ke 3735.
88 . Ibnu Abd Al-Bar Al-Maliki, Al-Isti'ab bi hamisy Al-Ishabah, jilid3, hal 29. Tarikh At-Thabari, jilid 2, hal 55. Pada Tarikh At-Thabari disebutkan, 'Ali adalah orang pertama yang memeluk islam. Pada Tarikh Dimasyq jilid 1, hal 32, 35,65, disebutkan, 'Ali orang pertam yang memeluk islam. Tarikh Al-Baghdadi, jilid 2, hal 81, nomor 459.
89 . Ibnu As-Shibagh Al-Maliki, Al-Fushul Al-Muhimmah, hal 126. Ibnu Asakir, Tarikh Dimasyq, jilid 1, hal 331, nomor hadis 401.
90 . Sumber-sumber buku hadis yang meriwayatkan bahwa Ali adalah orang pertama yang islam: Sunan Al-Baihaqi, jilid 5, hal 206. Musnad Abi Hanifah, nomor hadis 368, hal 173. Tarikh At-Thabari, jilid 2, hal 55, cetakan Muassasah Al-'Alami. Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 2, hal 57. Usd Al-Ghabah, jilid 4, hal 16. Tarikh Ibnu Khaldun, juz 3, hal, 715. Badu' Al-Wahy wa As-Sirah An-Nabawiyah, jilid 1, hal 262. As-Sirah Al-Halabiyah, jilid 1, hal 432. Muruj Az-Dzahab, jilid 2, hal 283. 'Uyun Al-Atsar, jilid 1, hal 92. Al-Ishabah fi Ma'rifah As-Shahabah, jilid 2, hal 507. Tarikh Baghdad, jilid 2, hal 18.
91 . Abbas Mahmud Al-'Aqqad, 'Abqariah Al-Imam Ali, hal 43. Al-Allamah Al-Amini menyebutkan dalam bukunya Al-Ghadir, jilid 3, hal 220-236 ada sekitar 66 hadis yang menyebutkan bahwa Ali adalah orang pertama yang islam dibandingkan dengan sahabat-sahabat yang lain.
92 . Al-Faidh, Nahjul Balaghah, hal 397, khutbah 131.
93 . Ibnu Asakir, Tarikh Dimasyq, jilid 1, hal 49, hadis nomor 88.
94 . QS. 2 : 43.
95 . Al-Haskani, Syawahid At-Tanzil, jilid 1, hal 85.
96 . Ibnu Al-Maghazili, Al-Manaqib, hal 14, nomor hadis 19. Syaikh Al-Mufid dalam bukunya Al-Irsyad menukil hadis yang mirip pada hal 30, pasal 1, bab 2. Ibnu Al-Atsir, Usd Al-Ghabah, jilid 4, hal 18, hadisnya sama.
97 . Ibnu As-Shibagh, Al-Fushul Al-Muhimmah, hal 33. Al-Kamil fi At-Tharikh, jilid 1, hal 58. Thabari memuat hal yang sama dalam buku sejarahnya, jilid 2, hal 58.
98 . Musnad Ahmad, jilis 1, hal 29. An-Nasa'I, Al-Khashais, hal 3. Ibnu Asakir, Tarikh Dimasyq, jilid 1, hal 58. Al-Kanji, Kifayah At-Thalib, hal 129. Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 2, hal 57.
99 . Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 2, hal 60. As-Sirah An-Nabawiyah, jilid 1, hal 315, cetakan Dar Al-Furqan, Beirut.
100 . Tarikh At-Thabari, jilid 2, 63, cetakan Muassasah Al-A'lami. Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 2, hal 62. Al-Mufid, Al-Irsyad, hal 42, bab 2, pasal 7. Tafsir Majma' Al-Bayan, jilid 7, hal 206. Ibnu Asakir, Tarikh Dimasyq, jilid 1, hal 86.
101 . Al-Mufid, Al-Ikhtishash, hal 146.
102 . Sirah Ibnu Hisyam, jilid 1, hal 321.
103 . Sirah Ibnu Hisyam, jilid 1, hal 350. I'lam Al-Wara, jilid 1, hal 125.
104 . Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa An-Nihayah, jilid 3, hal 84.
105 . Ibnu Abi Al-Hadid, Syarh Nahjul Balaghah, jilid 13, hal 256.
106 . A'yan As-Syi'ah, jilid 1, hal 235. Sirah Ibnu Hisyam, jilid 2, hal 57, 58.
107 . Ibnu Abi Al-Hadid, Syarh Nahjul Balaghah, jilid 1, hal 127.
108 . Ibid, jilid 4, hal 125.
109 . As-Sirah Al-Halabiyah, jilid 2, hal 174.
110 . Ibnu Hisyam, As-Sirah An-Nabawiyah, jilid 1, hal 440. Mausu'ah At-Tarikh Al-Islami, jilid 1, hal 700.
111 . Ibnu Hisyam, As-Sirah An-Nabawiyah, jilid 1, hal 480. Ibnu Syahr Asyub, Al-Manaqib, jilid 1, hal 182. Mausu'ah At-Tarikh Al-Islami, jilid 1, hal 717.
112 . Kanz Al-Ummal, jilid 3, hal 130, hadis nomor 5818. Hilyah Al-Auliya', jilid 6, hal 333.
113 . Ibnu As-Shibagh Al-Maliki, Al-Fushul Al-Muhimmah, hal 45. Bihar Al-Anwar, jilid 19, hal 59-60.
114 . Sejumlah besar ulama dan para sejarawan menceritakan kisah mabit (tidurnya Ali di pembaringan Nabi) seperti: At-Thabari, jilid 2, hal 99. Musnad Ahmad bin Hanbal, jilid 1, hal 331. Usd Al-Ghabah, jilid 4, hal 45. Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyq, jilid 1, hal 137. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, jilid 3, hal 4. Bihar Al-Anwar, jilid 19, hal 60.
115 . A'yan As-Syi'ah, jilid 1, hal 275.
116 . QS. 2 : 207. Terkait dengan asbab nuzul ayat lilhat : Ibnu Abi Al-Hadid, Syarh Nahjul Balaghah, jilid 13, hal 262. Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, jilid 3, hal 238. Al-Kanji, Al-Kifayah, hal 114. Sibth ibnu Al-Jauzy, At-Tadzkirah, hal 41. As-Syablanji, Al-Ibshar, hal 86. Ibnu Saad, At-Thabaqat, jilid 1, hal 212. Tarikh Al-Ya'qubi, jilid 2, hal 29. Sirah Ibnu Hisyam, jilid 2, hal 291. Ibnu Abdi Rabbih, Al-'iqd Al-Farid, jilid 3, hal 290. Tafsir Ar-Razi, jilid 5, hal 223. Al-Haskani, Syawahid At-Tanzil, jilid 1, hal 96.
117 . Tadzkirah Al-Khawash, hal 41. As-Sirah Al-Halabiyah bi Hamisyihi As-Sirah An-Nabawiyah, jilid 2, hal 27. Ibnu As-Shibagh, Al-Fushul Al-Muhimmah, hal 48. Ibnu Syahr Asub, Al-Manaqib, jilid 2, hal 65. Bihar Al-Anwar, jilid 19, hal 39. Ibnu Al-Atsir, Usd Al-Ghabah, jilid 4, hal 25.
