• Mulai
  • Sebelumnya
  • 24 /
  • Selanjutnya
  • Selesai
  •  
  • Download HTML
  • Download Word
  • Download PDF
  • Pengunjung: 8218 / Download: 3358
Ukuran Ukuran Ukuran
Dialog Antar Iman

Dialog Antar Iman

pengarang:
Indonesia

Buku Ini di Buat dan di teliti di Yayasan Alhasanain as dan sudah disesuaikan dengan buku aslinya

Dialog Antar Iman;

Ruhani Muslim-Cendekia Kristen

Imam Jawad Chirri-Wilson H. Guertin, Ph.D

Sekapur Sirih

Dr. Wilson

Pada abad-abad yang silam orang-orang Katolik mengusir kaum Muslimin dan ajaran-ajaran Muhammad keluar dari Eropa dan dari Dunia Barat. Apabila hal itu tidak terjadi maka orang-orang (Barat) akan lebih sedikit memerlukan orang-orang Arab yang terpelajar dan guru-guru seperti Imam Mohamad Jawad Chirri untuk membawa pesan Tuhan ke dunia Barat ini.

Orang ini meninggalkan keluarganya dan kerabatnya lantaran mereka melihat adanya kebutuhan penjelasan ajaran agama yang dibutuhkan oleh manusia dan tidak dipenuhi di Amerika.

Saya adalah salah satu di antara orang-orang yang beruntung yang dapat mengecap kelezatan dialog dari Muhammad Jawad Chirri. Saya adalah orang pertama yang ditata dan dirobah, kendati saya tidak pernah mempercayai ajaran Kristen, akan lebih jelas bila saya katakan bahwa saya belajar mempercayai Tuhan untuk yang pertama kali melalui Islam oleh imam saya (Chirri).

Bila anda adalah seorang Muslim bacalah buku ini di luar kewajiban untuk memperoleh pengetahuan. Jika Anda adalah seorang Yahudi atau Kristen bacalah buku ini untuk hal yang sama yaitu belajar mempercayai Tuhan.

Mempelajari perbandingan agama mungkin akan menggoyahkan bila Anda mempercayai Tuhan didasarkan pada alasan-alasan yang tidak rasional (menurut akal). Dan juga dapat memperoleh hasil lain yang diinginkan yaitu memperkokoh fondasi kepercayaan.

Kepercayaan pada Tuhan seperti digambarkan dalam argumen yang saya beberkan harus di arahkan sesuai dengan arah/tujuan yang diajarkan oleh ajaran agama itu. Bila Anda tidak dapat menyatakan bahwa Anda percaya pada Tuhan, Anda masih dapat memperoleh nilai dalam mempelajari agama.

Pada halaman-halaman yang berikut tentang dialog ini, Anda akan dibimbing kepada beberapa hal-hal penting yang bertautan dengan kemanusiaan dan sejarah. Pemikiran dan peristiwa-peristiwa sejarah adalah sangat penting, dan barangkali Anda juga menginginkan, seperti saya, menemukan jalan untuk mempercayai Tuhan melalui pemikiran dan sejarah.

Negara Inggris lebih beruntung daripada kita di Amerika dalam memiliki sejarah dan ajaran-ajaran Islam. Tiga penulis terkenal di Inggris mengakui kebesaran dan nilai Islam. Orang-orang tersebut adalah:

a. Arnold Toynbee, Sejarawan.

b. Bertrand Russell, Filosof.

c. George Bernard Shaw, Pengarang.

Di samping gambaran di atas, kita ingin mengetahui lebih lanjut tentang kebesaran dan nilai Islam melalui dialog antar iman ini.

Wilson H. Guertin, Ph.D.

University of Florida.

Sekapur Sirih

Imam Jawad Chirri

Imam Mohammad Jawad Chirri adalah orang Libanon dan memperoleh ijazah dari Hauzah Ilmiah Najaf (Seminary School), di Iraq. Dia adalah seorang Ulama dan Dosen. Masyarakat Islam mengundang dia ke Detroit, Michigan di tahun 1949. Imam Chirri adalah direktur dan Ketua Kerohanian di Islamic Centre di Detroit (15571 Joy Road). Ruang lingkup kerjanya cukup luas, termasuk Afrika Barat dan Timur Tengah.

Pada waktu diadakan tour dosen-dosen dari Afrika Barat dan Timur Tengah, tahun 1959, Imam Chirri diundang oleh Syaikh al-Azhar di Cairo, untuk mengenal sekolah-sekolah yang lain.

Sehubungan dengan diundangnya Imam Chirri, pemimpin mayoritas mengeluarkan pernyataan historis bahwa pengajaran untuk kedua mazhab itu harus mempunyai suara yang sama dan bahwa orang-orang Islam berhak untuk memilih satu di antaranya.

Dr. Wilson H. Guertin adalah seorang sarjana (cendekia) dan seorang yang terkemuka dalam bidang Psikologi.

Dia adalah orang yang menghormati agama dan memiliki ilmu pengetahuan tentang agama yang sangat luas.

Perhatiannya pada agama menggambarkan kesungguhan tipe seorang cendekia yang memikirkan bahwa agama pada umumnya, berisikan kebenaran, meskipun diselubungi oleh kesuraman yang disebabkan oleh orang-orang yang tidak mengerti dan salah mengartikan.

Kita akan mendapat kesukaran-kesukaran apabila kita mengharapkan seorang cendekia atau scientist, yang selalu berkecimpung dalam dunia serba empirik dan selalu mencoba menguak rahasia alam dan kehidupan, untuk mempercayai ajaran agama yang tidak sesuai dengan realitas empiris di alam atau tidak sesuai dengan sains yang telah ada. Seorang cendekia (scientist) bila dihadapkan dengan ajaran agama yang berlawanan dengan kenyataan empiris atau dengan sains, mungkin mengambil sikap-sikap berikut ini:

A. Dia mungkin akan mengambil sikap yang radikal dengan samasekali menolak agama apa pun bentuknya.

B. Dia mungkin mencoba menyesuaikan konsep agama dengan sains yang ada dengan mengarahkan ajaran agama pada jalan yang tidak akan bertentangan dengan sains.

C. Dia mungkin mencoba belajar agama lain yang berbeda dengan agamanya untuk mendapatkan agama yang tidak bertentangan dengan akal dan ilmu pengetahuan (sains).

Dr. Guertin mengambil sikap yang ketiga dan mencoba untuk mendapatkan kebenaran dengan melakukan riset dan penyelidikan agama. Penyelidikannya bersifat intensif. Dia menguji berbagai jenis agama,dan yang terakhir menguji ajaran agama Islam.

"Saya beragama Kristen sejak lahir," dia katakan pada saya, "Tetapi sejak saya menjadi orang yang berpendidikan, saya menjadi sangsi."

"Sebagai seorang cendekia (saintis), saya tidak dapat menerima ajaran agama yang tidak sesuai dengan sains (ilmu pengetahuan). Saya mencoba untuk memuaskan kebimbangan saya dengan mencari beberapa ajaran agama yang lain dari agama saya. Saya telah mencoba beberapa agama tetapi saya tidak pernah dapat memuaskan kebimbangan saya."

"Akhirnya, saya membaca beberapa buku tentang Islam, dan hal ini membuat saya berminat memperoleh pengetahuan yang lebih banyak tentang agama ini."

"Sekarang saya datang pada Anda, saya mengharapkan bahwa saya akan dapat memperoleh gambaran yang jelas dari kepercayaan Anda."

"Saya mengerti bahwa Anda mendalami ilmu Islam, dan Anda adalah spesialis dalam bidang ini."

"Saya ingin mengaji dan meriset Islam melalui Anda, dan saya percaya bahwa Anda akan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan saya."

Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan pada saya mungkin juga akan terdapat pada setiap orang yang berpendidikan yang mencoba mendapatkan kebenaran tentang Islam.

Oleh karena itu, saya mengira, pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban yang dilontarkan harus dicatat dan diterbitkan, dan buku yang berisikan dialog-dialog ini akan sangat berguna pada setiap pribadi yang memiliki kebimbangan-kebimbangan dan mencoba mendapatkan jawaban-jawabannya.

Beberapa dari mereka yang pura-pura tidak tahu, dan sebagian yang lain menjaga hubungannya dengan agama lain dengan tidak adanya kesungguhan mencari kebenaran.

Sebenarnya buku ini diutamakan untuk orang-orang yang merasa dahaga akan ilmu pengetahuan agama dan yang cukup giat untuk mencoba menghilangkan dahaganya.

Untuk orang-orang ini, saya perkenalkan dan menganjurkan buku untuk dibaca dan silahkan memperoleh kegunaan dan manfaat dari membaca buku ini.

Mohammad Jawad Chirri

Dialog Ke-1

Kebebasan Berdiskusi dalam Islam

Wilson: Beberapa agama melarang adanya sikap kritis dan gemar bertanya berkenaan dengan ajaran agama mereka. Mereka menganjurkan kepada para pengikutnya untuk mengikuti instruksi-instruksi mereka tanpa pengujian dan pengkajian. Mereka menuntut iman dan melarang mereka untuk bergaul dengan orang yang memeluk agama lain yang boleh jadi menuntunnya kepada keraguan. Bagaimana sikap Islam terhadap pertanyaan yang tertuju kepada ajaranya dan membandingkan ajarannya dengan keyakinan yang lain.

Chirri: Islam sangat liberal, free dan terbuka dalam masalah ini. Ia boleh jadi menuntut seseorang untuk beriman kepada ajaran-ajaran tertentu, namun pada saat yang sama ia menasihatinya untuk mencoba membangun keyakinannya berdasarkan dalil dan argumen. Islam memberinya kebebasan untuk mengajukan pertanyaan dan tidak mencelanya ketika ia memiliki keraguan, jika keraguannya diikuti oleh usaha intensif untuk menemukan kebenaran. Jika agama lainnya menasihatkan pengikutnya untuk menghindari diskusi ihwal masalah-masalah prinsipil selain darinya dan membuatnya takut bahwa ia telah memprovokasi murka Tuhan dengan melakukan hal tersebut, Islam membuat orang merasa aman dari murka Tuhan jika ia menindaklanjuti penelitiannya mencari kebenaran. Pada kenyataannya, Islam tidak pernah menasihatkan orang untuk menghindari diskusi yang menuntun kepada pengetahuan baru dan sebuah penemuan baru tentang kebenaran. Tapi jangan takut, Islam menganjurkan untuk mendiskusikan setiap prinsip-prinsip ajaran agama, apakah itu ajaran Islam atau non-Islam. Tidak pernah merasa risau dan kuatir akan murka Tuhan lantaran Dia merupakan Tuhan kebenaran. Sebaliknya, semakin orang mencari kebenaran dan melakukan penelitian intensif, semakin banyak ganjaran yang ia dapatkan dari Tuhan menurut pandangan Islam. Dalam pandangan Islam, ganjaran yang paling bernilai dan sikap yang paling berharga, adalah melakukan pendekatan terhadap isu-isu keagamaan dengan semangat dan spirit seorang ilmuan dan saintis yang menyambut setiap dalil yang dapat membuktikan atau membatalkan teorinya (atau teori yang ia dapatkan).

Wilson: Apakah Islam memiliki aturan spesifik atau anjuran berkenaan dengan riset dan pengkajian agama?

Chirri: Ada beberapa aturan tertentu yang tercantum dalam al-Qur'an yang harus digunakan dalam riset agama demi terjaminnya setiap kesimpulan yang boleh jadi dicapai.

1. Tidak dibenarkan memeluk sebuah doktrin ketika dalil dan argumen telah dibangun yang berseberangan dengan doktrin tersebut, dan tidak dibenarkan mengikuti sebuah prinsip tanpa adanya dalil.

