• Mulai
  • Sebelumnya
  • 24 /
  • Selanjutnya
  • Selesai
  •  
  • Download HTML
  • Download Word
  • Download PDF
  • Pengunjung: 7165 / Download: 2500
Ukuran Ukuran Ukuran
Dialog Antar Iman

Dialog Antar Iman

pengarang:
Indonesia

Buku Ini di Buat dan di teliti di Yayasan Alhasanain as dan sudah disesuaikan dengan buku aslinya

Dialog Ke-11

Mengapa Kita Memerlukan Nabi?

Wilson: Mengapa manusia memerlukan seorang nabi atau rasul Tuhan? Manusia dianugerahi dengan kemampuan mental yang dengannya ia dapat membedakan antara baik dan buruk. Seseorang dapat berkata bahwa tidak ada perlunya kita bimbingan langit untuk mengatakan kepada kita apa yang harus kita lakukan dan apa yang tidak boleh kita lakukan. Rata-rata orang mampu berlaku rasional untuk dirinya, sehingga ia bisa berhubungan dengan orang lain dan keluarganya secara rasional tanpa perlu adanya hukum Ilahi.

Chirri: Kenabian diperlukan karena beberapa alasan:

1. Adanya Kebutuhan untuk Mengingatkan Manusia Kepada Tuhan

Secara teoritis, manusia mampu berargumen secara deduktif (menggunakan silogisme) akan keberadaan Sang Pencipta melalui pengamatannya terhadap ciptaan-ciptaan Tuhan di muka bumi. Manusia yang berfikiran bebas mampu memahami hal-hal yang abstrak dan ide-ide universal. Lantaran nafsu atau kebutuhan, kita nyaris lekat dan terikat dengan dunia materi. Ketertarikan kepada materi dunia telah membuat kita berpaling. Kendatipun orang kebanyakan tidak mampu melepaskan pemahamannya ihwal penciptanya, namun kita juga tidak dapat berharap kepada orang kebanyakan menalak dirinya dari dunia materi untuk berpikir jelas dan jernih tentang Tuhan.

Tatanan yang menakjubkan yang terdapat pada alam semesta menandakan keberadaan Sang Penata, Tuhan Yang Mahakuasa. Namun manusia terpikat perhatiannya terhadap yang kecil dalam memperhatikan hukum-hukum natural. Manusia menjadi terbiasa mengapa matahari terbit di belahan timur bumi. Umat manusia kurang menaruh perhatian terhadap pentingnya pengenalan terhadap Sang Pencipta. Pengenalan universal manusia akan keberadaan-Nya bukan merupakan hasil pemikiran umum, namun berdasarkan kepada ajaran orang-orang yang dianugerahi yang berhasil membawa manusia kepada kesimpulan seperti ini.

2. Kebutuhan Terhadap Seseorang Yang Memiliki Otoritas Yang Tak Terbantahkan

Manusia berbeda dalam pendidikan, kemampuan, perasaan dan latar belakang; sehingga mereka berbeda dalam cara pandang. Banyak isu penting berkenaan dengan perbuatan manusia yang sangat kontroversial di kalangan setiap individu dan kelompok. Etika dan akhlak sangat diperdebatkan. Pembenaran filosofis dapat dijumpai pada hampir sudut pandang. Alih-alih menjelaskan isu-isu ini sehingga seseorang menemukannya untuk membuat sebuah pilihan rasional, pembenaran filosofis justru semakin menambah kebingungan. Akal dan filsafat telah gagal menjadi sebuah solusi bagi pertanyaan-pertanyaan moral dan etika. Pelbagai jawaban yang kita cari harus dicari dari seseorang yang memiliki otoritas yang tak terbantahkan, dimana kepadanyalah setiap individu dan kelompok harus berserah diri. Pemiliki otoritas itu adalah Tuhan.

3. Kebutuhan Ibadah Kepada Tuhan

Kendati seorang pemikir bebas boleh jadi mengenali Tuhan dan kebesaran-Nya, ia biasanya melalaikan pentingnya penyembahan dan pemujaan. Bahkan jika seseorang perlu kepada penyembahan, ia tidak tahu bagaimana melakukannya. Sebagian orang boleh jadi berpikir pentingnya berkorban dan membakar binatang dan hewan, sebagian lainnya memburu binatang atas nama Tuhan. Sebagian orang percaya hidup zuhud dan asketik dicintai oleh tuhan-tuhan, sementara sebagian lainnya meyakini bahwa kehidupan merupakan sesuatu yang sangat dibenci oleh Tuhan dan destruktif bagi umat manusia. Sebagian orang memuja Tuhan dengan bernyanyi dan memainkan alat-alat musikal, sementara yang lain meyakini kepada penyerahan diri dan bertekuk lutut sebagai bentuk pengabdian. Bentuk yang diterima harus sesuai dengan kehendak Tuhan, bukan berdasarkan kepada keinginan dan anggapan kita. Tuhan membuat kehendak-Nya jelas kepada kita melalui seorang nabi atau rasul.

4. Kebutuhan untuk Mengendalikan Gejolak Nafsu

Manusia yang tak terbimbing dan terbina, mirip dengan binatang dalam bangunan instingnya. Akal akan tunduk dalam pelayanan memuaskan nafsu, kecuali diperkenalkan sebuah elemen yang mampu mengendalikan dan mencegahnya untuk tidak tunduk di bawah pengaruh nafsu. Filsafat tidak banyak membantu dalam mengendalikan hawa nafsu, ia hanya dapat sedikit membantu dalam hal ini; juga tidak terdapat konsistensi dalam filsafat yang menyerukan kita untuk mengontrol hawa nafsu. Beberapa orang mencari kesimpulan bahwa kita harus berjuang untuk memenuhi kepuasan instingtif. Kini kita berjuang melawan ideologi ultra-materialistik semacam ini, doktrin yang melemahkan kendali nafus dikarenakan alasan-alasan moral. Standar moral dan etika semuanya berada bersama Tuhan. Ketika para nabi-Nya menyampaikan firman-Nya, itu akan menjadi basis kuat untuk menghentikan pertikaian seputar masalah ini.