118 . Ibnu Syahr Asub, Al-Manaqib, jilid 2, hal 58. Al-Mas'udi, Muruj Az-Dzhab, jilid 2, hal 285.
119 . At-Thusi, Al-Amali, jilid 2, hal 84. Bihar Al-Anwar, jilid 19, hal 64.
120 . At-Thusi, Al-Amali, jilid 2, hal 84. Bihar Al-Anwar, jilid 19, hal 64.
121 . QS. 3 : 191-195. Lihat Bihar Al-Anwar, jilid 19, hal 66-67.
122 . Raudhah Al-Kafi, hal 339.
123 . Bihar Al-Anwar, jilid 19, hal 64. Ibnu Syahr Asub, Al-Manaqib, jilid 1, hal 182. Ibnu Al-Atsir, Al-Kamil, jilid, 2, hal 106.
124 . Raudhah Al-Kafi, hal 339-340.
125 . Al-Hafiz Al-Kanji, Kifayah At-Thalib, hal 194.
126 . Ibnu As-Shibagh Al-Maliki, Al-Fushul Al-Muhimah, hal 38. Allamah Al-Amini, Al-Ghadir, jilid 3, hal 112.
127 . Dikeluarkan oleh Ahmad bin Hanbal dalam Manaqib Ali. Ibnu Asakir, Tarikh Dimasyq, jilid 6, hal 201. Al-Muttaqi Al-Hindi, Kanz Al-Ummal, jilid 5, hal 40. Kasyf Al-Ghummah, jilid 1, hal 326.
128 . Al-Kanji, Kifayah At-Thalib, hal 82. Tadzkirah Al-Khawash, hal 14. Al-Fushul Al-Muhimmah, hal 38. Hadis persaudaraan antara Nabi dan Ali dengan ibarat yang agak berbeda dan dalam sumber-sumber yang berbeda-beda seperti; Tarikh Ibnu Katsir, hal 201. Al-Fushul Al-Muhimmah, hal 22. Musnad Ahmad, jilid 1, hal 23. Tarikh Ibnu Hisyam, jilid 2, hal 132. Tarikh Dimasyq, jilid 6, hal 201. Faraid As-Simthain, jilid 1, hal 226. Al-Ghadir, jilid 3, hal 115. Kifayah At-Thalib, hal 185.
129 . Kasyf Al-Ghummah, jilid 1, hal 353.
130 . Kasyf Al-Ghummah, jilid 1, hal 348. Bihar Al-Anwar, jilid 43, hal 92. At-Thabari, Dalail Al-Imamah, hal 16-17.
131 . Ibnu Syahr Asub, Al-Manaqib, jilid 2, hal 181.
132 . Perang Badr yang pertama ini disebut perang Badr besar. Perang Badr pertama ini terjadi pada tahun kedua hijriah, tanggal 17 bulan Ramadhan. Sebagian berpendapat terjadi pada tanggal 19.
133 . Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 2, hal 134-135, cetakan Muassasah Al-'Alami. Tarikh At-Thabari, jilid 3, hal 35.
134 . Al-Mufid, Al-Irsyad, hal 64, bab ke 2, pasal ke 6. Kasyf Al-Ghummah, jilid 1, hal 182.
135 . Abu Na'im, Hilyah Al-Auliya, jilid 9, hal 145.
136 . Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 2, hal 150. Sirah Ibnu Hisyam, jilid 3, hal 64.
137 . Al-Waqidi, Maghazi, jilid 1, hal 224. Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 2, hal 152. Sirah Ibnu Isya, jilid 3, hal 66.
138 . Tarikh At-Thabari, jilid 2, hal 199, cetakan Muassasah Al-'Alami.
139 . Tarikh At-Thabari, jilid 2, hal 194, cetakan Muassasah Al-A'lami.
140 . Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 2, hal 154. A'yan As-Syi'ah, jilid 1, hal 288. Bihar Al-Anwar, jilid 20, hal 54.
141 . Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 2, hal 154. Al-Hamwini, Faraid As-Simthain, jilid 1, hal 257, hadis 198 dan 199. Ibnu Asakir, Tarikh Dimasyq, jilid 1, hal 148. Raudhah Al-Kafi, haids 90.
142 . A'yan As-Syi'ah, jilid 1, hal 389. Ibnu Hisyam, As-Sirah An-Nabawiyah, jilid 3, hal 94.
143 . Idem, jilid 1, hal 390.
144 . Al-Irsyad, hal 82, Al-Fashl 23, Bab 2.
145 . Sirah Ibnu Hisyam, jilid 3, hal 80.
146 . Kelebihan dan kekhususan Ali dalam perang Uhud telah disebutkan oleh Allamah As-Sayyid Muhsin Al-Amini dalam buku 'Ayan As-Syi'ah, jilid 1, hal 390.
147 . As-Sirah Al-Halabiyah, jilid 2, hal 631.
148 . Ibnu Hisyam, As-Sirah An-Nabawiyah, jilid 3, hal 224. Tarikh At-Thabari, jilid 3, hal 172. Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 2, hal 180. As-Sirah Al-Halabiyah, jilid 2, hal 318.
149 . Mausu'ah At-Tarikh Al-Islami, jilid 2, hal 491 dan 492. Tarikh At-Thabari, jilid 3, hal 172. Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 2, hal 180. As-Sirah Al-Halabiyah, jilid 2, hal 318.
150 . Ibnu Abi Al-Hadid, Syarh Nahjul Balaghah, jilid 19, hal 61. Yanabi'u Al-Mawaddah, Bab 23. Diriwayatkan oleh Ibnu Mas'ud dan Al-Milani dalam Qadatuna, jilid 2, hal 108. Diriwayatkan oleh Ad-Dimyari dalam Hayat Al-Hayawan, jilid 1, hal 248. Diriwayatkan oleh Al-Fadhl bin Ruzbahan disebutkan: Hadis ini sahih. Tidak ada yang mengingkarinya kecuali orang yang lemah iman dan pikirannya sakit. Akan tetapi ini bukan teks yang menetapkan keimamahan Imam Ali.
151 . Tarikh Dimasyq, jilid 1, hal 150. Mausu'ah At-Tarikh Al-Islami, jilid 2, hal 495.
152 . Mustadrak Al-Hakim, jilid 3, hal 32 dinukil dari pinggiran buku Tarikh Dimasyq, jilid 1, hal 155. Faraid As-Simthain, jilid 1, hal 255, hadis 197.
153 . Ibnu Abi Al-Hadid, Syarh Nahjul Balaghah, jilid 19, hal 61.
154 . Kepergian Nabi untuk melakukan umrah di awal bulan Dzi Qa'dah tahun keenam hijriah.
155 . Al-Irsyad, Bab2, Fashl 30, hal 108. Kasyf Al-Ghummah, jilid 1, hal 280, Bab Al-Manaqib mitsluhu.