Jika Tuhan menghendaki seseorang untuk beriman kepada sebuah doktrin, Dia membuatnya jelas dan berdalil. Dia adalah Mahaadil lagi Bijaksana. Dia mengetahui bahwa keyakinan dan iman bukan merupakan sebuah hal yang bersifat dipaksakan. Seseorang tidak dapat meyakini atau mengingkari segala sesuatu yang ia tidak pilih. Raga manusia berada di bawah kontrol perintah tapi jiwanya tidak demikian. Saya menaati sebuah titah yang memerintahkan untuk menggerakkan tanganku ke atas dan ke bawah, berjalan atau duduk, bahkan jika perintah tersebut nampaknya tidak bijaksana. Namun saya tidak dapat menaati sebuah perintah, misalnya, yang menitahkan aku bahwa dua kali dua sama dengan lima, atau angka tiga merupakan angka satu, atau api itu dingin atau salju itu panas. Pengetahuan manusiawi kita datang dari dalil langsung dan tidak langsung, dan ia tidak mengikuti kehendak dan kemauan kita sendiri. Keyakinan dan iman yang dapat diterima haruslah berdasarkan kepada ilmu pengetahuan. Ketika Tuhan menghendaki aku untuk mengetahui sesuatu, Dia membuat ilmu tersebut mungkin bagiku dengan menyediakan petunjuk dan jalan untuknya. Jika Dia menuntut aku untuk meyakini sesuatu sementara ada dalil yang bertentangan dengannya, Dia memintaku untuk melakukan sesuatu yang mustahil. Dan hal ini berseberangan dengan keadilan-Nya. Islam tidak pernah mencela seseorang apabila ia tidak meyakini sebuah ajaran lantaran kurangya dalil; sebaliknya, Islam mencela seseorang ketika ia mengikuti sebuah ajaran sementara ia meraba-raba dalam kegelapan tanpa adanya petunjuk yang menerangi, atau apabila ajaran tersebut tidak sesuai dengan kebenaran. Mengikuti sebuah ajaran yang bertetangan dengan petunjuk, atau kurangnya dalil, adalah ibarat sebuah pengadilan mahkamah yang memutuskan perkara ke atas terdakwa tanpa adanya bukti. Sikap semacam ini bukan merupakan sebuah perbuatan terpuji. Al-Qur'an menegaskan: "Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya." (Qs. al-Isra' [17]:36)

2. Tidak pernah menerima populeritas secara lahir. Seorang periset dalam bidang agama tidak dibenarkan menerima populeritas sebuah doktrin agama dalam masyarakatnya sebagai sebuah bukti atas kebenarannya. Banyak ide dan gagasan populer yang terbukti kesalahannya. Pada suatu waktu, diyakini bahwa bumi ini datar dan matahari yang mengelilingi bumi. Orang-orang meyakini masalah ini selama ribuan tahun, tetapi kita ketahui bahwa tidak satupun ide dan gagasan ini yang benar. Terlebih, apa yang populer pada suatu komunitas belum tentu populer di komunitas lain. Kebalikannya juga benar. Jika populeritas merupakan simbol kebenaran, seluruh ide yang populer yang bertentangan satu sama lain akan menjadi benar, namun kebenaran tidak pernah bertentangan dengan dirinya. Tatlkala nabi pertama datang untuk memproklamasikan konsep tauhid (keesaan Tuhan), risalahnya tidak populer di setiap masyarakat lantaran masyarakat dunia ketika itu adalah kafir dan musyrik. Tidak populernya risalah Ilahi seperti itu tidak mencegah risalah itu dari kebenarannya. Pada kenyataannya, seluruh nabi datang ke masyarakatnya dengan risalah-risalah yang tidak populer. Maksud mereka adalah mengoreksi hal-hal yang keliru dan bersifat populer dan menggantinya dengan kebenaran yang bersifat tidak populer. Al-Qur'an menandaskan, "Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah). (Qs. al-An'am [6]:116).

3. Ajaran-ajaran agama yang bersifat warisan harus dikaji. Islam menganjurkan setiap orang dewasa untuk mengkaji agama yang ia warisi dari orang tuanya. Agama yang diwariskan, seperti agama yang lain, harus dibuktikan dengan dalil dan argumen. Seseorang dapat bersandar kepada penilaian orang tuanya selama ia masih kecil dan tidak mampu mengambil keputusan sendiri. Tatkala ia mencapai masa dewasa, agamanya menjadi tanggung jawabnya sendiri. Santun dan hormat kepada orang tua merupakan salah satu perintah Islam, namun hal itu tidak berarti menerima pendapat mereka dalam suatu perkara penting seperti agama jika pendapat mereka merupakan pendapat keliru. Sebenarnya, ketika orang tua memeluk sebuah ajaran agama yang salah dan menuntut anak-anaknya untuk mengikuti mereka, mereka tidak boleh ditaati lantaran tindakan tersebut bertentangan dengan kehendak Tuhan; artinya, jika seseorang menaati orang tuanya ketika mereka melakukan kesalahan, ia telah membangkang perintah Tuhan. Senada dengan hal ini, al-Qur'an berkata, "Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Qs. Luqman [31]:14-15)

Islam memerintahkan setiap orang untuk menguji ajarannya sebagaimana ia memerintahkan setiap orang untuk mengkaji dan menguji ajaran lain. Dengan demikian, seseorang dapat menilai Islam lebih dari yang sebelumnya.

4. Tidak dibenarkan adanya keragu-raguan pada diri seseorang. Ketika seseorang tidak komitmen terhadap satu agama dan meragukan seluruh konsep agama, ia tidak boleh puas dengan keraguannya. Adalah tugasnya melindungi dirinya dan kepentingan vitalnya di dunia ini dari segala bentuk musibah dan petaka. Sama saja, ia memiliki tanggung jawab dan tugas yang sama dalam melindungi kepentingan spiritual dari kerusakan. Pencarian seriusnya tentang apa yang menimpa atas kehidupan spritualnya sama pentingnya dengan pencariannya terhadap apa yang menimpa kehidupan fisikalnya. Supaya seseorang menunaikan tanggun jawab dan mengerjakan tugasnya, diwajibkan baginya untuk mencari, dan mencari secara serius tentang keraguan yang ia miliki tentang agamanya. Barangkali terdapat banyak fakta-fakta yang dapat diakses dalam wilayah keraguan; oleh karena itu, ia harus menemukannya. Ketika ia melakukan riset dan berupaya sekuat tenaga lalu gagal menemukan kebenaran, ia akan diampuni di hadapan Tuhan. Tuhan meminta setiap orang untuk melakukan apa yang dapat mereka lakukan. Al-Qur'an menyatakan, "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya." (Qs. al-Baqarah [2]:286)

5. Ketika Anda melakukan riset agama, jangan biarkan orang lain memutuskan sesuatu untuk Anda. Jangan bersandar kepada peniliaian setiap orang, meski ia merupakan seorang tulus dan cerdik cendikia. Di setiap keyakinan terdapat beberapa guru yang tulus dan cendikia. Jika seseorang membolehkannya untuk membuat keputusan tentang agama baginya, ia akan terbiasi lantaran guru-guru ini pasti berbeda satu dengan yang lainnya. Jika ia bersandar kepada penilaian para guru hanya dalam satu bidang iman, melupakan guru-guru yang lain, ia akan memiliki bias dan subyektifitas. Seorang guru yang tulus dan cendikia dapat salah, dan seseorang tidak akan dimaafkan apabila ia mengikuti penilaian gurunya. Agama seseorang adalah tanggungjawabnya dan setelah ia melakukan pencarian yang bersifat ekstensif, ia adalah seorang penilai tunggal untuk mencapai kesimpulan dan membentuk beragam pendapat. Dalam al-Qur'an disebutkan, Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. (Qs. 35:18, 53:38)

Dengan demikian, kita dapat melihat kelima ayat al-Qur'an dimana Islam tidak takut untuk ditanyai atau dianalisa. Hanya mereka yang takut gagal yang melarang diskusi secara bebas terhadap ajaran agama mereka dan menghindari pengujian dari para periset dan peneliti.

Dialog Ke-2

Definisi Islam

Wilson: Salah satu masalah penting dalam setiap pembahasan adalah mendefinisikan subyek sebuah pembahasan. Lantaran kita ingin membahas Islam, saya ingin mendengarkan sebuah definisi ihwal Islam, karena kalimat ini bersumber dari bahasa Arab. Saya telah mendengar lebih dari satu definisi tentang kalimat ini; saya ingin mendengarkan definisi Anda ihwal Islam. "Muslim" merupakan kalimat yang lain yang harus didefinisikan untuk didengarkan oleh kalangan non-Arab yang boleh jadi membacanya berulang kali tanpa mengerti makna yang sebenarnya dari kata itu, atau kebingungan dengan kata Islam.

Chirri: Makna asli "Islâm" adalah penerimaan sebuah pendapat atau sebuah kondisi yang sebelumnya tidak diterima. Dalam bahasa al-Qur'an, Islam bermakna kesediaan seseorang untuk menerima titah dan perintah dari Tuhan dan mengikutinya. "Muslim" adalah kata yang diambil dari kata Islam. Kata ini digunakan pada seseorang yang telah menerima dan mengikuti titah dari Tuhan.

"Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi Dia adalah seorang yang lurus, lagi berserah diri Musliman dan sekali-kali bukanlah Dia Termasuk golongan orang-orang musyrik." (Qs. Ali Imran [3]:67)

Dua kata yang dimaksud, bagaimanapun, dua makna spesifik yang diperoleh setelah pengenalan risalah yang dibawah oleh Nabi Muhammad Saw. Risalah yang diwahyukan kepada Muhamamad disebut sebagai Islam, dan beriman kepada risalah yang dibawanya juga disebut Islam. Muslim, juga berarti orang yang mengikuti risalah Muhammad dan meyakini akan kebenarannya.

Wilson: Apa hubungan antara makna asli Islam dan makna spesifik yang diambil setelah kedatangan Muhammad?

Chirri: Makna baru dari kata tersebut adalah berdekatan dengan makna aslinya lantaran Muhammad menyebutkan bahwa ajarannya mengandung ajaran-ajaran para nabi sebelumnya dan seluruh perintah-perintah Tuhan. Ketika seseorang beriman kepada kebenaran Muhammad dan berikrar untuk mengikuti risalahnya, ia sesungguhnya, menyatakan kesediaannya untuk mentaati perintah dan titah dari Tuhan tanpa syarat.

Wilson: Ada prosedur tertentu yang diatur, misalnya, oleh Kristen bagi seseorang yang ingin memeluk Kristen. Contohnya, Baptis yang merupakan salah satu sakramen (penyucian) yang menurut hampir seluruh sekte dalam Kristen, harus dijalankan oleh seseorang muallaf untuk menjadi seorang Kristian. Apakah ada prosedur yang dianjurkan bagi seseorang untuk beriman kepada ajaran Islam?

Chirri: Tidak ada sakramen atau prosedur yang ditentukan bagi seseorang untuk memeluk Islam. Yang diperlukan oleh seseorang ketika ia ingin memeluk Islam hanyalah pengucapan atau iman kepada syahadah (Deklarasi Iman), "Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah."

Wilson: Mengapa pengucapan semacam itu memadai bagi seseorang untuk dapat memeluk Islam?

Chirri: Tatkala seseorang menyatakan bahwa ia beriman kepada kebenaran Muhamamad, ia benar-benar menyatakan beriman kepada seluruh yang diperkenalkan oleh Muhammad dan seluruh ajarannya. Hal ini termasuk seluruh ajaran al-Qur'an, seluruh perbuatan dan sabda Muhammad, baik dalam masalah aqidah atau masalah hukum syariat.

Ketika seseorang beriman kepada syahadah (deklarasi iman), ia secara otomatis menjadi seorang Muslimin. Ucapan syahadah merupakan sebuah bukti bagi Muslim yang lain bahwa ia adalah seorang yang beriman kepada Islam. Lantaran hal ini, tidak seorang Muslim yang dapat mengingkarinya, karena ia merupakan seorang yang beriman kepada Islam dan tidak memerlukan hal yang lain untuk membuktikan hal itu.

Wilson: Apakah seorang muallaf dipandang sama dan ekual dengan seorang yang menjadi Muslim semenjak lahir?

Chirri: Seorang muallaf adalah ekual dan sama derajatnya dengan Muslim yang lain dalam pandangan al-Qur'an. Lebih dari itu, seorang muallaf memiliki banyak keuntungan daripada seorang yang menjadi Muslim semenjak lahir karena dua alasan:

1. Seorang muallaf mendapatkan ganjaran yang lebih besar dari Tuhan ketimbang seorang yang menjadi Muslim semenjak lahir. Seorang muallaf yang menjadi Muslim biasanya setelah ia mengadakan riset yang panjang dan detail serta harus menghadapi berbagai tekanan psikologis, lantaran mengganti agama bukanlah sebuah pekerjaan mudah. Hal ini menuntut keberanian dan usaha si muallaf, sementara orang yang semenjak kecilnya telah memeluk Islam (Muslim) menerima agamanya melalui warisan dari orang tuanya.