5. Kebutuhan Informasi akan Hari Kiamat

Bagi seseorang yang percaya kepada Tuhan, kemungkinan besar ia akan percaya bahwa hidupnya akan berlanjut setelah kematian dalam beberapa bentuk. Mungkin juga ia akan percaya bahwa akan ada sebuah hari perhitungan yang di dalamnya manusia akan diberi ganjaran dan balasan. Bilamana ada kehidupan semacam itu setelah kehidupan ini, manusia harus mempersiapkan dirinya untuk perhitungan tersebut. Hanya Tuhan yang dapat mengetahui kehidupan pada hari kiamat. Filsafat tidak dapat membantu dalam hal ini; juga manusia tidak akan mampu mendeduksi keberadaannya setelah kehidupan ini melalui observasi atau pengalaman di dunia ini. Hanya Tuhan yang memiliki ilmu tentang hal ini. Dia dapat menyampaikan kabar ini melalui seorang nabi sehingga manusia mengetahui masalah ini dan mendapatkan peringatan.

Jawaban atas pertanyaan di atas terletak di tangan Tuhan. Dia dapat membagi pengetahuan ini kepada manusia sesuai dengan yang Dia kehendaki. Salah satunya adalah mengutus seorang nabi yang menjawab dengan jelas setiap pertanyaan tersebut sebagai mediator antara Tuhan dan manusia. Ajaran-ajaran dari nabi samawi ini menyuguhkan beberapa tujuan berikut ini:

A. Untuk menarik perhatian manusia kepada signifikansi riil dari tatanan agung alam semesta, yang menjadi non-signifikan bagi manusia biasa, karena familiarnya mereka dengan masalah ini. Alam semesta yang penuh keajaiban dan tak-terbatas; dan jika direnungi secara seksama, akan menuntun kepada iman yang dalam dan kuat kepada Sang Pencipta. Perhatian manusia dapat ditarik kepada ayat-ayat natural ini melalui ajaran dan bimbingan nabi.

B. Mengekspresikan standar moral dan kode etik yang dapat dihadapi dan diselesaiakan oleh manusia dalam menghadapi isu-isu kontroversial dalam masalah etika.

C. Membuat perintah dan titah Tuhan untuk beribadah menjadi jelas dan mengajarkan kepada kita untuk menunaikan ibadah tersebut.

D. Menyampaikan aturan kepada kita yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan kita dan menstimulir aspirasi kita untuk ketinggian dan kesucian yang bilamana meningkat secara progressif dapat mendudukkan kita setingkat dengan para malaikat.

E. Menginformasikan kepada kita secara jelas bahwa ada atau tiadanya kehidupan setelah mati. Informasi ini hanya dapat diperoleh dari Sang Pencipta melalui orang yang mengetahui bahwa Dia akan menciptakan dunia lain.

Wilson: Ajaran samawi ini sama sekali tidak menyuguhkan tujuan-tujuan ini, karena kita masih bercekcok dalam isu-isu moral dan etika. Ketidaksesuaian masih terdapat dalam masalah tata cara ibadah kepada Sang Pencipta, Keberadaan-Nya dan kehidupan setelah kematian.

Chirri: Tujuan-tujuan ini telah disajikan secara memuaskan, karena sebagian besar manusia telah bersepakat dalam isu-isu moral dan meyakini Sang Pencipta dan Hari Kiamat. Dengan penerimaan prinsip-prinsip samawi ini oleh sebagian besar umat manusia, manusia dapat membatasi gejolak nafsunya dan memoralisasi dunia hingga pada tingkatan tertentu.

Terlebih, warta samawi ini tetap diperlukan meskipun jika tidak untuk melayan tujuan-tujuan ini. Hal ini benar adanya lantaran Sang Pencipta seyogyanya menyediakan kesempatan ini demi membuat kita mampu untuk mengenal-Nya dan membantu untuk meninggikan moralitas kita, yang menarik garis aktual antara manusia dan hewan.

Tatkala Tuhan menciptakan dunia lain atau berencana untuk menciptakannya, Dia harus membuatnya masyhur bagi manusia melalui warta samawi-Nya ini, yang merupakan satu-satunya jalan yang dapat membuat kita mengenalnya. Jika Sang Pencipta tidak mengutus nabi-Nya untuk menyampaikan warta ini kepada manusia, kita dapat dimaafkan ketika kita tidak mengetahuinya, dan kita tidak akan memiliki kesempatan untuk menggapai kesempurnaan. Terlebih, jika Dia mencipta dunia lain, dan membuatnya misterius bagi kita, ciptaan-Nya dapat disebut sebagai sesuatu yang sia-sia. Tuhan tidak melalaikan manusia karena mereka berada pada tingkatan yang sangat sederhana. Oleh karena itu, banyak orang-orang pilihan yang dipilih oleh Sang Pencipta untuk menunaikan tugas agung dan mulia ini, mengadakan perbaikan dan mengajarkan manusia ajaran samawi.

Wilson: Dari kata "nabi" kita mengetahui bahwa seorang nabi harus berkomunikasi dengan Tuhan dan menerima firman-Nya. Corak komunikasi manusia adalah fisikal, baik melalui audio atau membaca beberapa kata yang tertulis. Seorang nabi seperti manusia sebagaimana kita. Ia dapat mendengar suara melalui indra pendengaran dan melihat tulisan melalui indra penglihatan. Tapi Tuhan tidak bersifat fisikal. Dia tidak berfirman dengan suara, juga tidak menulis dengan tangan. Bagaimana seorang nabi berkomunikasi dengan Tuhan?

Chirri: Seorang nabi dapat berkomunikasi dengan Tuhan melalui salah satu jalan di bawah ini:

1. Ia menerima wahyu secara mental. Tuhan menunjukkan kepadanya secara ruhani kebenaran, dengan menciptakan pengetahuan tentang kebenaran itu dalam benaknya.

2. Tuhan menciptakan beberapa firman yang dapat didengar oleh nabi, dalam objek yang tak-terkatakan. Wahyu pertama yang diterima oleh Musa melalui jalan ini. Ia mendengar firman Tuhan yang datang dari sebuah pohon.