156 . Al-Huseini, Sirah Al-Aimmah Al-Itsana 'Asyar, jilid 1, hal 217, menukil dari Ibnu Ishaq.
157 . Kanz Al'Ummal, jilid 10, hal 472, Ghazwah Al-Hudaibiyah.
158 . Al-Qunduzi, Yanabi' Al-Mawaddah, hal 59. Kanz Al-Ummal, jilid 13, hal 173. Firuz Abadi, Fadhail Al-Khamsah, jilid 2, hal 237.
159 . Tarikh At-Thabari, jilid 2, hal 282. Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 2, hal 404.
160 . Khaibar adalah sebuah kota besar yang memiliki benteng yang kuat dan tanah persawahan dan kebun-kebun kurma yang banyak. Khaibar berada di luar kota Madinah sekitar 90 mil. Perang Khabar terjadi awal bulan Muharam tahun ke tujuh hijriah.
161 . Tarikh At-Thabari, jilid 2, hal 300. Ibnu Asakir, Tarikh Dimasyq, jilid 1, hal 166. biografi Ali. Ibnu Al-Jauzi Al-Hanafi, Tadzkirah Al-Khawash, hal 32. Sirah Al-Halabiyah bi Hamisy As-Sirah An-Nabawiyah, jilid 3, hal 37.
162 . Tadzkirah Al-Khawash, hal 32.
163 . Tarikh At-Thabari, jilid 2, hal 301. Ibnu Al-Atsir, Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 2, hal 220. Faraid As-Simthain, jilid 1, hal 263, hadis 203.
164 . A'yan As-Syi'ah, jilid 1, hal 401.
165 . Tarikh At-Thabari, jilid 2, hal 301. Al-Mufid, Al-Irsyad, hal 31, bab 2, pasal 31. Bihar Al-Anwar, jilid 21, hal 16.
166 . As-Shaduq, Al-Amali, majelis ke 77, hadis ke 10.
167 . Pembebasan kota Mekkah terjadi pada bulan Ramadhan tahun ke delapan hijriah.
168 . Tarikh At-Thabari, jilid 2, hal 328. As-Sirah Al-Halabiah bihamisyihi As-Sirah An-Nabaqiyah, jilid 3, hal 75.
169 . Tarikh At-Thabari, jilid 2, hal 332. Ibnu Al-Atsir, Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 2, hal 243.
170 . Tarikh At-Thabari, jilid 2, hal 334. Al-Mufid, Al-Irsyad, bab 2, pasal 121.
171 . Al-Mustadrak 'ala As-Shahihain, jilid 2, hal 367 dan jilid3, hal 5. Al-Jauzi, Tadzkirah Al-Khawash, hal 34. Al-Qunduzi, Yanabi'u Al-Mawaddah, hal 254.
172 . Peperangan Hunai terjadi pada bulan Syawal tahun kedelapan hijriah.
173 . As-Sirah Al-Halabiah, jilid 3, hal 106.
174 .Tarikh At-Thabari, jilid 2, hal 347. A'yan As-Syi'ah, jilid 1, hal 279.
175 . Raudhah Al-Kafi, hal 308, hadis ke 566. Al-Waqidi, Al-Maghazi, jilid 2, hal 895. Kasyf Al-Ghummah, jilid 1, hal 226.
176 . Peperangan Tabuk terjadi di bulan Rajab pada tahun kesembilan hijriah.
177 . Tarikh At-Thabari, jilid 2, hal 368. Al-Mufid, Al-Irsyad, hal 138, pasal 43. As-Sirah Al-Halabiah, jilid 3, hal 132. Sahih Al-Bukhari, Bab Ghazw Tabuk, jilid 6, hal 3. Sahih Muslim, Kitab Fadhail As-Shahabah, jilid 5, hal 23, hadis ke 2404. At-Turmudzi, jilid 2, hal 300. Musnad Ahmad, jilid 1, hal 185 dan 284, hadis 508. Sunan Ibnu Majah, jilid 1, hal 42, hadis 115. Tarikh Baghdad, jilid 1, hal 432, nomor 6323.
178 . Ibnu Al-Atsir, Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 2, hal 291. Fadhail Al-Khamsah min As-Shihhah As-Sittah, jilid 2, hal 343.
179 . Ibnu AL-Katsir, Al-Bidayah wa An-Nihayah, jilid 5, hal 45.
180 . A'yan As-Syi'ah, jilid 1, hal 410. Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 2, hal 300. Ibnu Al-Katsir, as-Sirah An-Nabawiyah, jilid 4, hal 201.
181 . Ibnu Al-Katsir, As-sirah An-Nabawiyah, jilid 4, hal 207.
182 . Sirah Ibnu Hisyam, jilid 4, hal 603. Ibnu Al-Katsir, As-Sirah An-Nabawiyah, jilid 4, hal 205.
183 . Al-Mustadrak 'ala As-Shahihain, jilid 3, hal 134.
184 . Ibnu Al-Katsir, As-Sirah An-Nabawiyah, jilid 4, hal 202.
185 . As-Syahid As-Sayiid Muhammad Baqir As-Shadr, Aimmah Ahli Bayt: Tanawwu' Adwar wa wahdah Hadaf, hal 95.
186 . QS. 42 : 23.
187 . Sebagian sejarawan menyebutkan bahwa mereka yang ikut bersama Nabi melakukan haji berjumlah sembilan puluh ribu. Sebagian lain menyebutkan angka seratus dua puluh ribu . Kedua angka ini selain mereka yang melakukan haji dari daerah-daerah lain di sekitar Mekkah seperti Yaman dan lainnya. Lihat As-Sirah Al-Halabiah, jilid 3, hal 257. Kanz Al-Ummal, jilid 11, hal 609.
188 . Al-Mufid, Al-Irsyad, jilid 1, hal 172. Ibnu Katsir, As-Sirah An-Nabawiyah, jilid 4, hal 205.
189 . As-Sirah Al-Halabiah, jilid 3, hal 283. Ibnu Kasir, As-Sirah An-Nabawiyah, jilid 4, hal 291.
190 . QS. 5 : 67.
191 . As-Sirah Al-Halabiah, jilid 3, hal 273. Ibnu Al-Maghazili As-Syafi'I, Al-Manaqib, hal 16. Ibnu As-Shabbagh Al-Maliki, hal 40. Al-Qunduzi, Yanabi' Al-Mawaddah, hal 40.
Terkait dengan hadis Al-Ghadir, banyak sekali sumber-sumber rujukan yang dapat ditambahkan seperti: An-Naisyaburi, Asbab An-Nuzul. Kamal Ad-Din As-Syafi'i, Mathalib As-Saul. Ar-Razi, Tafsir Mafatih Al-Ghaib. Muhammad Abdul, Tafsir Al-Mannar. Tafsir Ibnu Syarih. Ibn Al-Jauzi, Tadzkir A-Khawash. Musnad Imam Ahmad. At-Thabari, Dzkhair Al-'Uqba. Muhibb Ad-Din At-Thabari, Ar-Riyadh An-Nadhirah. Dan buku-buku hadis, sejarah dan tafsir sebagaimana yang dinukil oleh Allamah Al-Amini dalam bukunya Al-Ghadir.