2. Seorang muallaf dipandang, dengan masuknya ia ke dalam Islam, suci dan terbebas dari dosa-dosa sebelumnya. Seluruh dosa-dosa yang ia kerjakan semasa ia memeluk Kristen dihapus secara keseluruhan. Ia hanya akan bertanggung jawab dengan dosa-dosa yang ia lakukan setelah ia menjadi seorang Muslim. Oleh karena itu, jika seseorang menjadi Muslim pada pagi hari, setelah matahari terbit, kemudian ia meninggal pada siang harinya, ia berhak memasuki surga tanpa melakukan atau mengerjakan ritual-ritual keagamaan yang diwajibkan bagi setiap Muslim. Ia tidak harus mengerjakan shalat subuh lantaran ia memeluk Islam setelah matahari terbit, juga tidak harus mengerjakan shalat Zhuhur karena ia meninggal sebelum waktu shalat Zhuhur tiba.

Wilson: Kadang-kadang saya menemukan bahwa Islam disebut sebagai "Din at-Tauhid" dan terkadang "Din-al-Fitrah." Karena kedua istilah tersebut merupakan istilah Arab, keduanya harus didefinisikan untuk kepentingan orang-orang non-Arab. Alasan-alasan mengapa Islam disebut dengan istilah ini juga harus dijelaskan.

Chirri: "Din at-Tauhid" bermakna agama yang beriman kepada Keesaan Tuhan, dan "Din al-Fitrah" berarti agama yang sesuai dan selaras dengan tabiat manusia. Islam disebut sebagai agama Tauhid lantaran muatan utama yang terkandung di dalamnya adalah keesaan Tuhan. Doktrin Tuhan Esa merupakan doktrin yang sangat ditekankan dan berulang kali diulas dalam al-Qur'an. Tatkala Islam diperkenalkan kepada dunia, hampir kebanyakan orang-orang adalah penyembah berhala. Beberapa agama mendakwahkan Keesaan Tuhan namun dalam bentuk yang kurang jelas. Beberapa dari mereka menisbahkan Tuhan sebagai sosok yang berbentuk (anthropomorphic image). Poin yang paling penting dari kandungan risalah samawi baru ini adalah membenarkan dan mengoreksi para penyembah berhala dan menghilangkan segala kabut keburaman konsep Keesaan Tuhan. Islam disebut sebagai agama fitrah lantaran ajarannya dapat diterima oleh akal manusia ketika akal manusia bebas dari segala bentuk berpikir takhayul dan tidak logis. Nabi Muhamamad Saw bersabda: "Setiap manusia lahir dalam keadaan fitrah; pengaruh ibu bapaknyalah yang menjadikan ia sebagai non-Muslim."

Tatkala seseorang bebas dari pemikiran yang tidak logis, ia dapat dengan mudah, hanya dengan melihat tatanan semesta, menyimpulkan bahwa semesta ini memiliki hanya Satu Pencipta. Adalah mudah diterima sebuah ajaran yang menyeru kita untuk meyakini bahwa semesta yang berusia lebih dari empat milyar tahun lamanya telah dicipta oleh Pencipta Tua Yang Tak-Terbatas. Namun tidak mudah atau tidak gampang mengidentifikasi bahwa Pencipta itu fana yang kelahirannya terjadi empat billion tahun setelah penciptaan semesta. Adalah natural menerima sebuah ajaran yang menyeru meyakini bahwa Pencipta semesta adalah Mutlak Adil dan Pengasih. Bahwa Pencipta yang Mahaadil dan Pengasih itu tidak akan membebani setiap jiwa dengan dosa orang lain; dan bahwa Dia tidak meminta setiap orang untuk membayar dosa orang lain. Ajaran Islam nampaknya dapat diterima akal manusia, kalaulah akal tersebut belum terkontaminasi oleh ajaran-ajaran yang tidak logis. Atas alasan inilah mengapa Islam disebut sebagai agama fitrah.

Dialog Ke-3

Mengapa Islam Sedemikian Mendunia?

Wilson: Sejarah menunjukkan bahwa Islam tersebar pada masa-masa awalnya di belahan dunia Asia, Afrika dan Eropa dengan sangat cepat. Barangkali tidak ada agama yang tersebar di seluruh penjuru dunia dengan sangat cepat dan pesat sebagaimana Islam. Pasti terdapat faktor-faktor tertentu dalam Islam yang menyebabkan perkembangan pesatnya dan membuatnya sedemikian fenomenal. Saya ingin tahu faktor-faktor tersebut yang memberikan kontribusi terhadap perkembangan pesat itu.

Chirri: Terdapat banyak faktor yang memberikan kontribusi, dan masih memberikan kontribusi bagi penyebaran Islam. Di antara faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kitab Suci Al-Qur'an

Merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat dinafikan bahwa Qur'an merupakan sebuah kitab hidup yang telah mempengaruhi jutaan manusia melalui keindahan dan pesonanya. Ketinggian wacana Qur'an melemparkan tantangan dan bahkan masih melemparkan tantangan. Qur'an sendiri menyeru orang-orang yang menentangnya untuk mengajukan sebuah wacana yang dapat menandingi wacana yang ia sampaikannya. Al-Qur'an berulang kali menyatakan bahwa jika orang-orang yang menentangnya dapat menyuguhkan wacana yang sebanding dengan kandungan al-Qur'an, mereka secara otomatis telah menggugurkan seluruh tatanan keyakinan Islam. Qur'an masih tetap bertengger di atas dan di atas seluruh perbandingan literatur Arab semenjak pewahyuannya pada abad ketujuh. Dengan demikian, Kitab Suci al-Qur'an masih tetap bertahan semenjak awal diperkenalkannya hingga sekarang menjadi sumber atraktif bagi keyakinan Islam.

2. Pesona Pribadi Nabi Muhammad Saw

Muhammad lahir di bawah pendar cahaya sejarah. Tidak ada awan yang menyelimuti kelahiran, keberadaan dan hidupnya di antara bangsanya. Jika para nabi yang lain dipandang sebagai bagian dari sejarah agama, Muhammad merupakan bagian dari keduanya, sejarah agama dan dunia.

Muhammad lahir di Mekkah dari seorang ayah dan ibu yang terkenal dan hidup dengan bangsanya selama empat puluh tahun sebelum ia terlantik sebagai seorang Nabi Allah. Ia disaksikan oleh bangsanya selama masa kecil dan dewasanya. Ia diperhatikan oleh seluruh kerabatnya sebagai seorang teladan dalam kejujuran dan integritas. Masyarakat Arab tidak pernah mendapatkannya berbuat salah. Mereka memanggilnya al-Amin, orang yang terpercaya.

Muhammad tidak hidup sebagai seorang yang terasing. Sebaliknya, ia senantiasa bergaul dengan masyarakat. Sebagai seorang peniaga, Muhammad mengadakan perjalanan dan bergaul dengan masyarakat dari seluruh lapisan, namun ia tidak pernah terpengaruh oleh nafsu rendah dan ambisi duniawi mereka. Ia hidup di tengah masyarakat kafir, yang didominasi oleh para penyembah berhala, namun ia tidak pernah tunduk terhadap pemikiran mereka, juga tidak toleran dengan mereka dalam keimanan. Ia hidup di dunia itu sebagai sebuah dunia bagi dirinya. Ia dihormati oleh musuh-musuhnya dan dipuja oleh sahabatnya, dan tidak ada nabi dalam sejarah yang menerima ketaatan secara spontan oleh sahabat-sahabatnya sebagaimana yang diterima oleh Muhammad.

3 Kekuatan Iman Kaum Muslimin Pada Masa-Masa Awal

Berkat kejujuran dan pengaruh pribadi Muhammad yang mempesona, iman para sahabatnya kepadanya luar biasa kuat. Hal ini bersandar kepada perkenalan pertama mereka dengan kehidupannya yang menjadi teladan.

Disebutkan bahwa para pengikut Musa menolak memasuki Yerusalem tatkala diperintahkan kepada mereka untuk melakukan hal tersebut dan berkata kepadanya bahwa ia dan Tuhannya yang harus memasuki kota itu dan berperang dengan musuh. Disebutkan bahwa banyak orang yang berkumpul di sekeliling Isa meninggalkannya tatkala kesusahan datang menerjang. Bahkan murid-muridnya sendiri yang meninggalkannya. Murid utamanya mengingkarinya selama tiga kali sebelum fajar menyingsing pada malam yang amat menentukan itu. Keadaan yang sama terjadi pada hampir kebanyakan para nabi. Tidak ada seorang pun dari mereka yang mendapatkan sokongan sejati dari para pengikut mereka ketika mereka menghadapi musibah dan petaka.

Para sahabat Muhammad, bagaimanapun, adalah berbeda dengan para sahabat nabi-nabi sebelumnya. Tatkala Muhammad berada di Mekkah, ia dan ratusan pengikutnya tidak berdaya dan tanpa perlindungan hukum. Semuanya berdiri di hadapan ujian musibah, dan tidak ada seorang pun yang menanggalkan imannya kepada Sang Nabi. Tindakan dan perbuatan kaum Muslimin ini membuktikan iman mereka kepada Islam dan Nabi Saw. Kesemuanya mendakwahkan Islam dan mengamalkan apa yang mereka dakwahkan, dan setiap Muslim yang asli memberikan iman mereka sebagai sokongan asli dalam ucapan dan perbuatan.

4. Ajaran Islam Merupakan Sumber Ketertarikan Lantaran Ajaran Tersebut Merupakan Ajaran Logis Dan Jelas

Dengan pemikiran serius, seseorang dapat dengan mudah menerima ajaran agama yang mendeklarasikan hal berikut ini: Tiada Tuhan selain Allah Yang menciptakan seluruh semesta; Tiada yang patut disembah selain-Nya; Dialah satu-satunya Tuhan, tanpa sekutu, mitra atau anak; Dia tidak beranak juga tidak diperanakkan dan tiada yang menyerupai-Nya; Dialah yang Mahaadil, Mahapengasih, dan Mahakuasa, tidak bersifat fisikal atau antropomorpis (berbentuk, jasmani); kekuasaan-Nya meliputi seluruh semesta.

Monotheisme sederhana dan tanpa kompromi semacam ini dapat diterima oleh akal sehat manusia yang mencari sebuah penjelasan bagi keberadaan dunia ini. Ia tidak membingungkan pikiran manusia dengan mengatakan bahwa Tuhan adalah Esa dan Dia pada saat yang sama, lebih dari satu. Juga tidak mencitrakan Tuhan sebagai manusia yang lahir dari manusia lainnya.

5. Ajaran Islam Merupakan Ajaran Yang Konsisten Dan Kohesif

Ajaran Islam tidak bertentangan satu dengan yang lain, dan juga tidak kontradiksi dengan kebenaran yang lain. Ajaran Kristen, Yahudi dan Islam mengajarkan keadilan Tuhan. Islam, betapapun, memegang konsep fundamental ini dan mengamalkannya secara keseluruhan. Konsep ini membangun konsep-konsep keagamaan lainnya yang mengikuti konsep keadilan. Tatkala Tuhan adalah adil dan bijaksana, Dia tidak memaksakan setiap jiwa untuk melakukan sesuatu yang berada di luar kemampuannya. Islam mengajarkan kita juga bahwa Sang Mahaadil tidak membebankan tanggung jawab kepada setiap orang atas apa yang ia lakukan kecuali ia lakukan dengan ikhtiar. Dia tidak membebani seseorang dengan tanggung jawab atas dosa yang dilakukan oleh orang tuanya atau kakek buyutnya lantaran ia tidak memiliki kendali atas perbuatan mereka.