3. Seorang nabi dapat menerima sebuah pesan jelas dari Tuhan melalui malaikat utusan. Nabi Muhammad menerima al-Qur'an melalui Malaikat Jibril. Dari al-Qur'an kita membaca:

"Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu seorang ruh dengan perintah Kami (sebagaimana Kami juga telah mengutus seorang ruh kepada para nabi sebelummu). Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah al-Kitab (Al-Qur’an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu. Tetapi Kami menjadikan Al-Qur’an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengannya siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus." (Qs. asy-Syura [42]:51)

Tidak satu pun dari jalan ini yang digunakan oleh seorang nabi dalam berkomunikasi dengan Tuhan merupakan sesuatu yang biasa bagi manusia selainnya. Dan tiada satu pun dari hal ini mustahil adanya bagi orang lain. Sang Pencipta dapat berkomunikasi dengan hamba-Nya sesuai yang Dia kehendaki. Betapapun, penerima wahyu harus memiliki kualifikasi tertentu yang menempatkannya lebih qualified secara spiritual dari manusia lainnya.

Wilson: Sejarah menyaksikan betapa banyak orang yang mengklaim dirinya sebagai nabi. Orang-orang ini tampil di pelataran sejarah dalam masa yang berbeda, dan beberapa dari mereka masih hidup. Kita tahu bahwa beberapa dari mereka merupakan nabi yang sebenarnya, dan sebagian lainnya adalah palsu. Bagaimana kita dapat membedakan antara nabi yang benar dan nabi palsu?

Chirri: Seorang nabi merupakan utusan Tuhan. Ia merupakan duta Tuhan bagi manusia. Seorang duta harus memiliki surat-surat kredensial, beberapa tanda-tanda yang membuktikan kebenarannya.

Tidak seorang pun yang diterima sebagai seorang duta berdasarkan klaimnya sendiri. Terlebih, kita jumpai bahwa orang-orang tersebut yang diyakini sebagai para nabi dibekali dengan beberapa kekuatan luar biasa yang tidak dapat dijumpai pada orang-orang selainnya.

Musa dibekali kekuatan oleh Tuhan untuk merubah tongkatnya menjadi seekor ular, mengganti air menjadi darah, dan memecah lautan dengan sebuah pukulan tongkatnya. Isa dimodali kekuatan untuk menyembuhkan tanpa obat, dan menurut al-Qur'an, berbicara kepada orang-orang selagi ia masih dalam buaian. Muhammad dibekali dengan bahasa yang agung, Kitab Suci al-Qur'an, yang menantang manusia untuk memproduksi yang serupa dengan yang dimiliki al-Qur'an.

Wilson: Haruskah seorang nabi dalam bentuk seorang manusia atau dapatkah Tuhan mengutus seorang nabi yang bukan manusia (seperti malaikat) kepada manusia?

Chirri: Seorang nabi merupakan sebuah teladan bagi umat manusia. Ia harus memiliki tabiat yang sama seperti dengan mereka, kemampuan yang sama, dan keterbatasan yang sama. Keteladanan yang menarik bagi manusia harus dapat dicapai. Ia harus memiliki kemampuan menarik manusia untuk mengikutinya. Jika seorang nabi berbeda tabiatnya dengan manusia, manusia tidak akan berupaya mengikutinya dan menjadikannya sebagai teladan. Kesempurnaan relativ ditunjukkan oleh seorang nabi harus menjadi mungkin bagi seluruh pengikutnya. Jika seorang manusia menunjukkan kepadaku sebuah derajat kemuliaan hidup, saya boleh jadi tergoda untuk mencapai derajat tersebut. Ia dan aku adalah sama sebagai manusia. Apa yang menjadi mungkin baginya adalah menjadi mungkin bagiku. Tapi jika seorang malaikat menunjukkan kepadaku sebuah kemuliaan moral, saya barangkali tidak tergoda untuk mengikutinya sebagai teladan. Apa yang menjadi mungkin baginya boleh jadi mustahil bagiku. Lantaran ia tidak berasal dari tabiat yang sama denganku.

Ada alasan lain yang diyakini bahwa umat manusia harus menerima nabi manusia: Kita telah mengemukakan bahwa seorang nabi diharapkan membenarkan kejujurannya dengan menunjukkan sebuah perbuatan yang tidak biasa. Dengan melakukan hal itu manusia akan tahu bahwa ia dibekali oleh Tuhan, lantaran apa yang ia lakukan adalah di luar kemampuan naturalnya. Hal ini tidak akan berfungsi jika seorang nabi adalah bukan manusia -katakanlah seorang malaikat-. Seorang nabi manusia boleh jadi, sebagai contoh, menunjukkan kebenarannya dengan terbang tanpa ada alat bantuan. Jika seorang malaikat melakukan hal yang sama, hal itu tidak akan menunjukkan kebenarannya. Terbangnya tidak mesti di luar kemampuan naturalnya, lantaran ia boleh jadi tidak terpengaruh secara natural oleh gaya gravitasi.

Wilson: Keyakinan kepada kenabian termasuk apa saja dalam pandangan Islam?

Chirri: Keyakinan kepada kenabian, dari sudut pandang Islam, termasuk beberapa poin berikut ini:

1. Kepada kenabian Muhammad. Muhamamd adalah nabi agung yang tidak diutus hanya kepada bangsa tertentu, tapi diutus kepada seluruh umat manusia. Dari al-Qur'an kita membaca ayat yang menegaskan poin ini. Katakanlah, “Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan. Maka berimanlah kepada Allah dan rasul-Nya, nabi ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk.” (Qs. al-A'raf [7]:158)

2.Keyakinan kepada kenabian dari seluruh nabi yang datang sebelum Nabi Muhamad lantaran mereka dikenali oleh al-Qur'an:

"Katakanlah (hai orang-orang mukmin), “Kami beriman kepada Allah dan apa yang telah diturunkan kepada kami dan apa yang telah diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Ya’qub dan (para nabi dari) anak cucunya, serta kepada apa yang telah diberikan kepada Musa, Isa, dan kepada nabi-nabi (lain) dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” (Qs. al-Baqarah [2]:136)

3. Keyakinan kepada Muhammad sebagai Nabi terakhir yang kematiannya menutup pintu kenabian. Kita membaca dari al-Qur'an demikian:

"Muhammad itu sekali-kali bukanlah ayah dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup para nabi. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (Qs. al-Ahzab [33]:40)

Redaksi khatam (pamungkas, terakhir) bermakna segel yang menutup sebuah kontainer atau segel yang stampnya menegaskan otensisitas kandungan dari sebuah dokumen tertulis atau sebuah pesan. Menyegel untuk menutup atau menegaskan diletakkan pada akhir dari apa yang ditutup atau ditegaskan.