192 . Al-Mufid, Al-Irsyad, jilid 1, hal 176.
193 . QS. 70 : 1.
194 . Tafsir Al-Manar, jilid 6, hal 464. Tadzkirah Al-Khawash, hal 31 dengan sedikit perbedaan dalam ungkapan. Ibnu As-Shibbagh, hal 42. Abu Ishaq At-Tsa'labi dalam buku tafsirnya. Al-Hakim Al-Haskani, Du'ah Al-Huda. Tafsir Al-Qurthubi. Al-Hamwini, Faraid As-Simthain. Az-Zarandi Al-Hanafi, Ma'arij Al-Ushul dan Durar As-Simthain. As-Samhudi, Jawahir Al-'Aqdain. Al-'Imari dalam tafsirnya. As-Syarbini Al-Qahiri. As-Syafi'i dalam tafsirnya. Al-Munawi As-Syafi'i, Faidh Al-Qadir. Al-Halabi, As-Sirah Al-Halabiah. Al-Hanafi As-Syafi'i, Syarh Al-Jami' As-Shaghir. Az-Zarqani Al-Maliki, Syarh Al-Mawahib Al-Ladduniah, As-Syablanji As-Syafi'i, Nur Al-Abshar. Dan selain mereka sebagaimana ditulis secara detil pada juz pertama dari ensiklopedia Al-Ghadir.
195 . Abu Na'im, Hilyah Al-Auliya, jilid 1, hal 64. Muktashar Tarikh Dimasyq li Ibnu Asakir, jilid 18, hal 32.
196 . Al-Mustadrak 'ala As-Shahihain, jilid3, hal 58.
197 . As-Sirah Al-Halabiah, jilid, 3, hal 34.
198 . Dalil yang menguatkan analisa ini adalah para sahabat yang enggan untuk keluar bersama pasukan Usamah. Mereka khawatir kondisi yang terjadi di perang Tabuk akan berulang. Bagaimana pada waktu itu Nabi memerintahkan Ali sebagai penggantinya di Madinah. Yang oleh karenanya, Nabi menyebutkan, 'Posisimu di sisiku seperti posisi Harun di sisi Musa hanya saja tidak ada nabi sepeninggalku'. Bahkan mereka mengetahui bahwa kali ini dimensinya lebih luas tidak sekedar pergi bersama pasukan Usamah setelah tahu bahwa semua diutus kecuali Ali sementara sakit Nabi semakin parah. Nabi sering berkata, 'Telah dekat undanganku dan aku telah siap memenuhi undangan tersebut'.
199 . Ibnu Saad, At-Thabaqat Al-Kubra, jilid 4, hal 60. Tarikh At-Thabari, jilid 2, hal 436. Ibnu Al-Atsir, Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 2, hal 320. Al-Mufid, Al-Irsyad, jilid 1, hal 184.
200 . Al-Hasani, Sirah Al-Aimmah Al-Itsna 'Asyar, jilid 1, hal 255.
201 . Tarikh At-Thabari, jilid 2, hal 439.
202 . Al-Mufid, Al-Irsyad, jilid 1, hal 186.
203 . Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 2, hal 323.
204 . Diriwayatkan bahwa pada waktu itu Abu Bakar berada di daerah bernama As-Sanh, sebuah tempat yang jaraknya sekitar 1 mil atau lebih sedikit dari kota Madinah.
205 . QS. 3 : 144.
206 . Al-Imamah wa As-Siyasah, jilid 1, hal 15. Tarikh At-Thabari, jilid 2, hal 458. Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 2, hal 325.
207 . At-Thabaqat Al-Kubra, jilid 3, hal 181.
208 . As-Suyuthi, Tarikh Al-Khulafa, hal 70.
209 . Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 2, hal 330.
210 . Tarikh At-Thabari, jilid 2, hal 443.
211 . Ibnu Abi Al-Hadid, Syarh Nahjul Balaghah, jilid 6, hal 8.
212 . Ibnu Abi Al-Hadid, Syarh Nahjul Balaghah, jilid 1, hal 219.
213 . Tarikh At-Thabari, jilid 2, hal 443.
214 . Tarikh At-Thabari, jilid 2, 443.
215 . Sahih Al-Bukhari, Kitab Al-Muharibin, jilid 6, hadis ke 6442. Sirah Ibnu Hisyam, jilid 4, hal 308. Tarikh At-Thabari, jilid 2, hal 447.
216 . Diriwayatkan bahwa sebagian besar tokoh Quraisy mereka dengan lantang mengumumkan kebencian dan permusuhan kepada Agama akan tetapi pada saat yang sama mereka tertarik untuk mendengarkan bacaan Al-Quran.
217 . Ibnu Abi Al-Hadid, Syarh Nahjul Balaghah, jilid 17, hal 272.
218 . Muruj Az-Dzahab, jilid 2, hal 253. Ibnu Abi Al-Hadid, Syarh Nahjul Balaghah, jilid 1, hal 189. Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 3, hal 63-64.
219 . Ibnu Abi Al-Hadid, Syarh Nahjul Balaghah, jilid, 3, hal 283.
220 . Tarikh At-Thabari, jilid 2, hal 459.
221 . Ibnu Saad, At-Thabaqat, jilid 3, hal 145. Ansab Al-Asyraf, jilid 1, hal 589. Al-'Iqd Al-Farid, jilid 4, hal 247. Abdul Fattah Abdul Maqsud, As-Saqifah wa Al-Khilafah, hal 13. As-Saqifah Inqilab Abyadh: Ightiyal Khalid bin bin Said bin Al-'Ash. Ibnu Asakir: Terjamah Saad bin Ubadah. Kanz Al-Ummal, jilid 3, hal 134.
222 . Tarikh At-Thabari, jilid 2, hal 618. Ibnu Al-Jauzi, Sirah Umar, hal 37. Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 2, hal 425.
223 . Ansab Al-Asyraf, jilid 5, hal 19.
224 . Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 5, hal 19
225 . Ibnu Abi Al-Hadid, Syarh Nahjul Balaghah, jilid 1, hal 190. Tarikh At-Thabari, Qisshah As-Syura, jilid 3, hal 292. Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 3, hal 65.
226 . Al-Mas'udi, Muruj Az-Dzahab, jilid 3, hal 199. Nashr bin Muzahim, Waq'ah Shiffin, hal 119.
227 . Al-Imamah wa As-Siyasah, hal 29. Ibnu Abi Al-Hadid, Syarh Nahjul Balaghah, jilid 6, hal 11.
228 . Lihat: Pidato Fathimah Az-Zahra AS. di masjid Nabi. Bihar Al-Anwar, jilid 29, hal 220.
229 . Sayyid Syarafuddin Al-Musawi, An-Nash wa Al-Ijtihad, hal 25.
230 . Tadzkirah Al-Khawash, hal 61. Sahih Al-Bukhari, Kitab Al-Hudud, Bab Rajm Al-Hubla.
231 . Al-Imamah wa As-Siyasah, hal 21.
232 . Tarikh At-Thabari, jilid 2, hal 449. Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 2, hal 326.