Islam mengajarkan kepada kita bahwa karena Tuhan tidak membebankan seseorang tanggung jawab atas apa yang dilakukan oleh ayahnya, Dia tidak mencela seluruh umat manusia lantaran sebuah dosa yang dikerjakan sebelum keberadaan generasi umat manusia. Celaan semacam ini adalah bertentangan dengan konsep keadilan Ilahi. Alih-alih membebani manusia dengan dosa warisan, Islam mengajarkan bahwa setiap manusia lahir dalam keadaan suci dan kudus dari segala bentuk dosa, akan berlaku demikian, hingga ia mengerjakan dosa sebagai seorang dewasa.

6. Ajaran Islam Memiliki Sikap Positif Terhadap Seluruh Aspek Kehidupan Manusia

Islam, tidak seperti agama lainnya, menekankan pentingnya aspek spiritual dan material kehidupan manusia. Tuhan, menurut Islam, tidak menghendaki manusia melupakan kebutuhan biologisnya, juga tidak menginginkan adanya konflik intrinsik antara tanggapan kita terhadap kebutuhan ini dan pertumbuhan spiritual kita. Sebaliknya, kedua sisi masing-masing saling bergantung satu dengan yang lainnya. Keduanya berhimpun satu dengan yang lain dan dapat disatukan dalam kebanyakan kegiatan manusia. Seorang manusia yang kekurangan kebutuhan makanan, kehangatan, perlindungan, dan melakukan meditasi, mengerjakan tugas-tugas ibadah, atau mengerjakan kebaikan kepada manusia lainnya. Namun, tatkala kebutuhan tersebut terpuaskan, manusia dapat dengan mudah mengarahkan dirinya secara langsung kepada Tuhannya.

Oleh karena itu, pekerjaan yang diniatkan dengan baik untuk memenuhi kebutuhan ragawinya menjadi sebuah porsi dalam tugas keagamaan kita. Agama, menurut ajaran Islam, tidak bermaksud untuk menekan nafsu-nafsu biologis; agama bermaksud untuk membina nafsu-nafsu biologis tersebut dan mencegah setiap orang untuk berlaku ekstrim dan merugikan dirinya sendiri atau masyarakatnya.

7. Ajaran Islam Merupakan Ajaran Universal

Universalitas ajaran Islam dapat terlihat dari ajarannya yang tak memandang bulu dan berlaku diskriminatif terhadap umat manusia, dan ia mengakui seluruh nabi-nabi sebelumnya.

Semenjak kedatangannya, Islam telah membawa merek universalitas. Ia mengalamatkan dirinya kepada seluruh umat manusia, tidak memandang bulu di antara seluruh bangsa dan kelompok etnis. Setiap umat manusia merupakan sebuah anggota dari sebuah keluarga besar. Tidak ada seorang invidu atau bangsa yang merupakan pilihan Tuhan atau ciptaan favorit karena kelahirann, kebangsaan, atau keyakinan terhadap sebuah dogma tertentu. Manusia adalah sama dan setara di hadapan Tuhan, dan setiap orang memiliki akses terhadap kerajaan Tuhan, jika ia merupakan seorang yang benar.

Sebuah kebenaran tidak pernah bertentangan dengan kebenaran yang lain. Oleh karena itu, Islam memproklamirkan bahwa hanya ada satu agama samawi yang telah diwahyukan pada waktu yang berbeda kepada para nabi yang ditugaskan oleh Tuhan untuk menyampaikan risalah kepada umat manusia. Merupakan sebuah hal yang tidak dapat diterima bahwa Tuhan akan mewahyukan sebuah doktrin tertentu kepada seorang rasul atau nabi dan kemudian mewahyukan ajaran yang lain kepada nabi yang lain yang menentang ajaran sebelumnya. Tuhan telah mewahyukan ajaran samawi-Nya, perintah-perintah dan hukum pada tingkatan peradaban yang berbeda sesuai dengan kapasitas pemahaman dan pemikiran manusia. Pewahyuan berikutnya merupakan pelengkap, dan tidak menentang pewahyuan sebelumnya. Oleh karena itu, Islam berkata bahwa merupakan tugas setiap Muslimin untuk mengenal dan menghormati Isa, Musa dan seluruh nabi-nabi dan ajaran-ajarannya yang benar. Hal ini secara berulang terekam dalam al-Qur'an, "Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada Kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". (Qs. al-Baqarah [2]:136)

Kaum Krisitian yang bersinggungan dengan kaum Muslimin pada masa-masa awal kedatangan Islam menyaksikan penghormatan kaum Muslimin terhadap Nabi Isa. Sebagai hasilnya, jutaan dari mereka memeluk Islam, bukan karena mereka meninggalkan ajaran Isa, namun karena mereka menghendaki tetap melanjutkan ketaatan mereka terhadap ajarannya yang benar secara lekat dalam ajaran Islam.

Wilson: Apakah Islam menganjurkan pengutusan misionaris untuk mengislamkan orang-orang non-Muslim sebagaimana yang dilakukan dan dipraktikkan dalam ajaran Kristen selama ini?

Chirri: Islam, sebagaimana Kristen, mengajak orang-orang kepada ajarannya dan menyeru kepada non-Muslim untuk bergabung dengan para pengikutnya. Namun, Islam tidak pernah mengorganisir misi-misi seperti yang dilakukan oleh Kristen. Manakala seorang non-Muslim menunjukkan ketertarikan untuk mengkaji Islam, merupakan tugas setiap Muslim untuk memberi tahu ihwal Islam kepadanya. Pekerjaan semacam ini, bagaimanapun, adalah jauh dari misi yang terorganisir.

Ketiadaan ulama Islam merupakan salah satu sebab ketiadaan misi yang terorganisir ketika dibandingkan dengan Kristen. Faktor lain adalah bahwa sekelompok besar kaum Muslimin cenderung meyakini bahwa Islam akan tersebar tanpa misionaris. Kecendrungan ini merupakan sebuah hasil dari ragam prestasi spektakuler yang dicapai oleh Islam tanpa usaha dan kerja keras dari kaum Muslimin.

Jutaan orang di berbagai negara memeluk Islam, bukan melalui misi yang terorganisir, tapi melalui kontak mereka dengan beberapa Muslim yang meninggalkan kesan terhadapnya dengan integritas dan kebenaran ajarannya. Orang-orang Muslim yang menanamkan gagasan iman mereka terhadap yang lain, bukan karena mereka diutus oleh beberapa lembaga berpengaruh sebagai misionaris, tapi karena mereka percaya bahwa Islam merupakan urusan setiap Muslimin.

Berapa kali, saya mengadakan muhibah ke Afrika Barat. Saya jumpai banyak misionaris Kristen di belahan dunia tersebut, namun saya tidak melihat adanya misi kaum Muslimin yang terorganisir. Kendati demikian, hasil pendapat dalam lingkaran ini mengabarkan bahwa Islam lebih berkembang dengan pesat daripada Kristen di daerah tersebut.

Wilson: Apakah Anda memiliki data ihwal jumlah misionaris Kristen di seluruh dunia?

Chirri: Jumlah misionaris Kristen di seluruh dunia (menurut harian Detroit News yang terbit hari Minggu, April 2, 1961) adalah 212,250. Angka ini termasuk 170.000 misionaris Katolik dan 42,250 misionaris Protestan. (Coba Anda bayangkan dialog ini terjadi empat puluh lima tahun yang lalu, sekarang pasti lebih banyak dan lebih besar jumlahnya, AK). Serdadu besar misionaris ini didukung oleh ribuan organisasi keagamaan yang menghabiskan triliunan Dolar setiap tahunnya untuk pelaksanaan misi ini. Dibandingkan dengan kenyataan ini, kaum Muslimin memiliki sentral-sentral penerangan yang di seluruh dunia tidak mencapai ribuan jumlahnya. Sentral-sentral ini tidak menikmati dukungan finansial sebagaimana yang diterima oleh misionaris Kristen. Juga tidak bermaksud untuk mengganti agama orang lain. Pekerjaan mereka hanyalah memberikan informasi, dalam keterbatasan mereka, kepada mereka yang mencari informasi tentang Islam.

Wilson: Beberapa orang menisbahkan bahwa penyebaran Islam terlaksana berkat kelonggarannya. Mereka berpikir bahwa Islam tidak banyak menuntut para pengikutnya sebagaimana agama yang lain seperti Kristen. Apa komentar Anda?

Chirri: Saya pikir gagasan ini tidak benar. Islam menuntut lebih dari para pengikutnya daripada agama-agama lain. Islam menuntut kaum Muslimin untuk beribadah sebanyak lima kali sehari: sebelum fajar, tengah hari, petang dan senja dan malam hari. Islam meminta kaum Muslimin untuk berpuasa 30 puluh hari berturut-turut selama bulan Ramadhan. Seorang yang berpuasa diminta untuk tidak makan, minum dan merokok semenjak waktu subuh hingga matahari tenggelam. Islam meminta setiap orang dewasa yang mampu secara fisikal dan finansial untuk menunaikan ibadah haji ke Mekah dan seluruh tempat suci di dalamnya dan sekitarnya, dimana manusia meninggalkan seluruh kemewahan dan harta benda duniawi termasuk pakaian yang terjahit untuk beberapa waktu tertentu.

Islam juga meminta setiap Muslim untuk memberikan sebagian harta kekayaannya setiap tahun untuk ia dermakan. Ia mengharamkan minuman keras dan babi. Tidak ada satu pun dari aturan ini yang mudah, dan tidak ada yang menunjukkan bahwa adanya kelonggaran dalam ajaran Islam. Juga tidak ada kelonggaran dalam tuntutannya terhadap pengikutnya untuk melayani yang lain dengan sebuah perlakuan yang penuh persaudaraan, melindungi martabatnya dan mencegahnya dari perkataan yang dapat menyingkap keburukannya, bahkan pada mereka yang melakukan keburukan terhadapnya.

Wilson: Beberapa orang mengkritisi bahwa Islam menjanjikan kaum Muslimin yang berbuat baik firdaus yang di dalamnya mereka akan mendapatkan kesenangan segala sesuatu yang mereka senangi. Para pengkritik ini berpikir bahwa Islam melebihi Kristen dalam mengumbar janji, dan dengan demikian, menarik orang-orang dengan janjinya.

Chirri: Sebuah janji menjadi atraktif hanya jika berasal dari sebuah sumber yang terpercaya. Jika sebuah perusahaan yang memiliki reputasi menawarkan seseorang dengan sebuah pekerjaan yang bergaji lumayan besar, ia akan senang menerima posisi tersebut. Di sisi lain, jika orang yang sama ditawari sebuah kedudukan dari sebuah perusahaan yang tidak dapat dipercaya atau sebuah perusahaan yang menderita kepailitan, ia pasti menolak tawaran tersebut lantaran ia tidak akan memiliki kepercayaan dalam reliabilitas keuangan perusahaan.

Sama halnya, saya pikir bahwa sebuah pergantian agama tidak akan menunaikan sedemikian banyak tugas agama dan meninggalkan banyak hal yang disenangi demi segepok janji jika ia tidak memiliki kepercayaan terhadap Islam. Bukan janji yang menarik jika ditawarkan oleh sebuah sumber yang tidak dapat dipercaya. Menariknya sebuah janji merupakan sebuah hasil dari kepercayaan. Iman terhadap Islam, oleh karena itu, mendahului menariknya sebuah janji, bukan sebaliknya.

Wilson: Sejarah menunjukkan bahwa kaum Muslimin pada masa-masa awal merupakan serdadu dan orang-orang yang militan. Banyak konflik bersenjata yang terjadi antara kaum Muslimin dan non-Muslim di Suriah, Mesir, Afrika Utara, Spanyol dan banyak tempat lainnya. Beberapa orang melontarkan kritik bahwa Islam disebarkan dengan kekuatan, bukan dengan dakwah dan diskusi.

Chirri: Kekuatan boleh jadi menundukkan raga, tapi ia tidak mampu menjinakkan jiwa. Anda dapat menundukkan seseorang atau sebuah komunitas dengan menggunakan kekuataan, tapi Anda tidak dapat membuatnya percaya bahwa Anda benar. Orang-orang Aljazair yang dikuasai oleh penjajah Prancis selama ratusan tahun, tapi tidak membuat mereka mencintai kaum penguasa. Segera setelah mereka mendapatkan kesempatan, mereka angkat senjata melawan tuan mereka dan mengenyahkan penindasan yang dilakukan oleh bangsa penjajah.