Nabi Muhammad bersabda kepada saudaranya Ali:

"Kedudukanmu bagiku adalah seperti kedudukan Harun bagi Musa, hanya saja tidak ada nabi selepasku."

Dialog Ke-12

Nabi Muhammad

Wilson: Sejarah kehidupan Nabi Muhammad mewartakan kepada kita bahwa pada usia keempat puluh, selagi ia beribadah di gua Hira, cahaya Tuhan bersinar ke atasnya dan ia mendengar suara kebenaran. Pada saat itulah penugasannya sebagai seorang Nabi Allah kepada manusia dimulai. Pesan apa yang disampaikan kepada Muhammad di gua Hira?

Chirri: Risalah atau pesan Hira yang diwahyukan kepada nabi baru adalah realitas-realitas yang bersumber dari konsep kebenaran dari Tuhan yang Haq. Kekuasaan mencipta, kekuasaan mentransformasi lempung menjadi manusia, dan kekuasaan membuat sesuatu menyadari dirinya sendiri dan dunianya. Kekuasaan yang menjadikan sesuatu menyadari dirinya sendiri adalah secara jelas dibuktikan oleh ilmu pengetahuan manusia dan kemampuan manusia menulis, yang merupakan fondasi dari peradaban dunia. Dari al-Qur'an kita membaca, "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam (dengan perantaraan tulis baca). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." (Qs. al-Alaq [96]:1-5)

Wilson: Bagaimana kedudukan Muhammad di antara para nabi?

Chirri: Kedudukannya tercatat sebagai nabi-nabi utama dengan perbedaan-perbedaan yang jelas:

1. Ia merupakan bagian dari sejarah dunia dan agama. Risalahnya merupakan faktor penting dalam mengubah sejarah dunia, dan tiada sejarawan yang meragukan keberadaannya dan perannya dalam peristiwa-peristiwa dunia.

2. Ia adalah satu-satunya nabi yang menyaksikan dengan mata-kepala sendiri perkembangan agamanya hingga agama tersebut dianut oleh seluruh bangsa selama masa hidupnya.

3. Ia merupakan nabi semesta yang diutus, tidak hanya kepada umat tertentu, seperti Arab atau Yahudi, tapi kepada seluruh manusia. Dari al-Qur'an kita membaca: "Katakanlah: "Hai manusia! Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, Yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi" (Qs. al-A'raf [7]:158)

4. Risalahnya secara jelas menentang segala jenis diskriminasi sosial. Menghapus seluruh rintangan sosial merupakan bagian penting dari risalahnya. Hitam, putih, merah dan kuning adalah sama dan sederajat.

Tiada ras lebih unggul dan superior atas ras lainnya, dan tiada bangsa lebih rendah atau inferior atas bangsa lainnya. Manusia dipuji atau dicela atas apa yang ia pilih secara bebas. Menjadi bagian dari satu bangsa atau ras tertentu bukan pilihan kita, juga tidak terjadi atas perbuatan kita sendiri. Perbedaan kita hanya dapat ditelusuri melalui perbuatan baik dan amal shaleh kita.

Dari al-Qur'an kita membaca:

"Sesungguhnya, yang paling mulia di antara kalian adalah yang paling takwa." (Qs. al-Hujurat [49]:13)

5. Ia membangun dan mendirikan, selama masa hidupnya, sebuah negara yang berkuasa, berdasarkan kepada cita-cita tinggi. Negara Muslim lahir pada saat dan masa dimana pemerintah diterima sebagai sebuah ruling body (anggota yang berkuasa), lebih unggul dari masyarakat dan memaksakan kehendak-kehendaknya tanpa masyarakat dapat memilih. Masyarakat sendiri tidak pernah menerima kesederajatan mereka di hadapan para penguasa, juga tidak meyakini persamaan mereka dari yang lain. Dalam ajaran Islam kenyataan ini berbanding terbalik. Pemerintah merupakan buah dari keyakinan masyarakat dalam sebuah prinsip-prinsip yang menuntun. Pemerintah merupakan halal jadah dari spontanitas kebersamaan mereka dalam mendeklarasikan prinsip-prinsip tersebut. Lalu, para pendeklarasi prinsip-prinsip tersebut berhubungan satu dengan yang lain dan mereka dirangkum dalam satu persaudaraan.

6. Ia menaklukkan seluruh penentang dan musuhnya, dan tidak ada satu kelompok pun yang mampu menaklukkanya.

7. Ia merupakan nabi yang mendeklarasikan kebebasan beragama ketika ia berkuasa, dimana sebelumnya banyak orang tercampakkan dari kebebasan seperti itu Ia dan para pengikutnya disiksa selama tiga belas tahun karena pilihan agamanya. Sebelumnya, penguasa-penguasa tidak pernah berbicara tentang kebebasan beragama dan mereka melakukan penyiksaan terhadap orang-orang yang meninggalkan agama berhalanya dan memeluk agama Muhammad. Namun, ia (Muhammad) tatkala menaklukkan seluruh penentangnya dan mampu untuk menghukum para penindas, ia mengumumkan deklarasi berikut ini: "Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu, barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus, dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui." (Qs. al-Baqarah [2]:256)

8. Ia merupakan satu-satunya nabi yang mendeklarasikan dirinya sebagai Nabi Pamungkas yang dengan wafatnya mengakhiri sejarah panjang kenabian. Adapun kenabian-kenabian yang diklaim oleh banyak orang setelah Muhammad, tidak satupun dari mereka yang mampu menopang klaimnya. Dan kini, setelah berapa abad semenjak wafatnya, ia masih duduk pada altar sejarah sebagai penutup para nabi.