233 . Diriwayatkan bahwa Abu Sufyan melewati sekelompok kaum muslimin. Abu Bakar, Salman, Shuhaib dan Bilal berada dalam kelompok tersebut. Sebagian dari mereka berkata, 'Mengapa engkau tidak mencabut pedang Allah dari sarungnya untuk membasmi musuh-musuh Allah? Abu Bakar mencoba menghalangi orang yang berkata dengan menimpali, 'Apa yang kalian katakan terhadap tokoh Quraisy dan pemimpinnya?... Setelah kejadian itu Abu Bakar bercepat-cepat menuju Nabi melaporkan apa yang dikatakan orang terhadap Abu Sufyan. Nabi kemudian menjawab, 'Wahai Abu Bakar! Jangan engkau marah dengan orang yang berkata tadi? Bila hal itu memang benar , niscaya Allah akan memarahimu pula'. Sahih Al-Bukhari, jilid 2, hal 362.
234 . Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 2, hal 331.
235 . Ibnu Abi Al-Hadid, Syarh Nahjul Balaghah, jilid 6, hal 5.
236 . Penjelasan detil pada: As-Syahid As-Shadr, Fadak fi At-Tarikh, hal 84-96. Tarikh At-Thabari, , jilid 2, hal 449 dan 450, peristiwa Saqifah.
237 . Bihar Al-Anwar, jilid 43, hal 197.
238 . Tarikh At-Thabari, jilid 2, hal 618. Muruj Az-Dzahab yang ditulis dipinggir Tarikh Ibnu Al-Atsir, jilid 5, hal 135.
239 . Tarikh At-Thabari, jilid 2, hal 586.
240 . Ibnu Saad, At-Thabaqat Al-Kubra, jilid 3, hal 182. Ibnu Abi Al-Hadid, Syarh Nahjul Balaghah, jilid 1, hal 133.
241 . Ibnu Abi Al-Hadid, Syarh Nahjul Balaghah, jilid 16, hal 284.
242 . Sunan Al-Baihaqi, jilid 6, hal 301. Ibnu Abi Al-Hadid, Syarh Nahjul Balaghah, jilid 16, hal 218-224. Al-Mudzaffar, Dalil Al-Shidq, jilid 3, hal 32.
243 . Tarikh Abu Al-Fida', jilid 1, hal 156. As-Shaduq, Al-Khishal, hal 432. At-Thabarsi, Al-Ihtijaj, jilid 1, hal 186.
244 . Tarikh At-Thabari, jilid 2, hal 476.
245 . Al-Imamah wa As-Siyasah, hal 30. Tarikh At-Thabari, jilid 2, hal 443.
246 . Al-Imamah wa As-Siyasah, hal 28.
247 . Ansab Al-Asyraf, jilid1, hal 587. Ibnu Abi Al-Hadid, Syarh Nahjul Balaghah, jilid 2, hal 2-5.
248 . Ibnu Abi Al-Hadid, Syarh Nahjul Balaghah, jilid 2, hal 2-5 dan jilid 1, hal 134.
249 . Al-Imamah wa As-Siyasah, hal 28.
250 . At-Thabarsi, Al-Ihtijaj, jilid 1, hal 222.
251 . Tarikh At-Thabari, jilid 2, hal 459.
252 .Tarikh At-Thabari, jilid 2, hal 459. cerita Saqifah, Al-Hubbab bin Al-Mundzir berkata, 'Demi Allah! Ketahuilah bila kalian menginginkan kami akan mengembalikan segala sesuatu seperti semula (Muhajirin kembali ke Mekah).
253 . Ibnu Al-Atsir, Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 3, hal 123: Kabar kematian Rasulullah sampai ke Mekkah dan Itab bin Usaid bin Al-'Ash adalah gubernur di sana.
254 . Tarikh At-Thabari, jilid 2, hal 449. Kemarahan Abu Sufyan menjadi reda setelah Abu Bakar menjadikan Muawiyah anak Abu Sufyan sebagai gubernur di Syam. Abu Sufyan kemudian berkata, 'Aku akan melakukan silaturahmi dengannya'.
255 . Idem.
256 . As-Syahid Muhammad Baqir As-Sadr, Fadak fi At-Tarikh, hal 102-105.
257 . Ibnu Syahr Asyub, Al-Manaqib, jilid 2, hal 41. Fath Al-Bari, jilid 10, hal 386. As-Suyuthi, Al-Itqan, jilid 1, hal 51.
258 . Ibnu An-Nadim, Al-Fihrist, hal 30.
259 . Ibnu Syahr Asyub, Al-Manaqib, jilid 2, hal 41.
260 . Kitab Sulaim bin Qais, hal 32, cetakan muassasah Al-Bi'tsah.
261 . Al-Kanji, Kifayah At-Thalib, hal 199. As-Suyuthi, Al-Itqan, jilid 2, hal 187, Bihar Al-Anwar, jilid 92, hal 99.
262 . Nahjul Balaghah, surat ke 62.
263 . Lihat Tadzkirah Al-Khawash, hal 62. Menunjuk kepada ucapan Abu Bakar, 'Ganti aku! Aku bukan yang terbaik di antara kalian.
264 . Nahjul Balaghah, khutbah ketiga.
265 . Al-Imamah wa As-Siyasah, hal 36. Tarikh At-Thabari, jilid 2, hal 618-619. Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 2, hal 425.
266 . Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 2, hal 425.
267 . Ini termasuk aneh ketika ia sadar dari pingsannya dan mendengarkan apa yang ditulis oleh Usman tentang penetapan khalifah setelahnya ia berkata, 'Aku tahu engkau khawatir kaum muslimin akan berselisih bila aku mati dalam keadaan pingsan. Usman menjawab, 'Ya. Bagaimana mungkin ia dan Usman khawatir akan timbulnya perselisihan di antara kaum muslimin? Sementara Rasulullah saw tidak khawatir munculnya perselisihan di antara umatnya?! Bukankah mereka secara transparan mengatakan bahwa Nabi meninggal tanpa menetapkan seorang sebagai penggantinya. Celakalah! Bagaimana mereka memiliki kesimpulan seperti ini. Bahkan lebih dari itu Umar sempat melarang Nabi untuk menuliskan wasiat di akhir masa hidupnya sementara ia duduk dan di hadapannya ada kertas dan bersamanya budak Abu Bakar yang di tangannya ada surat keputusan pengangkatan Umar. Pada saat yang sama juga Umar berkata, 'Wahai kaum muslimin! Dengarkan dan taatilah ucapan khalifah Rasulullah bahwa ia berkata, 'Aku bukan yang terbaik di antara kalian. Lihat At-Thabari, jilid 1, hal 2138, cetakan Eropa. Terlihat dua sikap Abu Bakar yang kontradiksi satu dengan lainnya?! Apakah ada tafsir lain selain adanya persekongkolan untuk menghancurkan rencana yang telah ditetapkan oleh Rasulullah?!
268 . Ibnu Abi Al-Hadid, Syarh Nahjul Balaghah, jilid 1, hal 164.