Merupakan sebuah hal yang tidak logis untuk diyakini bahwa Islam tersebar dengan kekuatan. Muhammad, sebagai seorang pribadi, tidak dapat memaksa ribuan atau ratusan orang untuk memeluk agama yang ia yakini. Sejarah membuktikan bahwa Muhamamad hidup selama 13 tahun di Mekah setelah memproklamasikan iman yang ia yakini, ia senantiasa mendapat ancaman dari musuh-musuhnya yang merupakan mayoritas penduduk Mekah. Setiap orang yang ingin masuk Islam didera, diancam dan dianiaya oleh penduduk Mekah; dan kendati demikian, jumlah populasi kaum Muslimin naik secara mantap. Dapatkah kita menerima bahwa Muhammad di bawah keadaan seperti ini dapat merubah agama seseorang dengan kekuatan sementara ia sendiri merupakan sasaran penganiayaan?

Pada tingkatan berikutnya, kaum Muslimin telah menjadi kekuatan yang diperhitungkan untuk berperang melawan musuh-musuh mereka; dan sejarah menunjukkan bahwa mereka berjuang demi membela Islam. Tapi hal ini tidak bermakna bahwa Islam telah merubah agama seseorang dengan kekuataan dan paksaan. Kini terdapat lebih 100 juta kaum Muslimin di Indonesia dan jutaan lainnya di Afrika Barat. Keseluruh jumlah populasi yang mencapai jutaan ini menjadi pemeluk Islam melalui kontak dan hubungan damai antara kaum Muslimin yang datang ke daerah-daerah ini sebagai peniaga atau pengajar.

Bagaimanapun, tidak ada alasan untuk mengingkari bahwa kaum Muslimin merupakan orang-orang militan. Kaum Muslimin sebenarnya merupakan pembela yang baik atas kebebasan mereka yang miliki. Kita tahu bahwa tidak ada ideologi akan tersebar atau hidup pada sebuah komunitas yang tidak bebas. Kebebasan beriman, beramal dan berbicara adalah diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan setiap ideologi. Tiadanya sebuah perlindungan konstitusional bagi kebebasan, akan menjadi tugas orang-orang yang menganut ideologi untuk melindungi dan mengamankan kebebasan yang mereka punyai. Jika hal ini tidak dapat dijadikan sebagai justifikasi kekuatan kaum Muslimin pada masa-masa awal, maka tidak ada jalan untuk menjustifikasi kekuatan militer setiap bangsa pada masa kini yang bangkit dan angkat senjata untuk membela kebebasan dan kedaulatannya tatkala mendapat ancaman dari musuh-musuhnya.

Dialog Ke-4

Bagaimana Islam Memandang Penciptaan Semesta?

Wilson: Dengan kemajuan sains, banyak pertanyaan yang dapat dilontarkan seputar masalah penciptaan semesta. Pertanyaan-pertanyaan ini nampaknya tidak memiliki jawaban dalam Injil, dan terkadang kami temukan beberapa ayat dalam Injil yang bertentangan dengan pengetahuan modern dewasa ini. Saya penasaran jika kita dapat menemukan jawaban-jawaban atas beberapa pertanyaan serup dalam kitab suci umat Islam. Alam semesta kini telah dibuktikan bahwa ia telah menginjak usia lanjut. Usianya diperkirakan triliunan tahun. Kelihatannya Injil mengurangi usia semesta dengan hanya beberapa ribu tahun. Apakah al-Qur’an mengandung penjabaran tentang usia semesta ini?

Chirri: Kitab Suci al-Qur’an tidak menjabarkan usia semesta ini dalam bentuk apapun. Sains juga sejauh ini tidak mampu mengatakan dengan tepat kapan semesta ini bermula. Kitab Suci al-Qur’an telah diperkenalkan pada masa dimana masyarakatnya bukanlah masyarakat ilmiah, masa tatkala orang-orang tidak mampu menerima jangka dan bilangan waktu milyaran atau jutaan tahun. Jika al-Qur’an menyatakan bahwa bintang-bintang bersumber dari milyaran tahun yang lalu, orang-orang telah menolak konsep Islam secara keseluruhan. Al-Qur’an, dengan demikian, secara bijak berdiam diri dalam masalah ini. Untuk menjadi benar, Anda tidak perlu mengatakan seluruh apa yang Anda ketahui ihwal kebenaran; yang Anda perlukan hanyalah mencegah orang-orang tidak menerima informasi dan berita yang salah serta menyesatkan. Oleh karena itu, pintu tetap terbuka untuk setiap teori ilmiah, sehingga informasi dan warta keagamaan tidak berbenturan dengan setiap pengetahuan ilmiah.

Wilson: Benda-benda angkasa, bintang-gemintang, dan planet-planet yang kini terhitung sebanyak miliaran dan ratusan miliar banyaknya. Jumlah dari kesemua itu sangatlah fantastis dan terkadang di luar imaginasi kita. Untuk membentuk benda-benda yang tak terhitung semacam itu, hal itu akan mengambil sejumlah material yang berada di luar kemampuan kita untuk menghitungnya. Apakah kita memiliki ayat dalam al-Qur’an tentang dari jenis materi apa benda-benda ini terbuat?

Chirri: Kitab Suci al-Qur’an menyatakan bahwa benda-benda itu terbuat dari benda semacam gas. Hal ini sesuai dengan teori modern yang mengatakan bahwa benda-benda angkasa terbuat dari gas hidrogen. Dari al-Qur’an kita membaca, “Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”. (Qs. Fusshilat [41]:11)

Wilson: Apakah al-Qur’an mengandung ayat tentang materi pertama yang dicipta?

Chirri: Ayat yang dinukil di atas menunjukkan bahwa asap atau apa yang membentuk molekul-molekul dan atom-atom asap merupakan benda pertama yang hadir di dunia ini.

Wilson: Dari materi apa Allah Yang Mahakuasa menciptakan kehidupan?

Chirri: Al-Qur’an menyatakan bahwa Tuhan menciptakan seluruh makhluk hidup dari air: “Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?” (Qs. al-Anbiya [21]:30)“Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, Maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Qs. an-Nur [24]:45)

Tatanan Penciptaan

Wilson: Apakah Qur’an menegaskan ayat dalam Injil yang termaktub dalam kitab Kejadian (Genesis) ihwal tatanan dalam penciptaan semesta?

Chirri: Al-Qur’an tidak memuat ayat semacam itu tentang tatanan dalam penciptaan. Namun, kaum Muslimin tidak menerima kandungan bagian pertama dalam kitab Kejadian (Genesis) lantaran dalam buku itu terdapat kontrakdiksi dan ketidak selarasan.

Wilson: Coba berikan beberapa contoh dari kontradiksi yang Anda sebutkan itu.

Chirri: Silahkan perhatikan beberapa contoh berikut ini:

1. Berfirmanlah Allah: “Jadilah terang.” Lalu terang itu jadi. Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap. Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama.” (Kejadian, 1:3-5) Ayat Kejadian ini menunjukkan bahwa hal pertama yang dicipta adalah siang dan malam. Namun kita ketahui bahwa siang dan malam dapat hadir setelah keberadaan matahari dan melalui terbit dan terbenamnya. Bagaimanapun, ayat 14 dari surah yang sama mengindikasikan bahwa matahari diciptakan pada hari keempat: “Berfirmanlah Allah: “Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari serta tahun-tahun. Dan sebagai penerang pada cakrawala biarlah benda-benda itu menerangi bumi.” Dan jadilah demikian. Maka Allah menjadikan kedua benda penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar untuk menguasai siang dan yang lebih kecil untuk menguasai malam, dan menjadikan juga bintang-bintang. Allah menaruh semuanya itu di cakrawala untuk menerangi bumi dan untuk menguasai siang dan malam dan untuk memisahkan terang dari gelap. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keempat.” (Kejadian 1:14-19) Redaksi pada ayat ini menunjukkan bahwa matahari dicipta pada hari keempat, dan dari sinilah seharusnya hari bermula. Hal ini, tentu saja, berseberangan dengan ayat 3 yang mengabarkan kepada kita permulaan hari ketiga tahap sebelum pembentukan matahari.

2. Pada Surah yang sama disebutkan bahwa tumbuh-tumbuhan, tanaman yang memiliki benih, dan pepohonan yang berbuah diciptakan dan tumbuh pada hari ketiga: “Dan Tuhan berfirman, “Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pepohonan buah-buahan yang menghasilkan berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan yang berbiji. Allah melihatnya semuanya itu baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari ketiga.” (Kejadian 1:11-13) Namun kita tahu bahwa tidak satu pun tumbuh-tumbuhan dan tanam-tanaman ini dapat tumbuh berkembang tanpa matahari, sementara pada surah yang sama disebutkan bahwa matahari diciptakan pada hari keempat sebagaiamana yang disebutkan sebelumnya.

3. Pada surah yang sama disebutkan bahwa Tuhan, pada hari keenam, menciptakan manusia dalam citra dan rupa-Nya sendiri: “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.” (Kejadian 1: 27) Kaum Muslimin meyakini bahwa Tuhan tidak memiliki rupa dan bentuk. Dia adalah tak terbatas Yang meliputi seluruh semesta. Dia tidak memiliki raga, juga tidak berbentuk materi, juga pandangan tidak mampu mencerap-Nya. Berpikir bahwa Tuhan memiliki bentuk dan rupa manusia, bagi kaum Muslimin adalah meruntuhkan seluruh tatanan konsep Ketuhanan.

4. Surah kedua (dari kitab Kejadian) bertolak belakang dengan surah pertama. Pada surah pertama, sebagaiamana Anda ketahui, telah disebutkan bahwa tumbuh-tumbuhan dan tanaman serta pepohonan diciptakan pada hari ketiga, sebelum penciptaan manusia, yang diciptakan pada hari keenam. Surah kedua mengatakan bahwa manusia diciptakan sebelum penciptaan tumbuh-tumbuhan dan tanaman: “Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan. Ketika Allah menjadikan bumi dan langit… belum ada semak apapun di bumi, belum timbul tumbuh-tumbuhan apapun di ilalang, sebab Tuhan Allah belum menurunkan hujan di bumi, dan belum ada yang mengusahakan tanah itu; tetapi ada kabut naik ke atas dari bumi dan membasahi seluruh permukaan bumi itu. Ketika itulah Tuhan Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup. Selanjutnya Tuhan Allah membuat taman di Eden; di sebelah timur; di situlah ditempatkan-Nya manusia yang dibentuk-Nya itu. Lalu Tuhan Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang baik untuk makan buahnya; dan pohon kehidupan di tengah-tengah taman itu, serta pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang buruk.”(Kejadian 2:49) Pada ayat ini disebutkan secara terang bahwa tidak ada tanaman sebelum penciptaan manusia. Terdapat poin lain dalam ayat ini, yaitu, adanya pohon pengetahuan ihwal baik dan buruk. Namu yang kita ketahui bahwa pengetahuan tidak tumbuh di atas pohon; ia didapatkan melalui pengalaman dan pembelajaran.

5. Pada surah pertama (dari kitab Kejadian) telah disebutkan bahwa kerajaan binatang diciptakan pada hari kelima: “Dan Tuhan berfirman, “Hendaklah dalam air berkeriapan makhluk yang hidup, dan hendaklah burung berterbangan di atas bumi melintasi cakrawala.” Maka Allah menciptakan binatang-binatang laut yang besar dan segala jenis makhluk hidup yang bergerak, yang berkeriapan dalam air, dan segala jenis burung yang bersayap. Allah melihat semuanya itu baik. Lalu Allah memberkati semuanya itu, firman-Nya: “Berkembangbiaklah dan bertambah banyaklah serta penuhilah air dalam laut, dan hendaklah burung-burung di bumi bertambah banyak. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kelima. Berfirmanlah Allah: “Baiklah kita menjadikan segala jenis binatang liar dan segala jenis ternak dan binatang melata dan segala jenis binatang melata di muka bumi. Allah melihat bahwa semuanya baik. Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” (Kejadian 1:20-26) Ayat ini secara jelas menunjukkan bahwa manusia diciptakan setelah penciptaan ikan, burung-burung, binatang liar dan melata, namun pada surah kedua disebutkan bahwa manusia diciptakan sebelum penciptaan makhluk tersebut: “Tuhan Allah berfirman: “Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” Lalu Tuhan Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk hidup, demikianlah nanti nama makhluk hidup itu.” (Kejadian 2:18-19)

6. Kita jumpai pada surah ketiga kitab Kejadian bahwa Hawa dikecoh oleh ular yang membujuknya untuk memakan pohon terlarang: “Ular itu berkata kepada perempuan itu: “Tentulah Allah berfirman, “Semua pohon dalam taman ini jangan kamu memakan buahnya, bukan? ….Namun ular itu berkata kepada perempuan itu: “Sekali-kali kamu tidak akan mati. Tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.” (Kejadian 3:1-5) Tapi kita tahu bahwa seekor ular tidak mampu berbicara, mengecoh atau membujuk. Seekor ular tidak dianugerahi kemampuan mental atau mengucapkan kata-kata dan bercakap-cakap.