9. Ia merupakan satu-satunya nabi yang memperkenalkan kepada dunia sebuah kitab yang tidak memuat satu pun ucapan manusia. Al-Qur'an bukan merupakan dialog antara Tuhan dan manusia, sebagaimana kitab-kitab suci lainnya; al-Qur'an merupakan firman-firman Tuhan yang Dia letakkan pada lisan Muhammad untuk diteruskan kepada manusia.

Wilson: Cukup membingungkan bahwa nabi-nabi sebelum Muhammad seperti Musa dan Isa telah dibekali dengan kekuasaan untuk mempertunjukkan pekerjaan luar biasa dan supra-natural, sementara Muhammad tidak menunjukkan hal tersebut, atau bahkan ia tidak bersandar kepada perbuatan-perbuatan mukjizat. Ia hanya bersandar, dalam membuktikan kenabiannya, pada al-Qur'an. Mengapa ia tidak mempertontonkan mukjizat-mukjizat sebagaimana yang dilakukan oleh Musa dan Isa?

Chirri: Adua dua alasan atas perbedaan gaya mukjizat Muhammad dan gaya mukjizat nabi-nabi sebelumnya:

1. Mukjizat-mukjizat Isa dan Musa, benar sangat luar biasa; namun, kenyataannya, kendatipun mukjizat itu luar biasa, tapi tidak mengajak manusia pada masanya untuk beriman kepada mereka atau memeluk ajarannya. Sejarah mengatakan kepada kita bahwa Bani Israil tidak mengikut Musa setelah ia mempertontonkan seluruh mukjizatnya. Setelah melintasi laut dengan kaki mereka, mereka tidak menjadi pengikut setia kepada ajaran Musa. Setelah ia pergi ke gunung untuk menerima firman-firman (commandments), setelah turun gunung, ia mendapati mereka tersesat dari jalan Tuhan. Isa banyak diikuti oleh orang-orang, namun tatkala krisis melanda, ia ditinggalkan bahkan oleh murid-muridnya sendiri. Masyarakat, secara umum, tidak pernah diyakinkan oleh mukjizat-mukjizat tersebut untuk memeluk ajaran-ajaran samawi. Ketika mereka menyaksikan pertunjukan supranatural, mayoritas dari masyarakat ketika itu menyebut Isa dan Musa sebagai tukang sihir dan penipu. Jika mukjizat yang sama diulang pada masa Muhammad, hal itu tidak akan membuahkan hasil yang lebih baik dari sebelumnya. Atas alasan ini, gaya mukjizat harus diganti.

2. Anggaplah mukjizat-mukjizat Musa dan Isa sangat produktif, membuat mereka meyakini kebenaran atas apa yang mereka saksikan. Kenyataannya adalah mukjizat-mukjizat tersebut tidak bersifat permanen dan hanya berlangsung sementara. Tiada satu perbuatan yang dapat disaksikan dua kali. Tiada perbuatan yang akan berlangsung lama. Membuat orang buta melihat atau mengembalikan orang mati menjadi hidup merupakan perbuatan yang sangat luar biasa, namun perbuatan tersebut lenyap segera setelah dilakukan. Segera setelah perbuatan itu berakhir, ia menjadi sejarah. Mereka yang tidak melihat perbuatan ini secara langsung harus bersandar kepada bukti-bukti dari mereka yang melihatnya.

Seorang nabi yang akan diikuti oleh nabi yang lain boleh jadi bersandar kepada sebuah pertunjukan yang luar biasa dalam meyakinkan orang-orang yang hidup semasanya. Ia tidak perlu kuatir akan generasi mendatang yang tidak akan melihat mukjizatnya, lantaran ia dapat bersandar kepada nabi yang datang selepasnya pada masa yang lain. Nabi yang datang selepasnya akan mempertunjukkan mukjizatnya sendiri, dan ia akan memperkenalkan nabi yang akan datang setelahnya.

Adapun dalam kasus Muhammad, kasusnya berbeda. Ia merupakan Nabi Terakhir. Ia tidak dapat bersandar kepada setiap perbuatan mukjizat, lantaran perbuatannya tersebut tidak akan berlangsung lama untuk dilihat oleh generasi selanjutnya. Ia juga tidak bersandar kepada pendelegasian seorang nabi yang akan datang setelahnya, lantaran ia merupakan Nabi Pamungkas. Ia harus bersandar kepada beberapa mukjizat, namun mukjizatnya harus dalam bentuk yang lain. Mukjizatnya harus merupakan mukjizat abadi yang akan disaksikan dan diuji oleh generasi-generasi mendatang sebagaimana yang disaksikan oleh orang-orang semasanya.

Pada masa dimana tidak ada kamera atau film yang dapat membuat satu perbuatan dapat disaksikan oleh manusia pada masa yang beragam, kita tidak dapat menerima mukjizat abadi jenis apapun kecuali dalam bentuk ucapan. Tatkala sebuah ucapan tinggi dan agung tercatat dalam sebuah buku atau kitab, keunggulannya dapat disaksikan dan diuji oleh setiap manusia pada setiap generasi. Jika ia tiada tertandingi, ia akan bertahan selamanya, dan keunggulannya dapat dinilai oleh setiap generasi. Mukjizat jenis ini adalah jenis mukjizat yang cocok dan tepat bagi seorang nabi terakhir, dan atas alasan inilah mengapa Muhammad dibekali dengan Kitab Suci al-Qur'an sebagai bukti atas kebenarannya.

Dialog Ke-13

Bukti-bukti Lain Kenabian Muhammad:

Nubuat Masa Depan Qur'an

Wilson: Dengan apresiasi terhadap orang-orang yang berbahasa Arab dan penghormatan mereka terhadap al-Qur'an, saya cenderung meyakini superioritasnya. Pada kenyataannya, sejarah tidak mencatat usaha-usaha yang berhasil yang dilakukan setiap orang atau kelompok untuk menandingi al-Qur'an. Kita tahu bahwa orang-orang Arab bukanlah seluruh kaum Muslimin. Kita juga tahu bahwa orang-orang Arab pada masa hidup Muhammad adalah orang-orang yang fasih dalam orasi, dan kita tahu bahwa mayoritas dari mereka secara tegas membenci Islam. Al-Qur'an menantang mereka dan generasi-generasi selanjutnya untuk menandinginya, namun nampaknya musuh-musuh Islam itu tidak memenuhi tantangan tersebut sepanjang masa.