269 . Penetapan Umar bin Khatthab sebagai khalifah terjadi pada bulan Jumadil Akhir tahun 13 H.
270 . Tarikh At-Thabari, jilid 2, hal 617 dan 618.
271 . Usd Al-Ghabah, jilid 4, hal 22. Tahdzib At-Tahdzib, jilid 7, hal 269. Tarikh Dimasyq, jilid 3, hal 39, hadis ke 1071. Ar-Riyadh An-Nadhirah, jilid 2, hal 197. Kanz Al-'Ummal, jilid 5, hal 832.
272 . Tadzkirah Al-Khawash, hal 87, Kifayah At-Thalib, hal 96. Fadhail Al-Khamsah min As-Shihhah As-Sittah, jilid 2, hal 309.
273 . Lihat: Sayyid Syarafuddin, An-Nash wa Al-Ijtihad, hal 148.
274 . At-Thabaqat Al-Kubra, jilid 3, hal 285. Tarikh At-Thabari, jilid 3, hal 291. Al-'iqd Al-Farid, jilid 2, hal 56.
275 . Tarikh At-Thabari, jilid 3, hal 291, 292.
276 . Syarh Nahjul Balaghah, jilid 9, hal 29.
277 . Syaikh Al-Mughirah Abu Hurairah, hal 84.
278 . Al-Mustadrak 'ala As-Sahihain, jilid 4, hal 479. Kanz Al-'Ummal, jilid 6, hal 39.
279 . Al-Imamah wa As-Siyasah, hal 41. telah disebutkan sebelumnya bahwa Nabi tidak membiarkan ... Nabi menetapkan khalifahnya berkali-kali seperti pada kejadian Yaum Al-Indzar, Ghadir Khum dan lainnya.
280 . Tarikh At-Thabari, jilid 3, hal 293. Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 3, hal 66.
281 . Tarikh At-Thabari, jilid 3, hal 294. Ibnu Saad, Thabaqat, jilid 3, hal 261. Al-Imamah wa As-Siyasah, hal 42. Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 3, hal 68.
282 . Bagaimana mereka bisa masuk surga sebagaimana hadis yang dinukil oleh Umar sementara pada saat yang sama ia menyebut Abdur Rahman sebagai firaun umat Islam, Thalhah sebagai orang yang congkak dan sombong dan Zubeir ketika rela ia bagaikan orang mukmin sementara bila marah ia kafir?!
283 . Al-Imamah wa As-Siyasah, hal 43.
284 . Ansab Al-Asyraf, jilid 5, hal 57. Tadzkirah Al-Khawash, hal 57. An-Nash wa Al-Ijtihad, hal 168.
285 . Tarikh At-Thabari, jilid 3, hal 293.
286 . QS. 47 : 9.
287 . QS. 68 : 4.
288 . QS. 26 : 215.
289 . QS. 28 : 68.
290 . QS. 33 : 33.
291 . Tarikh At-Thabari, jilid 3, hal 289.
292 . Tarikh At-Thabari, jilid 5, hal 226.
293 . Tarikh At-Thabari, jilid 3, hal 297.
294 . Ibnu Abi Al-Hadid, Syarh Nahjul Balaghah, jilid 1, hal 188.
295 . Nahjul Balaghah, Khutbah ke 74.
296 . Ibnu Abi Al-Hadid, jilid 1, hal 186.
297 . Usman menjadi khalifah pada bulan Dzul Hijjah tahun ke 23 H.
298 . Nahjul Balaghah, bagian dari Khutbah Syiqsyiqiyah.
299 . Tarikh Al-Ya'qubi, jilid 2, hal 163. Al-Bidayah wa An-Nihayah, jilid 7, hal 166. Tarikh Al-Khulafa, hal 162.
300 . Lihat Al-Muwaffaqiyat, jilid 2, hal 2.
301 . Tarikh Al-Ya'qubi, jilid 2, hal 163.
302 . Muruj Az-Dzahab, jilid 1, hal 440.
303 . Al-Ghadir, jilid 8, hal 278. Al-Isti'ab, jilid 2, hal 690. Tarikh Ibnu Asakir, jilid 6, hal 407. Al-Aghani, jilid 6, hal 330.
304 . Tarikh Al-Ya'qubi, jilid 2, hal 160. Tarikh At-Thabari, jilid 3, hal 445. Al-Baladzri, Ansab Al-Asyraf, jilid 5, hal 49. Hilyah Al-Auliya, jilid 1, hal 156. Syaikh Al-Mudhirah Abu Hurairah, hal 166. Al-Ghadir, jilid 8, hal 238. An-Nash wa Al-Ijtihad, hal 399.
305 . At-Thabari, jilid 3, hal 397.
306 . Muruj Az-Dzahab, , jilid 2, hal 225.
307 . Ibnu Saad, At-Thabaqat, jilid 5, hal 388. Tarikh Al-Ya'qubi, jilid 2, hal 153. Ansab Al-Asyraf, jilid 5, hal 58. Ibnu Qutaibah, Al-Ma'arif, hal 84. Syaikh Al-Mudhirah Abu Hurairah, hal 169. Al-Ghadir, jilid 8, hal 276.
308 . Muruj Az-Dzahab, jilid 2, hal 350.
309 . Syarh Nahjul Balaghah, jilid 3, hal 54. Disebutkan pula oleh Abu Bakar Ahad bin Abdul Aziz dalam bukunya As-Saqifah. A'yan As-Syi'ah, jilid 3, hal 336.
310 . Abu Al-Faraj Al-Ishfahani, Al-Aghani, jilid 7, hal 179.
311 . Ibnu Saad, At-Thabaqat Al-Kubra, jilid 3, hal 64. Tarikh At-Thabari, jilid 5, hal 341-346.
312 . Tarikh At-Thabari, jilid 3, hal 450.
313 . Idem.
314 . Nahjul Balaghah, Kalimat pendek 92.
315 . Idem.
316 . Nahjul Balaghah, Khotbah Ketiga yang dikenal dengan Khotbah Syiqsyiqiyah.
317 . Ansab Al-Asyraf, jilid 1, hal 157.
318 . Ansab Al-Asyraf, jilid 5, hal 22.
319 . Nahjul Balaghah, kalimat pendek 229.
320 . Tarikh At-Thabari, jilid 3, hal 452.
321 . Bihar Al-Anwar, jilid 32, hal 17-18.
322 . Nahjul Balaghah, khotbah ke 15.
323 . Bihar Al-Anwar, jilid 41, hal 116.
324 . As-Sunan Al-Kubra, jilid 10, hal 136. Tarikh Dimasyq, jilid 3, hal 196. Al-Aghani, jilid16, hal 36. Al-Bidayah wa An-Nihayah, jilid 8, hal 4. Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid3, hal 399. As-Shawa'iq Al-Muhriqah, hal 78.
325 . Tarikh At-Thabari, jilid3, hal 462.
326 . Tarikh At-Thabari, jilid 3, hal 461. Al-Bidayah wa An-Nihayah, jilid 7, hal 255.
327 . Tarikh At-Thabari, jilid 3, hal 469.
328 . Nahjul Balaghah, Khotbah ke 3.