7. Pada surah yang sama kita jumpai hal yang menunjukkan keterbatasan pengetahuan Tuhan, dan Dia adalah raga yang berjalan dan bahwa Adam dan Hawa mampu bersembunyi dari-Nya:“Dan ketika mereka mendengar suara langkah Tuhan, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu dari Tuhan Allah di antara pepohonan dan taman. Tetapi Tuhan Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya, “Dimanakah engkau?” Ia menjawab: “Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi.” Firman-Nya, “Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?” (Kejadian 3:8-11) Tiada satu pun yang tersembunyi dari Tuhan yang Mahahadir dan Mahatahu segala sesuatu. Tuhan tidak perlu bertanya kepada Adam dimana gerangan ia berada dan juga tidak perlu bertanya apakah ia telah memakan pohon itu.

Dialog Ke-5

Pencipta Semesta

Wilson: Saya tahu bahwa beriman kepada Tuhan, Sang Pencipta semesta merupakan hal pertama dan utama dalam keyakinan Islam, dan bahwa pengingkaran terhadap keberadaan-Nya mengeluarkan seseorang dari agama Islam. Tapi saya tidak tahu apakah Islam menawarkan bukti konkrit tentang eksistensi Wujud Agung atau apakah ia menasihati para pengikutnya untuk bersandar kepada ayat-ayat otoritatif Qur’an dan hadis-hadis Nabi.

Chirri: Islam menuntut setiap pengikutnya untuk beriman kepada Tuhan, Sang Pencipta Semesta, tapi ia tidak menasihatkan mereka untuk menyandarkan keyakinan tersebut kepada ayat-ayat Qur’an atau hadis-hadis Nabi Saw. Keyakinan kami kepada sebuah kitab suci, seperti al-Qur’an, atau kepada seorang nabi suci, seperti Muhammad, harus didahului oleh keyakinan kami kepada Tuhan. Sebuah kitab religius adalah suci lantaran diperkenalkan oleh seorang yang kita pandang sebagai nabi. Kenabian dapat diterima bilamana ada Tuhan karena seorang nabi merupakan seorang utusan Tuhan. Keyakinan kami kepada Tuhan, dengan demikian, harus hadir sebelum keyakinan kami terhadap sebuah kitab agama atau seorang nabi, bukan sebaliknya. Tidak ada kitab agama yang diyakini oleh setiap orang, dan tidak ada nabi yang dikenali secara universal. Oleh karena itu, akan menjadi sia-sia bersandar kepada sebuah hadis otoritatif seorang nabi atau sebuah kitab suci tatkala berurusan dengan seorang atheis yang menolak seluruh pewahyuan samawi dan mengingkari seluruh konsep tentang Tuhan.

Wilson: Apakah harus saya pahami dari komentar Anda bahwa Islam menawarkan beberapa bukti (argumen) universal untuk menyokong keberadaan Tuhan yang boleh jadi dipertimbangkan bahkan oleh mereka yang tidak memeluk satu agama pun, seperti kaum atheis dan agnostis? Jika ini yang Anda maksud, apa buktinya (argumen)?

Chirri: Tatkala keyakinan kita kepada Tuhan mendahului keyakinan keagamaan yang lain, bukti yang menghasilkan keyakinan semacam ini harus bercorak universal dan tersedia bagi setiap makhluk rasional, apakah ia mengikuti sebuah agama tertentu atau tidak. Kitab Suci al-Qur’an menawarkan semesta sebagai bukti keberadaan Penciptanya. Dunia material, benda-benda angkasa, bumi, dan planet-planet lainnya, dipandang oleh Islam sebagai bukti utama Pencipta materi dan energi. Dunia materi dapat diamati oleh atheis demikian juga oleh kaum beriman, bagi mereka yang tak terpelajar dan juga bagi filosof. Seseorang dapat merefleksikan susunan benda-benda angkasa dan keberadaan materi dan energi tanpa menganut suatu agama tertentu atau mengenal setiap kitab-kitab agama.

Wilson: Namun mengapa seseorang harus memandang keberadaan dunia mater sebagai bukti keberadaan pencipta materi? Anggaplah seseorang memandang bahwa materi atau energi telah berusia lanjut secara tak terbatas, dan ia tidak pernah didahului oleh ketiadaan. Mampukah Anda mematahkan pandangannya?

Chirri: Sangat sukar diterima gagasan yang menyatakan bahwa materi berusia lanjut secara tak terbatas. Ketika seseorang berkata bahwa materi atau energi telah berusia lanjut secara tak terbatas, ia beranggapan bahwa materi yang darinya miliaran bintang-bintang tercipta, hadir secara simultan. Tatkala kita sadari bahwa setiap bintang memuat miliaran ton materi, dan bahwa keseimbangan materi mentah lebih banyak dari materi yang terkandung dalam bintang-bintang dan planet-planet, kita sadari kemustahilan gagasan ini. Kita tidak dapat menerima bahwa seluruh kuantitas materi ini hadir dalam sekejap dan tiada satu pun darinya yang didahului oleh ketiadaan. Ketika Anda berkata bahwa hanya satu porsi dari materi itu yang berusia lanjut secara tak terbatas, dan porsi lainnya mewujud pada tingkatan selanjutnya, artinya Anda menerima kebutuhan pencipta, karena materi yang tidak hidup tidak berkembang melalui swa-reproduksi. Hanya makhluk hidup yang mampu memperbanyak jenis mereka melalui swa-reproduksi. Membolehkan adanya perkembangan gradual dalam kuantitas materi artinya menerima kebutuhan terhadap seorang pencipta.

Wilson: Saya boleh jadi setuju dengan Anda bahwa materi dan energi harus didahului oleh ketiadaan. Namun hal ini tidak begitu jelas bagi manusia. Apakah ajaran Islam menyarankan pertimbangan segala sesuatu dalam tabiat bahwa secara pasti didahului oleh ketiadaan?

Chirri: Iya, ada sesuatu yang kita ketahui semuanya, dan ia lahir setelah keberadaan bumi, namanya:kehidupan.

Para ilmuan kita mengatakan bahwa bumi terlalu panas (dan sebagian dari mereka berkta terlalu dingin) bagi setiap jenis kehidupan untuk mengada. Bumi memerlukan jutaan tahun lamanya hingga ia menjadi tempat yang layak untuk kehidupan. Oleh karena itu, tanpa ragu, kehidupan adalah sebuah kelahiran baru. Ilmu pengetahuan, bagaimanapun, mengatakan kepada kita bahwa kehidupan tidak bermula dari non-makhluk hidup. Eksperimen Pasteur, yang terjadi pada abad kesembilanbelas, masih berlaku hingga sekarang. Melalui sup yang ia sterilkan, ia membuktikan tanpa adanya keraguan bahwa kehidupan tidak bermula dari materi non-animatif (yang tidak hidup). Kaum ilmuan dewasa ini masih tidak mampu untuk mematahkan kesimpulannya. Bumi, beserta atmosfirnya, pada saat pembentukannya adalah steril dan tidak produktif. Transformasi materi-materi yang non-animatif seperti, karbon, hidrogen, nitrogen, kalsium dan besi, tidak dapat dilakukan melalui proses natural. Ia harus dilakukan melalui mukjizat. Hal ini bermakna bahwa keberadaan hidup di atas planet merupakan bukti yang terang akan keberadaan sosok Cerdas, Pencipta yang bersifat supernatural.

Wilson: Anda telah membuatnya jelas. Pada kenyataannya, para ilmuan selama beberapa dekade telah mencoba tanpa henti untuk menyingkap misteri kehidupan dan menjelaskan permulaannya pada planet ini. Namun usaha mereka yang tak kenal lelah sejauh ini tidak menghasilkan pengetahuan yang bersifat substansial dalam bidang ini. Keberadaan kehidupan di planet ini, tanpa disangsikan, sebuah keajaiban besar yang tidak dapat terjadi tanpa adanya sebab supernatural. Manusia telah banyak menyingkap rahasia di alam semesta, maju dalam pengetahuan teknis dan ilmiahnya, dan bahkan telah mendarat di bulan; namun di samping semua ini, ia masih tidak mampu menghasilkan selembar daun dari sebuah tanaman atau sebiji benih dari apel. Kini, saya ingin bertanya apakah al-Qur’an menyebutkan keberadaan kehidupan di planet kita dalam menyokong keberadan Tuhan?

Chirri: Iya, Qur’an menyebutkan transformasi bumi yang tidak hidup menjadi hidup sebagai sebuah tanda keberadaan Tuhan: “…Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan dari padanya biji-bijian, Maka daripadanya mereka makan. Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air.” (Qs. Yasin [36]:33-34)

Wilson: Sejauh ini, Anda telah menjawab banyak pertanyaan penting ihwal keberadaan Tuhan, namun ada satu lagi pertanyaan penting lainnya yang Anda tidak singgung: Mengapa kita tidak dapat melihat Tuhan?

Chirri: Dari diskusi kita yang sebelumnya, telah menjadi jelas bahwa Pencipta semesta haruslah bersifat Mutlak dan Tak-terbatas. Dia meliputi seluruh semesta. Dia Mahaberada dan tidak pernah alpa dari manapun. Dengan ke-Mahaberadaan-Nya, penampakannya tidak akan membuat kita percaya kepada-Nya atau mengenal-Nya. Penampakannya akan menjadi sangat merugikan bagi kita. Sebelum kita mengenal-Nya dengan ke-Mahaberadaan-Nya, kita akan binasa. Penampakannya akan membutakan seluruh manusia. Anggaplah bahwa udara (yang wujud hanya pada ruang yang terbatas) dapat dilihat. Ia akan memiliki warna, dan kita tidak akan melihat apapun kecuali udara yang telah mengisi seluruh atmosfir. Sekiranya hal ini terjadi, kita tidak akan mampu mendapatkan makanan atau minuman, juga tidak akan mampu menemukan jalan atau perlindungan. Jika penampakan udara yang wujud hanya pada atmosfir planet kita akan membutakan dan membinasakan, apatah lagi penampakan Sang Pencipta yang meliputi seluruh alam semesta? Tatkala memikirkan hal ini, kita sadari bahwa betapa beruntungnya kita tidak mampu melihat Tuhan, Pencipta kita.

Wilson: Jika Tuhan tidak dapat dilihat, bagaimana kita dapat yakin akan keberadaan-Nya? Bagaimana mungkin seorang atheis percaya kepada Tuhan yang ia tidak lihat?

Chirri: Untuk meyakini sesuatu, Anda tidak perlu harus melihatnya. Anda percaya kepada listrik, namun Anda tidak melihatnya. Anda meyakininya hanya karena Anda melihat produknya seperti cahaya, panas dan sebagainya. Jika hal ini memadai untuk membuat Anda menjadi seorang beriman kepada keberadaan listrik, semesta raya seharusnya memadai bagi setiap manusia untuk percaya kepada keberadaan Sang Pencipta.

Wilson: Tolong Anda sebutkan contoh selain listrik.