Superioritas al-Qur'an merupakan sebuah kenyataan dan di luar dari segala keraguan rasional. Namun saya ingin tahu apakah al-Qur'an memiliki segalanya, di samping superioritasnya dan gaya bahasanya yang memukau, yang menopang keberadaannya sebagai wahyu benar-benar bersumber dari Tuhan dan bahwa Muhammad adalah benar-benar Nabi-Nya. Chirri: Ada ayat-ayat al-Qur'an yang lebih dari satu nubuat yang berkenaan dengan masa depan, dan nubuat-nubuat tersebut menjadi kenyataan. Pengetahuan tentang masa depan adalah mungkin hanya bagi Tuhan dan tidak tersedia bagi setiap manusia.

Manusia telah mengalami kemajuan pesat dalam bidang sains dan teknologi hingga pada tingkatan yang belum tercapai sebelumnya. Dengan segala kemajuannya dalam bidang ilmu pengetahuan, ia masih belum mampu untuk memprediksi masa depan. Bangsa-bangsa yang berperadaban angkat senjata melawan yang lain, dan tiada satu pun dari mereka yang memberikan jaminan kemenangan. Jika pengetahuan ihwal masa depan tersedia bagi mereka, mereka akan menghindari peperangan yang destruktif. Sebuah bangsa yang memprediksi kekalahannya akan mencegah dirinya untuk memasuki perang mana pun yang dapat berujung pada kekalahannya. Untuk mengenali kemampuan manusia dalam memprediksi masa depan, kita perlu hanya mengingat kampanye pemilihan kita. Meski dengan segala informasi yang diperoleh melalui media modern dan metode-metode ilmiah, tidak satu pun kandidat yang yakin akan kemenangan atau kekalahannya, hingga perhitungan suara dilakukan. Terdapat banyak kabar yang termuat dalam kitab suci al-Qur'an berkaitan dengan masa depan yang tidak dapat diprediksi oleh manusia. Prediksi-prediksi tersebut terpenuhi, terpenuhinya pelbagai prediksi tersebut menunjukkan bahwa al-Qur'an benar merupakan sebuah wahyu Ilahi dan bahwa Muhammad adalah benar utusan Tuhan.

Beberapa dari nubuat tersebut bertalian dengan masa depan al-Qur'an itu sendiri. Nubuat-nubuat tersebut antara lain:

1. "Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya." (Qs. al-Hijr [15]:9)

Ayat ini mengabarkan bahwa al-Qur'an tidak akan binasa. Ia tidak akan sirna dari dunia ini dan akan berlangsung dan berlanjut untuk selamanya. Nubuat ini sebenarnya berlawanan dengan apa yang diramalkan oleh manusia. Al-Qur'an diperkenalkan oleh seorang nabi yang tidak pernah mengenyam pendidikan dan tidak mampu membaca atau menulis. Ia memperkenalkannya dalam sebuah bangsa yang tidak berpendidikan. Orang-orang Arab pada masa Nabi Saw, dalam hitungan juta, hanya seratus orang yang dapat membaca. Di samping itu, mayoritas bangsa tersebut berposisi melawan Nabi Saw dan kitabnya, dan demikian juga pada belahan dunia lainnya. Dalam kondisi dan keadaan ini, kitab semacam ini diharapkan binasa dan sirna untuk selamanya. Kesempatan keberlanjutannya untuk generasi-generasi mendatang sangat tipis.

2. Ayat berikut ini menjelaskan:

"Sesungguhnya Al-Qur’an itu adalah kitab yang mulia. Yang tidak datang kepadanya (Al-Qur’an) kebatilan, baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji." (Qs. Fushshilat [41]:41-42)

Ayat ini mengabarkan kepada dunia bahwa Qur'an tidak akan disisipkan oleh kata-kata yang telah dikatakan sebelumnya sebelum masa pewahyuannya juga tidak oleh kata-kata yang akan dikatakan setelah masa pewahyuannya. Ia murni dan akan berlanjut sedemikian sepanjang masa. Hal ini, juga merupakan sebuah nubuat berbanding terbalik dari apa yang diharapkan oleh manusia. Sebuah kitab, diperkenalkan dalam keadaan diajukan, tidak dapat diharapkan oleh manusia untuk tetap murni tanpa adanya sisipan. Tidak ada mesin printer pada masa pewahyuan, juga tidak ada mesin yang diciptakan hingga beberapa abad setelah Muhammad. Sejarah menunjukkan kepada kita bahwa tidak ada kitab suci yang tetap dalam keadaan murni tanpa adanya sisipan. Kitab-kitab suci telah mengalami banyak perubahan dalam beberapa abad. Al-Qur'an diharapkan terkecualikan dalam masalah ini.

Dua nubuat tersebut telah terpenuhi. Terpenuhinya nubuat pertama adalah sangat jelas dan swa-bukti: Al-Qur'an tidak sirna. Ia hidup, lestari dan tetap menjadi sebuah kitab yang hidup. Sejatinya kehidupan al-Qur'an sangat kaya sehingga ia boleh jadi merupakan kitab yang paling sering dibaca oleh masyarakat di dunia. Setiap Muslim diharapkan untuk mengerjakan shalat lima kali sehari, dan masing-masing dari setiap shalat tersebut termasuk sebuah bacaan dari al-Qur'an. Ratusan juta kaum Muslimin mengerjakan shalat mereka sehari-hari, dan ratusan juta orang membaca al-Qur'an setiap hari.