329 . Bihar Al-Anwar, jilid 6, hal 179.
330 . Sunan At-Turmudzi, jilid 2, hal 298.
331 . Waq'ah Shiffin, hal 119.
332 . As-Syahid Muhammad Baqir As-Shadr, Ahl Al-Bait Tanawwu' wa Wadah Hadaf, hal 59-69.
333 . Untuk lebih detilnya lihat: Sayyid Murtadha Al-'Askari, Ma'alim Al-Madrasatain, jilid2, hal 43.
334 . Sunan Ad-Darimi, jilid 1, hal 125. Sunan Abi Daud, jilid 2, hal 262. Musnad Ahad, jilid 2, hal 162. Tadzkirah Al-Huffazh, jilid 1, hal 2.
335 . Ibnu Saad, Thabaqat, jilid 5, hal 140.
336 . Tarikh Ibnu Kasir, jilid 8, hal 107. Sunan Ad-Darimi, jilid 1, hal 54. Tafsir At-Thabari, jilid 3, hal 38. As-Suyuthi, Al-Itqan, jilid 1, hal 115.
337 . Tarikh At-Thabari, jilid 2, hal 448.
338 . Sunan Ad-Darimi, jilid 2, hal 365. Al-Baihaqi, Sunan Al-Kubra, jilid 6, hal 223.
339 . Sunan Ad-Darimi, jilid 2, hal 359. Usd Al-Ghabah, jilid 3, hal 299.
340 . Futuh Al-Buldan, hal 55. As-Suyuthi, Tarikh Al-Khulafa, hal 136.
341 . Kanz Al-'Ummal, jilid 16, hal 519, hadis ke 54715. Ibnu Al-Qayyim, Zad Al-Ma'ad, jilid 2, hal 205.
342 . Ibnu Taimiah, Minhaj As-Sunnah, jilid 3, hal 193. Buku-buku sejarah mencatat banyak ijtihad yang dilakukan oleh ketiga khalifah.
343 . Nahjul Balaghah, khotbah ke 50.
344 . Al-Aghani, jilid 12, hal 13. Ibnu An-Nadim, Al-Fihrist, hal 59. Wafayat Al-'Ayan, jilid 2, hal 216. Al-Bidayah wa An-Nihayah, jilid 8, 312.
345 . At-Thabaqat Al-Kubra, jilid 6, hal 186. As-Sayyid Al-Jalali, Tadwin As-Sunnah As-Syarifah, hal 137.
346 . Mustadrak Al-Hakim, jilid 3, hal 139. Tarikh Baghdad, jilid 8, hal 340. Majma' Az-Zawaid, jilid 9, hal 235. Kanz Al-'Ummal, jilid 6, hal 82.
347 . Ibnu Abi Al-Hadid, Syarh Nahjul Balaghah, jilid 6, hal 215. Kasyf Al-Ghummah, jilid 3, hal 323.
348 . Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 3, hal 206.
349 . Idem.
350 . Tarikh At-Thabari, jilid 3, hal 474.
351 . Ibnu Abi Al-Hadid, Syarh Nahjul Balaghah, jilid 6, hal 217. Bihar Al-Anwar, jilid 32, hal 149.
352 . Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 3, hal 209.
353 . Ibnu Abi Al-Hadid, Syarh Nahjul Balaghah, jilid 1, hal 231.
354 . Ibnu Qutaibah, Al-Imamah wa As-Siyasah, hal 70.
355 . Syarh Nahjul Balaghah, jilid 1, hal 232.
356 . Tarikh At-Thabari, jilid 3, hal 471.
357 . Al-Imamah wa As-Siyasah, hal 79. Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 3, hal 207.
358 . Al-Imamah wa As-Siyasah, hal 80. Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 3, hal 210.
359 . Al-Imamah wa As-Siyasah, hal 82.
360 . Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 3, hal 209.
361 . Al-Imamah wa As-Siyasah, hal 82. Musnad Ahmad, jilid 6, hal 521. Syarh Nahjul Balaghah, jilid 2, hal 497.
362 . Al-Imamah wa As-Siyasah, hal 82. Muruj Az-Dzahab, jilid 2, hal 395.
363 . Al-Imamah wa As-Siyasah, hal 83.
364 . Tarikh At-Thabari, jilid 3, hal 479. Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 3, hal 211.
365 . Tarikh At-Thabari, jilid 3, hal 482. Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 3, hal 213.
366 . Al-Imamah wa As-Siyasah, hal 87. At-Thabari, jilid 3, hal 483-484. Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 3, hal 215.
367 . Al-Imamah wa As-Siyasah, hal 89. Tarikh At-Thabari, jilid 3, hal 484. Muruj Az-Dzhab, jilid 2, hal 367.
368 . Al-Imamah Wa As-Siyasah, hal 90. Bihar Al-Anwar, jilid 32, hal 122.
369 . Idem, hal 91. Muruj Az-Dzahab, jilid 2, hal 270.
370 . Al-Mamah wa As-Siyasah, hal 91. Muruj Az-Dzahab, jilid 2, hal 270
371 . At-Thabaqat Al-Kubra, jilid 3, hal 158. Al-Imamah wa As-Siyasah, hal 97.
372 . Syarh Nahjul Balaghah, jilid 9, hal 111.
373 . Al-Imamah wa As-Siyasah, hal 95.
374 . QS. 20 : 97.
375 . Tarikh Al-Ya'qubi, jilid 2, hal 172. Muruj Az-Dzahab, jilid 2, hal 371.
376 . Al-Mufid, Al-Irsyad, jilid 1, hal 256, cetakan Muassasah Alu Al-Bait.
377 . Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 3, hal 255.
378 . Tarikh At-Thabari, jilid, 3, hal 544. Al-Mufid, Al-Irsyad, hal 137.
379 . Syarh Nahjul Balaghah, jilid 1, hal 250.
380 . Al-Imamah wa As-Siyasah, hal 98. Muruj Az-Dzahab, jilid 2, hal 379. Al-Khawarizmi, Al-Manaqib, hal 115. As-Sibth bin Al-Jauzi, At-Tadzkirah, hal 80.
381 . Tarikh At-Thabari, jilid 3, hal 545-546.
382 . Idem, jilid 3, hal 546.
383 . Peperangan Shiffin terjadi pada bulan Safar tahun 37 H. Sementara peperangan kecil antara keduanya telah dimulai sejak bulan Dzi Hijjah tahun 36 H.
384 . Waq'ah Shiffin, hal 34. Al-Imamah wa As-Siyasah, hal 116. Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 3, hal 275.
385 . Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 3, hal274.
386 . Waq'ah Shiffin, hal 40. Al-Imamah wa As-Siyasah, hal 117.
387 . Waq'ah Shiffin, hal 37. Al-Kamil fi At-Tharikh, jilid 3, hal 277.
388 . Idem, hal 36.
389 . Waq'ah Shiffin, hal 56.
390 . Muruj Az-Dzhab, jilid 2, hal 384. Syarh Nahjul Balaghah, jilid 3, hal 320. Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 3, hal 283.
391 . Tarikh At-Thabari, jilid 3, hal 569. Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 3, hal 284.