Chirri: Eksistensi Anda sendiri merupakan sebuah bukti agung tentang keberadaan Adam dan Hawa, atau kita katakan dua manusia pertama. Anda tidak melihat Adam dan Hawa, namun Anda yakin bahwa mereka pernah ada. Untuk membuatnya lebih jelas: Anda datang melalui kedua orangtua Anda. Kedua orang tua Anda datang melalui kedua orang tua mereka, dan kedua orang tua mereka datang melalui kedua orang tua mereka, dan seterusnya. Anda dapat melanjutkannya kembali hingga Adam dan Hawa. Jika Anda mengingkari kedua manusia pertama, Anda akan melenyapkan generasi pertama dari anak-anak mereka. Dengan menghilangkan generasi pertama, Anda menghilangkan generasi kedua dan seterusnya. Dan pada akhirnya, Anda harus melenyapkan kedua orang tua Anda. Namun Anda berkata kepada diri sendiri: Saya tidak dapat melakukan hal itu karena saya ada di sini. Oleh karena itu, Anda harus berkata: Adam dan Hawa dulu ada.

Wilson: Anda telah membuat persoalan ini menjadi jelas. Kita harus percaya kepada Tuhan. Namun bagaimana kita dapat percaya bahwa Dia tidak memiliki permulaan sementara segala sesuatu yang lain selainnya memiliki permulaan?

Chirri: Sang Pencipta semesta tidak dapat didahului oleh ketiadaan; kalau tidak, Dia akan memerlukan tuhan yang lain untuk menciptakannya; dan tuhan itu, jika ia didahului oleh ketiadaan, ia akan memerlukan tuhan yang lain dan demikian seterusnya. Dengan demikian, kita akan memiliki mata rantai yang tak berujung tanpa mencapai sebuah sebab yang tak bersebab yang menjadi sumber keberadaan semesta. Lalu kita harus mengingkari keberadaan semesta. Juga kita harus mengingkari diri kita sendiri sebagai bagian dari semesta ini.

Dialog Ke-6

Satu Pencipta

Wilson: Anda telah menyebutkan sebelumnya bahwa keesaan Tuhan (dialog kedua) merupakan tema yang sangat ditekankan dalam Kitab Suci al-Qur’an; bahwa Islam, atas alasan ini, juga disebut sebagai “Din at-Tauhid (agama yang meyakini keesaan Tuhan); dan bahwa bersaksi terhadap keesaan-Nya merupakan redaksi pertama dalam Deklarasi Keimanan: “Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah.” Apakah Islam menyuguhkan bukti-bukti atas prinsip penting ini?

Chirri: Kitab Suci al-Qur’an menyebutkan hubungan di antara bagian-bagian semesta sebagai bukti keesaan Penciptanya. Ia menasihatkan kita untuk melihat tatanan yang ada di alam semesta, dan kenyataan bahwa tatanan semacam itu tidak dapat mewujud jika terdapat lebih dari Satu Pencipta. Lebih dari satu administrasi bagi semesta adalah lebih mirip dengan satu administrasi untuk satu kota, negeri atau bangsa. Tentu saja hal ini akan menimbulkan kekacauan dan disorder (amburadul). “Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah Rusak binasa. Maka Maha suci Allah yang mempunyai ‘Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.” (Qs. al-Anbiya [21]:22) “Dan ketahuilah, wahai putraku,” sabda Imam Ali bin Abi Thalib kepada putranya al-Hasan, “bahwa bila Tuhanmu memiliki sekutu, nabi-nabi dari sekutu-Nya akan datang kepadamu. Namun Dialah satu-satunya Tuhan, sendiri tanpa sekutu.” (Nahjul Balagha, bagian 3)

Wilson: Bagaimana pandangan Islam ihwal doktrin Trinitas?

Chirri: Islam dengan sangat tegas mengingkari dan menolak doktrin ini. Kitab Suci al-Qur’an mendeklarasikan: “Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan.Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” (Qs. al-Ikhlas [112]:1-4)“Dan mereka berkata: “Tuhan yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak”. Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar. Hampir-hampir langit pecah karena Ucapan itu, dan bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh, Karena mereka mendakwahkan Allah yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.” (Qs. Maryam [19]:88-92)

Wilson: Mengapa Islam menolak sedemikian tegas doktrin Trinitas?

Chirri: Islam menolak Trinitas lantaran kebapakan Tuhan bagi seluruh makhluk hidup atau non-makhluk hidup tidak dapat diterima dan mendegradasi konsep ketuhanan. Dia tidak terbatas dan terangkum dalam bentuk raga, dan Dia meliputi segala sesuatu di alam semesta ini. Dia tidak memiliki sekutu untuk memiliki anak sebagaimana tabiat makhluk hidup. Ruh kebapakannya juga tidak dapat diterima bagi setiap jiwa atau ruh apabila hal ini bermakna selain menjadi Pencipta jiwa dan ruh. Tidak ada hubungan yang dapat diterima antara Pencipta dan ciptaan-Nya. Kalau tidak, wujud yang lain akan mandiri dan merdeka dari Tuhan, dan akan menjadi sekutu-Nya. Kini, jika kita menisbahkan anak menyatu dengan Tuhan, urusannya seolah-olah saya mengatakan bahwa anakku dan aku adalah satu. Jika statmen itu benar adanya, aku akan menjadi ayah bagi diriku, lantaran aku sendiri adalah putraku sendiri. Dan putraku akan menjadi putra bagi dirinya sendiri, lantaran ia adalah aku. Oleh karena itu, Tuhan akan menjadi bapak bagi dirinya sendiri, dan putra-Nya menjadi putra bagi dirinya sendiri. Tuhan tidak, dan tidak dapat menjadi bapak dari makhluk hidup atau non-hidup jika kebapakan digunakan dengan makna yang sesungguhnya. Jika kata yang digunakan memiliki arti majazi (figuratif), bermaksud bahwa Tuhan adalah pengasih terhadap makhluknya sebagaimana pengasihnya seorang ayah, maka Dia tidak hanya akan menjadi ayah bagi satu orang tetapi bagi seluruh umat manusia. Dan hal ini merupakan sesuatu yang dapat dipahami dari doa kaum Krisitan, “Bapa kami, Engkau di surga…”Akan tetapi, bahkan penggunaan ini juga tertolak bagi Islam, lantaran kalimat ini menyesatkan dan membingungkan orang. Oleh karena itu, kaum muslimin, tidak menggunakan kalimat figuratif ini untuk Tuhan.

Wilson: Ucapan Anda menunjukkan bahwa kaum Muslimin tidak meyakini keilahian Isa. Apakah Anda memiliki bukti jelas terhadap klaim yang menentang keilahian Isa?

Chirri: Anda tidak perlu mematahkan bukti keilahian Isa atau Muhammad atau manusia lainnya. Namun jika Anda mengklaim keilahian seseorang selain Tuhan, Anda harus membuktikan klaim tersebut. Jika seseorang mengklaim bahwa Anda merupakan seorang malaikat, ia harus membuktikan klaim itu. Saya tidak perlu membuktikan bahwa Anda merupakan seorang manusia lantaran penampilan Anda sebagai seorang manusia dan memiliki seluruh atribut seorang manusia. Orang yang mengklaim Anda sebagai seorang malaikat yang harus membuktikan klaimnya, lantaran klaimnya itu berlawanan dengan akal sehat dan dengan kenyataan faktual yang terlihat. Tatkala seseorang berkata bahwa Isa atau Muhammad adalah manusia, bukan seorang Tuhan, ia sejalan dengan definisi yang diterima. Isa hidup sebagaimana manusia, memiliki rupa seperti manusia, tidur dan makan sebagaimana laiknya manusia dan dianiaya sebagaimana manusia. Tidak ada satu pun dari fakta ini yang memerlukan bukti. Hal ini tidak seperti kasusnya dengan orang yang mengklaim keilahiannya. Klaimnya bertentangan dengan pengetahuan umum. Oleh karena itu, ia dan bukan orang lain, yang harus menghadirkan bukti untuk menyokong klaim tersebut. Meski kaum Muslimin tidak sepatutnya menyuguhkan bukti untuk mengingkari keilahian Isa, mereka dapat menghadirkan bukti dan argumen lebih dari satu:

1. Isa merupakan seorang yang ahli ibadah. Tentu saja, ia beribadah kepada Tuhan, bukan kepada dirinya. Hal ini membuktikan bahwa ia bukanlah tuhan namun seorang hamba Tuhan.

2. Sesuai dengan tiga kitab Injil, ucapan terakhir yang disampaikan Isa adalah: “Tuhanku, Tuhanku, mengapa Engkau meninggalkanku?” Seseorang yang memiliki tuhan bukanlah Tuhan.

3. Tuhan adalah abadi, sementara Isa adalah fana; Tuhan Mahakuasa, tapi Isa dianiaya.

Wilson: Mengapa kita tidak dapat melihat Isa sebagai seorang tuhan dari sisi spiritual dan seorang manusia yang fana dari sisi keragaannya?

Chirri: Memiliki dua sisi, raga dan ruhani, tidak hanya dimiliki oleh Isa secara eksklusif, karena setiap manusia memiliki kedua sisi ini. Anda memiliki dua sisi, ruhani dan ragawi dan demikian juga saya. Dan ruh kita tidak ada satu pun yang berisifat fana, karena ruh kita akan tetap hidup setelah kematian kita. Namun hal ini tidak membuat kita menjadi Tuhan, demikian juga bagi Isa.

Wilson: Namun Isa tidak seperti kita. Ia, menurut al-Qur’an dan Injil, lahir dari seorang ibu perawan tanpa ayah. Bukankah hal ini bermakna bahwa ia lebih dari seorang manusia biasa?

Chirri: Terlahir dari seorang ibu tanpa seorang ayah tidak akan membuat Isa lebih dari seorang manusia biasa. Adam dicipta tanpa ayah dan ibu, dan hal itu tidak membuatnya melebihi manusia biasa. Dari al-Qur’an kita membaca: “Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), Maka jadilah Dia.” (Qs. Ali Imran [3]:59) Isa bukanlah tuhan, demikian juga Adam karena tidak satu pun dari mereka yang merupakan Sang Pencipta semesta.

Wilson: Bagaimana kita tahu bahwa ia bukan Pencipta semesta?

Chirri: Para ilmuan berkata bahwa usia bintang-bintang adalah lebih dari empat miliar tahun lamanya, dan Isa lahir kurang lebih dua ribu tahun yang lalu. Bagaimana mungkin usia semesta yang sedemikian tuanya dicipta oleh seorang pencipta muda?

Wilson: Anda tepat. Dan saya pikir Anda telah membuat masalahnya menjadi jelas untuk meyakinkan setiap orang yang berpikiran jujur dan jernih. Sebenarnya, fakta-fakta yang Anda beberkan telah masyhur bagi setiap orang. Namun menakjubkan bagaimana orang-orang melalaikannya. Saya pikir mereka melakukan hal ini karena mereka diajarkan keilahian Isa semenjak kecil. Ajaran ini diulang-ulang di rumah dan di gereja yang tetap lekat dalam ingatan anak-anak; dan ketika mereka tumbuh dewasa, mereka tumbuh seiring dengan pikiran mereka. Mereka tidak mempersoalkan masalah ini karena mengangggap masalah ini sudah seperti ini adanya (taken for granted). Dari apa yang telah didialogkan selama ini, telah jelas bagiku pandangan tanpa kompromi Islam ihwal keesaan Tuhan yang merupakan hal yang sangat rasional. Oleh karena itu, saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah Yang Mahakuasa, Esa tanpa sekutu, mitra dan anak.

Dialog Ke-7

Persamaan dan Perbedaan Islam-Kristen ihwal Isa

Wilson: Seluruh masalah tauhid dan monoteisme dalam Islam, sesuai dengan penjelasan Anda, telah menjadi jelas. Ajaran Islam berkenaan dengan Isa juga telah menjadi terang. Kini saya ingin mendengar poin secara ringkas tentang persamaan Islam dan Kristen ihwal Isa.