Terpenuhinya nubuat kedua adalah cukup jelas. Kitab Suci al-Qur'an tetap tidak berubah. Tidak ada ucapan dan perkataan manusia yang diselipkan di dalamnya. Bahkan orang-orang yang mengkritisi Islam memberikan kesaksian akan kesucian teks yang sangat luar biasa dari kitab besar ini. Kata-kata al-Qur'an yang kita baca sekarang adalah persis kata-kata yang sama yang dibaca oleh Nabi Muhamamad sendiri, tanpa adanya penambahan dan pengurangan.

3. Al-Qur'an memuat banyak statmen dimana para penentang Islam diundang untuk menyuguhkan setiap wacana Arab yang akan menandingi wacana Qur'ani. Salah satu statmen tersebut adalah sebagai berikut:

"Katakanlah, “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.” (Qs. al-Isra' [17]:88)

Stetmen ini tidak hanya menantang manusia untuk menggubah pidato dan menyusun wacana yang dapat menandingi al-Qur'an, namun juga dinubuatkan secara jelas bahwa usaha semacam itu akan gagal, dan al-Qur'an akan tetap superior atas seluruh wacana Arab.

Statmen ini sangat sulit untuk dijangkau. Ia mengatakan bahwa kitab suci al-Qur'an tiada taranya, tidak pada masa kini juga tidak pada masa akan datang. Statmen semacam ini merupakan sebuah nubuat yang mengandung multi ruang dan waktu. Kita tahu bahwa talenta dan keahlian manusia senantiasa mengalami kemajuan dan perbaikan. Hal ini adalah benar adanya pada setiap bidang. Sebuah penemuan ilmiah, terlepas dari penemuan tersebut merupakan penemuan besar atau tidak, selalu diharapkan untuk membaik dan berkembang melalui ilmu dan teknologi tambahan. Pesawat pertama yang mendarat di tanah, tanpa sangsi, merupakan sebuah penemuan yang luar biasa, tapi ia tidak dapat dibandingkan dengan setiap jenis pesawat apa pun hari ini.

Mari kita berasumsi bahwa penemu pesawat pertama tersebut telah menubuatkan bahwa pesawatnya tidak dapat disamakan dengan pesawat di masa mendatang. Nubuat dan prediksi semacam ini akan sangat konyol dan akan terbukti gagal dalam satu dekade karena ia bertentangan dengan alur kewajaran. Muhammad membacakan statmen ini yang bertentangan dengan alur kewajaran. Ia menyebutkan ayat-ayat ini kira-kira empat belas abad silam, namun ucapannya tetap berlaku, dan perisitiwa-peristiwa dunia tidak dapat menggagalkan bukti ini. Sebaliknya, statmen ini kini kelihatannya lebih berarti dari waktu-waktu sebelumnya. Semakin tua nubuat ini, kebenaran yang terkandung di dalamnya semakin muncul.

Ada poin lain yang menakjubkan dari nubuat ini. Dapat dibayangkan apabila seseorang menantang sebuah kelas tertentu pada sebuah bidang yang tidak semua orang memiliki akses ke bidang itu, seperti dalam bidang ilmiah yang spesifik. Kita boleh jadi membayangkan seorang saintis yang berbakat, menemukan sebuah rumus-rumus ilmiah yang tidak dapat dijangkau oleh pakar lainnya dalam bidang tersebut. Jika saintis semacam ini mengklaim sebuah superioritas permanen dalam penemuannya, ia akan ditantang hanya oleh saintis-saintis dalam jumlah yang terbatas.

Dalam masalah al-Qur'an kasusnya berbeda. Tidak ada yang spesifik di dalamnya; wacananya terangkai dari kata-kata dan kalimat-kalimat dengan tatanan yang diketahui, tidak hanya oleh jumlah terbatas para pakar, namun oleh seluruh orang-orang yang berbahasa Arab. Tidak ada rumus yang tersembunyi di dalamnya bagi seluruh manusia. Seluruhnya diketahui oleh manusia. Oleh karena itu, tantangan, tidak dialamatkan hanya kepada jumlah terbatas manusia; ia mengalamatkan tantangan ini kepada ratusan juta manusia di setiap generasi. Dengan tantangan universal semacam ini, -bukan pada bidang spesialisasi tertentu- kegagalan untuk menghasilkan sebuah tandingan baginya adalah lebih luar biasa dari kegagalan sejumlah pakar dalam satu bidang spesialisasi tertentu.

Hal ini akan lebih menakjubkan tatkala kita mengingat bahwa tidak ada rumusan atau penemuan ilmiah yang tetap tidak tertandingi. Rumusan yang paling tinggi di abad ini adalah rumusan bom atom. Rumusan ini merupakan penemuan yang paling penting di abad ini. Kendati demikian hebatnya, tidak dapat disimpan secara eksklusif bagi negara yang memproduksinya. Negara-negara lain telah mencoba untuk memproduksi hal yang sama dan mencapai sukses dalam memproduksinya.

Mengapa al-Qur'an tetap superior dan berada beyond (di luar) wacana Arab yang lain? Bagaimana manusia menolak menerima tantangan al-Qur'an?

Baik al-Qur'an adalah benar-benar superior dan di luar jangkauan kelompok dan individu yang berbakat pada setiap generasi (dan hal ini bermakna bahwa kitab ini merupakan sebuah kitab yang mengandung mukjizat) atau ia berada dalam jangkuan manusia, namun Tuhan dengan mukjizat mencegah manusia untuk memproduksi wacana yang serupa, nubuatnya (al-Qur'an) terpenuhi, dan al-Qur'an masih tetap berjaya tak tertandingi dan tiada tara.

Dialog Ke-14

Bukti Tambahan: Nubuat Masa Depan Islam

Wilson: Dari membaca sejarah Islam, nampaknya masa depan iman yang baru dan para pengikutnya sangat meragukan pada masa-masa pewahyuan. Kesuksesan Islam setelah itu dan perkembangan jumlah para pengikutnya tidak disangka-sangka. Saya sering penasaran apakah kesuksesan yang tak disangka-sangka dan perkembangan pesat Islam telah diprediksikan oleh Nabi dan dinubuatkan oleh al-Qur'an?

Nubuat ini akan menjadi bukti yang impresif pada kebenaran ajaran Muhammad, lantaran masa depan seluruh keimanan dan para pengikutnya nampaknya sangatlah buram pada masa-masa pewahyuan.