392 . Waq'ah Shiffin, hal 195. Tarikh At-Thabari, jilid 4, hal 6.
393 . Waq'ah Shiffin, hal 202. Tarikh At-Thabari, jilid 4, hal6.
394 . Waq'ah Shiffin, hal 340. Tarikh At-Thabari, jilid 4, hal 27. Al-Iqd Al-Farid, jilid 4, hal 341.
395 . Tarikh At-Thabari, jilid 5, hal 653.
396 . Al-Iqd Al-Farid, jilid 4, hal 343. Tadzkirah Al-Khawash, hal 90.
397 . Kitab Sulaim bin Qais, hal 176. Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 3, hal 310.
398 . Waq'ah Shiffin, hal 347. Tarikh At-Thabari, jilid 4, hal 34.
399 . Waq'ah Shiffin, 481. Tarikh At-Thabari, jilid 4, hal 34-35.
400 . Waq'ah Shiffin, hal 99. Tarikh At-Thabari, jilid 4, hal 36. Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 3, hal 319.
401 . Waq'ah Shiffin, hal 499. Tarikh At-Thabari, jilid 4, hal 36. Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 3, hal 319.
402 . Waq'ah Shiffin, hal 508. Syarh Nahjul Balaghah, jilid 2, hal 232.
403 . Tarikh At-Thabari, jilid 4, hal 40.
404 . Waq'ah Shiffin, hal 511. Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 3, hal 321.
405 . Tarikh At-Thabari, jilid 4, hal 54. Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 3, hal 426.
406 . Waq'ah Shiffin, hal 534. Syarh Nahjul Balaghah, jilid 2, hal 246.
407 . Tarikh At-Thabari, jilid 4, hal 52. Muruj Az-Dzahab, jilid 2, hal 411. Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 3, hal 322.
408 . Al-Bidayah wa An-Nihayah, jilid 7, hal 321-337. Sahih Al-Bukhari, jilid 9, hal 21-22. Bab Tark Qital Al-Khawarij. Sahih Muslim, jilid2, hal 744, hadis ke 1064. Musnad Ahmad, jilid 3, hal 56.
409 . Tarikh At-Thabari, jilid4, hal 54, Al-Kamil fi At-Tarikh, jilid 3, hal 334. Mustadrak Wasail As-Syi'ah, jilid 2, hal 254.
410 . Tarikh At-Thabari, jilid 4, hal 57.
411 . Tarikh At-Thabari, jilid 4, hal 57.
412 . Tarikh At-Thabari, jilid 4, hal 61. Al-Bidayah wa An-Nihayah, jilid 7, hal 286. Ibnu As-Shibagh, Al-Fushul Al-Muhimmah, hal 108.
413 . Nahjul Balaghah, khotbah ke 59. Muruj Az-Dzahab, jilid 2, hal 385. Al-Bidayah wa An-Nihayah, jilid 7, hal 319.
414 . Sahih Muslim, kitab Az-Zakah, bab dzikr Al-Khawarij wa Shifatihim wa At-Tahridh 'ala Qitalihim.
415 . Tarikh At-Thabari, jilid 4, hal 66. Syarh Nahjul Balaghah, jilid 2, hal 266. Al-Bidayah wa An-Nihayah, hal 297.
416 . Syarh Nahjul Balaghah, jilid 6, hal 88.
417 . Tarikh At-Thabari, jilid4, hal 72.
418 . Syarh Nahjul Balaghah, jilid 10, hal 99.
419 . Tarikh At-Thabari, jilid 4, hal 67.
420 . As-Tsaqafi, Al-Gharat, hal 476. Tarikh At-Thabari, jilid 4, hal 102-103.
421 . As-Tsaqafi, Al-Gharat, hal 476. Tarikh At-Thabari, jilid 4, hal 106.
422 . Nahjul Balaghah, khotbah ke 25.
423 . Ansab Al-Asyraf, jilid 1, hal 200. Nahjul Balaghah, khotbah ke 58.
424 . Sirah Al-Aimmah Al-Itsna Asyar, jilid 1, hal 451 dinukil dari Ansab Al-Asyraf.
425 . As-Shawaiq Al-Muhriqah, hal 80. Bihar Al-Anwar, jilid 42, hal 230.
426 . Al-Imamah wa As-Siyasah, hal 180 atau hal 135 cetakan Beirut atau hal 159 cetakan Mesir. Tarikh Dimasyq, jilid 3, hal 367, terjamah Al-Imam Ali AS.
427 . Maqatil At-Thalibin, hal 22. Syarh Nahjul Balaghah, jilid 6, hal 118. Bihar Al-Anwar, jilid 42, hal 231.
428 . Tarikh At-Thabari, jilid 4, hal 114. Nahjul Balaghah, surat ke 47 cetakan Shubh As-Shalih.
429 . Bihar Al-Anwar, jilid 42, hal 290.
430 . Bihar Al-Anwar, jilid 42, hal 295.
431 . Ushul Al-Kafi, juz 1, bab Dzikr As-Shahifah wa Al-Jifr, Al-Jami'ah wa Mushaf Fathimah. Sirah Al-Aimmah Al-Itsna Asyar, jilid 1, hal 96-99 dan 274-294.
432 . Muhammad Shadiq As-Shadr, Hayah Amiril Mu'minin fi Ahdi An-Nabi, hal 403.
433 . Nahjul Balaghah, khotbah ke 176, cetakan Shubh As-Shalih.
434 . Mu'jam Maudhu'i li Nahjul Balaghah, hal42-43 dan 101. Tashnif Ghurar Al-Hikam, 109-117.
435 . Al-Mu'jam Al-Maudhu'i li Nahjul Balaghah, hal 87-116 dan 374-445.
436 . Nahjul Balaghah, khotbah ke 138.
437 . Idem.
438 . Bisyarah Al-Mushthafa, hal 24-31.
439 . Ibnu Thawus, Al-Malamih, hal 84-85.
440 . As-Shaduq, Al-Khishal, jilid 2, hal 418. Mausu'ah Ahadits Amir Al-Mu'minin, jusz 1 riwayat tentang Imam Mahdi.
441 . Tashnif Ghuraf Al-Hikam, hal 175-190 dan 331-335. Al-Mu'jam Al-Maudhu'i li Nahjul Balaghah, hal 140-150.
442 . Al-Mu'jam Al-Maudhu'i li Nahjul Balaghah, hal 282-356, 194-214, 152-169 dan 374-379. Tashnif Ghurar Al-Hikam, Al-Qism Al-Akhlaqi, hal 205-323 dan 127-147.
443 . As-Shahifah Al-Alawiyah wa Mafatih Al-Jinan.
444 . DR. Mahmud Al-Bustani, Tarikh Al-Adab Al-Arabi fi Dhaui Al-Manhaj Al-Islami: Adab Al-Imam Ali bin Abi Thalib AS.
445 . Sayyid Muhsin Al-Amin, Fi Rihab Aimmah Ahli Bayt AS. jilid 2, hal 301-313.
446 . Al-Ghadir, jilid 3, hal 107 dan jilid 7, hal 378-379.



23