Chirri: Islam sejalan dengan Kristen, secara umum, sebagaimana pada poin-poin berikut ini:

1. Islam mendakwahkan kesucian Isa As.

Pada kenyataannya, hal ini menjadi bagian penting dalam ajaran Islam untuk mengagungkan dan meyakini kesucian Isa As, dan bahwa ia hidup di dunia ini sebagai seorang yang bebas dari segala bentuk dosa. Dari al-Qur’an kita membaca, “(ingatlah), ketika Malaikat berkata: “Hai Maryam, seungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan Termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah).” (Qs. Ali Imran [3]:45)

2. Islam mendeklarasikan kesucian Maria, ibunda Isa.

Tidak ada seorang Muslim yang dapat meragukan kesucian dan kesusilaan Maria. Ia, sesuai dengan al-Qur’an,merupakan wanita tersuci di antara bangsa-bangsa, “Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: “Hai Maryam, Sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu). Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’. (Qs. Ali Imran [3]:42-43)

3. Islam menyatakan bahwa Isa dengan mukjizat lahir dari seorang ibu perawan tanpa seorang ayah.

Al-Qur’an menegaskan, “Dan Ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al-Qura'n, Yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur. Maka ia Mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, Maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna. Maryam berkata: “Sesungguhnya aku berlindung dari padamu kepada Tuhan yang Maha pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa”. Ia (Jibril) berkata: “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci”. Maryam berkata: “Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!” Jibril berkata: “Demikianlah”. Tuhanmu berfirman: “Hal itu adalah mudah bagiku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan”. Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh. Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, Dia berkata: “Aduhai, Alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan”. Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: “Janganlah kamu bersedih hati, Sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. jika kamu melihat seorang manusia, Maka Katakanlah: “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan yang Maha pemurah, Maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini”. (Qs. Maryam [19]:16-26) 4. Al-Qur’an mengatributkan kepada Isa banyak mukjizat yang disebutkan dalam Injil. Menurut al-Qur’an, Isa diberikan kekuasaan oleh Allah untuk menyembuhkan orang sakit, menghidupkan orang mati, dan membuat orang buta menjadi melihat, “Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israil (yang berkata kepada mereka): “Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, Yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, Maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman.” (Qs. Ali Imran [3]:49) Di samping itu, Kitab Suci al-Qur’an menisbahkan kepada Isa sebuah mukjizat yang tidak tercatat dalam kitab-kitab Injil: Isa berbicara dengan jelas tatkala ia masih dalam buaian (ayunan), “Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. kaumnya berkata: “Hai Maryam, Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina”. Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: “Bagaimana Kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?” Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan Kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaKu, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.” (Qs. Maryam [19]:27-33)

Wilson: Titik-titik persamaan, berkat penjelasan Anda, telah menjadi jelas. Saya tahu bahwa para pengikut banyak agama memiliki pandangan yang berbeda dalam masalah Isa. Sebagian dari mereka dapat dipandang sebagai anti-Isa lantaran mereka mengingkari kesucian Isa dan Maria, tidak meyakini mukjizat-mukjizatnya dan menolak kebenarannya; sebagian dari mereka bersikap netral, juga tidak bersikap anti-Isa; dan beberapa dari mereka pro terhadap Isa, meyakini kesuciannya dan menerima seluruh ajarannya dan meyekini seluruh mukjizatnya. Sesuai dengan penjelasan Anda, kaum Muslimin harus dipandang sebagai pro-Isa, sebagaimana kaum Kristian sendiri. Apa yang tertinggal kini adalah melihat titik-titik perbedaan antara kaum Muslimin dan kaum Kristian berkenaan dengan Isa.

Chirri: Wilayah perbedaan antara Islam dan Kristen, dalam melihat Isa, termasuk dalam beberapa poin-poin berikut ini: 1. Kendati Islam menerima kesucian Isa, namun ia mengingkari keilahian Isa. Menurut ajaran Islam, Isa tidak memiliki sifat ketuhanan. Ia bukan Tuhan, juga tidak menyatu dengan Tuhan. Ia layak mendapatkan pengagungan, takzim dan penghormatan, namun ia tidak patut untuk disembah. Islam bersikap non-kompromi dalam tauhidnya. Tuhan hanya Satu, tiada Tuhan selain Dia, Mahakuasa, Abadi, Swa-Ada, Nir-batas dalam pengetahuan, hidup dan kekuasaan. Isa tidak abadi. Ia hidup kurang lebih 2000 tahun yang lalu, dan menurut kitab-kitab Injil, usianya tidak panjang. Ia bukan mahakuasa lantaran mendapatkan penganiayaan; juga tidak nir-batas. Ia tidak dapat menjadi Sang Pencipta semesta lantaran semesta telah berusia lebih dari empat miliar tahun lamanya, sementara ia lahir kurang lebih dua ribu tahun yang lalu. Ia tidak layak disembah karena ia sendiri merupakan hamba yang beribadah kepada Tuhan.

2. Isa, sesuai dengan ajaran Islam, bukan merupakan anak Tuhan. Tuhan tidak memiliki putra atau anak, karena Dia di atas semua itu. Sejatinya, kebapakan merupakan sesuatu yang tidak diterima dalam urusan Tuhan lantaran Dia tidak berbentuk fisikal. Kebapakan spiritual juga tidak dapat diterima karena Dia merupakan Pencipta setiap wujud spiritual dan material. Dalam al-Qur’an kita dapat menemui poin ini dengan jelas, “Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, Padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, dan mereka membohong (dengan mengatakan): “Bahwasanya Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan”, tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan. Maha suci Allah dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan. Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak Padahal Dia tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu. (yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan selain dia; Pencipta segala sesuatu, Maka sembahlah dia; dan Dia adalah pemelihara segala sesuatu.” (Qs. al-An’am *6+: 100-102)

3. Islam mengingkari kruksifisi (penyaliban) Isa.

Isa tidak mati di atas salib. Dalam al-Qur’an kita dapat menjumpai poin ini dengan jelas, “Dan karena Ucapan mereka: “Sesungguhnya Kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah “, Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya, dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Qs. an-Nisa [4]:157-158)

Wilson: Pandangan ini adalah berseberangan secara tajam dengan ayat-ayat dalam seluruh kitab Injil. Keempat Injil secara terang menyatakan bahwa Isa mati di atas salib. Bagaimana kita dapat merekonsiliasi ayat al-Qur’an ini yang mengingkari dengan tegas kematian Isa di atas salib?

Chirri: Ada sebuah jalan untuk merekonsiliasi ayat Qur’ani dan ayat-ayat dalam kitab-kitab Injil: Perbedaan keduanya dapat menjadi sebuah perbedaan antara penampilan dan realitas. Tidak ada keraguan, beberapa peristiwa yang terjadi pada masa apa yang dipandang sebagai masa penyaliban Isa dan kematiannya di atas salib. Kehidupan Isa merupakan kehidupan yang penuh dengan mukjizat. Boleh jadi bahwa orang lain (seperti Yudas, orang yang mengkhianatinya) yang secara mukjizat diserupakan dengannya, dan ia, bukan Isa, yang mati di atas salib. Ada jalan lain juga untuk merekonsiliasi antara ayat Qur’ani dan ayat-ayat Injil tanpa berujung pada asumsi terhadap mukjizat: Anggaplah Isa ditaruh di atas salib, dan ia pingsan, sehingga ia kelihatannya mati, sementara ia masih hidup. Asumsi ini bukan tanpa bukti dari kitab-kitab Injil: kitab-kitab Injil menyatakan bahwa Isa tidak bertahan lama di atas salib. Ia diturunkan dengan segera, tanpa dipatahkan kakinya, sementara sudah merupakan kebiasaan untuk mematahkan kaki orang yang disalib. Orang-orang Yahudi mempersiapkan untuk merayakan kepergiannya. Mereka tidak ingin ia tinggal di atas salib hingga hari berikutnya, Sabtu, pada hari dimana mereka tidak boleh melakukan pekerjaan apa pun termasuk penguburan. Karena Isa tidak bertahan lama di atas salib, ia boleh jadi tetap hidup. Kitab-kitab Injil juga menyatakan bahwa setelah Isa kelihatan mati, seseorang menghajarnya dengan sebuah tombak, dan darah mengucur keluar dari badannya. Kita tahu bahwa darah tidak akan mengucur dari badan yang mati. Hal ini menunjukkan bahwa Isa masih hidup. Kitab-kitab Injil menyatakan bahwa Isa diletakkan di atas kuburnya, dan sebuah batu berat ditaruh di atas pusaranya, dan pada hari Minggu, tubuh itu lenyap, dan bahwa batu itu tersingkir dari mulut pusara itu. Kita memiliki hak untuk curiga bahwa beberapa orang murid Isa menyingkirkan batu itu dan menyelamatkannya. Jika Isa dibangkitkan dengan mukjizat, maka tidak akan perlu adanya penyingkiran batu itu. Tuhan mampu untuk membangkitkan dari kuburnya dan tetap membiarkan batu itu tak bergerak. Penyingkiran batu itu nampaknya merupakan perbuatan manusia, bukan pekerjaan Tuhan. Di samping itu, kitab-kitab Injil menyatakan bahwa Isa muncul beberapa kali di hadapan muridnya setelah kejadian penyaliban. Seluruh kemunculan ini nampaknya terjadi secara rahasia, dan bahwa Isa tidak ingin muncul secara terang-terangan. Jika ia dibangkitkan dengan mukjizat, ia tidak perlu menyembunyikan dirinya dari musuh-musuhnya. Rahasia kemunculannya mengindikasikan bahwa ia masih hidup sebagaimana sebelumnya, dan bahwa hidupnya tidak diganggu oleh kematian singkat, dan bahwa ia masih merasa takut akan kejaran musuh-musuhnya. Masyarakat internasional Kafan Suci akhir-akhir ini telah menyimpulkan bahwa noda-noda darah pada kain kafan Isa menunjukkan bahwa Isa masih hidup ketika ia diturunkan dari salib. Kalau tidak, maka tidak akan ada darah pada lembaran kain yang menutupi tubuhnya. Seorang Kristian, yang beriman kepada penyaliban Isa, akan kesusahan untuk mendamaikan antara dua prinsip yang ia yakini, yaitu: Isa adalah Tuhan dan Isa disalib. Seorang yang disalib tidak dapat menjadi Tuhan lantaran ia tidak mampu melindungi dirinya, apatah lagi untuk menjadi mahakuasa. Seorang Muslim, di sisi lain, tidak menghadapi problem semacam ini. Ia yakin bahwa Isa merupakan seoarang nabi dan tidak lebih. Seorang nabi boleh jadi dianiaya dan disalib, lantaran seorang nabi tidak harus menjadi mahakuasa. Meski Islam tidak memiliki problem kontradiksi, ia telah memecahkan problem yang sebenarnya tidak ia miliki. Isa tidak disalib. Tuhan yang telah melindunginya.

4. Islam tidak sejalan dengan Kristen dalam hal doktrin penebusan dosa. (Doctrine of Redemption). Doktrin penebusan adalah bersandar pada doktrin dosa semula (original sin): bahwa umat manusia telah dikutuk oleh Tuhan karena dosa Adam dan Hawa yang secara konsekuensial diwarisi oleh anak-anak mereka. Islam menafikan seluruh doktrin dosa semula; Tuhan tidak mengutuk manusia lantaran sebuah dosa yang dilakukan oleh sepasang manusia yang hidup pada masa-masa awal penciptaan. (Hal ini dapat dibuat jelas dalam poin-poin berikut ini) Tidak ada dosa asli; oleh karena itu, tidak perlu pada penebusan bagi manusia dari dosa yang sebenarnya tidak ada. Terlebih, anggaplah bahwa terdapat dosa semula. Untuk memaafkan umat manusia dari dosa asal mereka, Tuhan tidak perlu kepada seorang yang tanpa dosa, sepert Isa, untuk disalib. Dia dapat memaafkan umat tanpa menyebabkan penderitaan seorang yang tak berdosa. Berkata bahwa Tuhan tidak memaafkan umat manusia kecuali menyalib Isa, adalah menempatkan Dia pada posisi seorang penguasa yang tidak ditaati oleh warganya. Tatkala anak-anak meminta penguasa untuk memaafkan dosa ayah mereka, ia menolak untuk melakukan hal itu kecuali ia membunuh salah seorang yang ia cintai. Jika mereka melakukan kejahatan yang serius, ia akan memaafkannya; kalau tidak, ia tidak akan melakukannya. Saya kira bahwa pendakwahan dosa asal tidak akan menempatkan Tuhan dalam posisi seperti itu. Tuhan, Maha Adil dan Maha Pengasih, tidak mengutuk manusia lantaran dosa para nenek moyang mereka.. Dia dapat mengampuni dosa-dosa mereka tanpa meminta mereka untuk melakukan dosa yang lebih besar.


3

4

5

6