Chirri: Kitab suci al-Qur'an mengandung nubuat yang tepat berkenaan dengan masa depan Islam dan para pengikutnya.

Salah satu nubuat tersebut bertalian dengan masa depan kaum Muslimin. Nubuat tersebut menjaminkan kepada kaum Muslimin sebuah agama masa depan yang bebas dan menjanjikan mereka sebuah negara yang kuat:

"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan suatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik." (Qs. al-Nur [24]:55)

Ketika nubuat ini diwahyukan, para pengikut Islam merupakan penduduk yang minoritas di negeri Hijaz. Ia diwahyukan, kira-kira, pada tahun kelima Hijriah tatkala ribuan kaum Muslimin, secara getir dibenci oleh penduduk Hijaz dan sebagian penduduk semenanjung Arabia. Tidak satu pun kaum Muslimin pada saat itu merasakan keamanan, juga mereka tidak mampu mempraktikkan secara bebas agama mereka. Tidak ada tanda-tanda yang mengindikasikan bahwa agama yang secara sengit dibenci, diperangi dan berjumlah kecil ini akan survive, juga masa depan dari agama ini tidak dapat diprediksikan.

Kendati demikian, nubuat ini diwahyukan dalam sebuah bentuk yang pasti dan mutlak. Banyak nubuat yang terkandung dalam ayat-ayat berikut ini yang memprediksikan kemenangan Islam dan kekalahan para musuh-musuhnya.

"Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai." (Qs. at-Taubah [9]:32, ash-Shaf [61]:8)

"Dia-lah yang telah mengutus rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai." (Qs. at-Taubah [9]:33, ash-Shaf [61]:9, al-Fath [48]:28)

Ayat pertama menubuatkan bahwa musuh-musuh Islam tidak akan berjaya memadamkan cahaya Tuhan, juga dengan serangan mereka tidak akan dapat menghalangi kemajuannya.

Tuhan membuat cahaya-Nya, Islam, sempurna, kendati musuh-musuhnya akan menentangnya dengan sengit. Mereka boleh jadi membantah, memerangi, menyerang dan memobilisasi seluruh kekuatan intelektual dan material, bertekad untuk mencerabut akar Islam, namun semua itu tidak akan mampu memadamkan cahayanya, juga tidak mampu mencegah cahaya itu menjadi penuh.

Kedua ayat di atas secara pasti dan mutlak menubuatkan kemenangan Islam atas musuh-musuhnya. Ketika nubuat ini diwahyukan, komunitas kecil Muslimin sedang membela diri melawan kaum Musyrikin dan elemen-elemen lain yang memusuhinya di negeri Arab. Setelah itu, mereka harus mempertahankan diri melawan emperium Persia dan Byzantium.

Masing-masing kekuatan ini sangat tidak dapat dibandingkan dari sisi kekuatan dan kekayaan dengan kekuatan kaum Muslimin. Emperium Persia dan Byzantium merupakan kekuatan adikuasa di dunia ketika itu. Untuk mengalahkan mereka keduanya adalah sebanding dengan menaklukkan seluruh kekuatan adikuasa di dunia dan akan menjadi kekuatan superior dunia. Hal ini memenuhi secara lengkap makna nubuat, namun hal ini nampaknya mustahil. Kita senantiasa menyaksikan kekalahan lasykar yang relativ lemah dan tunggal ketika dipaksa untuk berperang lebih dari satu medan peperangan. Hal ini menjadi jelas tatkala kita mengingat tentara Jerman yang kuat dikalahkan sebanyak dua kali pada abad keduapuluh, hanya karena diperangi oleh negara-negara sekutu yang lebih kuat pada lebih dari satu medan pertempuran.

Hal ini boleh menjadi perisitwa militer yang paling hebat, dimana masyarakat Madina dan Mekkah, yang jumlahnya tidak melebihi beberapa ribu, dapat membela diri mereka, setelah wafatnya Nabi Besar Islam, melawan serangan kaum Munafikin Arab. Dengan pengecualian kaum Muslimin di kedua kota ini, hampir seluruh bangsa Arab telah berpaling setelah wafatnya Nabi Saw.

Negeri-negeri Muslimin terpaksa juga kemudian bertempur melawan emperium Persia dan Byzantium. Kedua emperium adikuasa ini memerangi kaum Muslimin secara bersamaan pada dua front pertempuran yang berbeda. Kekuatan kecil kaum Muslimin terpaksa membagi dirinya untuk tetap bertahan. Hasilnya adalah kejadian militer yang sangat luar biasa. Dua kekuatan besar ini binasa dan Persia kalah telak. Dalam rentang waktu seratus tahun, wilayah yang sangat luas terbentang dari Samudera Atlantik hingga India, berada di bawah kekuasaan Islam. Orang-orang miskin dan tak berdaya itu, pada saat pewahyuan nubuat ini, tiba-tiba menjadi kekuatan super power di dunia. Nabi Saw, bersandar kepada berita samawi, telah menubuatkan kemenangan ini yang terjadi sebelum wafatnya. Berbicara kepada Odey bin Hatam (seorang kepala suku Kristen yang memeluk agama baru ini kemudian), Nabi Muhammad menuturkan kalimat berikut ini:

"…Engkau tidak tertarik untuk memeluk Islam," lanjut Muhammad, "karena engkau melihat kami adalah orang-orang miskin." Barangkali engkau menolak melihat sekelompok kecil kaum Muslimin dibandingkan jumlah musuh-musuh mereka. Demi Allah, dalam waktu yang tidak terlalu lama, seorang Muslimah akan mampu melakukan ziarah, menunggangi untanya, sendiri tanpa rasa takut, dari Kadesia (daerah di Iraq) menuju Baitullah, di Mekkah. Engkau berpikir, barangkali, bahwa kekuasaan berada di tangan orang-orang Kafir; ketahuilah bahwa suatu masa, yang tidak terlalu lama, akan datang dimana kami akan mengibarkan bendera di istana-istana Babylon."(Life of Mohammad, Washington Irving, chapter 32.)